You are on page 1of 7

Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al.

JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1

KOMPOSISI KIMIA DAN AKTIVITAS


ANTIHIPERGLIKEMIK BIOMASSA DAN
POLISAKARIDA EKSTRASELULER DARI
MIKROALGA Porphyridium cruentum
Chemical composition and Antihiperglychemic Activity of Biomass and
Extracelluler Polysaccharide of Microalgae Porphyridium cruentum
Iriani Setyaningsih*, Ella Salamah, Dwi Abdia Rahman
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
*Korespondensi: Jln. Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga-Bogor 16680 Telp. +622518622915
Fax. +622518622916. E-mail: iriani25@gmail.com
Diterima 24 April 2013/Disetujui 13 Mei 2012

Abstract
The aim of this research was to determine chemical composition, active compound and antihiper glychemic
(-glucosidase inhibition) activity of biomass and extracellular polysaccharide of Porphyridium cruentum. The
Porphyridium cruentum cells were cultivated in Becker medium at 27-28,5oC, continously aerated and lighted
at 500-2000 lux. The cells were harvested at the end of the stationary phase. Their biomass and extracellular
polysaccharide were determined for term of chemical composition, active components, and antihiperglychemic
activities. The results indicated that moisture, ash, protein, fat, and carbohydrat composition of dried biomass
were 11.67%, 38.34%, 5.54%, 0.33%, and 44.12%, respectively. Active components found in the dried biomass
were alkaloids, flavonoids and phenol hydroquinones. The value of -glucosidase inhibition of dried biomass
and extracellular polysaccharides were 33.82% and 71.57%, respectively.

Keywords: antihiperglychemic, polysaccharide, Porphyridium cruentum

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menentukan komposisi kimiawi, komponen aktif serta aktivitas
antihiperglikemik (inhibisi -glucosidase) dari biomassa dan polisakarida ektraselular Porphyridium
cruentum. Sel Porphyridium cruentum dikultivasi dalam medium Becker pada suhu 27-28,5oC, diaerasi
secara kontinyu dan pencahayaan 500-2000 lux. Kultur dipanen pada akhir fase pertumbuhan stasioner.
Biomassa dan polisakarida ekstraselularnya dianalisis terhadap komposisi kimia, komponen aktif, dan
aktivitas antihiperglikemik. Hasil penelitian menunjukkan kandungan air, abu, protein, lemak, dan
karbohidrat biomassa kering Porphyridium cruentum berturut-turut adalah 67%; 38,34%; 5,54%; 0,33%;
dan 44,12%. Komponen aktif yang terkandung dalam biomassa kering meliputi alkaloid, flavonoid dan
fenol hidroquinon. Inhibisi -glukosidase dari biomassa kering dan polisakarida ekstrasellular berturut-
turut adalah 33,82% dan 71,57%.

Kata kunci: antihiperglikemik, polisakarida, Porphyridium cruentum

PENDAHULUAN melakukan olah raga yang cukup. Obat


Penderita diabetes di Indonesia menduduki diperlukan jika setelah melakukan upaya
peringkat ke-4 dunia setelah China, India, tersebut tidak berhasil mengendalikan kadar
dan Amerika Serikat. Diabetes melitus glukosa darah (Sugiwati 2006). Diabetes
(DM) merupakan penyakit yang tidak mellitus adalah suatu kondisi tubuh dimana
dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol konsentrasi glukosa dalam darah secara
dengan melakukan upaya perencanaan diet, kronis lebih tinggi daripada nilai normal
mempertahankan bobot badan normal dan (hiperglikemia), yang terjadi karena tubuh

79 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1 Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al.

kekurangan insulin atau fungsi insulin dan pereaksi Wagner), bahan analisis inhibisi
tidak efektif. Penanggulangan kondisi ini glukosidase (bovine serum albumin, asam
diperlukan senyawa yang mempunyai aktivitas sulfat, enzim -glukosidase, bufer fosfat pH 7,
antihiperglikemik. p-nitrofenil--D-glukopiranosa, Glucobay, dan
Berbagai obat dan herbal antidiabetik Dimethyl Sulfoxide).
telah banyak ditemui di pasaran. Antidiabetik Alat yang digunakan pada penelitian
yang berasal dari senyawa kimia yang ini meliputi alat untuk kultivasi (tabung
dikonsumsi terus menerus dalam waktu lama kultur, lampu TL 40 Watt, pompa 500-AP),
mungkin menimbulkan efek samping, dengan alat-alat gelas, mikroskop (Cole Parmer),
demikian penemuan bahan alami yang haemositometer (Marienfeld), tanur, timbangan,
mempunyai aktivitas antidiabetes dan aman sentrifuse (Himac CR21G), lampu UV, drying
dikonsumsi sangat diperlukan. oven (Yamato DV 41), spektrofotometer UV-
Beberapa penelitian telah menunjukkan Vis (Hitachi U-2800), inkubator (WTB Binder),
adanya aktivitas hipoglikemik pada destilator, dan penangas air.
polisakarida berupa alginat, xanthan, dan
polisakarida yang berasal dari mikroba. Metode Penelitian
Mikroalga Porphyridium cruentum Kultivasi dan Pemanenan Prophyridium
merupakan salah satu penghasil polisakarida cruentum
ekstraseluler dalam jumlah besar yang Kultivasi dilakukan dalam medium Becker
mengandung D-xylose, D-glucose, yang diaerasi secara terus menerus pada suhu
D-galactose, R-galactose, 3-0-methylxylose, lingkungan 27-28,5oC, intensitas cahaya 500-
3-O-methylgalactose, 4-O-methylgalactose, 2000 lux dan pH 7,6. Pemanenan dilakukan
dan asam D-glucuronic (Percival dan pada fase pertumbuhan stasioner dan pemisahan
Foyle 1979). Berdasarkan kandungannya, biomassa dari media kultur dilakukan dengan
polisakarida dari Porphyridium cruentum cara pengendapan menggunakan sentrifus pada
diduga mempunyai aktivitas antihiperglikemik kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit pada
atau memiliki inhibitor -glukosidase, untuk suhu 4oC. Media kultur, selanjutnya disimpan
itu penelitian potensi Porphyridium cruentum pada suhu refrigerasi untuk keperluan
dalam menghasilkan senyawa yang memiliki pemisahan polisakarida.
aktivitas antihiperglikemik atau memiliki
inhibitor -glukosidase perlu dilakukan. Pemisahan Polisakarida
Penelitian ini ditujukan menganalisis Pemisahan polisakarida dari media
komposisi kimia, komponen aktif dan aktivitas kultur dilakukan dengan pengendapan dalam
antihiperglikemik dari biomassa kering dan etanol 96% dengan rasio media kultur dan
polisakarida ekstraseluler Porphyridium cruentum. etanol 1:2; 1:1; 1:0,75; 1:0,5; dan 1:0,25 (v/v)
dan disaring dengan kertas saring. Rasio
BAHAN DAN METODE etanol dan media kultur yang menghasilkan
Bahan dan Alat bobot polisakarida tertinggi digunakan
Mikroalga yang digunakan dalam penelitian untuk penelitian ini.
ini adalah Porphyridium cruentum yang Endapan polisakarida dianalisis terhadap
diperoleh dari Pusat Penelitian Oseanografi, komposisi, komponen aktif (fitokimia) dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. inhibisi a-glukosidase. Analisis kadar air, abu,
Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan protein, dan lemak dilakukan menggunakan
untuk kultur (media Becker, etanol sebagai metode AOAC (2005). Kadar air ditentukan
bahan pengendap polisakarida), bahan analisis setelah pengeringan sampel dalam oven
komposisi kimia (H2SO4, NaOH, asam borat, pada suhu 105oC sampai beratnya konstan
HCl, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan kadar abu ditentukan setelah insinerasi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 80


Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al. JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1

dalam tanur pada suhu 600oC selama 6 jam. dihasilkan diambil sebanyak 1 mL kemudian
Kandungan protein dianalisis dengan prosedur ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Reaksi
micro-Kjeldahl, dan protein kasar diestimasi positif ditandai dengan munculnya warna
sebagai Nx6,25. Lemak kasar diestimasi hijau atau hijau biru.
setelah sampel diekstraksi dengan Soxhlet
menggunakan n-heksana. Analisis fitokimia Analisis Inhibitor -glukosidase
dilakukan menurut metode Harborne (1987) Campuran yang terdiri atas bufer fosfat,
dan inhibisi -glukosidase mengacu pada p-nitrofenil -D-glukopiranosa, sampel dilarutkan
metode Sugiwati (2006). dalam dimetil sulfoksida (DMSO) dipersiapkan,
lalu diinkubasi pada suhu 37oC, kemudian
Analisis Fitokimia Biomasa dan Polisakarida larutan enzim -glukosidase ditambahkan dan
Alkaloid diinkubasi selama 15 menit, lalu ditambahkan
Sejumlah sampel dilarutkan dalam natrium karbonat (200 mM). Selanjutnya
beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dibaca absorbansinya pada panjag gelombang
dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi 400 nm.
Dragendorff, pereaksi Meyer, dan pereaksi Kerja enzim dapat dihambat oleh
Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila senyawa kimia tertentu. Enzim memiliki sisi
dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan aktif yang dapat mengenali secara spesifik
putih kekuningan, endapan coklat dengan substrat yang sesuai, sehingga memungkinkan
pereaksi Wagner dan endapan merah hingga untuk merancang inhibitor enzim yang dapat
jingga dengan pereaksi Dragendorff. menghalangi pengikatan substrat pada enzim.
Aktivitas enzim diukur berdasarkan hasil
Steroid/triterpenoid absorbansi p-nitrofenol. Apabila biomassa
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 mL dan polisakarida ekstraseluler memiliki
kloroform dalam tabung reaksi yang kering kemampuan menghambat aktivitas enzim
dan selanjutnya ditambahkan 10 tetes anhidra -glukosidase, maka p-nitrofenol yang
asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. dihasilkan akan berkurang.

Flavonoid HASIL DAN PEMBAHASAN


Sejumlah sampel ditambahkan serbuk Pertumbuhan Porphyridium cruentum
magnesium 0,10 mg dan 0,40 mL amil alkohol Kultur Porphyridium cruentum berwarna
(campuran asam klorida 37% dan etanol 95% merah terang. Warna ini terkait dengan
dengan volume yang sama) dan 4 mL alkohol keberadaan fikoeritrin sebagai pigmen yang
kemudian campuran dikocok. Reaksi positif dominan pada mikroalga Porphyridium
ditandai dengan munculnya warna merah, cruentum (Kusmiyati dan Agustini 2006).
kuning atau jingga yang terbentuk pada Makin lama kultivasi, warna kultur makin
lapisan amil alkohol. merah. Kenaikan kepekatan warna kultur
mengindikasikan terjadinya pertambahan
Saponin (uji busa) sel pada kultur tersebut, yang sekaligus
Saponin dideteksi dengan uji busa dalam menunjukkan terjadinya pertumbuhan.
air panas. Busa selama 30 menit dan tidak Kurva pertumbuhan Porphyridium cruentum
hilang dengan penambahan 1 tetes HCl 2N disajikan pada Gambar 1.
menunjukkan reaksi positif saponin. Kultivasi pada penelitian ini dilakukan
pada rentang suhu 27-28,5oC dan mikroalga
Fenol hidrokuinon (pereaksi FeCl3) mampu tumbuh dengan baik. Kultur yang
Sebanyak 1 g sampel diekstraksi dengan ditumbuhkan di bawah cahaya secara
20 mL etanol 70% dan larutan yang kontinyu tumbuh dengan cepat. Cahaya

81 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1 Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al.

merupakan faktor lingkungan yang penting pembungkus sel dalam bentuk gel. Produksi
untuk kultivasi mikroalga, yaitu sebagai faktor polisakarida ekstraseluler selama kultivasi
utama pada fotosintesis. hingga 12 hari mengalami peningkatan (0,125-
Pertumbuhan Porphyridium cruentum 0,215 g/10 mL) (Gambar 2).
diawali dengan fase lag, kemudian fase Kandungan polisakarida ekstraseluler dari
logaritmik, fase stasioner dan fase kematian. Porphyridium cruentum meningkat setelah
Hasil penelitian ini berbeda dengan Kusmiyati umur 6 hari. Polisakarida dari sel Porphyridium
dan Agustini (2007), yang menyatakan bahwa cruentum biasanya disintesis pada akhir
Porphyridium cruentum tidak terdeteksi siklus pertumbuhannya, dan merupakan
mengalami fase lag. cadangan makanan untuk bertahan hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Selain faktor lingkungan, fase pertumbuhan
pertumbuhan mikroalga antara lain suhu, juga berpengaruh terhadap produksi
pencahayaan, nutrisi, kondisi kultur. Fase polisakarida. Berdasarkan hasil pengukuran
lag dalam pertumbuhan mikroalga dapat polisakarida, perbandingan filtrat dan etanol
tidak terjadi bila inokulum yang digunakan terpilih adalah 1:0,75 dengan kandungan
berada dalam fase logaritmik, sehingga polisakarida sebesar 0,110 g/5 mL. Hasil
kultur tidak mengalami adaptasi. Pada penelitian Singh et al. (2000) menunjukkan
penelitian ini inokulum yang digunakan bahwa P. cruentum yang ditumbuhkan pada
berumur 7 hari, dimana sudah memasuki musim dingin memproduksi polisakarida
fase stasioner, sehingga saat ditumbuhkan berkisar 200 hingga 1000 mg/L. Arad
dalam media baru, kultur mengalami fase et al. (1988) menyatakan bahwa terbatasnya
pertumbuhan lag. jumlah nitrogen dalam medium akan
menghambat fotosintesis, namun terbatasnya
Produksi Polisakarida Ekstraselular jumlah nitrogen ini akan berdampak pada
selama Pertumbuhan meningkatnya ekskresi polisakarida ke dalam
Kandungan polisakarida ekstraseluler medium.
dari Porphyridium cruentum yang dikultivasi Cahaya biru dan merah dapat digunakan
dalam media Becker meningkat setelah untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis
umur 6 hari. Polisakarida merupakan dan meningkatkan produksi polisakarida
metabolit sekunder, yang biasanya disintesis ekstraseluler. Pertumbuhan dan produksi
pada akhir siklus pertumbuhannya. Arad polisakarida ekstraseluler Porphyridium
et al. (1985) menyatakan bahwa ketebalan cruentum dipengaruhi oleh intensitas dan
polisakarida bervariasi tergantung pada fase panjang gelombang cahaya. Pertumbuhan
pertumbuhan dan kondisi pertumbuhan. Porphyridium cruentum meningkat seiring
Sebagian polisakarida disekresikan ke dalam dengan peningkatan intensitas cahaya,
medium pertumbuhan, sehingga viskositasnya meskipun cahaya yang melebihi titik jenuh
semakin tinggi. Polisakarida ekstraseluler menjadi penghambat pertumbuhan mikroalga
mikroalga Porphyridium cruentum merupakan (You dan Barnett 2004).

Gambar 1 Kurva pertumbuhan Pophyridium cruentum. Gambar 2 Kurva polisakarida harian.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 82


Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al. JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1

Komposisi Kimia Biomasa Porphyridium (2,3%), glisin (7,6%), alanin (12,1%), valin
cruentum (5,8%), isoleusin (4,4%), leusin (3.9 %), tirosin
Komposisi kimia biomassa kering (0,8%), fenilalanin (1,7%), histidin (1,6%), lisin
Porphyridium cruentum dapat berbeda tiap (4,5%), arginin (0,6%), dan metionin (2,6%)
kultur. Kadar air, abu, dan karbohidrat lebih (Sprinkle et al. 1986).
tinggi, sedangkan kadar protein dan lemak Kandungan lemak Porphyridium
lebih rendah (Tabel 1), biomassa Porphyridium cruentum sebesar 0,37% basis kering (bk) lebih
cruentum dan polisakarida disajikan pada rendah dari hasil penelitian Servel et al. (1993)
Gambar 3. Biomassa kering mikroalga sebesar 1,5% (bk), sedangkan penelitian
Porphyridium cruentum mengandung kadar Fuentes et al. (2000) sebesar 6,53% (bb).
air sebesar 11,67%. Perbedaan jumlah total lemak dipengaruhi
Biomassa kering mikroalga Porphyridium oleh kondisi kultivasi, nutrien yang digunakan,
cruentum memiliki kadar abu sebesar 38,34% serta lamanya waktu penyinaran saat kultivasi.
basis basah (bb), lebih tinggi dibandingkan Sung et al. (2009) menyatakan bahwa total
hasil penelitian Fuentes et al. (2000), yaitu lemak (bb) Porphyridium cruentum pada
sebesar 20,00% bb. Tingginya kadar abu siklus terang-gelap (12:12) lebih tinggi
pada penelitian ini diduga karena biomassa dibandingkan pada siklus teranggelap (18:6)
setelah pemanenan tidak dicuci, sehingga dan (6:18), dengan nilai total lemak berturut-
masih tercampur dengan garam mineral turut adalah 19,3%, 18,3% dan 14,4%.
dari media kultur Porphyridium cruentum. Kadar karbohidrat dengan metode
Perbedaan medium yang digunakan untuk by difference biomassa kering Porphyridium
menumbuhkan mikroalga juga dapat cruentum adalah 44,12% (bb). Penelitian
mempengaruhi kandungan abunya. Fuentes et al. (2000) menunjukkan kadar
Fuentes et al. (2000) merekomendasikan karbohidrat rata-rata biomassa kering
biomassa setelah pemanenan dicuci dengan Porphyridium cruentum yaitu 24-39,3.
menggunakan 0,5 M NaCl dan air distilasi Kandungan karbohidrat pada mikroalga
untuk menghilangkan materi non-biologi didukung karena adanya kandungan
seperti garam mineral. polisakarida dari Porphyridium cruentum.
Kandungan protein Porphyridium Polisakarida merupakan senyawa yang terdiri
cruentum sebesar 5,54% (bb) lebih kecil atas beberapa jenis gula, yang dapat berupa
dibandingkan hasil penelitian Fuentes et al. produk ekstraselular. Singh et al. (2000)
(2000), yaitu sebesar 34,10% (bb). Faktor-faktor menyatakan bahwa polisakarida ekstraseluler
yang mempengaruhi komposisi kimia termasuk mengandung xilosa sekitar 40-44%, galaktosa
protein mikroalga antara adalah umur kultur, 30-32%, dan glukosa 26-29% dari total gula.
nutrien, cahaya, suhu. Kandungan asam amino Perbedaan komposisi biokimia alga secara
yang terdapat dalam Porphyridium cruentum umum dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya asam aspartat (14,9%), treonin lingkungan, yaitu suhu, cahaya, pH, medium,
(3,8%), serin (3,7%), asam glutamat (8%), prolin nutrisi, dan ketersediaan CO2.

Tabel 1 Komposisi kimia Porphyridium cruentum


Komposisi Biomassa kering (%)
Kadar air 11,67
Kadar abu 38,34
Protein 5,54
Lemak 0,33
Gambar 3 Biomassa (a) dan polisakarida (b)
Karbohidrat 44,12 Porphyridium cruentum.

83 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1 Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al.

Komponen Fitokimia 71,57% dan 91% (Tabel 3). Polisakarida


Hasil analisis komponen fitokimia Porphyridium cruentum memiliki kemampuan
disajikan pada Tabel 2. Biomassa kering menghambat -glukosidase lebih besar
Porphyridium cruentum mengandung komponen dibandingkan biomassanya, namun
kimia alkaloid, flavonoid, dan fenol hidrokuinon, perbedaan dan mekanisme kerja inhibisi
sedangkan polisakarida ekstraseluler hanya dari polisakarida ekstraseluler Porphyridium
mengandung komponen fenol hidrokuinon. cruentum yang berperan sebagai inhibitor
Komponen yang sama juga dilaporkan oleh tersebut belum diketahui. Lehninger (2004)
Harborne (1987) dimana alkaloid banyak yang menyatakan bahwa untuk mengetahui
mempunyai aktivitas fisiologis yang menonjol, mekanisme inhibisi dari suatu inhibitor, perlu
sehingga digunakan secara luas dalam bidang dilakukan pemetaan kebalikan ganda data
pengobatan. Alkaloid kebanyakan berbentuk kecepatan enzim.
kristal, hanya sedikit yang berupa cairan Polisakarida ekstraseluler Porphyridium
(misalnya nikotin) pada suhu kamar. cruentum bila dibandingkan dengan acarbose,
Beberapa jenis mikroalga laut mengandung memiliki kemampuan inhibisi glucosidase
alkaloid. Harborne (1987) menyatakan bahwa sedikit lebih rendah, akan tetapi kemampuan
fungsi alkaloid dalam tumbuhan belum jelas tersebut mungkin dapat ditingkatkan dengan
meskipun masing-masing senyawa telah perlakuan lainnya. Oleh karena biomassa
dinyatakan berperan sebagai pengatur tumbuh Porphyridium cruentum juga mengandung
atau penghalau atau penarik serangga. komponen kimia misalnya lemak, protein,
Porphyridium cruentum juga mengandung karbohidrat dan abu, biomassa tersebut mungkin
flavonoid. Salamah et al. (2008) menyatakan dapat dikembangkan untuk pangan fungsional.
bahwa golongan flavonoid mempunyai Analisis flavonoid menunjukkan bahwa
kemampuanuntukbertransformasimenghasilkan biomassa Porphyridium cruentum positif
senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas mengandung flavonoid dan kandungan
biologi lebih tinggi. flavonoid ini diduga menghasilkan aktivitas
antihiperglikemik. Ho dan Bray (1999)
Aktivitas inhibisi -glukosidase menyatakan bahwa flavonoid memiliki efek
Inhibisi -glukosidase rata-rata pada penghambatan terhadap enzim -glukosidase
biomassa kering, polisakarida ekstraseluler melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi
Porphyridium cruentum dan kontrol positif pada cincin . Prinsip penghambatannya
(acarbose) berturut-turut adalah 33,82%; adalah menghasilkan penundaan hidrolisis

Tabel 2 Hasil uji fitokimia


Jenis sampel
Uji fitokimia Standar (warna)
Biomassa Polisakarida
Alkaloid
Dragendorff + - Endapan merah atau jingga
Meyer + - Endapan putih kekuningan
Wagner + - Endapan coklat
Fenol Hidrokuinon + + Warna hijau atau hijau biru
Flavonoid + - Lapisan amil alkohol berwarna
merah/kuning/hijau
Saponin - - Terbentuk busa
Steroid/triterpenoid - - Perubahan dari merah menjadi
biru/hijau

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 84


Komposisi kimia dan aktivitas antihiperglikemik, Setyaningsih I, et al. JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 1

Tabel 3 Persentase inhibisi -glukosidase Tumbuhan. Padmawinata K dan Soediro


Komponen Persentase inhibisi (%) I (penerjemah). Bandung: ITB. 354 hal.
Biomassa 33,82 Kusmiyati, Agustini NWS. 2006. Uji aktivitas
senyawa antibakteri dari mikroalga
Polisakarida 71,57
Porphyridium cruentum. Jurnal
ekstraseluler
Biodiversitas 8(1): 48-53.
Acarbose 91,00 Percival E, Foyle RAJ. 1979. The extracellular
karbohidrat dan absorbsi glukosa serta polysaccharides of Porphyridium
menghambat metabolisme sukrosa menjadi cruentum and Porphyridium aerugineum.
glukosa dan fruktosa. Carbohydrate Research 2: 165-176.
Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S.
KESIMPULAN 2008. Penapisan awal komponen bioaktif
Biomassa Porphyridium cruentum kering dari Kijing Taiwan (Anadonta woodiana
yang dipanen pada umur 12 hari memiliki Lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin
kandungan air, abu, protein, lemak dan Teknologi Hasil Perikanan 11(2): 119-133.
karbohidrat berturut-turut 11,67; 38,34; 11,67; Servel MO, Claire C, Derrien A, Colffard
0,33; dan 44,12%. Biomassa Porphyridium L, Holtzhauer YD. 1993. Fatty acid
cruentum mengandung komponen alkaloid, composition of some marine microalgae.
fenol hidrokuinon dan flavonoid; sedangkan Phycocemistry 36(3): 691-693.
polisakarida ekstraseluler hanya mengandung Singh S, Arad SA, Richmond A. 2000.
komponen fenol hidrokuinon. Biomassa Extracellular polysaccharide production
dan polisakarida ekstraseluler Porphyridium in outdoor mass cultures of Porphyridium
cruentum memiliki aktivitas antihiperglikemik sp. in flat plate glass reactors. Journal of
dengan nilai inhibisi -glukosidase berturut- Applied Phycology 12: 269-275.
turut 33,82% dan 71,57%. Sprinkle JR, Hermodson M, Krogman DW.
1986. The amino acid sequence of the
DAFTAR PUSTAKA cytochromes c553 from Porphyridium
[AOAC] Association of Official Analitycal cruentum and Aphanizomenon flos-
Chemist. 2005. Official Method of Analysis aquae. Journal of Photocynthesis Research
of The Association of Official Analitycal of 10: 63-73.
Chemist. Arlington: The Association of Sugiwati S. 2006. -Glukosidase inhibitor
Official Analitical Chemist, Inc. activity and hypoglycemic effect of Phaleria
Arad SM, Adda M, Cohen E. 1985. The macroparpa frueit pericarp extract by oral
potential of production of sulfate administration to rats. Journal of Applied
polysaccharide from Porphyridium. Plant Science 6(10): 2312-2316.
and Soil 89: 117-127. Sung HO, Jae GH, Young K, Ji HH, Seung SK.
Arad S, Friedman O, Rotem A. 1988. Effect of 2009. Lipid production in Porphyridium
nitrogen on polysaccharide production cruentum grown under different culture
in a Porphyridium sp. Applied and conditions. Journal of Bioscience and
environmental microbiology 54(10): 2411- Bioengineering 108(5): 429-434.
2414. You T, Barnett SM. 2004. Effect of light
Fuentes MMR, Fernandez GGA, Perez JAS, quality on production of extracellular
Guerrero JLG. 2000. Biomass nutrient polysaccharides and growth rate of
profiles of the microalga Porphyridium Porphyridium cruentum. Biochemical
cruentum. Food Chemistry 70: 345-353. Engineering Journal 19: 251258.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia.
Penuntun Cara Modern Menganalisis

85 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

You might also like