You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313773927

Pengaruh penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) dengan putih telur pada
pengencer CEP-2 terhadap kualitas semen sapi Peranakan Ongole pada suhu
penyimpanan 3-5oC

Article  in  Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan · April 2016


DOI: 10.21776/ub.jiip.2016.026.01.2

CITATIONS READS

15 1,265

4 authors, including:

Nurul Isnaini Aulia Puspita Anugra Yekti


Brawijaya University Brawijaya University
83 PUBLICATIONS   285 CITATIONS    58 PUBLICATIONS   159 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

sperm quality View project

All content following this page was uploaded by Nurul Isnaini on 08 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 7 - 15
ISSN: 0852-3681
E-ISSN: 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) dengan putih


telur pada pengencer CEP-2 terhadap kualitas semen sapi Peranakan
Ongole pada suhu penyimpanan 3-5oC

Nisa’us Sholikah, Nurul Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, Trinil Susilawati

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang


Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur

trinil_susilawati@yahoo.com

ABSTRACT: Purpose of this research was to investigate the effect of Bovine Serum
Albumin substitution by albumen on CEP-2 to semen quality Ongole CrossBred bull
stored at 3-5oC. Research was conducted at Research Centre Beef Cattle Laboratory,
Grati, Pasuruan on February 2016. Semen diluent was divided into two groups, there
were P0 (90% CEP-2 + 10% Egg Yolk (EY)); and P1 (90% CEP + 0.4% albumen +
10% EY). Data of the research were analyzed using paired design t test. The result
showed that after eight days chilled preservation, percentage of motility P1
(47.4±10.9%) was higher than P0 (47±9.2%). Percentage of viability P0 (83.1±1.9%)
was higher than P1 (81.3±1.5%). Percentage of abnormality P1 (3.6±0.4%) was lower
than P0 (3.8±0.3%). Total motile sperm count after six days chilled preservation was
significantly higher in all treatments compared to the standard criteria of SNI 40%
motile sperm/ml. The conclusion of this research was 0,4% albumen could replace the
BSA capability on CEP-2.

Keywords: CEP-2, Bovine Serum Albumin, chilled preservation, semen quality

PENDAHULUAN maksimal (Rizal, 2009). Teknologi IB


Sapi Peranakan Ongole (PO) menggunakan semen beku telah dikenal
merupakan salah satu plasma nutfah asli di seluruh Indonesia. Permasalahan
Indonesia yang memiliki produktivitas dalam penanganan semen beku yang
cukup baik. Peningkatan produktivitas sering dijumpai di lapang adalah
sapi PO dapat dipercepat dengan kesulitan dan keterlambatan dalam
penerapan berbagai teknologi di bidang memperoleh nitrogen cair dan
peternakan mulai dari teknologi pakan keterbatasan kontainer di lapang
hingga teknologi reproduksi. Khusus (Pratiwi dkk., 2005) meskipun Nitrogen
untuk teknologi reproduksi, pada saat cair tersedia di semua daerah. Selain itu,
ini, inseminasi buatan (IB) merupakan Susilawati (2013) menjelaskan bahwa
teknologi yang tepat untuk diterapkan spermatozoa setelah mengalami
pada peternakan. Inseminasi buatan pembekuan dan thawing banyak yang
merupakan teknologi yang dapat mengalami kerusakan membran. Salah
mengatasi keterbatasan jumlah pejantan satu cara untuk mengatasi masalah
unggul, serta kapasitas reproduksi tersebut adalah dengan menggunakan
pejantan dapat dimanfaatkan secara semen cair (liquid semen).

7
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

Kondisi spermatozoa yang semen sapi PO selama penyimpanan


mudah mengalami kerusakan pada saat pada suhu 3-5oC.
perlakuan maupun penyimpanan,
membutuhkan pengencer yang dapat MATERI DAN METODE
mempertahankan kualitas selama Penelitian dilaksanakan pada
penyimpanan (Susilawati, 2013). tanggal 1 Februari 2016 sampai tanggal
Beberapa jenis pengencer seperti Tris 29 Februari 2016 di Laboratorium
Aminomethane dan Andromed telah Reproduksi Loka Penelitian Sapi
terbukti mampu mempertahankan Potong Grati, Pasuruan. Materi
kualitas semen selama pendinginan. penelitian yaitu semen segar sapi
Pengencer yang sedang dalam tahap Peranakan Ongole (PO) dari Loka
perkembangan adalah pengencer Cauda Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan.
Epididymal Plasma 2 (CEP-2) yang Persyaratan semen segar yang
memiliki komposisi kimia seperti NaCl, digunakan yaitu semen yang
KCL, CaCl2(H2O)6, NaH2PO4, KH2PO4, mempunyai motilitas individu ≥70%
fruktosa, sorbitol, Bovine Serum dan motilitas massa 2+. Kuning telur
Albumin (BSA), tris, gentamicin dan (KT) yang digunakan berasal dari telur
asam sitrat (Verberckmoes et al., 2004). segar ayam ras petelur (layer) dengan
Bovine Serum Albumin (BSA) umur telur <3 hari. Bahan tambahan
merupakan salah satu bahan dalam pengencer yang digunakan untuk
pengencer CEP-2 yang merupakan mengganti BSA yaitu albumin yang
produk impor dengan harga yang sangat diambil dari telur segar bagian thin
mahal dan sulit didapatkan, sehingga albumin.
untuk mengatasi kendala tersebut Metode penelitian yang
dibutuhkan penelitian untuk digunakan adalah metode eksperimen
memperoleh bahan pengencer pengganti laboratorium dengan 2 perlakuan dan 10
yang dapat diperoleh secara mudah, ulangan. Perlakuan penelitian yaitu P0
murah, serta memiliki kualitas yang (90% CEP-2 + 10% KT) dan P1 (90%
baik. Salah satu alternatif yang bisa CEP + 0,4% putih telur + 10% KT).
digunakan untuk mengganti BSA pada Variabel penelitian yang diamati yaitu
pengencer CEP-2 adalah putih telur. variabel bebas berupa pengencer dan
Soekarta (2013) menyatakan bahwa variabel tidak bebas meliputi:
putih telur mengandung 18 asam amino persentase motilitas individu, persentase
yaitu alanin, arginin, asam aspartik, viabilitas, persentase abnormalitas, dan
asam glutamat, cystin, glysin, histidin, total spermatozoa motil. Data dianalisis
iso leucin, leucin, lysine, methionin, dengan statistik deskriptif dan diuji
fheny alanin, prolin, serin, theoronin, lebih lanjut menggunakan uji t
trypthofhan, tryosin, dan valin. berpasangan. Pada hari yang terdekat
Kandungan asam amino dan albumin dengan motilitas 40% dan total
pada putih telur diharapkan dapat spermatozoa yang motil antara P0 dan
membantu mempertahankan kondisi P1 kemudian diuji menggunakan
spermatozoa. Berdasarkan fakta Pearson’s Chi Square dengan nilai
tersebut, maka penelitian ini bertujuan harapan 40% sesuai dengan SNI.
untuk mengetahui pengaruh
penggantian BSA pada pengencer CEP- HASIL DAN PEMBAHASAN
2 menggunakan putih telur terhadap Pemeriksaan semen segar
motilitas, viabilitas dan abnormalitas dilakukan secara langsung setelah
penampungan semen. Kualitas semen

8
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

segar dapat diketahui melalui dua cara mikroskopis meliputi motilitas massa,
yaitu pemeriksaan secara makroskopis motilitas individu (%), dan konsentrasi.
dan mikroskopis. Pemeriksaan Hasil pemeriksaan kualitas semen segar
makroskopis meliputi volume, warna, secara makroskopis dan mikroskopis
bau, konsistensi, dan pH. Pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rataan pemeriksaan semen segar sapi PO


Parameter Rataan±SD
Makroskopis
Volume (ml) 5,9±1,9
Warna Putih kekuningan
Bau Khas semen
pH 7±0
Konsistensi Sedang
Mikroskopis
Motilitas Massa 2+
Motilitas Individu (%) 70±0
Konsentrasi (juta/ml) 1177,1±450,2

Volume semen masih dalam massa 2+, motilitas individu sebesar


kategori normal sesuai pendapat Garner 70±0% dan konsentrasi sebesar
and Hafez (2008) yang menyatakan 1177,1±450,2 juta/ml. Hasil
volume semen sapi setiap penampungan pemeriksaan mikroskopis menunjukkan
bervariasi dengan kisaran 1-15 ml atau bahwa semen segar layak proses sesuai
5-8 ml per ejakulasi. Semen sapi PO dengan pendapat Michael et al.(2010)
yang digunakan pada penelitian yang menyatakan bahwa persentase
mempunyai warna putih kekuningan motilitas individu semen segar yang
sehingga bisa dikategorikan berkualitas akan diproses memiliki standar minimal
baik. Susilawati (2013) menyatakan sebesar 65%.
warna semen sapi yang normal adalah
putih susu atau putih kekuningan Persentase motilitas spermatozoa
disebabkan karena terdapat riboflavin, selama penyimpanan suhu 3-5oC
sedangkan semen yang abnormal Persentase motilitas spermatozoa
berwarna kuning kemerahan karena diamati setiap 24 jam sekali dimulai
adanya air, nanah dan darah. Semua pada hari pertama penyimpanan hingga
semen segar yang diperoleh pada persentase motilitas turun menjadi 30%
penelitian mempunyai bau khas sapi. yaitu hari ke-8. Persentase motilitas
Rataan pH semen segar yang diperoleh individu spermatozoa dinilai dengan
7±0, hal ini sesuai pendapat Garner and menghitung persentase spermatozoa
Hafez (2008) yang menyatakan kisaran yang bergerak progresif ke depan.
normal pH semen sapi adalah 6,4-7,8. Rataan persentase motilitas
Konsistensi semen segar dalam kategori spermatozoa disajikan pada Tabel 2
sedang. Susilawati (2013) menjelaskan dimana P1 (90% CEP (tanpa BSA) +
bahwa konsistensi semen sedang 0,4% putih telur + 10% KT) lebih tinggi
mengandung 1000.106-1500.106 dari pada rataan persentase motilitas
spermatozoa/ml semen. spermatozoa pada P0 (90% CEP-2 +
Hasil pemeriksaan secara 10% KT).
mikroskopis mendapatkan hasil motilitas

9
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

Tabel 2. Rataan persentase motilitas spermatozoa


Motilitas (%)
Perlakuan/Waktu
P0 P1
Hari 1 63,5 ±4,1 63,0±3,5
Hari 2** 53,5±4,7 58,0±5,4
Hari 3** 50,5±10,9 52,5± 8,6
Hari 4** 48,5±10,8 50,5±8,6
Hari 5* 45,0±10,0 47,5±9,5
Hari 6** 41,5±6,7 41,0±8,8
Hari 7** 39,5±5,0 35,5±5,5
Hari 8** 34,0±4,6 31,0±4,6
Keterangan:
P0 : 90% CEP-2 + 10% KT
P1 : 90% CEP (tanpa BSA) + 0,4% putih telur + 10% KT
* : terdapat perbedaan nyata antara P0 dan P1 (P<0,05)
** : terdapat perbedaan sangat nyata antara P0 dan P1 (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 2, rataan telur juga mempengaruhi daya tahan


persentase motilitas spermatozoa selama telur dari cemaran.
penelitian menunjukkan bahwa Hasil analisis data uji t
penggunaan pengencer P0 (90% CEP-2 berpasangan menunjukkan bahwa pada
+ 10% KT) maupun P1 (90% CEP penyimpanan hari 1 tidak terdapat
(tanpa BSA) + 0,4% putih telur + 10% perbedaan nyata antara P0 dan P1
KT) selama penyimpanan dingin hingga terhadap motilitas spermatozoa (P>0,05),
hari ke-6 masih diatas standar untuk akan tetapi pada hari selanjutnya
dapat digunakan inseminasi buatan (IB) terdapat perbedaan yang sangat nyata
yaitu secara berturut-turut sebesar yaitu pada hari 2, hari 3, hari 4, hari 6,
41,5±6,7% dan 41±8,8%. Akan tetapi hari 7, dan hari 8 (P<0,01), sedangkan
pada hari 6 rataan persentase motilitas terdapat perbedaan yang nyata pada hari
spermatozoa pada P1 mulai mengalami 5 (P<0,05).
penurunan yang drastis, hal ini diduga Berdasarkan hal tersebut,
karena terdapat perkembangan substitusi BSA dengan putih telur
mikroorganisme didalam pengencer P1. mampu mempertahankan motilitas
Didalam putih telur yang digunakan spermatozoa sampai hari 5, sedangkan
untuk pembuatan pengencer terdiri dari hari berikutnya putih telur cukup mampu
berbagai macam komponen kimia sesuai mendekati kemampuan BSA dalam
pendapat Hui (2006) yang menyatakan pengencer CEP-2. Hal ini sesuai dengan
bahwa didalam putih telur terdapat 88% pendapat Sianturi dkk (2004) yang
air, 11% protein, serta karbohidrat, menyatakan putih telur dari telur ayam
mineral, dan lemak dalam jumlah yang dapat digunakan sebagai albumin
kecil. Kandungan air yang tinggi dan alternatif pengganti BSA (Bovine Serum
lamanya penyimpanan dapat Albumin) dalam proses pemisahan
menyebabkan tumbuhnya spermatozoa dan dianggap cukup layak
mikroorganisme sesuai dengan untuk digunakan. Malik et al., (2015)
pernyataan Nugraha dkk. (2012) yang menjelaskan bahwa semakin lama semen
menjelaskan bahwa waktu penyimpanan disimpan pada suhu dingin, maka

10
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

spermatozoa kehilangan potensi keadaan baik sedangkan spermatozoa


motilitas progresif. mati akan menyerap warna akibat
rusaknya membran sel spermatozoa.
Persentase viabilitas spermatozoa Hasil ulasan diamati menggunakan
selama penyimpanan suhu 3-5oC mikroskop perbesaran 400x.
Viabilitas atau daya hidup Hasil penelitian menunjukkan
spermatozoa dapat diamati melalui rataan persentase viabilitas spermatozoa
perubahan warna spermatozoa setelah pada P0 (90% CEP-2 + 10% KT) lebih
diulas menggunakan pewarna eosin tinggi dari pada rataan persentase
negrosin. Spermatozoa yang hidup viabilitas spermatozoa pada P1 (90%
ditandai dengan warna yang masih CEP (tanpa BSA) + 0,4% putih telur +
terang atau tidak menyerap warna karena 10% KT). Rataan persentase viabilitas
membran sel spermatozoa dalam spermatozoa ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan persentase viabilitas spermatozoa


Viabilitas (%)
Perlakuan/Waktu
P0 P1
**
Hari 1 85,5±4,1 84,5±4,0
Hari 2** 85,0±5,0 82,7±5,7
Hari 3** 84,7±4,8 81,9±4,7
Hari 4** 83,0±5,4 80,8±2,6
Hari 5* 82,9±4,0 80,8±2,2
Hari 6** 82,6±4,2 81,8±5,8
Hari 7** 80,6±6,7 79,6±6,4
Hari 8** 80,5±3,1 79,8±2,3
Keterangan:
P0 : 90% CEP-2 + 10% KT
P1 : 90% CEP (tanpa BSA) + 0,4% putih telur + 10% KT
* : terdapat perbedaan nyata antara P0 dan P1 (P<0,05)
** : terdapat perbedaan sangat nyata antara P0 dan P1 (P<0,01)

Hasil analisis data uji t viabilitas spermatozoa pada saat suhu


berpasangan menunjukkan bahwa menurun diduga disebabkan oleh
selama penyimpanan dingin terdapat fosfolipid membran sel spermatozoa
perbedaan yang sangat nyata terhadap yang mengalami kerusakan permanen
viabilitas spermatozoa yaitu pada hari 1, dan penurunan fungsi membran sel.
hari 2, hari 4, hari 5, hari 6, hari 7, dan Menurut Uysal and Bucak (2007), fungsi
hari 8 (P<0,01), sedangkan terdapat BSA dalam pengencer adalah untuk
perbedaan yang nyata pada hari 3 melindungi integritas membran
(P<0,05). Putih telur cukup mampu spermatozoa dari keadaan lingkungan
menggantikan BSA untuk misalnya keadaan panas ataupun reaksi
mempertahankan viabilitas spermatozoa oksidatif. Ditambahkan oleh Li et al.
karena memiliki rataan persentase (2008) bahwa komposisi dan konformasi
viabilitas spermatozoa ≥70% sampai hari dari BSA yaitu: satu molekul BSA
8 selama penyimpanan dingin. Spinaci et mengandung 583 asam amino dalam
al. (2015) melaporkan bahwa penurunan

11
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

rantai polipeptida tunggal dengan berat sel akan rusak yang berpengaruh
molekul sekitar 66.000 g/mol2. terhadap metabolisme spermatozoa.
Menurut Sarder (2004), keadaan
Persentase abnormalitas spermatozoa membran sel spermatozoa yang tidak
selama penyimpanan suhu 3-5oC sempurna akan meningkatkan
Perhitungan abnormalitas abnormalitas spermatozoa.
spermatozoa dilakukan dengan membuat Rataan persentase abnormalitas
preparat ulas menggunakan pewarna spermatozoa pada P0 (90% CEP-2 +
eosin negrosin kemudian dilakukan 10% KT) lebih tinggi dari pada rataan
pengamatan dengan mikroskop persentase motilitas spermatozoa pada
perbesaran 400x. Persentase P1 (90% CEP (tanpa BSA) + 0,4% putih
abnormalitas spermatozoa selama telur + 10% KT). Rataan persentase
o
penyimpanan pada suhu 3-5 C pada abnormalitas spermatozoa ditampilkan
penelitian mengalami peningkatan. pada Tabel 4.
Semakin lama penyimpanan membran

Tabel 4. Rataan persentase abnormalitas spermatozoa


Abnormalitas (%)
Perlakuan/Waktu
P0 P1
*
Hari 1 3,3±1,6 3,4±2,1
Hari 2** 3,5±0,8 3,2±0,7
Hari 3** 3,6±1,2 3,2±1,0
Hari 4* 3,9±1,4 3,3±1,0
Hari 5* 4,1±1,5 3,5±1,0
Hari 6* 4,0±1,9 3,7±0,3
Hari 7 * 4,0±1,2 4,2±0,5
Hari 8** 4,1±1,1 4,0±0,5
Keterangan:
P0 : 90% CEP-2 + 10% KT
P1 : 90% CEP (tanpa BSA) + 0,4% putih telur + 10% KT
* : terdapat perbedaan nyata antara P0 dan P1 (P<0,05)
** : terdapat perbedaan sangat nyata antara P0 dan P1 (P<0,01)

Hasil analisis data uji t sedangkan pada P0 (90% CEP-2 + 10%


berpasangan menunjukkan bahwa KT) cenderung bertahan. Hal ini dapat
terdapat perbedaan yang nyata pada hari dipengaruhi beberapa faktor antara lain
1, 5 dan 6 (P<0,05) serta terdapat prosesing semen, penyimpanan, dan
perbedaan yang sangat nyata pada hari 2, kondisi fisiologis pengencer (Susilawati,
hari 3, hari 4, hari 7, dan hari 8 (P<0,01). 2013). Semen cair menggunakan
Putih telur mampu menggantikan BSA pengencer P0 maupun P1 bisa
untuk mempertahankan spermatozoa diaplikasikan untuk inseminasi buatan
normal sampai hari 6. Pada hari 7 dan 8 (IB), karena mempunyai persentase
terjadi peningkatan persentase abnormalitas yang rendah meskipun
abnormalitas spermatozoa yang disimpan selama 8 hari pada suhu
signifikan pada P1 (90% CEP (tanpa dingin. Ax et al. (2008) melaporkan
BSA) + 0,4% putih telur + 10% KT), bahwa spermatozoa dengan abnormalitas

12
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

lebih dari 20% tidak dapat digunakan ataupun semen cair dan semen beku
untuk IB. yang digunakan harus memiliki total
spermatozoa motil yang optimal untuk
Total spermatozoa motil terjadinya fertilisasi (Salim dkk., 2012).
Total spermatozoa motil dapat Rataan total spermatozoa motil
dicari dengan mengalikan volume semen semen cair yang disimpan selama 6 hari
dengan konsentrasi kemudian dikalikan menunjukkan P0 (90% CEP-2 + 10%
dengan persentase motilitas individu KT) memiliki nilai lebih tinggi dari pada
(Susilawati, 2013). Total spermatozoa rataan persentase motilitas spermatozoa
motil perlu diketahui karena peluang pada P1 (90% CEP (tanpa BSA) + 0,4%
terjadinya fertilisasi ditentukan oleh putih telur + 10% KT). Rataan total
jumlah spermatozoa motil progresif yang spermatozoa motil ditampilkan pada
ada dalam suatu ejakulat. Suatu ejakulat Tabel 5.

Tabel 5. Rataan total spermatozoa motil pada pendinginan hari 6


Perlakuan Total spermatozoa motil (Juta/ml)
P0 41,5±6,7
P1 41,0±8,8
Keterangan:
P0: 90% CEP-2 + 10% KT
P1: 90% CEP (tanpa BSA) + 0,4% putih telur + 10% KT

Hasil analisis menggunakan menggantikan BSA dalam pengencer


Pearson’s Chi Square pada hari 6 CEP-2 hingga hari 5. Semen segar yang
dengan nilai harapan 40 juta diencerkan dengan 90% CEP + 0,4%
spermatozoa motil per 100 juta putih telur + 10% KT selama
konsentrasi menunjukkan perbedaan penyimpanan sampai hari 6 dapat
yang sangat nyata (P<0,01), Chi Square diaplikasikan untuk inseminasi buatan
hitung > Chi Square tabel 0,01. Semen (IB). Perlu adanya penelitian lebih lanjut
cair menggunakan pengencer P0 maupun untuk mengkaji mikroorganisme yang
P1 pada penyimpanan hari 6 bisa tumbuh dan berkembang dalam
diaplikasikan untuk inseminasi buatan pengencer.
(IB) karena menunjukkan hasil
spermatozoa motil yang lebih tinggi dari DAFTAR PUSTAKA
standar yang ditetapkan oleh SNI yaitu Ax, R., M. Dally, B. Didion, R. Lenz, C.
40% spermatozoa motil dari total Love, D. Varner, Hafez, and M.
konsentrasi (BSN, 2005). Bellin. 2008. Semen evaluation
in reproduction in farm animal.
KESIMPULAN DAN SARAN 7th edition. Edited by Hafez,
Penggunaan putih telur mampu E.S.E. Co. Director.
menggantikan BSA dalam pengencer Reproductive Health Kiawah
CEP untuk semen yang disimpan pada Island. South Carolina. USA:
suhu 3-5oC ditinjau dari persentase 365-370.
motilitas, persentase viabilitas, dan BSN. 2005. Semen beku sapi. Badan
persentase abnormalitas spermatozoa. Standarisasi Nasional. SNI 01-
Saran untuk penelitian ini, perlakuan P1 4869.1-2005. BSN. Jakarta.
dengan kandungan 0,4%putih telur dapat

13
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

Garner, D. L. and E. S. E Hafez. 2008. pada Seminar Nasional


Spermatozoa and seminal plasma Teknologi Peternakan dan
in reproduction in farm animals Veteriner 2005.
7th edition. Blackwell Publishing Rizal, M. 2009. Daya hidup spermatozoa
Professional. USA. 7:96-109. epididimis sapi Bali yang
Hui, Y. H. 2006. Handbook of food dipreservasi pada suhu 3–5oC
science, technology, and dalam pengencer tris dengan
engineering. CRC Press,Taylor konsentrasi laktosa yang berbeda.
and Francis Group. New York: Jurnal Ilmu Ternak dan
90-3. Veteriner. 14(2): 142-149.
Li, Y., J. Lee, J. Lal, L. An and Q. Salim, M. A., T. Susilawati dan S.
Huang. 2008. Effects of pH on Wahyuningsih. 2012. Pengaruh
the interactions and conformation metode thawing terhadap kualitas
of bovine serum albumin: semen beku sapi Bali, sapi
comparison between chemical Madura dan sapi PO. Agripet.
force microscopy and small-angle 12(2): 14-20.
neutron scattering. J. Phys. Sarder, M. J. U. 2004. Morphological
Chem. 112(2008): 3797-3806. sperm abnormalities of different
Malik, A., M. Laily and M. I. Zakir. breeds of AI bull and its impact
2015. Effect of long term storage on conception rate of cows in AI
(iki terusane) of semen in liquid programme. Bang. J. Vet. Med.
nitrogen on the viability, motility, 2(2): 129-135.
and abnormality of frozen thawed Sianturi, R. G., P. Situmorang, E.
Frisian Holstein spermatozoa. Triwulanningsih, T. Sugiarti dan
Asian Pasific Journal of D. A. Kusumaningrum. 2004.
Reproduction. 4(1): 22-25. Pengaruh isobutil metilxantina
Michael, A. J., C. Alexopoulus, E. A. (IMX) dan waktu pemisahan
Pontiki, D. J. H. Litina, P. terhadap kualitas dan efektifitas
Saratsis, and H. N. Ververidis. pemisahan spermatozoa dengan
2010. Effect of n-acetyl-l- metode kolom albumin telur.
cysteinsupplementation in semen Jurnal Ilmu Ternak dan
extenders on semen quality and Veteriner. 9(4):246-251.
reactive oxygen species of chilled Soekarta, T. 2013. Teknologi
canine spermatozoa. Reprod penanganan dan pengolahan
Domest Anim. 45(2010): 201- telur. Alfabeta. Bandung.
207. Spinaci, M., S. Perteghella, T.
Nugraha, A., I. B. N. Swacita, dan K. P. Clhapanidas, G. Galeati, D. Vigo,
G Tono. 2012. Deteksi bakteri C. Tamanini, and D. Bucci. 2015.
Salmonella spp dan pengujian Storage of sexed boar
kualitas telur ayam buras. spermatozoa: limits and
Indonesia Medicus Veterinus. perspectives. Theriogenology.
1(3) : 320-329. 30(2005) :1-9.
Pratiwi, W. C., L. Affandhy dan D. Susilawati, T. 2013. Pedoman inseminasi
Pamungkas. 2005. Observasi buatan pada ternak. University of
kualitas spermatozoa pejantan Brawijaya Press. Malang.
Simmental dan PO dalam straw Uysal, O. and M. N. Bucak. 2007. Effect
dingin setelah penyimpanan 7 of oxidized gluthatione, bovine
hari pada suhu 5°C. Disampaikan serum albumin, cystein and

14
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1):7 – 15

lycopene on the quality of frozen- Kruif. 2004. Storage of fresh


thawed ram semen. Acta Vet. bovine semen in diluent based on
BRNO. 76: 383-390. the ionic composition of cauda
Verberckmoes, S., A. Van Soom, J. epididymal plasma. J. Reprod.
Dewulf, I. De Pauw and A. de Dom. Anim. 39 (6): 1-7.

15

View publication stats

You might also like