You are on page 1of 12

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No.

2, Juni 2013

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP KEJADIAN INFEKSI


LUKA OPERASI PADA KLIEN POST PARTUM DENGAN
SECTIOCAESARIA DI RUANG NIFAS RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Mustakim*, Diyan Indriyani**, Jauhari**


* Ruang Anastesi RSD dr. Soebandi Jember
** Fakutas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember

ABSTRACT
Early mobilization is a movement done in accordance with the physiologic
needs in as early as possible in order to fulfill the needs of healthy life. Infection
is a state of disease resulted from the pathogen germs or other microorganism
entering the body and causing certain symptoms. This research, designed as the
Quasy Experiment using the Post Test only with Control Group Design, was
intended to identify the effectiveness of early mobilization on the infection of the
surgery wound to the client who delivered the baby through sectio caesaria
action. The population of this research was the post partum mothers who labored
through sectio caesaria action and further treated at the post partum unit at Dr.
Soebandi Regional General Hospital. Of 30 respondents, 15 were classified as the
treatment group, while the rest 15 were classified as the control group. Sampling
collection was done using the Quota Sampling technique. The intervention
process chosen was in accordance with the early mobilization intervention
protocol. Results of the research revealed that among the control group, 26.7%
indicated the signs and symptoms of infection. When the treatment group was
examined, none showed similar signs and symptoms (0%). Regarding the
effectiveness of the early mobilization on the infection of the post partum patient
who labored through the sectio caesaria surgery, based on the Independent-
Sample T Test ( = 0.05), p value of 0.032 was obtained. This research concluded
that there was a significant difference between the incidence of infection found in
the control group and the treatment group. Early mobilization effectiveness can to
prevent infection of wound surgery on the Post Partum clients laboring through
sectio caesaria action. Furthermore, this research suggested the adequate
education concerning early mobilization be presented to the clients at the best
time possible, that is, the ante natal care and examination. In addition, the early
mobilization is possible to start 6 hours after the sectio caesaria surgery
completed, respectively.

Keywords: early mobilization, infection incidence, post partum client who


experienced sectio caesaria

PENDHULUAN tetapi tidak dapat membuahkan hasil.


Kelahiran Sectio caesaria adalah
Sectio caesaria merupakan
kelahiran janin melalui insisi
tindakan operatif untuk
transabdomen pada uterus. Tujuan
mengeluarkan janin dari rahim ibu
dasar pelahiran Sectio caesaria
dan merupakan upaya terakhir
setelah segala upaya telah dilakukan adalah memelihara kehidupan/

110
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

kesehatan ibu dan janinnya (Bobak, seluruh angka kematian ibu. Pada
2005). sectio caesaria yang direncanakan,
angka komplikasinya kurang lebih
Sectio caesaria merupakan
4,2%, sedangkan sectio caesaria
tindakan pembedahan yaitu dengan
darurat berangka kurang lebih 19%.
melakukan insisi pada dinding
Harus diakui bahwa sectio caesaria
abdomen (laparatomy), dengan
merupakan operasi besar dengan
demikian akan mengakibatkan
berbagai risikonya (Medicom, 2009,
terbukanya sistem pertahanan tubuh
4, http://medicom. blogdetik.com,
tingkat pertama (kulit). Dengan
diperoleh tanggal 6 Nopember
kondisi seperti ini mikroorganisme
2009). Pada tahun 1999, insiden
patogen dapat dengan mudah masuk
sectio caesaria di Amerika Serikat
ke dalam tubuh, sehingga akan
turun menjadi 21%. Di Indonesia
menimbulkan infeksi (Kasdu, 2003).
angka ini justru meningkat. Data di
Infeksi luka sectio caesaria RS dr. Soetomo Surabaya 32%, RS
merupakan infeksi nosokomial kedua dr Cipto Mangunkusumo 22 %
terbanyak di rumah sakit. Beberapa (Medicom, 2009, 8,
faktor yang dapat mempengaruhi http://medicom.blogdetik.com,
timbulnya infeksi pada luka adalah; diperoleh tanggal 6 Nopember
kontaminasi luka, benda asing, 2009). Kejadian sectio caesaria di
teknik menjahit yang salah, RSD dr.Soebandi cukup tinggi, dari
devitalisasi jaringan, hematoma, data yang didapat, tahun 2006
ruang rugi, kondisi yang sebanyak 422 (35 tiap bulan), tahun
melemahkan seperti dehidrasi, 2007 sebanyak 429 (36 tiap bulan),
anemia, dan malnutrisi, usia yang tahun 2008 sebanyak 287 (24 tiap
lanjut, sangat kegemukan, syok, bulan).
hospitalisasi praoperatif yang lama,
Tingginya angka kelahiran
durasi prosedur pembedahan, dan
dengan sectio caesaria sebagaimana
gangguan yang berkaitan seperti
tersebut diatas, maka perlu adanya
diabetes mellitus dan imunosupresif.
upaya pencegahan terhadap
Staphylococcus aureus menyebabkan
terjadinya infeksi pada luka operasi,
banyak infeksi luka paska operasi.
mobilisasi dini adalah merupakan
Infeksi lainnya dapat terjadi akibat
salah satu upaya yang dapat
Escheria coli, Proteus vulgaris,
dilakukannya. Tujuan dari
Aerobacter aerogenes, pseudomonas
peningkatan pergerakan tubuh secara
aeruginosa, dan organisme lainnya
hati-hati pada paska operatif adalah
(Smeltzer, 2001). Menurut Bensons
untuk memperbaiki sirkulasi,
dan Pernolls, angka kematian pada
mencegah stasis vena, dan untuk
sectio caesaria adalah 40-80 tiap
menunjang fungsi pernapasan yang
100.000 kelahiran hidup. Angka ini
optimal (Smeltzer, 2001). Mobilisasi
menunjukkan risiko 25 kali lebih
dini merupakan faktor yang
besar dibanding persalinan per
menonjol dalam mempercepat
vaginam. Tetapi untuk kasus karena
pemulihan paska bedah dan dapat
infeksi mempunyai angka 80 kali
mencegah komplikasi bedah, karena
lebih tinggi dibandingkan dengan
pergerakan kecil sekalipun akan
persalinan per vaginam. Komplikasi
tindakan anestesi sekitar 10% dari perlahan-lahan memperkuat tubuh
dan meningkatkan sirkulasi darah,

111
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

sehingga mempercepat kesembuhan infeksi luka operasi pada klien post


(Gallagher dan Mundy, 2004). Hasil partum dengan sectio caesaria di
penelitian yang dilakukan Sucipto ruang Nifas RSD dr. Soebandi
(2008) tentang pengaruh mobilisasi Jember. Desain yang digunakan
dini terhadap tingkat nyeri pada klien adalah quasy experiment dengan
dengan post operasi sectio caesaria rancangan Post Test Only with
menyebutkan bahwa terdapat Control Group Design. Variabel
perbedaan tingkat nyeri yang yang diukur kejadian luka operasi
bermakna antara kelompok kontrol post partum dengan sectio caesaria.
dan kelompok perlakuan. Dari 16 Penelitian ini dilaksanakan di
responden pada kelompok kontrol
ruang Nifas RSD dr. Soebandi
didapatkan 37,5% mengalami nyeri Jember dengan jumlah sampel 30
berat, sedangkan 16 responden responden, yang terdiri dari 2
kelompok perlakuan tidak kelompok yaitu 15 responden
didapatkan nyeri berat (0%). sebagai kelompok perlakuan dan 15
Pada umumnya pasien masih responden lainnya sebagai kelompok
mempunyai kekhawatiran kalau kontrol. Dalam penelitian ini teknik
tubuh digerakkan pada posisi tertentu pengumpulan data yang dilakukan
paska operasi akan mempengaruhi adalah menggunakan wawancara dan
luka operasi yang masih belum observasi. Pengumpulan data dengan
sembuh yang baru saja selesai wawancara dilakukan untuk
dikerjakan. Padahal tidak pengambilan data demografi yang
sepenuhnya masalah ini perlu teridiri dari umur, pendidikan,
dikhawatirkan, bahkan justru hampir paritas, dan status gizi dengan
semua jenis operasi membutuhkan menggunakan LILA. Sedangkan
mobilisasi atau pergerakan badan pengumpulan observasi dilakukan
sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri untuk mengetahui tanda-tanda
dapat ditahan dan keseimbangan radang sebagai manifestasi dari
tubuh tidak lagi menjadi gangguan, gejala dan tanda infeksi. Teknik
dengan bergerak, masa pemulihan sampling dengan menggunakan
untuk mencapai level kondisi seperti quota sampling yang dilaksanakan
pra pembedahan dapat dipersingkat. pada tanggal 20 Desember 2009
Dan tentu ini akan mengurangi sampai dengan 20 Pebruari 2010.
waktu rawat di rumah sakit, menekan
HASIL PENELITIAN
pembiayaan serta juga dapat
mengurangi stres psikis (Kasdu, Hasil pengumpulan data pada
2003). 30 klien yang dirawat di Nifas RSD
dr. Soebandi Jember pada tanggal 20
METODE PENELITIAN Desember 2009 sampai dengan 20
Tujuan dari penelitian ini Januari 2010 adalah sebagai berikut :
adalah Menganalisa efektifitas
mobilisasi dini terhadap kejadian

112
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

Tabel 1. Distribusi responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol


klien post sectio caesaria di ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember tahun
2010 n=30
Kelompok Kelompok
Data Total
Perlakuan Kontrol P Value
Demografi
n % n % n %
Usia
1. < 20 tahun 2 13,3 0 0 2 6,7 0,999
2. 20-35 tahun 11 73,3 13 86,7 24 80,0
3. > 35 tahun 2 13,3 2 13,3 4 13,3
Pendidikan
1. Rendah 9 60,0 9 60,0 18 60,0 1,000
2. Sedang 6 40,0 6 40,0 12 40,0
Paritas
1. Primipara 9 60,0 7 46,7 16 53,3 0,999
2. Multipara 5 33,3 7 46,7 12 40,0
3. Grandemultipara 1 6,7 1 6,7 2 6,7
Status Gizi
1. LILA < 23 cm 0 00 0 0 0 0 1,000
2. LILA 23 cm 15 100 15 100 30 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa, yang didasarkan atas kategori LILA,


karakteristik responden berdasarkan 100 % adalah dengan LILA 23 cm.
usia sebagian besar responden Dari karakteristik usia, tingkat
adalah pada usia 20-35 tahun baik pendidikan, paritas, dan status gizi,
pada kelompok kontrol (86,7 %) setelah dilakukan uji homogenitas
maupun pada kelompok perlakuan dengan menggunakan analisis two
(73,3 %). Untuk tingkat pendidikan Independent Samples Test (Two-
sebagian besar responden Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
mempunyai tingkat pendidikan yang dapat diambil kesimpulan bahwa
rendah (SD dan SLTP) yaitu baik semua karakteristik responden baik
pada kelompok perlakuan maupun dari kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol yang masing- kelompok kontrol adalah homogen,
masing sebesar 60 %. Pada paritas yaitu pada usia responden p
sebagian besar responden adalah value=0,999, pendidikan responden
primipara, pada kelompok perlakuan p value=1,000, paritas responden p
sebesar 60 % dan pada kelompok value=0,999, dan status gizi p
kontrol sebagian besar adalah value=1,000, dengan demikian p
primipara dan multipara yang value > 0,05.
masing-masing sebesar 46,7 %.
Sedangkan pada karakteristik
responden berdasarkan status gizi

113
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan efektifitas mobilisasi dini terhadap


kejadian infeksi klien post sectio caesaria di ruang Nifas RSD dr.
Soebandi Jember tahun 2010 n=30
Tanda Infeksi
Karakteristik Total P Value
Tidak ada Ada
respoden
n % n % n %
Kelompok perlakuan 15 100 0 0 15 100
0,032
Kelompok kontrol 11 73,3 4 26,7 15 100
Jumlah 26 86,7 4 13,3 30 100

Tabel 2 menunjukkan, Dengan hasil tersebut


berdasarkan hasil analisis uji statistik peneliti berpendapat bahwa pada usia
Independent-Sample T Test dengan 20-35 tahun merupakan usia paling
tingkat kesalahan = 0,05, produktif dan paling ideal untuk
didapatkan p=0,032. Dengan hamil dan melahirkan, karena pada
demikian H1 diterima yang berarti usia ini ibu mempunyai risiko paling
mobilisasi efektif terhadap kejadian kecil untuk melahirkan baik secara
infeksi pada klien post partum normal (pervaginam) maupun secara
dengan sectio caesaria. operatif (SC). Untuk tingkat
pendidikan sebagian besar adalah
PEMBAHASAN 67
dengan pendidikan rendah yaitu SD
Karakteristik subjek penelitian dan SLTP 60 %. Disini
Tabel 1 menunjukkan bahwa, memungkinkan responden belum
karakteristik responden berdasarkan mempunyai pengetahuan yang cukup
usia sebagian besar responden secara umum tentang kesehatan
adalah pada usia 20-35 tahun baik termasuk tentang perawatan post
pada kelompok kontrol (86,7 %) partum dengan SC, kemudian juga
maupun pada kelompok perlakuan didukung oleh sebagian ibu adalah
(73,3 %). Untuk tingkat pendidikan dengan paritas primigravida.
sebagian besar responden Sehingga responden juga belum
mempunyai tingkat pendidikan yang mempunyai pengalaman merawat
rendah (SD dan SLTP) yaitu baik diri setelah persalinan. Oleh karena
pada kelompok perlakuan maupun itu pada kondisi seperti ini perlu
kelompok kontrol yang masing- diberikan bimbingan dan pendidikan
masing sebesar 60 %. Pada paritas kesehatan yang lebih intensif untuk
sebagian besar responden adalah meningkatkan pengetahuannya
primipara, pada kelompok perlakuan dengan tujuan meningkatkan derajat
sebesar 60 % dan pada kelompok kesehatan ibu dan kemandirian ibu
kontrol sebagian besar adalah dalam merawat dirinya sendiri dan
primipara dan multipara yang bayinya.
masing-masing sebesar 46,7 %. Karakteristik subjek
Sedangkan pada karakteristik penelitian berdasarkan uji
responden berdasarkan status gizi homogenitas baik pada kelompok
yang didasarkan atas kategori LILA, perlakuan maupun pada kelompok
100 % adalah dengan LILA 23 cm. kontrol dalam penelitian ini adalah
pada karakteristik responden pada

114
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

usia responden, pendidikan Tingkat kejadian infeksi pada


responden, paritas responden, dan responden tidak dilakukan
status gizi responden semua mobilisasi dini
menunjukkan data yang homogen, Berdasarkan data yang telah
hal ini ditunjukkan dengan p value > disajikan pada tabel 2 menunjukkan
0,05. bahwa pada klien post sectio
Dalam penelitian ini peneliti caesaria yang tidak dilakukan
mengambil desain (Quasy mobilisasi dini didapatkan tanda-
Eksperimental) dengan rancangan tanda atau gejala terjadinya infeksi
Post Test Only with Control Group yaitu sebesar 26,7 %. Hal ini
Design dimana dalam rancangan ini ditunjukan dengan adanya tanda dan
peneliti melibatkan kelompok gejala radang baik berupa demam
kontrol. Oleh adanya kelompok (suhu 380 C), dolor, rubor, calor,
kontrol tersebut dan syarat yang tumor, dan functio laesa yang
harus dipenuhi dalam desain dilakukan observasi sejak hari ke-3
penelitian ini adalah data harus sampai hari ke-5.
bersifat homogen. Sehingga peneliti Peneliti berpendapat klien
berusaha untuk mengupayakan post partum dengan tindakan sectio
homogenitas dari calon responden caesaria mempunyai tingkat
melalui penyaringan ketat terhadap kerentanan infeksi yang besar, hal ini
calon responden ini, yaitu untuk dikarenakan terdapat lebih dari satu
memastikan bahwa adanya adanya tempat sekaligus yang berpotensi
perbedaan hasil penelitian antara menjadi port dentry
kelompok kontrol dan kelompok mikroorganisme. Selain luka bekas
perlakuan memang terkait adanya operasi terdapat luka ditempat lain
perlakuan yang diberikan dan bukan yang berpotensi, yaitu luka jalan
dibiaskan karena adanya perbedaan lahir (perineum dan vagina) serta
karakter dari kedua kelompok bekas tempat melekatnya plasenta.
respondentersebut.
Pada umumnya klien paska
Tujuan uji homogenitas operasi biasanya enggan bergerak,
adalah untuk menghindari hasil yang hal ini diakibatkan timbulnya rasa
bias antara kelompok perlakuan dan nyeri pada luka bila melakukan
kelompok kontrol, sebab dapat pergerakan. Hal lain yang
dimungkinkan perbedaan hasil test
mengakibatkan klien enggan
diantara kedua kelompok yaitu bergerak adalah perasaan lemah
kelompok perlakuan dan kelompok setelah dioperasi, klien takut lukanya
kontrol bukan karena adanya akan membuka kembali atau jahitan
manipulasi perlakuan yang diberikan lepas/putus atau takut terjadi
tetapi karena proses penentuan perdarahan. Dengan ke engganan
karakter pada kedua kelompok klien bergerak maka akan
tersebut memang sudah berbeda menurunkan fungsi dari sistem
sejak awal atau tidak homogen vaskular sebagai sarana pertahanan
(Nursalam, 2003). tubuh, maupun secara mekanis tidak
kita sadari adalah sistem drainase
dalam pembuangan sisa-sisa
perdarahan akibat operasi. Tirah

115
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

baring yang terlalu lama paska terdiri atas mikroorganisme non


operasi dan tidak melakukan patogen atau potensial patogen yang
mobilisasi dini akan mengakibatkan mendiami kulit atau membrane
penurunan sirkulasi yang berfungsi mukosa selama beberapa jam, hari,
sebagai sistem transport dalam atau minggu (Mubarak dan Chayatin,
mempertahankan keseimbangan 2007). Pada dasarnya, kemampuan
tubuh, dimana sirkulasi akan mikroorganisme untuk menimbulkan
membawa nutrisi seperti oksigen proses infeksi bergantung pada
serta zat-zat lain yang membantu jumlah mikroorganisme yang masuk,
proses regenarasi sel dan membawa virulensi, dan potensi
sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme (pathogenesis),
invasi mokroorganisme. Selain itu kemampuan mikroorganisme
tirah baring lama akan memasuki tubuh, kerentanan hospes,
mengakibatkan penurunan kapasitas dan kemampuan mikroorganisme
fungsional paru, hal ini berarti untuk hidup didalam tubuh hospes
oksigen yang masuk ke paru juga (Mubarak dan Chayatin, 2007).
menurun, dengan demikian salah Timbulnya infeksi selain oleh
satu unsur yang diperlukan tubuh adanya flora residen dan flora
dalam proses penyembuhan luka transien adalah faktor kebersihan dan
menjadi berkurang. Klien post desinfeksi lingkungan.
partum dengan tindakan sectio Staphylococcus aureus banyak
caesaria mempunyai tingkat menyebabkan luka paska operasi.
kerentanan infeksi yang besar, hal ini
Infeksi lainnya dapat terjadi akibat E.
dikarenakan terdapat lebih dari satu coli, proteus vulgarisa, erobacter
tempat sekaligus yang berpotensi aerogenes, pseudomonas
menjadi port dentry aeruginosa, dan organisme lainnya.
mikroorganisme. Selain luka bekas Bila terjadi proses inflamasi, hal ini
operasi terdapat luka ditempat lain biasanya akan menyebabkan gejala
yang berpotensi, yaitu luka jalan dalam 36-48 jam. Frekuensi nadi dan
lahir (perineum dan vagina) serta suhu tubuh klien meningkat, jumlah
bekas tempat melekatnya plasenta. sel darah putih meningkat, dan
Dengan adanya luka akibat biasanya luka membengkak, hangat,
tindakan operasi merupakan port dan nyeri tekan dengan nyeri
dentry mengakibatkan terbukanya insisional. Tanda-tanda lokal
sistem pertahanan tingkat pertama. mungkin tidak terdapat jika proses
Dengan demikian akan memudahkan infeksi sudah mendalam (Smeltzer,
mikroorganisme melakukan 2001).
penetrasi ke tubuh dan mengadakan Kerentanan infeksi pada ibu
invasi, walaupun luka operasi post post partum ini semakin meningkat
sectio caesaria merupakan luka oleh karena adanya perubahan
bersih. infeksi dapat timbul oleh fisiologis ibu post partum. Secara
adanya Flora residen dan Flora fisologis ibu post partum terjadi
transien. Flora residen (penetap) perubahan antara lain pada sistem
terdiri dari mikroorganisme yang kardiovaskular, dimana pada kondisi
jenisnya relatif stabil dan biasa ini terjadi kehilangan darah akibat
ditemukan pada area tertentu dalam penurunan volume darah total yang
tubuh. Flora transien (sementara)

116
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

cepat, tetapi terbatas. Setelah itu sirkulasi ke jaringan yang rusak atau
terjadi perpindahan normal cairan luka, karena sirkulasi ini akan
tubuh yang menyebabkan volume membawa nutrisi untuk perbaikan
darah menurun dengan lambat. jaringan dan membawa sistem
Kemudian walaupun tidak ada sel pertahanan, pada fase ini akan terjadi
darah merah yang rusak selama post proses fagositosis debris jaringan
partum, tetapi semua kelebihan sel yang rusak dan dan bekuan darah.
darah merah akan menurun secara Adanya atau timbulnya infeksi dapat
bertahap sesuai dengan usia sel darah memperlambat proses penyembuhan
merah tersebut (Bobak, 2005). luka. Bila penyembuhan luka yang
lambat oleh karena proses
Tingkat kejadian infeksi pada
penyembuhan sekunder (oleh adanya
responden dilakukan mobilisasi
infeksi), seringkali hasil
dini
penyembuhannya menjadi tidak
Data yang ditunjukkan pada sempurna. Penyembuhan luka dapat
tabel 2 menyebutkan bahwa, berupa jaringan parut (celoid). Selain
responden yang dilakukan perlakuan menimbulkan rasa tidak nyaman
mobilisasi dini tidak didapatkan (nyeri) klien menjadi kurang percaya
tanda dan gejala radang yang diri, dan merasa rendah diri oleh
merupakan manifestasi dari infeksi karena perubahan penampilan. Selain
yaitu sebesar 100 % dari 15 hal tersebut akibat adanya infeksi
responden. Hal ini menunjukkan penyembuhan memerlukan waktu
bahwa mobilisasi mempunyai yang lama dan berakibat timbulnya
manfaat yang besar terhadap pembengkakan biaya perawatan. Bila
pencegahan terjadinya infeksi pada ini terjadi ibu akan semakin
luka paska operasi pada umumnya tergantung terhadap orang lain baik
dan post sectio caesaria khususnya. untuk merawat dirinya sendiri
Sebagaimana yang telah maupun merawat bayinya.
disebutkan diatas peneliti Mobilisasi adalah
berpendapat bahwa, pada ibu post kemampuan seseorang untuk
partum dengan sectio caesaria bergerak secara mudah, bebas, dan
terdapat lebih dari satu tempat yang teratur yang bertujuan untuk
dapat berpotensi menjadi port memenuhi kebutuhan hidup sehat
dentry dari mokroorganisme. (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Sehingga ibu post partum dengan Melakukan mobilisasi sedini
sectio caesaria mempunyai mungkin pada paska operasi (sectio
kerentanan atau mempunyai risiko caesaria) akan membantu tubuh
yang lebih besar untuk terjadinya memperbaiki sistem sirkulasi,
infeksi dibanding paska operasi mempercepat pemulihan kebugaran,
lainnya. Mobilisasi pada fase ini dan meningkatkan kemandirian.
akan membantu klien dalam proses Smeltzer (2001) menyatakan bahwa,
pembersihan luka dari darah dan bila latihan dilakukan dengan tepat
cairan termasuk lochea dengan cara dapat membantu dalam
drainase oleh karena adanya mempertahankan dan membangun
kontraksi otot-otot dan adanya proses kekuatan otot, mempertahankan
gravitasi. Manfaat lain dari fungsi sendi, mencegah deformitas,
mobilisasi adalah meningkatkan

117
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

menstimulasi sirkulasi, dan hasil post test, didapatkan 37,5%


mengembangkan ketahanan. mengalami nyeri berat pada
Dalam proses penyembuhan kelompok kontrol dan pada
luka terdapat 3 fase (Smeltzer, 2001) kelompok perlakuan tidak
yaitu fase inflamasi, fase proliperatif, didapatkan nyeri berat (0%).
dan fase maturasi. Fase inflamasi Hasil uji statistik dengan
terjadi pada hari 1-4, fase ini akan menggunakan uji independent t-test
terjadi terbentuknya bekuan darah, dengan tingkat kemaknaan = 0,05
luka menjadi edema, debris dari didapatkan = 0,018. Dengan
jaringan yang rusak, dan bekuan demikian terdapat pengaruh yang
darah difagositosis. Bila luka sudah
signifikan pada perlakuan mobilisasi
terjadi infeksi, maka dini terhadap tingkat nyeri paska
penyembuhanpun akan menjadi operasi sectio caesaria.
lambat. Hal ini diakibatkan oleh
penyembuhan luka bukan lagi Efektifitas Mobilisasi Dini
melalui fase penyembuhan melalui Terhadap Kejadian Infeksi
intense pertama (penyatuan primer), Berdasarkan hasil penelitian
akan tetapi melalui penyembuhan yang ditunjukkan pada tabel 2,
intense kedua (granulasi) dan intense dengan menggunakan analisa
ketiga (suture sekunder). statistik uji Independent-Sample T
Penyembuhan intense kedua pada Test pada = 0,05 didapatkan p =
luka dimana terjadi pembentukan pus 0,032 yang artinya p < , dengan
(supurasi) atau dimana tepi luka demikian H1 diterima, mobilisasi
tidak saling merapat, proses dini efektif terhadap kejadian infeksi
perbaikannya kurang sederhana dan pada klien post partum dengan sectio
membutuhkan waktu yang lebih caesaria.
lama. Penyembuhan melalui intense
ketiga (suture sekunder) terjadi jika Data tersebut membuktikan
luka dalam baik yang belum di bahwa mobilisasi dini secara
suture atau terlepas kemudian di signifikan efektif terhadap
suture kembali nantinya, dua penurunan angka kejadian infeksi
permukaan granulasi yang pada luka post sectio caesaria,
berlawanan disambungkan walaupun banyak faktor lain yang
(Smeltzer, 2001). dapat mempengaruhi hal tersebut
seperti usia, status nutrisi, serta stres
Hasil penelitian Sucipto fisik dan psikologi. Untuk
(2008) tentang pengaruh mobilisasi menghindari kelelahan dan keletihan
dini terhadap tingkat nyeri pada klien dalam pelaksanaan mobilisasi dini
dengan pasca operasi seksio sesaria oleh karena penurunan tingkat
menyebutkan bahwa terdapat energi, mobilisasi ini perlu dilakukan
perbedaan tingkat nyeri yang secara bertahap yaitu dimulai diatas
bermakna antara kelompok kontrol tempat tidur dan dengan bantuan
dan kelompok perlakuan (tabel 2). sampai dengan berjalan dan tanpa
Pada hasil pre test, dari 16 responden bantuan orang lain. Mengingat
pada kelompok kontrol didapatkan pentingnya mobilisasi dalam
100% mengalami nyeri berat, mencegah infeksi, maka mobilisasi
sedangkan pada kelompok perlakuan pada ibu post partum dengan sectio
93,75 mengalami nyeri berat. Untuk

118
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

caesaria sebaiknya dilaksanakan sirkulasi, dan mengembangkan


sedini mungkin dan tidak ditunda ketahanan (Smeltzer, 2001). Dalam
lagi walaupun pada hari pertama melakukan mobilisasi, ada beberapa
paska operasi. Pada fase post partum hal yang dapat mempengaruhi
ini ibu membutuhkan masa yang kemampuan seseorang yaitu; gaya
disebut penyesuaian maternal, hidup yang dipengaruhi oleh latar
dimana kesenangan atau kebahagian belakang budaya, nilai-nilai yang
ibu akan hadirnya anggota keluarga dianut, serta lingkungan tempat ia
baru yaitu anak. Bila mobilisasi tinggal (masyarakat). ketidak
secara dini tidak dapat dilaksanakan mampuan baik ketidakmampuan
dengan baik pada fase ini, maka primer dan ketidakmampuan
kebutuhan ibu untuk selalu dekat sekunder. Ketidakmampuan primer
dengan anaknya menjadi tidak disebabkan oleh penyakit atau
terpenuhi terganggu yang pada trauma (misal, paralisis akibat
akhirnya fase ini juga tidak dapat gangguan atau cidera pada medulla
dilalui dengan baik oleh ibu. spinalis). Sedangkan
ketidakmampuan sekunder terjadi
Dalam uraian sebelumnya
akibat dampak dari ketidakmampuan
telah disebutkan bahwa klien post
primer (misal, kelemahan otot dan
partum dengan sectio caesaria
tirah baring). Penyakit-penyakit
seringkali enggan melakukan
tertentu dan kondisi cidera akan
mobilisasi dini oleh beberapa hal,
berpengaruh terhadap mobilitas,
diantaranya adalah kurangnya
tingkat energi yang dalam hal ini
pengetahuan ibu tentang pentingnya
sangat bergantung pada cadangan
mobilisasi dini dan akibat yang
energi, dan usia, semakin tua usia
ditimbulkan bila tidak melakukan
makin menurun tingkat kemampuan
mobilisasi dini. Kurangnya
melakukan mobilitas (Mubarak dan
pengetahuan ini juga telah didukung
Chayatin, 2007).
oleh data penelitian bahwa ternyata
sebagian besar responden Menurut Gallagher dan
mempunyai tingkat pendidikan yang Mundy (2004) mobilisasi secara
rendah. Akibat rendahnya bertahap dapat dilakukan sejak 6 jam
pendidikan ini, kebanyakan klien post operasi dan setelah hari ke-3 ibu
masih sangat dipengaruhi gaya dapat diharapkan dapat berjalan
hidup, latar belakang, serta nilai-nilai sendiri tanpa bantuan orang lain. Bila
yang dianutnya, sedangkan nilai-nilai ibu dapat melakukan mobilisasi dini
atau norma-norma yang dianut dengan baik, selain dapat
tersebut tidak mendukung dalam memperkecil terjadinya infeksi, juga
budaya hidup sehat. Sehingga disini tingkat kemandiriannya akan
pendidikan kesehatan menjadi sangat semakin besar. Karena pada periode
penting. post partum ini ibu membutuhkan
penyesuaian maternal. Bobak (2009)
Mobilisasi yang
menyatakan ada tiga fase
dilaksanakan dengan baik dapat
penyesuaian ibu terhadap perannya
membantu dalam mempertahankan
sebagai orang tua. Fase-fase
dan membangun kekuatan otot,
penyesuaian maternal ini ditandai
mempertahankan fungsi sendi,
mencegah deformitas, menstimulasi oleh perilaku dependen, perilaku
dependen-mandiri, dan perilaku

119
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

interdependen. Terutama pada fase KESIMPULAN


dependen-mandiri dan fase Hasil dalam penelitian ini
interdependen (Letting-go). Pada menunjukkan bahwa mobilisasi dini
fase-fase ini secara bergantian yang dilakukan pada klien dengan
muncul kebutuhan untuk mendapat post partum dengan sectio caesaria
perawatan dan penerimaan dari efektif dapat mencegah terjadinya
orang lain dan keinginan untuk bisa infeksi luka operasi. Kondisi ini
melakukan segala sesuatu secara akan berdampak pada tingkat
mandiri dan merupakan fase yang kesembuhan luka serta
penuh stres bagi orang tua. meningkatkan kemandirian ibu.
Kesenangan dan kebutuhan sering
Dengan demikian ibu akan semakin
terbagi dalam masa ini. Terjadi pendek jangka waktu yang
setelah ibu pulang ke rumah, pada dibutuhkan dalam masa perawatan
masa ini ibu mengambil tanggung di rumah sakit, hal ini akan
jawab terhadap bayi. berakibat pada tingkat kepuasan
Berdasarkan hasil penelitian klien terhadap pelayanan
yang dilakukan oleh Muslih (2006), keperawatan dan keekonomisan
faktor-faktor yang dapat biaya perawatan bagi ibu dan
mempengaruhi terjadinya infeksi keluarganya, karena semakin lama
nosokomial adalah penggunaan ibu berada di rumah sakit, stresor
antibiotika, lama perawatan, akan semakin kuat dan ini
penyakit penyerta, perawatan luka, merupakan salah satu pemicu
alat dan bahan untuk perawatan luka, terjadinya infeksi nosokomial dan
kebersihan ruangan dan kepadatan yang paling penting mencegah
pengunjung. Berdasarkan penelitian terjadinya post partum blues.
yang telah dilaksanakan, penggunaan Dengan hasil ini tentunya mobilisasi
antibiotika dan penyakit penyerta dini pada ibu post partum dengan
tidak didapatkan data pada dokumen sectio caesaria ini dapat
rekam medik sedangkan lama diimplikasikan dalam tatanan nyata
perawatan (p=0,002), perawatan luka dunia keperawatan, terutama dalam
(p=0,033), alat dan bahan untuk hal yang berkaitan dengan konsep
perawatan luka (p=0,012), keperawatan maternitas. Untuk lebih
kebersihan ruangan (p=0,044) dan meningkatkan efektifitas pelaksana-
kepadatan pengunjung (p=0,113), an mobilisasi dini ini, ibu hendaknya
dari ketujuh variabel ini yang diberikan pendidikan kesehatan
mempengaruhi terjadinya infeksi tentang mobilisasi dini sejak ibu
nosokomial adalah lama perawatan, melakukan ante natal care, dan
perawatan luka, alat dan bahan untuk pelaksanaan mobilisasi dini ini dapat
merawat luka, dan kebersihan dimulai sejak 6 jam paska operasi
ruangan. Sedangkan dari hasil sectio caesaria.
penelitian ini, peneliti menemukan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa mobilisasi dini dapat efektif
untuk mencegah kejadian infeksi Bobak, M.I., Lowdermilk, D. L.,
pada klien post partum dengan sectio Jensen, M. D., dan Perry, S.
caesaria E. (2005) Buku Ajar
Keperawatan Maternitas,
Jakartra: EGC

120
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2, Juni 2013

Gallagher, C dan Mundy (2004)


Pemulihan Paska Operasi
Caesar, Jakarta: Erlangga
Kasdu, D (2003) Operasi Caesar
Masalah dan Solusinya,
Jakarta: Puspa Swara
Medicom, (2009) Seksio Sesarea dan
Kuretase ,
http://medicom.blogdetik.co
m, diperoleh tanggal 6
Nopember 2009
Mubarak, W. I. dan Chayatin N
(2007) Buku Ajar kebutuhan
Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik,
Jakarta: EGC
Muslih, (2006) Skripsi: Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Infeksi
Nosokomial Pada Pasien
Pasca Operasi Bersih Di
Bangsal Bedah RSUD
Brebes, tidak dipublikasikan.
Nursalam, (2003). Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Kesehatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian
Keperawatan, Jakarta :
Salemba Medika.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G.,
(2002). Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Jakarta : EGC.
Sucipto, J.A., (2008) Skripsi:
Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Tingkat Nyeri
Pasca Operasi Seksio sesaria
di Ruang Post Operasi
Rumah Sakit Umum
Kaliwates, Tidak
dipublikasikan.

121

You might also like