You are on page 1of 10

COMORBIDITY: APAKAH MERUPAKAN FAKTOR RISIKO

INFEKSI LUKA OPERASI PASCA SEKSIO SESAREA?

Remilda Armika Vianti


Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan
E-mail: vivi.unikal@gmail.com

ABSTRACT

The surgical site infection is one of the effect nosocomial infection in Indonesia. The
prevalence of surgical site infection in Indonesia was 2-18%. The case of surgical site infection
post cesarean section was 15%. Surgical site infection post-cesarean section may increase
mortality and morbidity, length of stay and cost of hospitalization. Surgical site infection may
decrease risk factors especially risk factors for surgical site infection post cesarean. The aim
this research is to correlated anemia with surgical site infection post-cesarean section. This
study was an observational analytical study. Retrospectif case control design was used in this
study with quantitative approach. The diagnosis of surgical site infection was defined
according to the criteria of the Centers for Disease Control and Prevention (CDC). The bivariat
analysis used independent T-test and Chi-square. The results that the surgical site infection
were identified in 311 (19%) of 1,592 women having been through caesarean section. The
result of bivariat analysis showed that the factors significant suppoting surgical site infection,
anemia in 117 patient (18,8%), infection were identified in 69 (22,2%) [OR=1,56 (1,04-2,35)].
The samples studied from 2011, 2012 and 2013 through the medical records of patients.
Experienced caesarean section with several risk factors have not been well documented.
Detection of unknown incidence of infection when patients back control documented in the
medical record outpatients.

Keywords: surgical site infection, cesarean section, risk factors.

PENDAHULUAN Infeksi luka operasi bisa


Kejadian infeksi luka operasi menyebabkan kecacatan dan
.
di rumah sakit Inggris tahun 2006 kematian (Gould, 2012)
sebesar 13,8 luka operasi yang di Banyak wanita yang cemas
dapat ibu salah satunya melalui akan rasa sakit dalam menghadapi
operasi sesar. Persentase operasi persalinan normal, sehingga banyak
sesar adalah sekitar 10-15% yang memilih melakukan operasi
pertahunnya dari seluruh kelahiran di bedah sesar walaupun tanpa indikasi
negara-negara berkembang (WHO, apapun dengan alasan lebih praktis.
2010). The National Institute for Di Indonesia persentase operasi sesar
Health and Clinical Excellence, sekitar 5%. Di rumah sakit
menunjukkan bahwa prosedur pemerintah rata-rata 11%, sementara
operasi seksio di Inggris di rumah sakit swasta bisa lebih dari
menyebabkan infeksi sebesar 5% 30% (Dewi, 2012).
(NICE, 2008). Infeksi luka operasi Di Indonesia infeksi luka
merupakan luka yang disebabkan operasi (ILO) merupakan salah satu
karena prosedur seksio invasif. infeksi nosokomial yang paling

21
sering terjadi dan sulit untuk antibiotika pasca seksio sesarea,
diketahui penyebab pastinya. Dari lama operasi, dan jumlah personil di
hasil penelitian terdahulu kejadian kamar operasi (Puspitasari, 2011).
infeksi luka operasi di Indonesia Dari beberapa hasil penelitian
bervariasi antara 2-18% dari terdahulu menyebutkan bahwa angka
keseluruhan prosedur pembedahan. kejadian ILO di Indonesia masih
Infeksi luka operasi tidak dapat tinggi, jumlahnya bervariasi di setiap
ditekan sampai 0%. Salah satu cara rumah sakit antara 2-18% dari
untuk menekan angka kejadian ILO keseluruhan prosedur pembedahan.
adalah dengan mengurangi faktor- Maka dari itu peneliti dapat
faktor yang dapat meningkatkan merumuskan masalah sebagai berikut
risiko terjadinya infeksi luka operasi yaitu: “apakah faktor comorbidity
(Anton, 2006). berisiko terhadap kejadian ILO
Faktor penyebab kejadian pasien seksio sesarea”. Tujuan
persalinan dengan seksio sesarea penelitian ini yaitu menganalisis
berdasarkan indikasi kehamilan ibu hubungan comorbidity terhadap
yaitu persalinan lama sebanyak 38 kejadian infeksi luka operasi pasca
(41,77%) kejadian. Faktor penyebab seksio sesarea.
lain kejadian persalinan dengan Infeksi nosokomial menurut
seksio sesarea yaitu indikasi karena World Health Organization (WHO)
kegagalan KB sebanyak 3 (60%) adalah adanya infeksi yang tampak
kejadian (Dewi, 2012). pada pasien ketika berada didalam
Faktor paling dominan yang rumah sakit atau fasilitas kesehatan
mempengaruhi penyembuhan luka lainnya, dimana infeksi tersebut tidak
pasca operasi seksio sesarea adalah tampak pada saat pasien diterima
personal hygiene kemudian disusul dirumah sakit. ILO merupakan
status gizi dan yang terakhir penyakit kejadian ketika mikroorganisme
DM. Ada dua faktor yang memegang mendapatkan akses ke area tubuh
peranan penting dalam yang terkena atau yang dibedah,
mempengaruhi kejadian infeksi luka kemudian timbul berkali-kali lipat
operasi, 1) Faktor Endogen dalam jaringan (Martin, 2012).
merupakan faktor yang ada di dalam Menurut Center for Disease
penderita seperti umur, jenis Control and Prevention (CDC)
kelamin, penyakit predisposisi ILO, (2010), ILO diklasifikasikan sebagai
dan operasi sebelumnya. 2) Faktor luka insisi atau organ yang
Eksogen merupakan faktor di luar penyembuhannya harus dalam 30
penderita, seperti lama penderita hari setelah operasi. Karakteristik
dirawat di rumah sakit, tingkat ILO menurut CDC diklasifikasikan
kebersihan luka, keteraturan sebagai berikut:
penggunaan antibiotika, lama

22
1. Luka pembedahan daerah atau bukti lain yang didapat dari
permukaan kulit/luka insisi, luka hasil operasi ulangan, hasil
infeksi terjadi dalam 30 (tiga histophathology dan hasil
puluh) hari setelah pembedahan radiologi, diagnosis yang dibuat
dan jaringan subkutaneus yang oleh dokter bedah atau dokter
diinsisi disertai salah satu yang merawat.
kriteria berikut ini: adanya aliran 3. Luka pembedahan organ/space
cairan purulen atau basah pada ILO, luka terjadi 30 hari-12
luka, ditemukan organisme dari bulan setelah pembedahan (bila
hasil kultur cairan luka, adanya ada implant dan terjadi infeksi
salah satu gejala atau tanda akibat operasi) dan infeksi
infeksi seperti: perlunakan atau terjadi pada organ yang dibuka
nyeri, pembengkakan yang atau dimanipulasi selama
terlokalisir, kemerahan atau pembedahan serta ada salah satu
panas pada bagian permukaan berikut: aliran purulen dari
insisi yang sengaja dibuka oleh drain, pada tempat pembedahan,
dokter bedah, dimana hasil ditemukan organisme dari
kultur negatif, diagnosis infeksi biakan kultur dari cairan luka
yang dibuat oleh dokter bedah operasi organ/space, sebuah
atau dokter yang merawat. abses atau bukti lain infeksi luka
2. Luka pembedahan dalam/deep organ/space yaitu ditemukan
incision, luka terjadi 30 hari-12 dari hasil operasi ulangan, hasil
bulan setelah pembedahan (bila histophathology dan hasil
ada implant dan terjadi infeksi radiologi, diagnosis dari dokter
akibat pembedahan). Infeksi bedah atau dokter yang merawat.
disini melibatkan bagian fasia ILO merupakan masalah
dan otot serta terdapat salah satu kesehatan pada pasien yang
kriteria berikut: adanya aliran mengalami pasca operasi baik di area
purulen dari luka pembedahan sebelum antisepsis maupun sebelum
dalam, tetapi bukan dari pemberian antibiotik. ILO juga
komponen organ/space luka dipengaruhi oleh teknik pembedahan
operasi, luka pembedahan maupun ruang operasi (Martin,
dalam secara spontan terbuka 2012). Proses terjadinya ILO
atau sengaja dibuka oleh dokter dipengaruhi banyak faktor, baik
bedah ketika pada pasien faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
ditemukan salah satu berikut ini: Dengan mengenal faktor-faktor yang
tanda atau gejala panas (>38), berpengaruh merupakan modal awal
nyeri terlokalisir atau upaya pencegahan dan pengendalian
perlunakan, dimana hasil kultur infeksi nosokomial. Infeksi
dari luka negatif, terdapat abses nosokomial yang terjadi pada

23
penderita yang sedang dalam proses pasca seksio sesarea berdasarkan
asuhan keperawatan merupakan data dari ruang kebidanan yang
beban tambahan secara fisik maupun mengalami operasi seksio sesarea.
psikologis bagi penderita. Infeksi Data yang sudah didapat kemudian
dapat terjadi pada penderita yang dibawa ke ruang rekam medis untuk
dirawat di ruangan manapun mencari catatan rekam medis pasien
(Darmadi, 2008). untuk dilakukan pemilihan sampel
penelitian pada kelompok kasus dan
METODE PENELITIAN kontrol. Sampel dipilih sesuai
Penelitian ini merupakan dengan kriteria inklusi yaitu semua
penelitian analitik observasional pasien pasca seksio sesarea dan
dengan rancangan case control. kriteria eksklusi yaitu data rekam
Penelitian ini dilakukan untuk medis pasien pasca seksio sesarea
mengetahui hubungan antara yang tidak lengkap. Setelah
comorbidity dengan kejadian infeksi didapatkan data, kemudian data
luka operasi pasca seksio sesarea. tersebut dimasukkan ke dalam
dilaksanakan dalam waktu 6 bulan instrumen penelitian yang digunakan
dengan melihat rekam medis pasien (checklist).
seksio sesarea selama 30 hari Analisa data dilakukan dengan
menggunakan alat pengumpulan data 3 tahap, yaitu: mendeskripsikan
berupa checklist. distribusi dari variabel independen
Besar sampel dalam penelitian comorbidity dengan variabel
ini dihitung pada setiap faktor risiko dependen (infeksi luka operasi pasca
berdasarkan rumus besar sampel seksio sesarea). Melihat kemaknaan
untuk uji hipotesis dua proporsi dan besarnya hubungan variabel
(Dharma, 2011). Pengambilan independen terhadap variabel
sampel dalam penelitian dependen dengan uji chi square
menggunakan simple random untuk mengukur faktor yang berisiko
sampling, sesuai dengan kriteria meningkatkan kejadian infeksi luka
inklusi yaitu pasien dengan seksio operasi pasca seksio sesarea antara
sesarea dan catatan rekam medis semua variabel independen dengan
pasien yang lengkap. Jumlah sampel variabel dependen menggunakan
dalam penelitian ini yaitu sejumlah program SPSS.
311 pasien pada kelompok kasus dan
311 pasien pada kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian diambil Pada tabel 1. di bawah ini
dari catatan rekam medis pasien ditunjukkan bahwa dari 3 variabel
menggunakan data sekunder. peneliti karakteristik responden terdapat 2
akan melakukan verifikasi data variabel yang tidak homogen yaitu
jumlah pasien yang mengalami ILO usia dan paritas, dengan nilai p<0,05.

24
Sedangkan variabel yang homogen p>0,05.
yaitu pencukuran dengan nilai

Tabel 1. Distribusi karakteristik kejadian infeksi luka operasi pasca seksio sesarea
(n=1592)
Distribusi Kejadian Infeksi Luka Operasi n (%)

Kejadian ILO
Infeksi luka operasi 311 (19)
Tidak infeksi luka operasi 311 (19)
Kriteria ILO
Bengkak 64 (20,6)
Dehisiensi 10 (3,2)
Purulen 35 (11,2)
Basah 186 (59,8)
Demam 7 (2,4)
Kemerahan 9 (2,8)

Pada tabel 1. di atas didapatkan (20,6%), purulen sebanyak 35 pasien


hasil pasien dengan infeksi luka (11,2%), dehisiensi (luka jahitan
operasi sebanyak 311 (19%). Kriteria tidak jadi) sebanyak 10 pasien
infeksi luka operasi yang paling (3,2%), kemerahan sebanyak 9
banyak dialami yaitu basah sebanyak pasien (2,8%) dan demam sebanyak
186 pasien (59,8%). 7 pasien (2,4%).
Kriteria ILO yang lain yaitu
bengkak sebanyak 64 pasien

Tabel 2. Hubungan antara comorbidity dengan kejadian infeksi luka operasi pasca seksio
sesarea (n=622)
Variabel Kasus Kontrol p OR
(n=311) (n=311) (95%CI)
n % n %
Asma
Ya 5 1,6 9 2,9 0,417 0,55
Tidak 306 98,4 302 97,1 (0,18-1,66)
Kista
Ya 7 2,3 10 3,2 0,623 0,69
Tidak 304 97,7 301 96,8 (0,26-1,85)
Anemia
Ya 69 22,2 48 15,4 0,040 1,56
Tidak 242 77,8 263 84,6 (1,04-2,35)
Keterangan: p=p value; OR=odds ratio; CI=confidence interval

Dari tabel 2. di atas diketahui yaitu anemia. Pasien pada kelompok


bahwa variabel yang memiliki anemia secara keseluruhan berjumlah
hubungan signifikan secara statistik 117 pasien (18,8%), yang mengalami
dan klinis dengan kejadian infeksi infeksi luka operasi sebanyak 69
luka operasi pasca seksio sesarea pasien (22,2%). Hasil analisis ini

25
menunjukkan bahwa secara klinis ada kenaikan dulu seperti yang
anemia merupakan faktor risiko tercatat dalam data rekam medis
infeksi luka operasi dibandingkan pasien seksio sesarea. Perawat bisa
dengan yang tidak anemia (OR=1,56; selalu memonitor kadar hemoglobin
95% CI 1,04-2,35) dengan nilai pasien serta berkolaborasi untuk
p<0,05. memberikan diet yang tepat pada
Hasil penelitian ini pasien untuk meningkatkan kadar Hb
menunjukkan bahwa kejadian infeksi dengan cepat.
luka operasi seksio sesarea sangat Hasil penelitian ini sama
tinggi yaitu sejumlah 311 pasien atau dengan hasil penelitian yang
sekitar 19% dari 1,592 dari sampel dilakukan Morisaki et al. (2013)
yang diteliti dari tahun 2011, 2012 bahwa komplikasi yang sering terjadi
dan 2013 melalui data rekam medis pada maternal adalah anemia dengan
pasien. kadar hemoglobin <10 gr/dl dan
Comorbidity (penyakit mempunyai hubungan yang
penyerta) pada wanita yang signifikan serta anemia merupakan
melakukan operasi seksio sesarea faktor risiko ILOdengan OR=1,87;
sangat banyak, namun kasus yang 95% CI 1,63-2,15.
paling sering terjadi pada pasien Deteksi kejadian ILO diketahui
seksio sesarea adalah anemia. Hasil saat pasien melakukan kontrol ulang
analisis pada variabel anemia ini yang terdokumentasi di rekam medis
secara statistik dan klinis memiliki rawat jalan pasien. Untuk
hubungan signifikansi dengan pencegahan risiko tersebut
kejadian infeksi luka operasi. seharusnya pada saat pasien masuk
Anemia merupakan faktor dengan berbagai faktor risiko serta
risiko yang dapat meningkatkan ada rencana untuk dilakukan seksio
kejadian ILO pasca seksio sesarea sesarea, dalam rekam medis pasien
apabila dengan nilai p value=0,040. harus terdokumentasikan dengan
Dalam penelitian ini pasien yang baik.
mengalami anemia sebanyak 117 Tingginya angka kejadian
pasien (18,8%) dan yang mengalami infeksi luka operasi seksio sesarea
infeksi sebanyak 69 pasien (22,2%). dimungkinkan karena belum
Faktor yang dapat berjalannya Komite Pencegahan dan
menyebabkan terjadinya anemia dan Pengendalian Infeksi (PPI), belum
status imun salah satunya yaitu status berjalannya kegiatan surveilans
gizi yang kurang baik sejak pasien dengan baik, serta keterbatasan
sebelum masuk rumah sakit sehingga tenaga atau staf khusus yang
bisa mengakibatkan kadar bertanggung jawab dalam mencegah
hemoglobin menurun. Pasien dengan dan menangani infeksi nosokomial
anemia harus menunggu kadar Hb khususnya infeksi luka operasi.

26
Kejadian infeksi nosokomial Bagi keluarga dan masyarakat,
merupakan bagian dari tanggung infeksi nosokomial memerlukan
jawab perawat dalam memberikan biaya yang tinggi, hari rawat
asuhannya. Kejadian infeksi meningkat yang akan menurunkan
nosokomial sangat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja. Bagi
kualitas pelayanan kesehatan. sarana pelayanan kesehatan, infeksi
Standar asuhan keperawatan nosokomial memberi citra buruk
merupakan pernyataan berkualitas serta mempengaruhi indikator mutu
yang diinginkan dan dapat menilai pelayanan. Serta bisa berdampak
pemberian asuhan keperawatan hukum berupa tuntutan yang
tersebut terhadap klien ibu hamil. menimbulkan kerugian materi
Untuk menjamin efektifitas asuhan maupun non-materi, baik pasien
keperawatan pada klien, harus maupun sarana pelayanan kesehatan
tersedia kriteria dalam area praktek (Rohani dan Hingawati. 2010).
yang mengarahkan keperawatan Upaya pencegahan dan
dalam mengambil keputusan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
melakukan intervensi keperawatan merupakan tanggung jawab bersama,
secara aman. Adanya standar asuhan tanggung jawab semua unit/instalasi
keperawatan dimungkinkan dapat yang ada dari pasien masuk rumah
memberikan kejelasan dan pedoman sakit sampai dengan saat pasien
untuk mengidentifikasi ukuran dan diizinkan keluar dari rumah sakit
penilaian akhir. Standar asuhan yang harus terlindungi dari
keperawatan dapat meningkatkan kemungkinan terjangkit infeksi
dan memfasilitasi perbaikan dan nosokomial. Apabila komite bisa
pencapaian kualitas asuhan berjalan dengan baik, maka kejadian
keperawatan yang berkualitas, yang infeksi nosokomial dapat diketahui
berdasarkan standar dan dengan cepat sehingga dapat segera
dimungkinkan juga dapat menekan dicegah dan dikendalikan. Data yang
angka kejadian infeksi nosokomial terkumpul juga dapat membantu
(
Busono, 2010). mengendalikan praktik pengendalian
Infeksi nosokomial mempunyai infeksi serta menghasilkan kebijakan
dampak yang luas, mulai dari pasien, untuk mengurangi angka infeksi luka
keluarga dan masyarakat hingga operasi khususnya infeksi luka
sarana pelayanan kesehatan. Bagi operasi pasca seksio sesarea.
pasien kasus infeksi bisa Sistem yang baik dalam
menyebabkan kecacatan bahkan pengelolaan pasien dengan seksio
kematian. Sehingga pasien sesarea seperti perlakuan yang
memerlukan pemeriksaan tambahan, khusus dan bentuk dokumen yang
perawatan dan pengobatan yang khusus bisa mengurangi risiko
seharusnya tidak perlu dilakukan. infeksi luka operasi, misalnya

27
dokumen asuhan keperawatan komputer rekam medis untuk
khusus untuk pasien dengan operasi mencocokkan nama dan nomor
seksio sesarea, serta berbagai rekam medis yang benar-benar
tindakan keperawatan yang sesuai, karena data yang bisa
dilakukan kepada pasien harus sesuai dipertanggungjawabkan adalah data
dengan standar operasional prosedur didalam komputer rekam medis.
(SOP). Apabila pasien mengalami Kejadian ILO tidak dapat dideteksi
tanda dan gejala saat di rumah sakit karena rumah sakit tidak mempunyai
maupun saat pasien melakukan data jumlah kejadian infeksi dan
kontrol, perawat bisa menelusuri tidak semua pasien melakukan
menggunakan checklist khusus pada kontrol ulang sehingga sulit
pasien dengan operasi seksio sesarea mendapatkan kasus yang diinginkan
serta segera dilaporkan kepada tim tetapi peneliti berusaha menghitung
PPI (pencegahan dan pengendalian dari jumlah rekam medis yang sudah
infeksi) untuk ditindaklanjuti dan dilihat.
melakukan surveillance. Manajemen Kelemahan dalam penelitian
rumah sakit juga bisa membuat ini adalah penelitian ini
kebijakan untuk pemeriksaan kadar menggunakan case control dengan
gula darah sebelum dilakukan pendekatan retrospektif yang melihat
operasi baik pada pasien yang data sekunder dari rekam medis
berisiko dan tidak berisiko, sehingga pasien. Teknik dalam melakukan
bisa terdeteksi jumlah pasien yang seleksi kasus tidak dilakukan
mengalami kadar gula darah lebih matching sehingga kemungkinan
dari normal. terjadi risiko bias. Untuk mengurangi
Kesulitan dalam penelitian ini risiko bias peneliti mencoba
yang paling utama adalah kesulitan menghindari dengan cara menambah
untuk mendapatkan jumlah kasus jumlah sampel penelitian dari jumlah
yang diinginkan, dikarenakan sistem minimum yang sudah direncanakan.
pelaporan atau dokumentasinya
belum begitu baik dan kurang SIMPULAN
lengkap sehingga kemungkinan data Comorbidity merupakan faktor
pada variabel kurang valid tinggi. yang mempengaruhi kejadian infeksi
Data pasien yang ada di ruang luka operasi pasca seksio sesarea.
kebidanan tidak sesuai dengan data Ada beberapa tindakan yang bisa
yang ada didalam rekam medis, dilakukan diantaranya yaitu:
sehingga peneliti berusaha Mensosialisasikan mengenai infeksi
mengambil catatan rekam medis luka operasi pasien dan tenaga
yang lengkap dan sesuai kriteria kesehatan yang terlibat khususnya
penelitian. Peneliti juga melakukan perawat sehingga memiliki persepsi
pengecekan kembali melalui yang sama tentang infeksi luka

28
operasi. Tim PPI aktif melakukan NICE. 2008. Surgical Site Infection:
surveillance dan membuat serta Prevention and Treatment of
menerapkan prosedur tetap Surgical Site Infection Clinical
Guideline. National
pencegahan infeksi nosokomial.
Collaborating Centre Women’s
Membuat dokumen asuhan and Children’s Health.
keperawatan yang lengkap di ruang
kebidanan terkait faktor risiko infeksi Dewi, S. 2012. Efektifitas
luka operasi pada pasien dengan Pendidikan Kesehatan tentang
seksio sesarea. Melakukan discharge Nutrisi dan Perawatan Luka
planning dengan memberikan dengan Video terhadap
Penyembuhan Luka Sesarea.
edukasi tentang nutrisi untuk
Tesis. Jakarta: Program
menurunkan dan membantu proses Keperawatan Universitas
penyembuhan luka pada pasien Indonesia.
dengan anemia untuk mencegah
terjadinya infeksi dirumah. Penelitian Anton. 2006. Model Regresi Logistik
lebih lanjut perlu dilakukan dengan untuk Kejadian Infeksi Luka
menggunakan metode prospektif Operasi Nosokomial. Skripsi.
Bogor: Program MIPA Institut
untuk melihat faktor-faktor risiko
Pertanian Bogor.
yang lain khususnya terkait dengan
faktor keperawatan yang bisa Puspitasari, H.A., Al Umah, H.B.,
meningkatkan kejadian infeksi luka Sumarsih, T. 2011. Faktor-faktor
operasi khususnya pada pasien pasca yang mempengaruhi
seksio sesarea. Penyembuhan Luka Post
Operasi Sectio Caesarea (SC).
Jurnal Ilmiah Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan. 7(1).
Gould, D. 2012. Causes, Prevention Dharma, K.K. 2011. Metodologi
and Management of Surgical Penelitian Keperawatan:
Site Infection. Nursing standard. Panduan Melaksanakan dan
26: 47-56. Menerapkan Hasil Penelitian.
Trans Info Media. Jakarta.
World Health Organization (WHO).
2010. Caesarean Section without Brunner & Suddarth. 2000. Buku
Medical indication increases Ajar Keperawatan Medikal
Risk of Short-term adverse Bedah. EGC. Jakarta.
outcomes for mothers. Bull
WHO Reproductive Health and
Research.

29
Wloch, C., Wilson, J., Lamagni, T.,
Harrington, P., Charlett, A., Busono, P.B.T. 2010. Evaluasi
Sheridan, E. 2012. Risk Factors Penerapan Model Praktek
for Surgical Site Infection Keperawatan Profesional di
Following Caesarean Section in ruang Maranata I Rumah Sakit
England: Results from a Mari Rahayu Kudus. Dissertasi.
Multicentre Cohort Study. Semarang: Universitas
BJOG. 119: 1324-1333. Diponegoro.
Lee, F.M., Trevino, S., Emily, Kent,
E., Sreeramoju, P. 2013. Rohani dan Hingawati. 2010.
Antimicrobial Prophylaxis may Panduan Praktik Keperawatan
not be the answer: Surgical Site Nosokomial. Klaten: PT Intan
Infections among Patients Sejati.
Receiving Care per
Recommended Guidelines. Am J
Infect Control. 1-4.

30

You might also like