Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Bondowoso is districts in East Java with the third lowest HDI, which amounted to 65.39 with a life
expectancy of 63.95 years. It shows that access to health is still limited. According to these
conditions, it needs for a review the implementation of the National Health Insurance policy. The
objective of this study was to analyze the preparedness and perception of Bondowoso
community for the National Health Insurance (NHI) policy. This type of research is observational
descriptive with quantitative approach. The sample was 192 respondents with multistage random
sampling technique. Data was obtained through interviews using a questionnaire, and then
analyzed using univariate and presented descriptively. Research shows that respondents aged
40-49 years (39.1%), male sex (68.8%) with a high school education level / equivalent (55.2%).
Resources owned television (97.4%). However, respondents get information NHI from
neighbors / friends (54.1%), respondents felt the need to have health insurance for families
(65.6%). There were 58.3% of respondents who were not participants NHI the grounds
complexity procedures (46.4%). Income and expenditure of respondents in the range of
1,000,000 to 2,000,000 rupiah. NHI amounts of fees that could be accepted by the response was
5,000 rupiah (31.8%).
Abstrak
Bondowoso merupakan kabupaten di Jawa Timur dengan IPM terendah ketiga, yakni sebesar
65,39 dengan angka harapan hidup sebesar 63,95 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
akses terhadap kesehatan masih terbatas. Berdasarkan kondisi tersebut perlunya dilakukan
kajian terhadap kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kesiapan dan persepsi masyarakat Bondowoso terhadap kebijakan Jaminan
Kesehatan Nasional. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan
kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah 192 responden dengan teknik multistage random
sampling. Data diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis
menggunakan uji univariat dan disajikan secara deskriptif. Penelitian menunjukkan bahwa
responden berusia 40-49 tahun (39,1%), berjenis kelamin laki-laki (68,8%) dengan tingkat
pendidikan SLTA/ Sederajat (55,2%). Sumber informasi yang dimiliki adalah televisi (97,4%).
Meski begitu, responden mendapatkan informasi JKN dari tetangga/ teman (54,1%), responden
merasa perlu memiliki jaminan kesehatan bagi keluarga (65,6%). Terdapat 58,3% responden
yang bukan peserta JKN dengan alasan kerumitan prosedur (46,4%). Pendapatan dan
pengeluaran keluarga responden pada rentang 1.000.000 hingga 2.000.000 rupiah. Besaran
iuran JKN yang dapat diterima oleh respon adalah sebesar 5.000 rupiah (31,8%)
Kata kunci: kesiapan, persepsi, jaminan kesehatan nasional
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui pula jaminan kesehatan hingga alasan untuk tidak
bahwa tingkat pendidikan responden paling menjadi peserta jaminan kesehatan nasional.
besar adalah SLTA/ Sederajat (55,2%). Sumber Berikut merupakan tabel yang
informasi yang dimiliki oleh responden berurut- mendeskripsikan sikap responden di Kabupaten
urut mulai dari yang paling banyak dimiliki Bondowoso terkait JKN.
adalah televisi (97,4%), radio (76,6%), internet Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap
(33,3%), koran (30,2%), dan majalah (15,6%). Responden terkait JKN
Pekerjaan responden paling besar adalah
pada kategori lain-lain (28,1%), seperti ibu Sikap Responden %
rumah tangga dan mahasiswa. 1 Perlunya JKN
Perlu 126 65.6
Pengetahuan Tidak Perlu 66 34.4
Total 192 100
Berikut merupakan tabel yang
mendeskripsikan pengetahuan responden di 2 Alasan Ketidakperluan JKN
Kabupaten Bondowoso terkait JKN. Iuran tiap bulan
14 21.2
memberatkan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden terkait JKN Pelayanan kurang 12 18.2
Prosedur rumit 40 60.6
Pengetahuan Responden %
Total 66 100.0
1 Mendengar JKN/ BPJS 3 Kepesertaan JKN/ BPJS
Pernah 148 77.1 Ya 80 41.7
Tidak Pernah 44 22.9 Tidak 112 58.3
Total 192 100.0 Total 192 100.0
4 Alasan Bukan Peserta JKN
2 Sumber Informasi
Tidak Tahu 38 33.9
Keluarga 14 9.5 Ekonomi: takut iuran tiap
12 10.7
Tetangga/ teman 80 54.1 bulan
Tenaga Kesehatan 32 21.6 Pelayanan tidak/ kurang
10 8.9
memuaskan
Petugas Kelurahan 8 5.4
Prosedur Rumit 52 46.4
Petugas BPJS 8 5.4
Total 112 100.0
Lain-lain 6 4.1 Sumber: Data primer terolah
Total 148 100
Sumber: Data primer terolah Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
bahwa responden merasa perlu memiliki
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui jaminan kesehatan bagi keluarga (65,6%).
bahwa 77,1 persen responden telah mendengar Namun, masih ada 34,4% responden yang
mengenai JKN. Informasi yang mereka dapat merasa tidak perlu adanya jaminan kesehatan
paling banyak berasal dari tetangga (54,1%) dan bagi keluarganya. Hal ini disebabkan oleh
tenaga kesehatan (21,6%). prosedur yang menurut responden rumit bagi
mereka (60,6%). Selain itu, dari 192 responden,
Sikap ada 58,3 % responden yang bukan peserta JKN
atau tidak mengikuti JKN. Alasan responden
Sikap dalam penelitian ini merupakan tidak menjadi peserta JKN adalah karena
variabel yang menunjukkan penilaian tertutup mereka merasa bahwa prosedur dalam
responden terhadap implementasi kebijakan mengikuti JKN terlalu rumit (46,4%). Kerumitan
Jaminan Kesehatan Nasional. dari prosedur dapat disebabkan oleh
Pada variabel ini mengidentifikasi sikap ketidaktahuan mereka atau kurangnnya
responden meliputi penilaian responden informasi yang mereka pahami terkait prosedur
terhadap urgensi dari suatu jaminan kesehatan, yang ditetapkan. Hal tersebut dapat saja terjadi,
sikap resistensi terhadap implementasi jaminan karena berdasarkan penelitian alasan terbesar
kesehatan, alasan mengikuti kepesertaan kedua atas ketidakpesertaan JKN adalah karena
maka akses untuk mendapatkan informasi juga dipengaruhi oleh informasi yang mereka terima,
semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan baik dari segi kuantitas dan kualitas
Marsinambow (1997) yang menjelaskan bahwa informasinya. Sikap yang diambil oleh
wanita memiliki akses yang lebih rendah responden tersebut akan menjadi dasar untuk
terhadap informasi baru [6]. membuat keputusan untuk menjadi peserta JKN
Todaro dan Smith (2006) menjelaskan atau tidak. Berdasarkan hal tersebut, maka
bahwa tingkat pendidikan formal dibutuhkan dapat disimpulkan bahwa respon memiliki sikap
untuk menjangkau akses informasi terbaru [7]. yang positif terhadap JKN, namun karena alas
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan an prosedur yang rumit akhirnya keputusan
masyarakat yang sudah cukup akan berdampak mereka berubah menjadi negative, yakni
pada tingginya akses informasi mereka terhadap menolak untuk mengikuti JKN.
informasi terbaru, seperti JKN. Kemungkinan Menurut Sakinah, dkk (2014) bahwa ada
tersebut diperbesar dengan keberadaan sumber hubungan yang signifikan antara tingkat
informasi yang memadai seperti televisi dan pendapatan masyarakat dengan kesadaran
radio. Keseluruhan kondisi tersebut masyarakat dalam berasuransi. Semakin tinggi
menyebabkan akses informasi baru termasuk pendapatan seseorang maka semakin tinggi
informasi JKN menjadi lebih besar kesadaran masyarakat dalam berasuransi dan
kemungkinannya untuk dapat diterima oleh membayar iuran [11].
masyarakat Bondowoso. Afifi (2009), menjelaskan bahwa
Pekerjaan responden akan pengeluaran rata-rata perbulan memiliki
mempengaruhi bagaimana yang bersangkutan hubungan dengan kepemilikan asuransi
menanggapi JKN. Seseorang akan memperoleh komersil [12]. Peserta yang memiliki asuransi
pendapatan sesuai dengan jenis pekerjaan merupakan mereka yang sudah bekerja dan
yang dimilki. Pendapatan yang diperoleh dari memiliki pendapatan lebih tinggi serta dapat
hasil bekerja tersebut merupakan penghasilan meyeimbangkan pengeluaran rata-rata antara
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran pangan dan non pangan, sehingga
hidup, salah satunya adalah menyisihkan sebagian besar dari mereka sudah menyisihkan
penghasilan tersebut untuk membayar iuran pendapatan yang digunakan untuk pembayaran
asuransi kesehatan [8]. asuransi
Irawan (2007) menjelaskan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dapat
informasi tersebut dapat didefiniskan sebagai diketahui bahwa rata-rata pendapatan dari
saran berupa informasi dan dikenal sebagai keluarga responden di Kabupaten Bondowoso
word of mouth. Word of mouth merupakan adalah sebesar 2.439.954 rupiah, sedangkan
bagian penting dari strategi komunikasi 1.515.625 rupiah sebagai rata-rata pengeluaran.
pemasaran yang sering dilakukan apabila terkait Dari rata-rata tersebut, dapat diketahui bahwa
dengan hal baru atau berharga mahal atau hal ada sekitar 924.329 rupiah yang tersisa dari
yang bersifat kompleks [9]. Informasi JKN dapat pemenuhan kebutuhan baik pangan dan non
termasuk dalam informasi hal baru dan pangan tiap keluarga responden. Apabila uang
kompleks bagi masyarakat, sehingga sejumlah tersebut dibagi dengan angka family
penyebaran informasi yang efektif untuk saat ini size Kabupaten Bondowoso yakni sebesar 2,84
adalah melalui word of mouth. orang per keluarga [13], maka akan didapatkan
Berdasarkan hasil penelitian yang angka sebesar 325.468 rupiah untuk setiap
menyatakan bahwa peserta JKN merasa bahwa orang.
prosedur dalam mengikuti JKN terlalu rumit. Hal Uang sejumlah tersebut merupakan uang
ini menunjukkan masih perlunya dilakukan yang tersisa dari pemenuhan kebutuhan pangan
sosialisasi yang massive mengenai JKN dan non pangan setiap bulannya. Uang
terhadap masyarakat. sejumlah tersebut pula yang dapat menjadi
Terkait hal tersebut, Basyaid (2005) sumber dari pembayaran premi bagi anggota
menjelaskan bahwa pertimbangan merupakan keluarga yang menjadi peserta JKN dari
aspek kognitif dari proses pembuatan golongan non PBI yakni Pekerja Bukan
keputusan. Pembuatan keputusan sangat Penerima Upah (PBPU) dan peserta Bukan
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas Pekerja (BP). Uang sejumlah tersebut masih
informasi yang diperoleh pembuat keputusan jauh melebihi dari berbagai opsi iuran yang
[10]. Oleh karena itu, keputusan dari sikap yang ditetapkan oleh BPJS yakni sebesar 25.500
diambil oleh responden terkait JKN maupun rupiah, 42.500 rupiah, dan 59.500 rupiah. Meski
jaminan kesehatan dalam keluarganya hanya
begitu, masih ada 58,3 persen responden yang mereka dapatkan masih terbatas. Hal tersebut
bukan merupakan peserta JKN. berdampak pada ketidakyakinan mereka untuk
Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh mengikuti JKN. Selain itu, penilaian terhadap
pengetahuan responden yang masih rendah prosedur kepesertaan JKN yang rumit juga
terkait JKN. Hal ini dibuktikan dengan 33,9 menyebabkan masyarakat merasa enggan
persen responden bukan peserta JKN yang mengikuti jaminan kesehatan. Besarnya iuran
mengaku bahwa tidak mengerti tentang JKN. yang dapat diterima oleh responden adalah
Selain itu, ada 46,4 persen responden bukan sebesar 5.000 rupiah.
peserta JKN yang berpendapat bahwa prosedur Terkait hal tersebut, maka perlu adanya
JKN rumit bagi mereka. Hal tersebut merupakan upaya aktif dan massive dari BPJS sebagai
alasan bagi sebagian besar 112 responden penanggung jawab pelaksana Program JKN
untuk tidak mengikuti JKN. untuk mensosialisasikan informasi yang benar
Hitungan dalam penelitian ini masih terkait JKN kepada masyarakat Kabupaten
belum terlalu detail terhadap perhitungan Bondowoso. Upaya tersebut dapat melibatkan
kemampuan dan pengeluaran masyarakat, organisasi kemasyarakatan karena informasi
sehingga penelitian selanjutnya dibutuhkan JKN paling banyak diterima oleh masyarakat
penelitian yang khusus mengkaji kemampuan melalui tetangga atau teman. Hal ini merupakan
dan kemauan masyarakat terhadap jaminan upaya pertama yang penting untuk membentuk
kesehatan nasional. persepsi yang tepat di masyarakat, sehingga
Permata (2012) menjelaskan bahwa pada akirnya dapat meningkatkan kepesertaan
faktor yang mempengaruhi kemauan membayar dari masyarakat Kabupaten Bondowoso
jaminan kesehatan antara lain produk yang Dari hasil tersebut, diperlukan upaya
ditawarkan, kualitas dan kuantitas pelayanan sosialisasi di masyarakat dengan pendekatan
yang diberikan, maksud pengguna terhadap partisipatif melalui kegiatan-kegiatan sosial yang
jasa, dan penghasilan pengguna [14]. Oleh ada di lingkungan sehingga informasi mengenai
karena itu perlu adanya upaya pemberian jaminan kesehatan nasional dan pentingnya
informasi yang tepat dan massive agar 33,9% jaminan kesehatan dapat diterima semua
dan 46,4% responden bukan JKN yang lapisan masyarakat. Selain itu, perlunya
beralasan bahwa ketidakikutsertaannya karena dilakukan kajian kemampuan dan kemauan
tidak tahu tentang JKN dan menganggap masyarakat terhadap implementasi jaminan
prosedur kepesertaan terlalu rumit. Hal tersebut kesehatan nasional sehingga didapatkan angka
dilakukan karena apabila dilihat dari selisih detail mengenai besar pendapatan dan
pendapat dengan pengeluaran masing-masing pengeluaran di masyarakat serta kemauan
anggota keluarga, dapat diketahui bahwa selisih masyarakat dalam membayar premi jaminan
pendapatan dan pengeluaran keluarga masih agar memiliki dasar dalam penetapan besaran
lima kali lebih besar dari iuran JKN kelas paling tarif premi yang harus ditanggung oleh
atas sekalipun. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat.
dapat diketahui bahwa sebenarnya responden
mampu untuk membayar iuran namun tidak Daftar Pustaka
bersedia mengikuti JKN karena minimnya
pemahaman atas produk yang ditawarkan, [1] Heriyanto D. 2010. Analisis Faktor - Faktor
kualitas dan kuantitas pelayanan yang yang Mempengaruhi Indek Pembangunan
diberikan, serta maksud pengguna JKN. Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi
Namun sekali lagi, hitungan dalam Kalimantan Barat Tahun 2006-2010. [Serial
penelitian ini masih belum terlalu detail terhadap Online]. portalgaruda.org/article.php. [28
perhitungan kemampuan dan kemauan Desember 2015]
masyarakat, sehingga pada penelitian [2] Indonesia. BPJS. 2014. Info BPJS
selanjutnya dibutuhkan penelitian yang khusus Kesehatan: Media Internal Resmi BPJS
mengkaji kemampuan dan kemauan masyarakat Kesehatan Edisi III Bulan Juli 2014. [Serial
terhadap jaminan kesehatan nasional. Online]. http://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments. [28
Simpulan dan Saran Desember 2015]
[3] Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
Berdasarkan hasil penelitian dapat RISKESDAS 2013. Jakarta: Badan
diketahui bahwa banyak masyarakat yang telah Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
mendengar terkait JKN, namun informasi yang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; [11] Sakinah U., et al. 2014. Faktor-faktor yang
2013. Berhubungan dengan Kesadaran
[4] Indonesia. Peraturan Presiden Republik Masyarakat Kelurahan Poris Gaga
Indonesia Nomor 111 Tahun 2013. Tangerang dalam Berasuransi
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor Kesehatan. Forum Ilmiah, Mei 2014.
12 Tahun 2013 tentang Jaminan 11 (2), [Serial Online].
Kesehatan. Lembaran Negara Republik http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/F
Indonesia Tahun 2013 Nomor 255. Jakarta: ormil/article/view/880/810 [diakses 28
Sekretariat Negara. Desember 2015]
[5] Hurlock BE. Psikologi Perkembangan: [12] Afifi A. 2009. Faktor-Faktor yang
Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Berhubungan dengan Kepemilikan
Kehidupan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga; Asuransi. [Serial Online]. lib.ui.ac.id/file?
1999..
[6] Masinambow. Antropologi di Indonesia, file=digital. [28 Desember 2015]
Jakarta: Obor Indonesia; 1997. [13] Kab Bondowoso Badan Pemberdayaan
[7] Todaro MP dan Smith SC. Economic Perempuan dan Keluarga Berencana
Development Ed. 9. Jakarta: Erlangga (BP2KB) Kabupaten Bondowoso. 2013.
[8] Widyasih, Eka., et al. 2014. Persepsi Pendataan Keluarga: Dalam Angka
Masyarakat terhadap Pelayanan BPJS di Tahun 2013 Kabupaten Bondowoso.
RSI Kendal. Prosiding Konferensi Nasional Bondowoso: BP2KB Bondowoso.
II PPNI Jawa Tengah 2014 [14] Permata MR. Analisa Ability To Pay Dan
[9] Irawan HD. Smarter Marketing Moves. Willingness To Pay Pengguna Jasa
Jakarta : Pt. Elex Media Komputindo; 2007. Kereta Api Bandara Soekarno Hatta
[10] Basyaib F. Teori Pembuatan Keputusan. Manggarai. Tesis. Jakarta: Program
Jakarta: Grasindo; 2005. Pascasarjana Universitas Indonesia;
2012.