You are on page 1of 8

Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000

Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109


DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.4.351-358 Volume 14 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2019

Kualitas Semen Sapi Brahman pada Persentase Tris Kuning Telur yang Berbeda

Quality of Brahman Semen in Different Yellow Egg Tris Percentage

R. Novita, T. Karyono, dan Rasminah

Fakultas Pertanian Prodi Peternakan Universitas Musi Rawas


Jl. Komplek Perkantoran Pemkab MURA Kel.Air kuti I. Lubuklinggau 31628
Corresponding Author: teguhkaryono89@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study determined the quality of Brahman cattle semen on the percentage of different yolk tris. This
research held at UPTD Artificial Insemination Center (BIB) Sembawa, Banyuasin district, Sumsel. This
research was conducted in three months. The method used was experimental method using Completely
Randomized Design (CRD), which was arranged non factorial using 6 treatments and 4 replications. As for
treatment in this research were K1 : 5% Yellow egg Tris + Spermatozoa 1 ml, K2 : 10% Yellow egg Tris +
Spermatozoa 1 ml, K3 : 15% Yellow egg Tris + Spermatozoa 1 ml, K4 : 20% Yellow egg Tris + Spermatozoa 1
ml, K5 : 25% Yellow egg Tris + Spermatozoa 1 ml, K6 : 30% Yellow egg Tris + Spermatozoa 1 ml. To
determine the effect of treatment, the data were obtained by analysis of variance (Anova) and further testing of
HSD (real honest difference). The results showed that Brahman cattle semen quality on the percentage of
different yolk tris showed very significant effect (P<0.01 ) on the percentage of spermatozoa viability, individual
motility, spermatozoa concentration; yet, no significant effect (P>0.05) on percentage of spermatozoa
abnormalities. The percentage of different yolk trises gave the best results K4 (20%) on the egg yolk tris
treatment on percentage parameters of spermatozoa viability, individual motility and spermatozoa
concentration.

Key words : Spermatozoa, egg yolk, brahman cow.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas semen sapi Brahman pada persentase tris kuning telur yang
berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Inseminasi Buatan (BIB) Sembawa, Kabupaten Banyuasin,
Sumsel dan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2017. Penelitian Kualitas Semen Sapi
Brahman pada Presentasi Tris Kuning Telur yang Berbeda menggunakan metode eksperimental Rancangan
Acak Lengkap (RAL) non faktorial 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini
adalah K1 : 5% Tris Kuning Telur + Spermatozoa 1 ml, K2 : 10% Tris Kuning Telur + Spermatozoa 1 mi, K3 :
15% Tris Kuning Telur + Spermatozoa 1 ml, K4 : 20% Tris Kuning Telur + Spermatozoa 1 ml, K5 : 25% Tris
Kuning Telur + Spermatozoa 1 ml, K6 : 30% Tris Kuning Telur + Spermatozoa 1 ml. Data yang diperoleh hasil
dari pengaruh perlakuan diolah dengan metode analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian
kualitas semen sapi Brahman pada persentase tris kuning telur yang berbeda menunjukkan berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap Persentase Viabilitas Spermatozoa, Motilitas Individu, Konsentrasi Spermatozoa dan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap Persentase Abnormalitas Spermatozoa. Persentase tris kuning telur
yang berbeda memberikan hasil terbaik pada perlakuan K4 (20%) tris kuning telur pada parameter viabilitas
spermatozoa, motilitas individu dan konsentrasi spermatozoa.

Kata kunci :Spermatozoa, tris kuning telur, sapi Brahman.

PENDAHULUAN Peningkatan kualitas Sapi Brahman di


Indonesia dapat dilakukan dengan perbaikan
Sapi Brahman adalah salah satu manajemen pemeliharaan ternak dan
ternak penghasil daging yang unggul dan peningkatan mutu genetik dengan Inseminasi
sudah dikenal oleh masyarakat secara umum. Buatan pada ternak potong (Rianto, 2004 )
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan Sapi Brahman adalah keturunan sapi
konsumsi daging pada masyarakat Indonesia Zebu atau Bos indicus yang berkembang
adalah dengan peningkatan produksi daging. pesat di Amerika Serikat yang beriklim

351 | Kualitas semen sapi brahman pada persentase tris kuning telur berbeda (Novita et al., 2019)
tropis, kemudian Sapi Brahman bagi spermatozoa, sehingga kerusakan pada
dikembangbiakkan di Australia dan New saat pengenceran, pendinginan dan
Zeeland dengan meningkatkan mutu pembekuan berkurang (Salisbury dan Van
genetiknya. Sapi Brahman kemudian di Demark, 1985).
ekspor ke beberapa negara termasuk di
Indonesia (Susilawati et al., 2003) METODE PENELITIAN
Salah satu bentuk bioteknologi dalam
bidang reproduksi ternak adalah Inseminasi Penelitian ini telah dilaksanakan di
Buatan (IB) yang memanfaatkan pejantan- UPTD Balai Inseminasi Buatan (BIB)
pejantan unggul untuk diambil Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatra
spermatozoanya dan disimpan dalam bentuk Selatan pada bulan September sampai dengan
straw. Kemudian sebagai bioteknologi November 2017. Penelitian Kualitas
rangkaian proses inseminasi buatan akan Spermatozoa Sapi Brahman dengan Tris
meningkatkan kualitas genetik dari seekor Kuning Telur menggunakan Rancangan
ternak (Kartasudjana, 2001). Acak Lengkap (RAL) non faktorial
Cairan suspensi seluler hasil sekresi menggunakan 6 taraf dengan 4 kali ulangan.
kelenjar assesoris pada saluran reproduksi Adapun taraf perlakuan yang akan di
Sapi pejantan yang mengandung ujicobakan sebagai berikut :
spermatozoa disebut Semen. Tingkat
keberhasilan Inseminasi Buatan dipengaruhi K1 = 5% Tris kuning telur + spermatozoa 1 ml
oleh beberapa faktor seperti Inseminator, K2 = 10% Tris kuning telur + spermatozoa 1 ml
kualitas semen, thawing dan pakan. Semen K3 = 15 % Tris kuning telur + spermatozoa 1 ml
segar akan menghasilkan tingkat K4 = 20 % Tris kuning telur + spermatozoa 1 ml
keberhasilan S/C lebih baik dibandingkan K5 = 25 % Tris kuning telur + spermatozoa 1 ml
dengan semen beku (Hafez, 2000). Untuk K6 = 30 % Tris kuning telur + spermatozoa 1 ml
meningkatkan volume semen, dan masa
semen serta menjaga morbilitas spermatozoa Cara Kerja
dilakukan dengan tindakan pengenceran
semen pada kondisi dibawah atau diatas titik Persiapan Pejantan
beku (Rusdin, 2000)
Salah satu bahan Pengenceran semen
adalah tris kuning telur yang berfungsi
sebagai sumber energi, melindungi dari Persiapan peralatan penampungan
kejutan dingin serta melindungi spermatozoa
dalam proses pengenceran semen (Nilawati,
2011). Fungsi Tris kuning telur sebagai
penyangga atau buffer, menstabilkan pH, Penampungan
mempertahankan tekanan osmotik dan
keseimbangan elektrolit, melindungi
sprematozoa dari kejutan dingin (Cold shock)
yang merupakan larutan yang mengandung Evaluasi Semen
fruktosa dan asam sitrat (Hoesni, 1997).
Tris Kuning telur merupakan larutan
menyangga yang baik memiliki tekanan Pemeriksaan Mikroskopis Gerakan Massa
osmotik, elektrolit dan keseimbangan pH Pada pemeriksaan spermatozoa
yang baik (Affandhy et al., 2003). Namun apabila terdapat mobilitas gerakan massa
penggunaan pengencer tris perlu sperma berkelompok menuju satu arah
ditambahkan juga kuning telur, karena di seperti gelombang awan tipis bergerak cepat
dalam kuning telur terdapat lipoprotein dan atau lambat.
lesitin yang dapat mengurangi efek coldshock

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 352


Penilaian gerakan massa : kuning telur, 15% tris kuning telur, 20% tris
kuning telur, 25% tris kuning telur, 30% tris
 Sangat baik (+++), seperti gelombang
kuning telur.
awan tebal, gelap akan turun hujan
bergerak aktif berpindah-pindah.
 Baik (++), seperti gelombang awan tipis, Filling dan Sealing
berkabut dan gerakan lamban. Setelah semen diencerkan langsung
 Lumayan (+), tidak terlihat gelombang dilakukan Filling dan Sealing (Proses
awan atau kabut melainkan mobilitas pengisian semen yang telah diencerkan dan
individual aktif progresif. penjepitan straw) dilakukan didalam cool top
yang bersuhu 50 C menggunakan
 Buruk (nekrosperrmia/0), tidak ada
semiautomatic filling and sealing machine.
gerakan individu atau mobilitas individu.

Ekuilibrasi / Pendinginan
Gerakan Individual / Motilitas
Waktu ekuilibrasi adalah periode
Motilitas individu spermatozoa ditentukan yang diperlukan spermatozoa sebelum
dengan nilai 0 sampai dengan 5 seperti : pembekuan untuk menyesuaikan diri dengan
0 : Jika Spermatozoa mati atau tidak ada pengencer supaya pada waktu pembekuan
pergerakan dalam N2 cair kematian spermatozoa dapat
1: Jika mobilitas spermatozoa berputar- dikurangi. Waktunya biasanya 3-5 jam
putar di tempat. dengan suhu 50 C di dalam cool top.
2: Jika mobilitas atau Gerakan spermatozoa
melingkar-melingkar Proses Freezing
Proses freezing merupakan proses
3: Jika terdapat gerakan masa seperti awan
penurunan suhu secara bertahap sebelum
tipis 50% sampai 80% artinya
disimpan didalam N2 cair. Susun straw yang
spermatozoa bergerak progresif
telah dikemas diatas rak kemudian diletakkan
4: Jika pergerakan spermatozoa progresif diatas N2 Cair ( + 1 cm diatas permukaan
dan gesit seperti awan tebal membentuk N2 cair) sampai suhunya -1400 C selama 10
gelombang sperma hidup 90% menit. Setelah itu segera straw dimasukkan
5: Jika gerakan spermatozoa sangat cepat ke dalam goblet dan dibekukan dengan
progresif, seperti awan hitam yang menempatkan semen di dalam N2 cair dan
bergerak cepat artinya 100% sperma disimpan dalam container. Suhu N2 cair
motil. disini adalah -196 0 C.

Konsentrasi Spermatozoa Penyimpanan Semen Beku


Metode penghitungan konsentrasi Semen yang telah dibekukan
spermatozoa, yaitu : kemudian disimpan di N2 cair pada
container.
Penghitungan dengan Spektro Photometer /
SDM5 Photometer.
Evaluasi Semen setelah Pembekuan (after
Thawing Test)
Pengenceran Semen Cara melakukan test Post thawing
Setelah semen layak untuk Motility (Motilitas setelah diencerkan
diencerkan, segera dilakukan pengenceran
kembali)
Bahan pengencer banyak jenisnya, tetapi
yang dipakai di BIB Sembawa yaitu Tris 1. Ambil straw dari goblet, masukkan dalam
Kuning Telur. Pengencer semen dengan air hangat sekitar 30 detik.
menggunakan perlakuan K1, K2, K3, K4, 2. Potong kedua ujung straw, teteskan semen
K5 dan K6 mengandung tris kuning telur ke atas objek glass, tutup dengan cover
masing-masing 5% tris kuning telur, 10% tris glass.

353 | Kualitas semen sapi brahman pada persentase tris kuning telur berbeda (Novita et al., 2019)
3. Periksa dibawah mikroskop dengan Nilai terendah yaitu pada persentase
pembesaran 10 x 10. tris kuning telur K1 (5%) dengan nilai
54,13% dalam viabilitas spermatozoa sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN Brahman. Hal ini dapat disebabkan karena
perubahan suhu yang drastis, dari suhu 5 °C
Persentase Viabilitas Spermatozoa pada menjadi -140 °C. Perubahan suhu drastis
Persentase Tris Kuning Telur yang akan meyebabkan kerusakan spermatozoa
Berbeda yang disebabkan karena cold shock, proporsi
Berdasarkan hasil analisis ragam zat pelindung lesitin dan lipoprotein yang
persentase viabilitas semen diketahui bahwa terkandung dalam setiap level penambahan
persentase tris kuning telur yang berbeda kuning telur adalah berbeda. Kerusakan
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata spermatozoa akan menyebabkan kematian
(P<0,01) terhadap kualitas semen sapi pada spermatoza. Menurut White (1993),
Brahman dengan persentase tris kuning telur menyatakan bahwa penyebab cold shock
yang berbeda. Pada perlakuan K4 (20%) adanya perubahan fosfolipid pada membran
memberikan nilai tertinggi atau terbaik dalam plasma sel dari bentuk cair ke bentuk gel
kualitas pengenceran semen sapi Brahman dibawah temperatur 20 oC yang berakibat
dengan tris kuning telur yang berbeda yaitu kerusakan membran plasma sel.
dengan nilai 76,00%. Hal ini disebabkan
karena komposisi tris kuning telur lebih Motilitas Spermatozoa pada Persentase
lengkap mengandung asam-asam amino, Tris Kuning Telur yang Berbeda
karbohidrat, vitamin dan mineral serta Berdasarkan hasil analisis ragam
terdapat unsur lain yang dapat berfungsi menunjukkan bahwa motilitas individu
mempertahankan daya hidup spermatozoa, semen pada persentase tris kuning telur yang
terutama lipoprotein, lecitin dan fruktosa berbeda memberikan pengaruh sangat nyata
yang berguna sebagai pelindung spermatozoa (P<0,01) terhadap motilitas individu
dari kerusakan selubung sel spermatozoa spermatozoa. Hal ini di sebabkan karena
akibat cold shock, merupakan pengencer persentase tris kuning telur memberikan
yang lebih lengkap dibandingkan dengan perlindungan sehinggaa pengaruh kerusakan
pengencer lainnya sehingga menghasilkan sel akibat cekaman dingin (cold shock) dapat
daya tahan hidup yang lebih lama. Hal ini dicegah. Penambahan tris kuning yang tepat
sesuai dengan pendapat Werdhany (1999) memberikan perlindungan berupa
yang menyatakan bahwa meskipun lesitin memodifikasi kristal-kristal es yang
dan lipoprotein berguna untuk melindungi terbentuk selama proses pembekuan,
spermatozoa dari cekaman dingin, akan sehingga kerusakan organ-organ sel
tetapi dengan bertambah lamanya spermatozoa dapat dihindari (Siswanto,
penyimpanan, akan terjadi penurunan 2006).
kualitas spermatozoa.

Tabel 1. Hasil analisis ragam kualitas semen sapi Brahman pada persentase tris kuning telur
yang berbeda.
Peubah yang diamati Fhitung KK (%)
Persentase viabilitas spermatozoa 8,10** 8,31
Motilitas individu 10,80** 14,14
Persentase abnormalitas spermatozoa 1,50tn 18,35
Konsentrasi spermatozoa 11,81** 11,54
Keterangan : P : Persentase Tris Kuning Telur, ** : Berpengaruh Sangat Nyata, tn : Berpengaruh Tidak
Nyata, KK : Koefisien Keragaman

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 354


Pada penelitian ini menujukkan mempertahankan motilitas spermatozoa sapi
persentase motilitas individu yang tertinggi Brahman yang terbaik menggunakan
yaitu pada perlakuan K4 (20%) yaitu dengan pengenceran tris kuning telur 20%. Hal ini
nilai sebesar 36,25%. Perlakuan K4 (20%) sependapat dengan Graham dan Foote, 1987
tris kuning telur mampu memberikan nutrisi dalam Ducha et al. (2013) pengencer yang
bagi metabolisme spermatozoa dan mengandung tris kuning telur 20%
melindungi lebih lama dari pencencer memberikan hasil motilitas terbaik
lainnya. Hal ini sesuai pendapat Ducha et al. spermatozoa sapi Brahman.
(2013) yang menyatakan bahwa untuk

Tabel 2. Data persentase viababilitas spermatozoa, motilitas individu, persentase abnormalitas


spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa setiap perlakuan
Peubah Perlakuan BNJ
diamati K1 K2 K3 K4 K5 K6 5% 1%
Viabilitas
sepermatozoa 54,13aA±3,82 61,00aA±4,95 61,75abA±6,84 76,00cB±3,76 67,88bAB±5,42 60,38aA±6,16 11,80 14,72
(%)
Motilitas
17,50aA±6,12 25,63abA±4,27 26,88bAB±2,39 36,25cB±1,44 30,00bB±4,08 24,38aA±2,39 8,48 10,58
individu (%)
Abnormalitas
spermatozoa 12,88±0,48 12,00±3,14 16,25±3,01 15,13±3,35 13,38±2,63 13,50±1,22 - -
(%)
Konsentrasi
spermatozoa 800aA±0,00 1400cB±0,00 1350bcB±57,74 1400cB±0,00 1250bB±288,7 1050abAB±173,21 313,04 390,43
(juta)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% (huruf
kecil) dan 1% (huruf besar).

Selanjutnya dinyatakan bahwa dengan nilai sebesar 17,50% pada sapi


persentase motilitas individu spermatozoa Brahman. Volume pengencer semakin tinggi
yang memenuhi kriteria nantinya akan maka motilitas semakin turun. Perbedaan
digunakan untuk inseminasi buatan pada motilitas pada semen sapi Brahman yang
ternak sapi Brahman untuk layak digunakan diencerkan dengan volume kuning telur yang
atau tidak layak digunakan. Hasil penelitian berbeda di duga di sebabkan medium plasma
gerakan massa adalah ++ (gerak baik). semakin kental, yang berakibat motilitas
Arifiantini et al. (2005), menyatakan bahwa semakin menurun. Sesuai dengan pendapat
penilaian gerakan massa spermatozoa ++ Herdis (2005) menyatakan bahwa proses
(gerak baik) ini sudah memenuhi standar. pengolahan dan penyimpanan akan
Persentase motilitas individu yang menyebabkan perubahan fisik pada semen
terendah pada perlakuan K1 (5%) yaitu yang mempengaruhi motilitas spermatozoa
Hal ini sesuai Badan Standardisasi Nasional
Persentase Abnormalitas Spermatozoa Indonesia /BSNI (2005) menyatakan bahwa
pada Persentase Tris Kuning Telur yang semen sapi memiliki morfologi abnormalitas
Berbeda baik primer maupun sekunder di bawah 20%.
Berdasarkan hasil analisis ragam Dari hasil analisis ragam pada penelitian ini
menunjukkan bahwa persentase tris kuning abnormalitas spermatozoa masih sesuai
telur berbeda tidak nyata terhadap dengan standar SNI yaitu di bawah 20%. Hal
abnormalitas spermatozoa. Hal ini ini sesuai dengan pendapat Alawiyah dan
disebabkan perbedaan tidak nyata pada Hartono (2006) yang menyatakan bahwa
persentase tris kuning telur memberikan abnormalitas spermatozoa dinyatakan tidak
persentase abnormalitas spermatozoa yang layak digunakan bila persentasenya lebih dari
sama baik terhadap kualitas spermatozoa 20%.
yang nantinya akan layak digunakan untuk Pada penelitian ini menunjukkan
inseminasi buatan pada ternak sapi Brahman. persentase abnormalitas spermatozoa

355 | Kualitas semen sapi brahman pada persentase tris kuning telur berbeda (Novita et al., 2019)
tertinggi yaitu pada perlakuan K3 (15%) Konsentrasi Spermatozoa pada Persentase
dengan nilai 16,25% pada sapi Brahman. Tris Kuning Telur yang Berbeda
Hal ini disebabkan karena semakin banyak Berdasarkan hasil analisis ragam
tris kuning telur dan perlakuan bisa persentase konsentrasi semen segar pada sapi
menyebabkan stres untuk spermatozoa Brahman menunjukkan berpengaruh sangat
tersebut, sehingga spermatozoa tidak mampu nyata. Hal ini di sebabkan karena persentase
melawan masa kritis selama tris kuning telur tris kuning telur yang berbeda pada setiap
yang banyak, spermatogenesis dari ternak perlakuan sehingga dapat memberikan
tersebut dan perlakuan semen setelah pengaruh terhadap pemeriksaan kualitas
ejakulasi, seperti penanganan semen segar, persentase konsentrasi spermatozoa yang
pencampuran semen dengan pengencer dan nantinya di gunakan untuk Inseminasi
pada saat pembuatan ulasan. Lamanya waktu Buatan. Sesuai dengan pendapat Toelihere
penyimpanan juga mempengaruhi jumlah (1985) kandungan kuning telur terdiri dari
spermatozoa abnormalitas. Sesuai dengan lipoprotein dan lechitin berfungsi untuk daya
pendapat Solihati dan Kune (2008) bahwa tahan dan melindungi selubung lipoprotein
semakin lama waktu penyimpanan, maka dari sel spermatozoa dan mencegah cold
peresentase abnormalitas akan semakin shock. Persentase tris kuning telur yang
tinggi. ditambahkan pada spermatozoa memberikan
Persentase abnormalitas spermatozoa pengaruh pada konsentrasi spermatozoa yang
yang terendah pada perlakuan K2 (10%) akan dibuat untuk inseminasi buatan (IB).
yaitu dengan nilai 12,00% pada sapi Konsentrasi spermatozoa pada
Brahman. Pengaruh tris kuning telur yang perlakuan K2 dan K4 dengan persentase tris
berbeda memberikan perlindungan pada kuning telur 10% dan 20% memberikan nilai
membran spermatozoa sehingga abnormalitas tertinggi dalam kualitas pengencer semen
spermatozoa dapat menurun serta adanya sapi Brahman dengan nilai 1400 juta
fungsi dari kuning telur yang bekerja spermatozoa. Hal ini disebabkan karena
melindungi dan menjaga selubung penambahan persentase tris kuning telur pada
lipoprotein dan sel spermatozoa. Hal ini perlakuan K2 dan K4 memberikan kombosisi
sesuai dengan pendapat Parera et al, (2009) terbaik karena pada tris kuning telur
yang menyatakan bahwa tris kuning telur mengandung lipoprotein dan lichitin yang
memberikan hasil yang baik karena sama baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
kerusakan sel dan abnormalutas akan Garner dan Hafez, (2008) bahwa semen sapi
meningkat saat pendinginan berlangsung tris Brahman konsentrasinya berkisar 1000-1800
kuning telur akan melindungi dan juta spermatozoa tiap mililiter atau 800-2000
mempertahankan integritas sebelum juta spermatozoa tiap mililiter.
spermatozoa karena adanya lisitin dan Pada perlakuan K1 dengan persentase
lipoprotein walaupun perlakuan K2 tris kuning telur 5% dengan hasil konsentrasi
memberikan hasil yang lebih kecil tetapi senilai 800 juta spermatozoa sapi Brahman.
secara keseluruhan parameter pengamatan Hal ini disebabkan karena pemberian tris
memberikan pengaruh yang berbeda tidak kuning telur 5% pada semen sapi Brahman
nyata terhadap persentase abnormalitas menyebabkan konsentrasi spermatozoa lebih
spermatozoa. rendah di bandingkan dengan perlakuan lain.
Abnormalitas spermatozoa adalah Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaya
penyimpangan morfologis dari bentuk (2014), bahwa konsentrasi spermatozoa di
normal spermatozoa. Perbedaan antara pengaruhi oleh volume spermatozoa, libido,
spermatozoa abnormal dan spermatozoa yang kedewasaan sapi jantan serta faktor
normal terbentuk pada waktu lingkungan seperti pakan dan kesehatan dan
spermatogenesis dan abnormal sebagai akibat bahan pengencer yang ditambahkan.
dari perakuan semen (Aminasari, 2009).

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 356


KESIMPULAN suplementasi kuning telur. Jurnal
Kedokteran Hewan 7(1): 5 – 8, ISSN :
Berdasarkan hasil penelitian dapat 1978225X.
disimpulkan bahwa persentase tris kuning
telur yang berbeda memberikan hasil terbaik Garner, D.L., and E.S.E. Hafez. 2008.
pada perlakuan K4 (20%) tris kuning telur Spermatozoa and Plasma Semen. In
pada parameter viabilitas spermatozoa, Reproduction in Farm Animal. Hafez
motilitas individu dan konsentrasi E.S.E. and B. Hafez (eds.). 7th ed.
spermatozoa. Lippincott & Williams. Baltimore,
Marryland, USA: 82-95.
DAFTAR PUSTAKA
Herdis. 2005. Optimalisasi inseminasi buatan
Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur melalui aplikasi teknologi laserpunktur
Pejantan terhadap Kualitas Semen pada domba Garut (Ovis aries).
Beku Sapi Limousin. Jurnal Fakultas Disertasi. Institut. Pertanian Bogor.
Peternakan Universitas Brawijaya. Bogor
Malang.
Hafez, E.S.E. 2000. Semen Evaluation. In:
Affandhy, L. 2003. Pengaruh Penambahan Reproduction In Farm Animals.
Cholesterol dan Kuning Telur di dalam Edition. Lippincott Wiliams and
Bahan Pengencer Tris-Sitrat dan Air Wilkins. Maryland. USA
Kelapa Muda terhadap Kualitas Semen
Cair Sapi Potong. hlm. 77-83. Hoesni, F. 1997. Pengaruh Kadar Kuning
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Telur dalam Berbagai Pengencer
Peternakan dan Veteriner, Bogor, 29- terhadap Kualitas Spermatozoa Domba
30 September 2003. Pasca Pembekuan. Tesis. Program
Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.
Alawiyah, D., dan M. Hartono. 2006. Bandung.
Pengaruh penambahan vitamin E dalam
bahan pengencer sitrat kuning telur Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi
terhadap kualitas semen beku kambing Buatan pada Sapi Potong. Gajah Mada
Boer. J. Indon.Trop. Anim. Agric. University Prees. Yogyakarta.
31(1): 8-14.
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi
Arifiantini, L., T.L. Yusuf, dan N. Graha. Buatan. Departemen Pendidikan
2005. Longivitas dan recovery rate Nasional. Jakarta.
pasca thawing semen beku sapi
Friesian Holstein menggunakan bahan Parera, F., Z. Prihatini, D.F. Souhoka dan M.
pengencer yang berbeda. Buletin Rizal. 2009. Pemanfaatan Sari Wortel
Peternakan 29(2): 57-61, ISSN : 0126- sebagai Pengenceran Alternatif
4400. Spermatozoa Epididimis Sapi Bali. J.
Indon. Trop. Anim. Agric. 34 (1): 50-
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 56.
(BSNI). 2005. Semen Beku Sapi. SNI
014869.1-2005. BSN. Jakarta. Rusdin dan K. Jum’at. 2000. Motilitas dan
Recovery Sperma Domba dalam
Ducha, N., T. Susilawati, Aulanni’am, dan S. Berbagai Pengencer Selama
Wahyuningsih. 2013. Motilitas dan Penyimpanan pada Suhu 5ºC. Jurusan
viabilitas spermatozoa sapi Limousin Peternakan Fakultas Pertanian
selama penyimpanan pada refrigerator Universitas Tadulako. Palu.
dalam pengencer CEP-2 dengan

357 | Kualitas semen sapi brahman pada persentase tris kuning telur berbeda (Novita et al., 2019)
Rianto. 2004. Pemetaan sentra potensi Ongole (PO) dalam pengencer susu,
unggulan komoditas peternakan dan tris dan sitrat kuning telur pada
perikanan. Laporan Akhir. Kerjasama penyimpanan 4-5 °C. Animal
Badan Perencanaan Pembangunan Production. 10 (1): 22-29. ISSN: 1411-
Daerah Kabupaten Blora dengan 2027.
Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro. Semarang. Siswanto. 2006. Kualitas Semen di dalam
Pengencer Tris dan Natrium Sitrat
Salisbury, G.W. dan H.L.Van Denmark. dengan Berbagai Sumber Karbohidrat
1985. Fisiologi Reproduksi dan dan Level Gliserol pada Proses
Inseminasi Buatan pada Sapi. Kriopreservasi Semen Rusa Timor
Penterjemah: DJANUAR, R. Gadjah (Cervus timorensis). Tesis. Sekolah
Mada University Press. Yogyakarta. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
274 – 302; 314 – 343; 350 – 380; 568 –
586. Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan
pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Susilawati, T., P. Srianto, Hermanto dan Bandung.
E.Yuliani. 2003. Inseminasi Buatan
dengan Spermatozoa Beku Hasil White, I. G. 1993. Lipid and Ca uptake of
Sexing pada Sapi untuk Mendapatkan sperm in relation to cold shock and
Anak dengan Jenis Kelamin Sesuai preservation: A review. Reprod. Fertil.
Harapan. Laporan Penelitian. Fakultas Dev. 5: 639-658.
Peternakan Universitas Brawijaya.
Malang Widjaya, N. 2011. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan pada Sapi. Gajah
Solihati, N., R. Idi, S.D. Rasad, M. Rizal, dan Mada University Press. Yogyakarta.
M. Fitriati. 2008. Kualitas spermatozoa
cauda epididimis sapi peranakan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 358

You might also like