Professional Documents
Culture Documents
April 2011
ABSTRACT
This study was aimed to determine the effect of the dilution ratio of sperm with
optimal NaCl and fructose on the motility of the catfish, Clarias sp., spermatozoa,
fertility and hatchability of eggs.
Catfish used in this study consisted of one parent pairs (male and female
weight of 1000 grams weight of 1500 g). NaCl and fructose solution were diluted with
aquabidest. The observation was conducted on the motility of spermatozoa, fertility
and hatchability of eggs. The experimental design used completely randomized design
(CRD). Dilution ratio is 1: 0, 1, 20, 1: 40, 1; 60, 1: 80, and 1: 100 with replicated 3
times. Observations were carried out soon after the sperm mixed with diluents. Fertility
occurred 12 hours after fertilization. Egg hatchability was observed after fertilization.
The results showed that the ratio of dilution gave significant effect on the
sperm motility, fertility and hatchability of the eggs. This research found that the
dilution ratio 1: 60 was the best treatment with the average sperm motility of 96. 66%,
fertility of 71, 66 5% and egg hatchability of 70%.
50
Vol. VII-1, April 2011
Tabel 2. Analisis ragam tingkat fertilisasi pada ikan Tingginya motilitas sperma pada
lele yang diberi perlakuan ratio peng- pengenceran 1:60 ini disebabkan dalam
enceran sperma dengan NaCL dan
Fruktosa. campuran larutan pengencer dengan sper-
ma sudah dapat memberikan ruang gerak
yang baik pada spermatozoa untuk berge-
rak. Di samping itu, konsentrasi potassium
yang terkandung dalam cairan sperma me-
Ket.:** Berbeda Sangat Nyata lalui pengencer sehingga spermatozoa da-
Daya tetas telur pat lebih aktif. Menurut Scott dan Baynes
Dari hasil pengamatan, terlihat bah- dalam Nurman (1998), semen yang encer
wa daya tetas tertinggi terdapat pada ratio mengandung kadar potassium yang rendah
pengenceran 1:60 (perlakuan D) yaitu 70%, menyebabkan pergerakan spermatozoa le-
dan terendah pada pengenceran 1:0 (perla- bih aktif sehingga motilitasnya tinggi. Se-
kuan A) yaitu 35,33%. lanjutnya dinyatakan terdapat hubungan
antara volume semen dengan motilitas
Tabel 3. Analisis ragam tingkat daya tetas telur spermatozoa yaitu semakin encer semen
ikan lele yang diberi perlakuan ratio
pengenceran sperma dengan NaCL dan
ikan maka motilitas spermatozoa semakin
Fruktosa. tinggi karena spermatozoa memperoleh
makanan yang cukup melalui plasma se-
men. Menurut Mungkintrick dan Moccia
dalam Tang dan Affandi (1999), konsentrasi
spermatozoa yang tinggi dapat mengham-
Ket.: ** Berbeda Sangat Nyata bat aktifitas spermatozoa karena berku-
Hasil analisis statistik menunjukkan rangnya daya gerak sehingga motilitas
bahwa ratio pengenceran sperma memberi menjadi menjadi rendah. Dengan demikian
pengaruh nyata terhadap penetasan telur jika sperma dalam keadaan encer maka
(Tabel 4). Hasil Uji Duncan menunjukkan motilitasnya akan baik. Tetapi encernya la-
bahwa perlakuan pengenceran 1:60 mem- rutan sperma yang lebih tinggi dapat menu-
berikan yang terbaik. runkan motilitas sperma. Ini dapat dilihat
Berdasarkan data yang diperoleh pada pengenceran 1:80 dan 1:100 yang
pada pengamatan motilitas spermatozoa masing-masing 66,66%, 56,66%. Turunnya
ikan lele (Gambar 1) menunjukkan terjadi tingkat motilitas pada konsentrasi peng-
kenaikan tingkat motilitas seiring dengan enceran yang lebih tinggi ini belum dapat
penambahan jumlah larutan pengencer diketahui penyebabnya. Namun diduga
sampai pada taraf pengenceran 1:60. Ke- spermatozoa menjadi lemah karena ba-
mudian tingkat motilitas menurun setelah nyaknya larutan NaCl dan fruktosa.
ratio pengenceran melebihi 1:60, hingga ra- Dengan adanya penambahan larut-
tio pengenceran 1:100. Penurunan persen- an NaCl dan fruktosa pada pengenceran
tasi motilitas pada penambahan konsentra- sperma maka lama waktu aktivitas sperma
si pengenceran yang lebih tinggi tidak menjadi panjang, sehingga sperma dapat
memberikan pengaruh besar. memperoleh banyak waktu untuk menemu-
Pengenceran 1:0 dan 1:20, memiliki kan telur. Peningkatan waktu motilitas sper-
persentasi motilitas rendah disebabkan ka- matozoa dengan variasi rasio pengenceran
rena padatnya spermatozoa dalam cairan fruktosa tersebut diduga disebabkan karena
sperma. Menurut Piironen dan Hyvarinan fruktosa dapat dijadikan sebagai sumber
(1983) dalam Syandri (1993), semakin ba- energi dan nutrisi untuk spermatozoa. Ada-
nyak volume semen maka konsentrasi nya peningkatan waktu tersebut dapat
spermatozoa semakin sedikit. Sebaliknya ji- memperpanjang daya tahan hidup dan
ka cairan sperma sedikit maka terjadi ke- keaktifan gerak spermatozoa. Menurut
padatan spermatozoa. Dengan demikian, Soeparna (1980), pergerakan spermatozoa
rendahnya motilitas spermatozoa pada per- memerlukan energi seperti halnya pada sel-
lakuan ini, disebabkan masih kurangnya la- sel hidup lainnya.
rutan semen yang menyebabkan padatnya Menurut Soehartojo (1995), bahan
spermatozoa. utama yang dipakai spermatozoa sebagai
52
Vol. VII-1, April 2011
Haurbruge et.al., (2000) mengatakan bah- dangkan komposisi kimia lain yang terkan-
wa ikan carp dan catfish mempunyai bioki- dung dalam cairan sperma terdiri dari Na +,
mia spermatozoa dan proses spermatoge- Mg +, Ca + dan glukosa dalam 100 ml sperma
nesis yang berbeda yaitu pada semen carp hanya mengandung masing-masing 216,
dapat dengan mudah dikeluarkan dengan 0,05, 50, dan 5,7 mg. Melihat tingginya
cara di stripping. konsentrasi potassium dibandingkan de-
Menurut Soehartojo (1995), di luar ngan unsur lain, cairan sperma tanpa ada-
testis sel spermatozoa mampu memakai lah paling berpengaruh pada pergerakan
sumber energi dari luar untuk melanjutkan spermatozoa karena di luar tubuh potas-
hidupnya. Bahan utama yang dipakai seba- sium merupakan racun bagi spermatozoa.
gai sumber energi dari luar adalah fruktosa Perlakuan pengencera 1:20 memiliki
yang akan diubah menjadi asam laktat dan tingkat fertilisasi lebih tinggi dari perlakuan
energi dengan bantuan enzim fruktolisin. yang tidak ada pengenceran yaitu 53,33%.
Pemberian larutan fruktosa sebagai pe- Pada perlakuan ini dosis yang diberikan
ngencer untuk spermatozoa ikan dimaksud- untuk mengencerkan potassium dan seba-
kan untuk memberikan energi dan nutrisi gai ruang gerak masih rendah, sehingga
untuk spermatozoa ikan agar dengan ener- tingkat fertilisasi yang dihasilkannya masih
gi yang berupa ATP tersebut dapat mening- tergolong rendah. Perlakuan pengenceran
katkan atau memperpanjang waktu motili- 1:60 memiliki tingkat fertilisasi tertinggi di-
tas dan viabilitas spermatozoa. bandingkan perlakuan lainnya yaitu 70%.
Tingkat fertilisasi nampaknya meng- Diduga bahwa pada pengenceran 1:60,
ikuti apa yang terjadi pada tingkat kualitas spermatozoa tidak dipengaruhi lagi oleh un-
sperma, dimana motilitas yang tinggi mem- sur potassium yang ada dan memiliki ruang
berikan fertilisasi yang tinggi pula. Menurut gerak yang sesuai dengan pergerakan
Gwo et al. dalam Tang dan Affandi (1999), spermatozoa untuk membuahi telur. Di
konsentrasi spermatozoa yang tinggi dapat samping itu, pada perlakuan ini diperkira-
menghambat aktivitas spermatozoa karena kan spermatozoa banyak memiliki sumber
berkurangnya daya gerak sehingga sper- energi dari cairan sperma dan fruktosa. Hal
matozoa sukar menemukan atau menem- ini sesuai dengan pernyataan Gardiner
bus mikrofil sel telur yang mengakibatkan dalam Tang dan Affandi (1999) bahwa
rendahnya fertilisasi spermatozoa. Kualitas semen yang encer banyak mengandung
semen, seperti cairan plasma semen, akan glukosa dan fruktosa, sehingga memberi-
mempengaruhi motilitas spermatozoa (Ass kan motilitas yang lebih baik dan dapat me-
dalam Nurman, 1998). Perlakuan tanpa la- ningkatkan fertilisasi. Selanjutnya diperkira-
rutan pengencer mengalami fertilisasi te- kan bahwa konsentrasi Na (sodium) sudah
rendah (37,16%) diduga disebabkan oleh sesuai dengan kebutuhan spermatozoa, ka-
tingginya konsentrasi spermatozoa dan rena menurut Syafei (1992) tinggi rendah-
tingginya kadar potassium dalam larutan nya nilai Na terhadap K (potassium) mem-
sperma. Tingginya konsentrasi spermato- pengaruhi spermatozoa untuk bergerak
zoa dalam proses pembuahan dapat meng- sehingga konsentrasi Na dalam larutan
akibatkan timbulnya persaingan antara sperma harus sesuai.
spermatozoa untuk memasuki mikrofil sel Menurut Hassanudin (1996), sper-
telur. Dengan adanya persaingan ini sper- matozoa pada tingkat konsentrasi larutan
matozoa gagal memasuki lubang mikrofil NaCl memiliki batas tertentu untuk hidup
sel telur. Di samping itu, konsentrasi potas- optimum. Bila konsentrasi optimum NaCl
sium yang tinggi dapat mengurangi lama terlalu tinggi dapat bersifat melemahkan
pergerakan dari spermatozoa sehingga ga- spermatozoa itu sendiri, sehingga menye-
gal mencapai mikrofil yang mengakibatkan babkan daya fertilisasi menjadi rendah.
rendanya fertilisasi. Selanjutnya Woynarovich dan Harvath da-
Konsentrasi potassium dalam cairan lam Hassanudin (1996) menyatakan bahwa
sperma telah diteliti oleh Scoot dan Baynes proses masuknya spermatozoa ke dalam
dan dikutip oleh Hasanudin (1996), ditemu- telur melalui mikrofil hanya berlangsung 40-
kan bahwa dalam 100 ml sperma mengan- 60 detik kemudian mikrofil tertutup. Pada
dung potassium (K+) sebanyak 265 mg. Se- perlakuan ratio pengenceran yang besar
54
Vol. VII-1, April 2011
Sperma dan Daya Tetas Telur Ikan Mas Steel, R. G. D, and J. H. Torrie, 1991. Prinsip
(Cyprinus carpio L). Fisheries Journal Dasar dan Prosedur Statistika. PT.
Garing 6: 1-9. Gramedia. Jakarta.
Nurman, 1998. Pengaruh Penyuntikan Scoot A.P. and S.M. Baynes 1980. A rivieu
Ovaprim Terhadap Kualitas Spermatozoa Biology, handling and storage of Salmimid
Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariephynus. B). spermatozoa. J.. Fish Biol. 17: 707-739.
Fisheries Jurnal, GARING Vol. 7. No. 2
Soehartojo H. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ter-
Jurnal Fakultas Perikanan Universitas
nak. Airlangga University Press. Surabaya.
Bung Hatta. Padang. 2: 3-42.
Syandri, H. 1993. Berbagai Dosis Ekstrak
Purwaningsih E. 2000. Pengaruh Pemberian
Hipofisasi Dan Pengaruhnya Terhadap
Ekstrak juice Buah Oyong Muda tanpa biji
Mani Dan Daya Tetas Telur Ikan Mas
(Luffa acutangula R) secara in vitro
(Cyprinus carpio. L). Jurnal Terubuk. XIX.
terhadap kualitas spermatozoa. Jurnal
No. 55 Fakultas Peikanan Universitas Bung
Kedokteran YARSI 8: 70-74.
Hatta. Padang.
Robertis ED, Robertis EM. 1979. Cell and
Syafei. D. S, Rahardjo, R Affandi, M. Brojo,
Moleculer Biology. Philadelphia: Saydesr
Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan II.
College.
Reproduksi Ikan. IPB Bogor. 55: 26-37.
Rustidja. 1985. Pengantar Ilmu Repoduksi
Tang. U. M, dan Affandi. R. 1999. Biologi
Ikan. Fisheries Project Unibraw. Malang.
Reproduksi Ikan. IPB. Bogor.