You are on page 1of 21

PERBANDINGAN PENGATURAN PENYELENGGARAN PENDIDIKAN PROFESI

ADVOKAT (PPA) DI INDONESIA


DAN AMERIKA SERIKAT

Arif Setiawan
Lucky Suryo Wicaksono
Siti Anisah
Eko Rial Nugroho

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia


Jl. Taman Siswa 158 Yogyakarta
Email: arifsetiawan_82@yahoo.com

Abstract

This research is intended to examine the organization of advocate professional education in


Indonesia and United States as well as how the organization of advocate professional education
should be applied in Indonesia. This research was conducted by normative method that analyzes
the data with referring to the legal norms contained in legislation and judicial decisions as well
as using a comparative approach (comparative law) to United States. The results show that the
First, there are differences in the organization of Advocate Education in Indonesia and United
States. Organization of advocate professional education in the United States conducted by the
law school while in Indonesia carried out by the Advocates organization. Secondly, Advocates
professional education in Indonesia should not be in the form of Special Education Advocate
Profession (PKPA). Special Education Advocate Profession actually is a form of professional
education. Professional Education as part of a higher education course should meet national
standards of higher education.
Key words: organization of advocate professional, indonesia, united stated

Abstrak

Advokat merupakan salah satu profesi hukum yang memiliki peran penting dalam system
peradilan pidana Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pengaturan penyelenggaraan
pendidikan profesi advokat di Indonesia dan Amerika Serikat serta bagaimana penyelenggaraan
pendidikan profesi advokat yang seharusnya diterapkan di Indonesia. Tulisan ini merupakan
hasil dari satu penelitian yang menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan
menggunakan menggunakan pendekatan perbandingan hukum (comparative law) terhadap
Amerika Serikat. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penyelenggaraan Pendidikan
Profesi Advokat di Amerika dilakukan oleh sekolah hukum sedangkan di Indonesia dilakukan
oleh organisasi Advokat. Pendidikan profesi Advokat di Indonesia seharusnya bukan dalam
bentuk Pendidikan Khusus Profesi Advokat. Pendidikan Profesi Advokat sejatinya merupakan
bentuk pendidikan profesi. Pendidikan Profesi Advokat sebagai bagian dari pendidikan tinggi
tentunya harus memunuhi standar nasional pendidikan tinggi.
Kata kunci: penyelenggaraan pendidikan advokat, indonesia, amerika

120 DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.7


Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 121

Latar Belakang adalah jaminan kesederajatan bagi setiap


Para pendiri Negara Kesatuan Republik orang di hadapan hukum (equality before the
Indonesia telah mencantumkan dalam law). Hal ini tercermin dalam Pasal 27 ayat
Penjelasan UUD 1945 bahwa Negara (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan
Indonesia adalah berdasarkan atas Hukum bahwa segala warga negara bersamaan
(Rechtsstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan dengan kedudukannya di dalam hukum
(Machsstaat).1 Keinginan dan citacita founding dan pemerintahan dan wajib menjunjung
fathers itu dalam Undang-Undang Dasar hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
Negara Republik Indonesia (yang selanjutnya ada kecualinya.3 Pasal tersebut dapat
disebut dengan UUD NRI) Tahun 1945 dimaknai bahwa setiap warga negara berhak
menjadi UUD Negara Republik Indonesia atas pengakuan, perlindungan, jaminan dan
Tahun 1945 diimplementasikan menjadi kepastian hukum yang adil, serta perlakuan
hukum dasar seperti yang dimaksud oleh Pasal yang setara di hadapan hukum. Dalam usaha
1 ayat (3), yang berbunyi bahwa Negara memperkuat prinsip tersebut maka salah satu
Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan substansi penting amandemen UUD NRI
ini mewajibkan kepada Pemerintahan Negara Tahun 1945 telah membawa perubahan yang
Republik Indonesia dan warga negaranya mendasar dalam kehidupan ketatanegaraan
untuk menaati dengan tanpa membedakan khususnya dalam pelaksanaan kekuasaan
kualitas dan kedudukannya untuk senantiasa kehakiman. Berdasarkan perubahan tersebut
tunduk dan taat kepada ketentuan hukum. ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain
Kewajiban ini merupakan suatu pemahaman yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
bahwa hukum adalah sebagai panglima yang kehakiman diatur dalam undang-undang.
menjadi prinsip supremasi hukum. Hal itu Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan
sejalan dengan konsep negara hukum adalah dengan kekuasaan kehakiman, salah satunya
negara yang kekuasaannya dibatasi oleh rule adalah Advokat.
of law. Albert V. Dicey mengintrodusir tiga Dalam usaha mewujudkan prinsip-
unsur dari rule of law, yaitu: Supremacy of prinsip negara hukum dalam kehidupan
Law; Equality before the Law; Human Rights. bermasyarakat dan bernegara, peran dan
2 fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas,
Sejalan dengan konsep negara hukum mandiri dan bertanggung jawab merupakan
tersebut, maka salah satu prinsip penting hal yang penting, selain lembaga peradilan dan

1 Azhari, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, (Jakarta: Ul-Press,
1995), hlm. 116.
2 Albert V. Dicey, Introduction to the Study of the Law of Consititution, 8th Revised Edition, (Liberty Fund Inc.
1 Januari 1982), p. 23.
3 Pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
122 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

instansi penegak hukum seperti kepolisian dan berpegang pada etika.6 Profesi advokat itu
kejaksaan. Melalui jasa hukum yang diberikan, mulia (Officium Nobile) karena mengabdikan
Advokat menjalankan tugas profesinya demi diri kepada kepentingan masyarakat dan
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk bukan pada dirinya sendiri, serta berkewajiban
kepentingan masyarakat pencari keadilan, untuk ikut menegakkan hak asasi manusia.
termasuk usaha memberdayakan masyarakat Advokat bebas dalam membela, tidak terikat
dalam menyadari hak-hak fundamentalnya pada perintah klien dan tidak pilih-pilih siapa
di depan hukum. Advokat sebagai salah satu lawan kliennya, apakah berasal dari golongan
unsur sistem peradilan merupakan salah satu pejabat, pengusaha, penguasa, dan lain
pilar dalam menegakkan supremasi hukum sebagainya. Sehingga profesi advokat dituntut

dan hak asasi manusia.4 Predikat profesi untuk memiliki standar keahlian tertentu guna

hukum yang melekat pada seorang advokat menjalankan profesinya dengan baik.
Salah satu cara untuk membentuk keahlian
mengacu pada kualitas tanggung jawab
Advokat adalah melalui pendidikan profesi
terhadap tegaknya keadilan sebagai substansi
advokat. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU
dari hukum. Dengan demikian, seorang
No.18 Tahun 2003 tentang Advokat (yang
atau sekelompok profesional hukum dalam
selanjutnya disebut dengan UU Advokat),
memberikan pelayanan jasa atau bantuan
pendidikan profesi advokat dilaksanakan oleh
hukum bagi masyarakat akan berpedoman
Organisasi Advokat. Lebih lanjut berdasarkan
pada standar yang terus menjamin bahwa tidak
Pasal 32 ayat (4) UU Advokat, menyatakan
akan melakukan kesalahan atau kelalaian yang
bahwa dalam waktu paling lambat 2 (dua)
merugikan pencari keadilan, melukai rasa
tahun setelah berlakunya Undang-Undang
keadilan masyarakat, mengingkari kebenaran
ini, Organisasi Advokat harus telah terbentuk.
hukum atau membohongi hati nuraninya
Dalam rangka pemenuhan dan pelaksanaan
sendiri.5
ketentuan Pasal 32 ayat (4) tersebut, pada 21
Dalam mewakili kepentingan dan membela
Desember 2004 dideklarasikan berdirinya
hak-hak hukum klien (pencari keadilan dan
Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) di
kebenaran) maka advokat harus berpikir
Jakarta. Dengan demikian, Peradi menjadi
objektif berdasarkan keahlian yang dimiliki
organisasi Advokat satu-satunya yang menjadi
dan kode etik profesi. Advokat berkewajiban wadah bagi profesi Advokat, sebagaimana
untuk utama untuk menegakan pendirian yang diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (1) UU
dan integritas profesinya dengan cara selalu Advokat.

4 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 66/PUU-VIII/2010 hlm. 147.


5 Artidjo Alkostar, Peran dan Tantangan Advokat Dalam Era Globalisasi, (Yogyakarta: UII Press, 2010), hlm.
10.
6 Jeffrey Pinsler, Ethics and Professional Responsibility, A Code For Advocate and Solicitor, (Singapore:
Academy Publising, 2007), p. 49.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 123

Pembentukan Peradi dalam realitasnya Advokat. Surat tersebut intinya menyatakan


menimbulkan ketidakpuasan dan polemik bahwa perselisihan mengenai organisasi
berkepanjangan pada beberapa anggota advokat yang sah harus diselesaikan secara
organiasasi advokat. Salah satu bentuk dari internal oleh para advokat sendiri. Mahkamah
ketidakpuasan tersebut adalah lahirnya Agung meminta kepada para Ketua Pengadilan
Deklarasi Kongres Advokat Indonesi (KAI). Tinggi untuk tidak terlibat baik secara langsung
Dibentuknya KAI menimbulkan sengketa maupun tidak langsung dalam perselisihan
antara pengurus Peradi dengan pengurus tersebut. Mahkamah Agung memerintahkan
KAI dan keduanya mengikrarkan diri sebagai kepada para Ketua Pengadilan Tinggi untuk
national bar association sebagaimana tidak mengambil sumpah advokat baru,
diamanatkan oleh Pasal 28 ayat (1) UU sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 4
Advokat. KAI menganggap pembentukan UU Advokat.8 Hal ini menimbulkan dampak
Peradi tidak sah karena pengangkatan negatif terhadap organisasi advokat serta
pengurusnya dilakukan secara tidak pada penyelenggaraan pendidikan profesi
transparan, tidak mengindahkan hak-hak Advokat. Dampak negatif tersebut secara
anggota untuk memilih pengurusnya secara tidak langsung juga berdampak terhadap para
bebas, adil dan akuntabel. Sedangkan di sisi pencari keadilan dan masyarakat9.
lain, pengurus Peradi menganggap keberadaan Konflik Organisasi advokat belum
KAI bukanlah national bar association yang berakhir sampai di situ saja, UU Advokat
sah karena KAI dibentuk melampaui jangka memberikan kewenangan yang sangat luas
waktu pembentukan organisasi tunggal terhadap organisasi advokat yang dalam
advokat sebagaimana yang diamanatkan hal ini Peradi. Peradi memiliki kewenangan
dalam UU Advokat.7 untuk menyelenggarakan pendidikan,
Menanggapi perkembangan tersebut, pengangkatan dan pengawasan terhadap
Mahkamah Agung telah mengeluarkan Advokat. Kurangnya transparansi dalam
Surat Ketua Mahkamah Agung No. 052/ menyelenggarakan kewenangan tersebut,
KMA/V/2009 tertanggal 1 Mei 2009 perihal serta ego-ego pribadi dari pengurus Peradi
Sikap Mahkamah Agung terhadap Organisasi mengakibatkan pada Musyawarah Nasional

7 Pemohon pada Perkara No. 014/PUU-IV/2006 mengajukan pengujian terhadap Pasal 28A, Pasal 28C Ayat (2),
Pasal 28D Ayat (1) dan Ayat (3), dan 8 Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945, sedangkan pada Perkara No. 015/PUU-
IV/2006 yang diuji adalah Pasal 28C UUD.
8 Frans Hendra Winarta, Konflik Antar Pengurus Organisasi Advokat yang Berkepanjangan, http://www.
hukumonline.com/berita/baca/hol22359/konflik-antar-pengurus-organisasi-advokat-yang-berkepanjangan,
diakses 12 Februari 2016.
9 Akibat dari perpecahan Peradi, persyaratan untuk menjadi advokat dipermudah oleh masing-masing organisasi
sehingga berdampak kepada kualitas advokat. Hal tersebut meningkatkan potensi bahwa advokat tersebut
melakukakan malpraktek dalam melakukan penangan ke pencari keadilan.
124 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

II Peradi, kepengurusan pecah menjadi 3 yang baik dan benar. Perbandingan


kubu.10 Puncaknya Ketua Mahkamah Agung penyelenggaraan program pendidikan profesi
mengeluarkan Keputusan No. 73/KMA/ advokat dan peran organisasi advokat dalam
HK.01/IX/2015 yang intinya adalah Ketua penyelenggaraan pendidikan profesi advokat
Pengadilan Tinggi berwenang melakukan di Negara lain khususnya di Amerika Serikat.
penyumpahan terhadap Advokat yang Diharapkan Indonesia dapat mengadopsi
memenuhi Pasal 2 dan 3 UU Advokat tanpa sistem penyelenggaraan profesi advokat
melihat dari organisasi Advokat manapun. 11
di Negara lain dan dapat diaplikasikan di
Dilihat dari kenyaataan tersebut bahwa Indonesia, sehingga penyelenggaraan profesi
pembentukan organisasi advokat di Indonesia advokat di Indonesia semakin baik dan
selalu mengalami masalah. Permasalahan organisasi advokat dapat berperan maksimal
mengenai organisasi Advokat tentunya akan dalam menjalankan fungsinya dan perannya
berimplikasi terhadap penyelenggaraan sebagai organisasi advokat demi terciptanya
pendidikan khusus profesi advokat yang hukum yang dapat memberikan keadilan bagi
diselenggarakan oleh Peradi. Peradi yang para pencari keadilan (justitiable).
seharusnya menjadi satu-satunya organisasi Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
advokat yang diberikan kewenangan dan menganalisis: pertama, memahami
menyelenggarakan pendidikan khusus profesi pengaturan penyelenggaraan pendidikan
advokat sudah mengalami perpecahan. Dampak profesi advokat di Indonesia dan di Amerika
dari perpecahan tersebut adalah semakin Serikat. Kedua, menemukan bentuk yang
tidak terstandarisasinya penyelenggaraan ideal penyelenggaraan pendidikan profesi
pendidikan advokat dikarenakan setiap kubu advokat di Indonesia. Metode penelitian
pecahan Peradi menyelenggarakan PKPA yang digunakan adalah metode penelitian
secara sendiri-sendiri. normatif. Metode normatif digunakan untuk
Dengan demikian, tulisan ini bermaksud menganalisis data sekunder yang mengacu
untuk mencari perbandingan pengaturan kepada norma-norma hukum yang terdapat
penyelenggaraan pendidikan bagi calon dalam peraturan perundang-undangan dan
advokat sebagai suatu bagian dari putusan pengadilan, yaitu Putusan Mahkamah
penyelenggaraan pendidikan profesi yang Konstitusi dan Putusan Mahkamah Agung,
seharusnya memiliki standar kompetensi yang berkaitan dengan profesi advokat.12
untuk dapat melakukan penegakan hukum Pendekatan yang dipergunakan untuk

10 Hendra Cipto, Peradi Pecah Tiga, Masing-Masing Kubu Punya Ketua Umum, http://nasional.kompas.
com/read/2015/03/28/09095281/Peradi.Pecah.Tiga.Masing-Masing.Kubu.Punya.Ketua.Umum, diakses 13
Februari 2016.
11 Surat Keputusan Mahkamah Agung No. 73/KMA/HK.01/IX/2015 tertanggal 23 Desember 2015.
12 Ronald Dworkin, Legal Research, (Daedalus: Spring, 1973), hlm. 250.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 125

menjawab persoalan yang telah dirumuskan undang tersebut, Pendidikan Tinggi setelah
tersebut adalah dengan menggunakan program sarjana yang menyiapkan mahasiswa
pendekatan perbandingan (comparative law). dalam pekerjaan yang memerlukan
Perbandingan ini dilakukan dengan cara persyaratan keahlian khusus. Lebih lanjut
penafsiran antisipatif. Artinya perbandingan lagi, Pasal 17 ayat (2) UU Pendidikan Tinggi
dilakukan dengan maksud untuk mencari menyatakan bahwa pendidikan profesi dapat
hal-hal yang belum terungkap sebelumnya, diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
sebagai bahan-bahan bagi sumber hukum dan bekerja sama dengan Kementerian,
material, yaitu bahan-bahan untuk membentuk Kementerian Lain, dan atau organisasi profesi
peraturan perundang-undangan pada masa yang bertanggung jawab atas mutu layanan
yang akan datang (futuristic).13 Dengan profesi. Pasal 24 ayat (1) UU Pendidikan
demikian, metode normatif ini mengacu Tinggi menegaskan bahwa program profesi
pula kepada penelitian yang mengarah merupakan pendidikan keahlian khusus yang
kepada argumentasi teoritis dan normatif atas diperuntukkan bagi lulusan program sarjana
penyelenggaraan pendidikan profesi advokat. atau sederajat untuk mengembangkan bakat
dan kemampuan memperoleh kecakapan yang
Pembahasan diperlukan dalam dunia kerja.
Pengaturan lebih lanjut mengenai
A. Penyelenggaraan Profesi Advokat di
penyelenggaraan program profesi diatur
Indonesia dan Amerika Serikat
dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan
1. Penyelenggaraan pendidikan advokat Menteri. Pasal 19 Peraturan Pemerintah
di Indonesia No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Dasar hukum penyelenggaraan profesi Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
di Indonesia diatur berdasarkan Undang- Tinggi menyatakan bahwa sertifikat profesi
Undang No. 12 Tahun 2012 tentang merupakan pengakuan untuk melakukan
Pendidikan Tinggi (yang selanjutnya disebut praktik profesi yang diperoleh lulusan
dengan UU Pendidikan Tinggi). Berdasarkan pendidikan profesi, spesialis, atau subspesialis.
UU Pendidikan Tinggi, terdapat 3 (tiga) Sertifikat profesi tersebut diterbitkan
jenis pendidikan tinggi yaitu pendidikan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan
akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan Kementerian, Kementerian Lain, Lembaga
profesi. Pendidikan profesi sebagaimana Pemerintah Non Kementerian (LPNK), dan/
dinyatakan pada Pasal 17 ayat (1) undang- atau Organisasi Profesi. Sedangkan Pasal

13 Matthew S. Raalf, A Sheep in Wolfs Clothing: Why the Debate Surrounding Comparative Constitutional
Law Is Spectacularly Ordinary, 73 Fordham L. Rev.: 1239, (Desember 2004): 1279-1281; Sujit Choudhry,
Globalization in Search of Justification: Toward a Theory of Comparative Constitutional Interpretation, 74
Ind. L. J. 819, (1999): 825-826.
126 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

16 ayat (1) huruf e Peraturan Menteri Riset, tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. Organisasi Advokat telah terbentuk. Dalam
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional rangka pemenuhan dan pelaksanaan ketentuan
Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti tentang Pasal 32 ayat (4) tersebut, pada 21 Desember
SNPT) menyatakan bahwa masa beban belajar 2004 dideklarasikan berdirinya Perhimpunan
penyelenggaraan program pendidikan profesi Advokat Indonesia (Peradi) di Jakarta. Dengan
yaitu paling lama 3 (tiga) tahun akademik demikian, Peradi menjadi organisasi Advokat
setelah menyelesaikan program sarjana atau satu-satunya yang menjadi wadah bagi profesi
program diploma empat/sarjana terapan, Advokat yang mana harus bertanggung jawab
dengan beban belajar mahasiswa paling atas mutu layanan profesi, sebagaimana yang
sedikit 24 (dua puluh empat) sks. Selanjutnya diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (1) UU
Pasal 17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Advokat.
tersebut menyatakan bahwa mahasiswa Eksistensi Peradi sebagai satu-satunya
program profesi dinyatakan lulus apabila Organisasi Advokat juga diakui oleh negara,
telah menempuh seluruh beban belajar yang sedemikian berdasarkan pertimbangan putusan
ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran Mahkamah Konstitusi No. 66/PUU-VIII/2010
lulusan yang ditargetkan oleh program studi yang juga menguji Pasal 28 ayat (1) UU No.
dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih 18 Tahun 2003 dikaitkan dengan juga dengan
besar atau sama dengan 3,00 (tiga koma nol Putusan MK No. 14/PUU-IV/2006 yang
nol). Selanjutnya mahasiswa program profesi dalam Pertimbangan Putusan Perkara No 66/
yang lulus berhak memperoleh sertifikat PUU-VIII/2010 yang mana telah dengan jelas
profesi. dimuat: Bahwa mengenai pengujian Pasal 32
Namun dalam penyelenggaraan ayat (4) UU No. 18 Tahun 2003 telah pernah
pendidikan profesi advokat yang dimohonkan pengujian dan telah diputus
diselenggarakan oleh Peradi selama ini, oleh Mahkamah dalam Putusan Nomor
belum sesuai dengan pengaturan pendidikan 014/PUU-IV/2006, tanggal 30 November
profesi sebagaimana diatur dalam Pasal 2006 tersebut di atas. Mahkamah dalam
17 ayat (2) UU Pendidikan Tinggi jo Pasal pertimbangannya antara lain menyatakan,
16 ayat (1) Permenristek tentang SNPT. Bahwa Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) UU
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU Advokat, Advokat sesungguhnya merupakan pasal
pendidikan profesi advokat dilaksanakan oleh yang sudah selesai dilaksanakan dengan telah
Organisasi Advokat. Lebih lanjut berdasarkan berlalunya tenggat dua tahun dan dengan
Pasal 32 ayat (4) UU Advokat menyatakan telah terbentuknya Peradi sebagai Organisasi
bahwa dalam waktu paling lambat 2 (dua) Advokat yang merupakan satu-satunya wadah
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 127

profesi Advokat, sehingga tidak relevan lagi f. membentuk Komisi Pengawas [Pasal 13
untuk dipersoalkan konstitusionalitasnya. 14 ayat (1)];
Lebih lanjut lagi dalam pertimbangannya, g. melakukan pengawasan [Pasal 12 ayat
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa (1)], dan;
karena Pasal 28 ayat (1) UU Advokat h. memberhentikan Advokat [Pasal 9 ayat
menyebutkan, Organisasi Advokat (1)];
merupakan satu-satunya wadah profesi UU Advokat tidak memastikan apakah
Advokat yang bebas dan mandiri yang wadah profesi advokat lain yang tidak
dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang- menjalankan wewenang-wewenang tersebut
Undang ini, dengan maksud dan tujuan untuk berhak untuk tetap eksis atau tetap dapat
meningkatkan kualitas profesi Advokat, dibentuk. Memperhatikan seluruh ketentuan
maka organisasi Peradi sebagai satu-satunya dan norma dalam UU Advokat serta kenyataan
wadah profesi Advokat pada dasarnya adalah pada wadah profesi Advokat, Mahkamah
organ negara dalam arti luas yang bersifat Konsitusi berpendapat bahwa satu-satunya
mandiri (independent state organ) yang juga wadah profesi Advokat yang dimaksud
melaksanakan fungsi negara (vide Putusan adalah hanya satu wadah profesi Advokat
Mahkamah Nomor 066/PUU-II/2004) 15 yang menjalankan 8 (delapan) kewenangan
Implikasi dari diakuinya Peradi sebagai a quo, yang tidak menutup kemungkinan
satu-satunya wadah profesi Advokat adanya wadah profesi advokat lain yang tidak
sebagaimana dimaksud dalam UU Advokat menjalankan 8 (delapan) kewenangan tersebut
maka Peradi menjadi satu-satunya wadah berdasarkan asas kebebasan berkumpul
profesi Advokat yang memiliki wewenang dan berserikat menurut Pasal 28 dan Pasal
untuk:16 28E ayat (3) UUD 1945. Hal ini diperkuat
a. melaksanakan pendidikan khusus profesi dengan fakta bahwa dalam pembentukan
Advokat [Pasal 2 ayat (1)]; Peradi, 8 (delapan) organisasi advokat yang
b. pengujian calon Advokat [Pasal 3 ayat ada sebelumnya tidak membubarkan diri dan
(1) huruf f]; tidak meleburkan diri pada Peradi;17
c. pengangkatan Advokat [Pasal 2 ayat (2)]; Terkait dengan kewenangan Organisasi
d. membuat kode etik [Pasal 26 ayat (1)]; Advokat tersebut diatas, Peradi mempunyai
e. membentuk Dewan Kehormatan [Pasal kewenangan absolut untuk melaksanakan
27 ayat (1)]; pendidikan profesi Advokat. Berdasarkan

14 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 66/PUU-VII/2010, hlm. 343.


15 Ibid., hlm. 153.
16 Ibid., hlm. 342.
17 Ibid.
128 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

Peraturan Peradi No. 3 tahun 2006 tentang 2. Penyelenggaraan pendidikan advokat


Penyelenggarakan Pendidikan Khusus di Amerika Serikat
Profesi Advokat diatur bahwa Peradi dapat Pendidikan hukum di dunia telah meluas
bekerjasama dengan pihak lain untuk secara signifikan pada akhir abad 20.
melaksanakan PKPA. Setiap institusi/ Pendidikan hukum di Amerika Serikat menjadi
lembaga yang ingin menjadi mitra Peradi model pendidikan hukum yang berpengaruh
dalam pelaksanaan PKPA (mitra pelaksana bagi negara-negara lain di dunia. Pada awal
PKPA) harus mendapat persetujuan terlebih abad ke 20, pendidikan hukum di Amerika
dahulu dari Peradi yang tertuang dalam surat Serikat berubah dari model pelatihan magang
perjanjian. 18
(tidak formal) menjadi model pendidikan
Pada kenyataanya yang diterapkan yang formal profesional.19 Pendidikan hukum
sampai saat ini adalah Peradi memegang memegang peran yang sangat penting karena
kewenangan penuh dalam menentukan tidak hanya memberikan pengajaran terkait
penyelenggaraan pendidikan profesi advokat dengan analisis hukum, hukum substantif dan
dan bekerjasama dengan lembaga/institusi keahlian di bidang hukum tetapi juga beberapa
yang telah mempunyai izin sebagai lembaga aspek nilai dan norma. Pendidikan hukum
penyelenggara pendidikan formal atau juga merupakan jembatan bagi ahli hukum
non-formal dari Menteri. Sehingga untuk yang akan berpraktek sebagai Advokat.
menjadi Advokat, calon Advokat harus Tujuan dari program pendidikan hukum
melewati tahapan-tahapan sebagai berikut: berdasarkan Standard 301 tentang Standards
1. Mengikuti Pendidikan Khusus Profesi and Rules of Procedure for Approval of
Advokat (PKPA); Law Schools (bentuk revisi) American Bar
2. Mengikuti dan Lulus Ujian Profesi Association tahun 2015-2016 yaitu:20
Advokat (UPA); a. sekolah hukum harus memelihara
3. Mengikuti Magang di Kantor Advokat; program ketat dari pendidikan hukum
4. Pengangkatan dan Sumpah Advokat di yang mempersiapkan mahasiswanya,
Pengadilan Tinggi. setelah lulus, untuk dapat masuk ke bar

18 Pasal 3 ayat 1 Peraturan Peradi Nomer 3 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Profesi
Advokat.
19 American Bar Association, History of the American Bar Association, http://www.americanbar.org/content/
aba/about_the_aba/history.html, diakses 25 Juni 2016.
20 American Bar Association, ABA Standard and Rules of Procedure for Approval of Law Schools 2015-2016,
http://www.americanbar.org/content/dam/aba/publications/misc/legal_education/Standards/2015_2016_
chapter_3.authcheckdam.pdf, diakses 25 Juni 2016.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 129

dan berpartisipasi efektif, beretika, serta suatu negara bagian. Untuk menjadi seorang
bertanggung jawab sebagai anggota dari pengacara di Amerika, seorang sarjana hukum
profesi hukum; harus memenuhi langkah-langkah berikut:22
b. sekolah hukum harus membentuk 1. lulus dari sekolah hukum terakreditasi
dan menghasilkan hasil pembelajaran oleh ABA (American Bar Association);
yang dirancang untuk mencapai tujuan 2. mengisi permohonan secara rinci
tersebut. sehingga memungkinkan bar untuk
Advokat di Amerika tergabung dalam melakukan evaluasi character and
American Bar Association (ABA), untuk fitness;23
wilayah nasional, sedangkan di tingkat negara Mayoritas yurisdiksi telah menerbitkan
bagian terdapat State Bar Association dan Character and Fitness Standards
Local Bar Association di yurisdiksi masing- namun ada beberapa yurisdiksi yang
masing. Kegiatan terpenting dari ABA adalah tidak menerapkannya yaitu Alabama,
pengaturan standar akademik untuk sekolah California, Delaware, District of
hukum serta perumusan model kode etik yang Columbia, Hawai, Lowa, Maine,
berkaitan dengan profesi hukum. Standar Maryland, New York, Oklahoma,
akademik tersebut digunakan untuk sekolah Pennsylvania, Tennessee, West
hukum yang memberikan pendidikan hukum Virginia, N. Mariana Islands, Palau,
maupun persyaratan untuk masuk ke Bar Puerto Rico, Virgin Islands sedangkan
Association.21 yurisdiksi lainnya telah menerbitkan
Amerika Serikat sebagai negara yang Character and Fitness Standards.
menganut sistem federal, memiliki aturan Pemohon yang melakukan tindak pidana
sendiri terkait dengan pendidikan hukum tidak diperkenankan atau tidak akan
bagi para Advokat (attorney at law). Lisensi memenuhi syarat untuk masuk BAR.
atau izin untuk berpraktik hukum diperoleh Untuk mengevaluasi Character and
dari negara bagian bukan dari pemerintah Fitness Standards, dapat dilakukan oleh
federal. Kewenangan untuk memberikan otoritas yurisdiksi yang berwenang atau
lisensi tersebut ada pada Mahkamah Agung badan lain yang terpisah dari Board

21 Ibid.
22 Judith A. McMorrow, Comparative Legal Education: An Introduction to US Legal Education and Preparation
for the Practice of Law, (Boston College Law School: Electronic Copy, 2009), dalam http://ssrn.com/
abstract=2076718, diakses 18 Juli 2016.
23 Character and Fitness Standard merupakan sebuah standar moral yang diterapkan oleh yurisdiksi untuk
mengetahui karakter dan moral para pelamar yang ingin masuk ke bar. Pelamar harus menunjukan bahwa
mereka memiliki kualitas personal yang baik yang dibutuhkan untuk berpraktek hukum dan mempunyai
karakter yang diperlukan menjustifikasi kebenaran dan keyakinan klien. Character and fitness juga digunakan
untuk menguji pelamar bahwa mereka jujur, berintegritas, dapat dipercaya, rajin, dapat diandalkan, dalam
New York State Assitance Trust, Are You Fit To Be A Lawyer, http://www.nylat.org/publications/brochures/
documents/characterandfitnessbrochure09.pdf, diakses 5 Agustus 2016.
130 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

of Examiners. Setiap negara akan profesional lembaga yurisdiksi


mewajibkan pemohon masuk BAR untuk lainnya.
mengungkapkan informasi yang relevan 3. lulus ujian bar (Uniform bar
dengan Character and Fitness pemohon. Examination); dan
Penemuan salah satu dari berikut harus Uniform Bar Examination (UBE) adalah
diperlakukan sebagai penyebab untuk ujian untuk masuk Bar yang telah
penyelidikan lebih lanjut sebelum BAR terstandarisasi. UBE dikembangkan
memeriksa untuk memutuskan apakah oleh National Conference of Bar
pemohon memiliki Character and Examiners atau NCBE (Konferensi
Fitness untuk praktek hukum sebagai Nasional Penguji). UBE terdiri dari
berikut:24 Multistate Bar Examination (MBE),
a. tindakan melawan hukum; Multistate Essay Examination (MEE)
b. pelanggaran akademik; dan Multistate Performance Test (MPT)
c. pembuatan laporan palsu, termasuk dan juga menawarkan portabilitas skor
kelalaian; (nilai) lintas negara. Tujuan dari UBE
d. kesalahan dalam pekerjaan; adalah untuk menguji pengetahuan dan
e. tindakan yang melibatkan kecakapan setiap pengacara yang mana
ketidakjujuran, penipuan atau harus mampu menunjukan hal tersebut
kekeliruan; sebelum mendapatkan lisensi untuk
f. penyalahgunaan proses hukum; berpraktik. Hasil dari UBE berupa nilai
g. mengabaikan tanggung jawab portable portable score yang dapat
keuangan; digunakan untuk mendaftar di selain
h. mengabaikan kewajiban professional; yurisdiksi UBE. Dengan mengikuti UBE
i. pelanggaran perintah pengadilan; maka para pengacara dapat dengan lebih
j. bukti ketidakstabilan mental atau mudah untuk berpraktik melampaui lintas
emosional; batas negara. Namun, mahasiswa/pelamar
k. bukti ketergantungan obat atau yang telah lulus UBE tidak akan secara
alkohol; otomatis dapat mengikuti ujian bar di
l. penolakan masuk ke bar di wilayah negara-negara lain yang juga mengadopsi
hukum lain terkait dengan alasan UBE. Hal ini dikarenakan negara-negara
Character and Fitness; akan menetapkan nilai kelulusannya
m. tindakan disipliner oleh lembaga sendiri dan juga dapat memutuskan
disiplin pengacara atau disiplin

24 National Conference of Bar Examiners and the American Bar Association., Comprehensive Guide to Bar
Admission requairement 2015, National Bar Examiner and American bar Association Section of Legal
Education And Admissions To The Bar, p. viii.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 131

menerima hasil tes hanya untuk waktu a. Sekolah hukum harus menawarkan
yang terbatas. kurikulum yang mengharuskan setiap
Saat ini terdapat 205 institusi yang siswa dapat menyelesaikan dengan baik
disetujui oleh ABA untuk menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:
pendidikan hukum. Sejumlah 204 merupakan 1. satu mata kuliah dari 2 SKS dalam
sekolah hukum yang menganugerahkan gelar hal tanggung jawab profesional yang
Juris Doctor, dan 1 lainnya adalah U.S Army
mencakup pengajaran yang substantial
Judge Advocate Generals School. Sekolah
tentang sejarah, tujuan, struktur, nilai-
hukum tersebut harus menghasilkan lulusan
nilai, dan tanggung jawab profesi
yang minimum harus memiliki kompetensi
hukum serta para anggotanya;
sebagai berikut:25
2. satu pengalaman menulis di tahun
a. pengetahuan dan pemahaman tentang
pertama dan setidaknya satu
hukum secara substantif dan prosedural;
pengalaman menulis tambahan
b. analisis dan penalaran hukum, penelitian
hukum, legal problem solving, serta setelah tahun pertama, yang keduanya

komunikasi tertulis dan lisan dalam di bawah pengawasan fakultas;

konteks hukum; 3. satu atau lebih program eksperiensial,28


c. bertanggung jawab secara profesional dengan total minimal 6 SKS. Program
dan beretika secara layak terhadap klien eksperiensial ini harus menjadi
dan sistem hukum; dan program simulasi sebuah klinik
d. kemampuan profesional lainnya,26 yang hukum atau penempatan langsung
dibutuhkan untuk berpartisipasi secara di lapangan. Untuk memenuhi
kompeten dan beretika sebagai anggota persyaratan, program ini harus
dari profesi hukum. menjadi eksperiensial secara alami
Selain itu, sekolah hukum tersebut juga dan harus:
harus memenuhi standar kurikulum yang telah a) mengintegrasikan doktrin, teori,
ditentukan dalam Standards for Approval of keterampilan, dan etika hukum,
Law School (Revised Standart 2015-2016), dan melibatkan para siswa
yaitu:27 dalam kinerja dari satu atau

25 American Bar Association, ABA Standard and Rules of Procedure for Approval of Law Schools 2015-2016,
op.cit., diakses 27 Juli 2016.
26 Kemampuan profesional lainnya akan ditentukan oleh sekolah hukum, yang dapat mencakup seperti
wawancara, konseling, negosiasi, pengembangan fakta dan analisis, praktik di persidangan, penyusunan
dokumen, penanganan perselisihan, organisasi dan manajemen, kerjasama, cultural competence (kesatuan atau
kongruensi antara perilaku, sikap, kebijakan yang datang bersama-sama dalam sebuah sistem, lembaga atau
kalangan profesional dan memungkinkan sistem, lembaga atau profesi tersebut untuk bekerja secara efektif
dalam situasi lintas budaya), dan kemampuan self-evaluation.
27 American Bar Association, op.cit., diakses 27 Juli 2016.
28 Program pembelajaran melalui pengalaman, atau mengajarkan teori yang dikontekskan dengan praktik secara
langsung, lebih khusus didefinisikan reflection on doing.
132 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

lebih kemampuan profesional seorang siswa untuk pengalaman menulis


sebagaimana diidentifikasi dalam apapun.29
Standard 302; Aturan 6.1 dari ABA Model Rules of
b) mengembangkan konsep Professional Conduct mendorong para
yang mendasari kemampuan pengacara untuk memberikan pelayanan
profesional yang diajarkan; hukum pro bono terutama untuk orang dengan
c) memberikan kesempatan keterbatasan dana atau organisasi yang
berganda untuk bekerja; dan melayani orang-orang tersebut. Selain itu,
d) memberikan kesempatan untuk pengacara juga didorong untuk memberikan
self-evaluation. pro bono terkait pelayanan publik. Dalam
b. Sekolah hukum harus memberikan memenuhi persyaratan sebagaimana dalam
kesempatan besar bagi para siswanya Standard 303 (b)(2), sekolah-sekolah hukum

untuk: didorong untuk memberikan kesempatan


bagi siswa layanan pro bono dengan
1. Mengambil bagian dalam klinik
menyertakan prioritas dalam Aturan 6.1.
hukum atau penempatan atau terjun
Kemudian, sekolah-sekolah hukum juga
langsung di lapangan; dan
didorong untuk memprmosikan kesempatan
2. Partisipasi siswa dalam layanan
bagi mahasiswanya lebih dari karir sekolah
hukum pro bono, termasuk kegiatan
hukum mereka, setidaknya 50 jam layanan
pelayanan publik yang berhubungan
pro bono sesuai dengan Standard 303 (b)
dengan hukum.
(2). Pro bono dan kesempatan pelayanan
Penjelasan Standar 303-1 menyebutkan
publik tidak harus terstruktur untuk mencapai
bahwa sekolah hukum tersebut tidak dapat
hasil yang dibutuhkan oleh Standard 302 (b)
memberikan izin kepada siswa-siswanya
(2). Standard 302 (b)(2) tidak menghalangi
menggunakan satu program kursus untuk
masuknya kegiatan pemberian kredit dalam
memenuhi lebih dari satu persyaratan. Misalnya,
program sekolah hukum yang berkaitan
program yang mencakup pengalaman menulis
dengan kesempatan pro bono selama kegiatan
digunakan untuk persyaratan kelas selanjutnya
non-SKS yang berhubungan dengan hukum
tidak dapat dihitung sebagai satu program merupakan bagian dari program itu.
eksperiensial sebagaimana disyaratkan dalam Kegiatan pelayanan publik yang
Standar 303(a)(3). Selanjutnya, faktor yang berhubungan dengan hukum yang dimaksud
dipertimbangkan dalam menilai pengalaman mencakup:
menulis siswa antara lain jumlah dan sifat dari a. membantu kelompok atau organisasi yang
tulisan yang ditugaskan, bentuk dan tingkat mencari perlindungan hukum atau untuk
penilaian individual dari produk tulisan siswa melindungi hak-hak sipil, kebebasan
dan jumlah draft yang harus dihasilkan oleh sipil, atau hak-hak masyarakat;

29 Interpretation 303-2 of Standards for Approval..., op.cit., hlm. 16.


Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 133

b. memberikan bantuan sosial, organisasi ABA telah menerbitkan Comprehensive


keagamaan, warga negara, masyarakat, Guide to BAR Admission Requirements
pemerintah, dan organisasi pendidikan (Panduan Komprehesif mengenai Persyaratan
yang tidak mampu membayar bantuan untuk Masuk BAR) Tahun 2016. Panduan
hukum; ini merupakan edisi yang telah diperbaharui
c. berpartisipasi dalam kegiatan
dari panduan sebelumnya yang dirilis pada
memberikan informasi tentang keadilan,
tahun 2015. Publikasi ini merupakan hasil
hukum atau sistem hukum bagi mereka
kerjasama dari National Conference of BAR
yang mungkin tidak memiliki informasi
Examiners, ABA Section on Legal Education
tersebut; dan
and Admissions to the BAR, yang berisi
d. terlibat dalam kegiatan untuk
meningkatkan kapasitas hukum dan rekomendasi untuk penerimaan masuk ke

lembaga hukum untuk berbuat adil. BAR Association serta data terkait
Sebagaimana telah dijelaskan Secara garis besar terdapat perbedaan dari
sebelumnya, bahwa untuk berpraktik hukum, segi penyelanggaraan Pendidikan Advokat di
seorang Advokat harus melalui ujian BAR Indonesia dan Amerika Serikat yang mana
di masing-masing yurisdiksi. Dalam hal ini tertuang dalam uraian sebagai berikut:

Tabel 1. Perbandingan Penyelenggaraan Pendidikan Advokat Di Indonesia dan


Amerika Serikat
No. Keterangan Di Indonesia Di Amerika Serikat
1. Pelaksana Diselenggarakan oleh Organisasi Advokat Diselenggarakan Oleh
Pendidikan / Peradi Sekolah Hukum /
Profesi Perguruan Tinggi
Advokat
2. Kurikulum Ditentukan Oleh Organisasi Advokat/ Ditentukan oleh
Pendidikan Peradi berdasarkan Peraturan Peradi No. Organisasi Advokat
Advokat 3 tahun 2006 tentang Penyelenggarakan federal / American bar
Pendidikan Khusus Profesi Advokat Association melalui
Standards for Approval
of Law School (Revised
Standard 2015-2016)
3 Ujian Diselanggarakan Oleh Organisasi Advokat Diselenggarakan oleh
Kompetensi /Peradi yang dikenal sebagai Ujian Profesi Organisasi Advokat
Advokat (UPA) Federal /negara bagian
yang dikenal dengan
Uniform Bar Examination
(UBE)
4 Persyaratan Magang selama 2 Tahun di kantor Wajib lulus dari
tambahan Advokat, Tidak Pernah terlibat dalam Character and Fitness
sebelum kasus Pidana dibuktikan dengn Surat Standards Requirement
pengangkutan catatan Kepolisian (SKCK) dan Surat
& sumpah Keterangan Bebas Perkara dari Pengadilan
Negeri sesai dengan Domisili calon
Advokat
Sumber: Data Sekunder, diolah, 2016
134 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

B. Penyelenggaraan Pendidikan Secara Ideal, Pendidikan Profesi Advokat


Profesi Advokat Yang Seharusnya sebagai bagian dari Pendidikan Tinggi
Diberlakukan di Indonesia seharusnya dalam pelaksanaannya harus tetap
Peradi sebagai organisasi advokat mengacu pada Permenristekdikti tentang
yang dibentuk berdasarkan amanat UU SNPT. Di dalam Permenristekdikti tersebut
Advokat sebagai wadah tunggal organisasi diatur mengenai standar minimal yang harus
advokat yang diberikan kewenangan multak dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan
untuk menyelenggarakan pendidikan profesi profesi sebagaimana ketentuan dalam Pasal
Advokat sudah tidak berjalan sesuai dengan 16 ayat (1) huruf e yang menyatakan bahwa
harapan Peradi sebagai satu-satunya wadah masa beban belajar penyelenggaraan program
profesi Advokat pada dasarnya adalah pendidikan profesi yaitu paling lama 3 (tiga)
organ negara dalam arti luas yang bersifat tahun akademik setelah menyelesaikan
mandiri (independent state organ) yang juga program sarjana atau program diploma
melaksanakan fungsi negara. Sebagaimana empat/sarjana terapan, dengan beban belajar
diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (1) UU mahasiswa paling sedikit 24 (dua puluh
Advokat bahwa pembentukan Organisasi empat) sks.
Advokat yang bebas dan mandiri dalam hal Lebih lanjut lagi berdasarkan Pasal 17 ayat
ini adalah Peradi adalah dengan maksud dan (1) Permenristekdikti tentang SNPT mengatur
tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi bahwa 1 (satu) sks pada proses pembelajaran
Advokat. berupa kuliah, responsi atau tutorial, terdiri
Berdasarkan pasal 3 ayat (1) UU No.18 atas:
Tahun 2003, kewenangan yang diberikan a. kegiatan tatap muka 50 (lima puluh)
kepada Peradi juga meliputi melakukan menit per minggu per semester;
pengujian calon Advokat yang mana ujian b. kegiatan penugasan terstruktur 60 (enam
tersebut merupakan ujian mengetahui sejauh puluh) menit per minggu per semester
mana kompetensi calon Advokat. Pengujian dan
calon advokat tersebut dikenal dengan Ujian c. kegiatan mandiri 60 (enam puluh) menit
Profesi Advokat (UPA). Dengan demikian, per minggu per semester.
Peradi seharusnya dapat menjaga standar Namun pada kenyataannya
kompetensi dan mutu para calon Advokat. penyelanggaraan PKPA yang dilakukan selama
Namun pada kenyataannya, konflik internal ini hanya berjalan dalam waktu kurang lebih
yang terjadi didalam tubuh Peradi yang masih 1-3 bulan tergantung dari mitra penyelenggara
berkepanjangan hingga saat ini memberikan PKPA yang telah disetujui oleh Peradi. Dengan
implikasi negatif terhadap standar kompetensi singkatnya waktu penyelenggaraan PKPA
dan kualitas calon Advokat. tersebut tentunya berdampak pada belum
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 135

terpenuhinya standar sebagaimana disebutkan 7. mampu memimpin suatu tim kerja untuk
diatas. Sehingga Pendidikan Khusus Profesi memecahkan masalah pada bidang
Advokat (PKPA) yang berjalan saat ini belum profesinya;
memenuhi standar minimal pendidikan profesi 8. mampu bekerja sama dengan profesi
berdasarkan Permenristekdikti tentang SNPT. lain yang sebidang dalam menyelesaikan
Terkait dengan kompetensi masalah pekerjaan bidang profesinya;
pendidikan profesi, berdasarkan lampiran
9. mampu mengembangkan dan memelihara
Permenristekdikti tentang SNPT, Lulusan
jaringan kerja dengan masyarakat profesi
Program Profesi wajib memiliki:30
dan kliennya;
1. mampu bekerja di bidang keahlian pokok
10. mampu bertanggungjawab atas pekerjaan
untuk jenis pekerjaan yang spesifik dan
di bidang profesinya sesuai dengan kode
memiliki kompetensi kerja yang minimal
etik profesinya;
setara dengan standar kompetensi kerja
11. mampu meningkatkan kapasitas
profesinya;
2. mampu membuat keputusan yang pembelajaran secara mandiri;

independen dalam menjalankan pekerjaan 12. mampu berkontribusi dalam evaluasi atau

profesinya berdasarkan pemikiran logis, pengembangan kebijakan nasional dalam


kritis, sistematis, dan kreatif; rangka peningkatan mutu pendidikan
3. mampu mengomunikasikan pemikiran/ profesi atau pengembangan kebijakan
argumen atau karya inovasi yang nasional pada bidang profesinya;
bermanfaat pengembangan profesi dan mampu mendokumentasikan,
dan kewirausahaan, yang dapat menyimpan, mengaudit, mengaman-kan,
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menemukan kembali data dan
dan etika kepada masyarakat terutama informasi untuk keperluan pengembangan
masyarakat profesinya;, hasil kerja profesinya.
4. mampu melakukan evaluasi secara kritis Berdasarkan standar kompetensi lulusan
terhadap hasil kerja dan keputusan yang
program profesi tersebut diatas, tentunya
dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya
tidak dapat dicapai dengan model pendidikan
oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat;
yang singkat. Pendidikan PKPA yang bukan
5. mampu meningkatkan keahlian
hanya untuk menyiapkan calon Advokat
keprofesiannya pada bidang yang khusus
menghadapi Ujian Profesi Advokat melainkan
melalui pelatihan dan pengalaman kerja;
menyiapkan standar lulusan profesi yang
6. mampu meningkatkan mutu sumber daya
kompeten sehingga siap untuk menjadi
untuk pengembangan program strategis
seorang Advokat yang handal. Hal tersebut
organisasi;

30 Lampiran Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
136 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

diperburuk dengan adanya konflik yang Jika dibandingkan dengan


berkepanjangan didalam tubuh Peradi yang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Advokat
semakin mengurangi standarisasi kompetensi di Amerika, Organisasi Advokat di Amerika
dan mutu calon advokat. Hal tersebut ditandai yang dalam hal ini adalah American Bar
dengan masing-masing kubu pecahan dari Association (ABA) memiliki keweangan
Peradi menyelenggarakan Ujian Profesi yang berbeda dengan Peradi. ABA berperan
Advokat masing-masing sehingga disinyalir dalam menentukan standar kompetensi dan
bahwa standarisasi daripada Ujian profesi mutu dari calon Advokat dengan melalaui
tersebut tidak seragam. Standarisasi Kurikulum Pendidikan Advokat
Pendidikan Profesi Advokat sejatinya di Amerika. ABA secara periodik menentukan
merupakan pendidikan profesi yang bertujuan dan selalu memperbaharui standar kurikulum
pada penguasaan pengetahuan dan kecakapan profesi advokat ke sekolah-sekolah hukum di
kompetensi untuk berpraktek. Pendidikan
Amerika, atau yang dikenal dengan Standard
Profesi lebih diarahkan pada menghasilkan
301 tentang Standards and Rules of Procedure
tenaga profesional yang memiliki kemampuan
for Approval of Law Schools.31
kecakapan atau kompetensi standar dan
Guna memperbaiki keadaan tersebut,
kinerja standar. Sehingga untuk menjamin
PKPA harus ditranformasikan menjadi
mutu pendidikan Advokat tentunya harus
Pendidikan Profesi Advokat yang sesuai
sesuai dengan Kerangka Kulaifikasi Nasional
dengan standar nasional pendidikan tinggi.
Indonesia (KKNI) sebagaimana diatur
Pendidikan Profesi Advokat yang dilakukan
berdasarkan Peraturan Presiden No. 8 Tahun
sesuai dengan standar yang telah ditentukan
2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional.
dalam standar nasional perguruan tinggi.
Pemberian kewenangan terhadap
Sehingga nantinya pendidikan profesi
organisasi Advokat (dalam hal ini Peradi)
adavokat bukan lagi menjadi pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan profesi
khusus profesi yang hanya berlangsung dalam
Advokat serta sertifikasi profesi Advokat
waktu singkat melainkan sesuai dengan beban
tentunya harus bisa dipertanggungjawabkan.
belajar sebagaimana diatur dalam Pasal 16
Peradi harus mengontrol kompetensi dan
ayat (1) huruf e Permenristekdikti tentang
kualitas dari Advokat agar fungsi dari pada
Advokat sebagai salah satu penegak hukum SNPT.

bisa berjalan dengan baik. Standarisasi dan Perubahan tersebut bisa dilakukan dengan

mutu profesi advokat harus jelas dan selalu cara merevitalisasi keweangan Peradi dalam

dijaga oleh Peradi. Namun pada kenyataannya penyelenggaraan pendidikan profesi advokat.
kewajiban tersebut belum dilaksanakan Memberikan kewenangan penyelenggaraan
dengan baik oleh Peradi. pendidikan profesi terhadap perguruan tinggi

31 ABA terakhir merevisi Standard 301 pada tahun 2016.


Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 137

untuk menyelenggarakan pendidikan profesi Amerika Serikat, Penyelenggaraan


advokat untuk mendidik para calon advokat Pendidikan Advokat dilaksanakan oleh
agar menghasilkan lulusan yang memiliki sekolah hukum/perguruan tinggi. Sekolah
standar kompetensi dan kualitas sebagai hukum tersebut hanya melaksanakan,
seorang advokat. Hal tersebut bisa dilakukan sedangkan dari kurikulumnya hingga
dengan cara menjudicial reviewmelakukan uji ujian kompetensinya ditentukan dan
materiil pPasal pasal 2 ayat (1) UU Advokat dilaksanakan oleh Organisasi Advokat
ke Mahkamah Konstitusi atau melalui yang dalam hal ini adalah American Bar
amandemen UU Advokat melalui legislatif. Association (ABA). ABA menentukan
Sehingga nantinya Peradi hanya diberikan standar kurikum terhadap sekolah hukum
kewenangan untuk menentukan kurikulum yang menyelanggarakan pendidikan
pendidikan profesi advokat kepada Perguruan profesi advokat atau dikenal dengan
tinggi hukum yang menyelenggarakan Standart for Approval of Law School.
pendidikan profesi advokat. Lebih lanjut Lebih lanjut lagi dalam seorang calon
lagi, Peradi tetap memiliki kewenangan Advokat harus melalui ujian BAR
untuk menyelenggarakan ujian profesi di masing-masing yurisdiksi. ABA
advokat (UPA) dengan lebih selektif sehingga menerbitkan Comprehensive Guide to
nantinya calon advokat yang telah lulus UPA BAR Admission Requirements sebagai
memiliki kompetensi yang cukup, beretika, panduan mengenai persyaratan untuk
serta bertanggung jawab terhadap profesinya memasuki Bar.
dan masyarakat. 2. Pendidikan profesi Advokat di Indonesia
seharusnya bukan dalam bentuk
Simpulan Pendidikan Khusus Profesi Advokat.
1. Terdapat perbedaan penyelenggaraan Pendidikan Profesi Advokat sejatinya
pendidikan Advokat di Indonesia dengan merupakan bentuk pendidikan profesi.
Di Amerika Serikat. Penyelenggaraan Pengaturan pendidikan profesi secara
pendidikan Advokat di Indonesia umum sudah diakomodir dalam UU
dilaksanakan sepenuhnya oleh Organisasi Pendidikan Tinggi. Dengan demikian,
Advokat yang dalam hal ini adalah Peradi. seharusnya penyelenggaraan pendidikan
Peradi mempunyai kewenangan mutlak profesi advokat di Indonesia harus di
dalam menyelenggarakan Pendidikan transformasikan sesuai dengan Standar
Khusus Profesi Advokat, menentukan Pendidikan Profesi sebagaimana telah
kurikulum pendidikan Advokat, hingga diatur dalam UU Pendidikan Tinggi,
melaksanakan Ujian Kompetensi berupa Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012
Ujian Profesi Advokat. Sedangkan di tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
138 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

Indonesia dan Permenristek Dikti No. kompetensi profesi advokat bisa tetap
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional terjaga dan menghasilkan Advokat yang
Pendidikan Tinggi. Sehingga standar kompeten dalam bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Publising, 2007.


Alkostar, Artidjo, Peran dan Tantangan Prent, K., et al. Kamus Latin-Indonesia.
Advokat Dalam Era Globalisasi, Yogyakarta: Kanisius, 1969.
Yogyakarta: UII Press, 2010. Sarmadi, Sukris. Advokat Litigasi & Non
Azhari. Negara Hukum Indonesia Analisis Litigasi Pengadilan. Bandung: Mandar
Yuridis Normatif Tentang Unsur- Maju, 2009.
unsurnya. Jakarta: Ul Press, 1995.
Blocher dan Bigs. The Cognitive Approach to Pinsler, Jeffrey, Ethic and Professional
Ethical Counseling. New York: State Responsibility, A Code For Advocate
University of New York, 1986. and Solicitor, Singapore: Academy
Dicey, V. Albert. Introduction to the Study of Publising, 2007.
the Law of Consititution. 8 Revisedth

edition. Liberty Fund Inc,. 1982. Jurnal

Dworkin, Ronald. Legal Research. Spring: Choudhry, Sujit. Globalization in Search


Daedalus, 1973. of Justification: Toward a Theory
Konrad, Zweigert and Kotz Hein. Introduction of Comparative Constitutional
to Comparative Law. 3d ed. Oxford: Interpretation. 74 Ind. L. J. 819,
Clarendon Press, 1998. (1999): 825-826.
McMorrow, A. Judith. Comparative Legal Raalf, Matthew S. A Sheep in Wolfs
Education: An Introduction to US Clothing: Why the Debate Surrounding
Legal Education and Preparation for Comparative Constitutional Law Is
the Practice of Law. Boston College Spectacularly Ordinary. 73 Fordham
Law School: Electronic Copy, 2009. L. Rev.: 1239, (Desember 2004): 1279-
Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian 1281.
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Peraturan Perundang-undangan
Remaja Rosdakarya, 2002.
Pinsler, Jeffrey. Ethic and Professional Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang

Responsibility, A Code For Advocate Advokat.

and Solicitor. Singapore: Academy Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang


Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 139

Kekuasaan Kehakiman. Naskah Internet


Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang American Bar Association. ABA Standard
Pendidikan Tinggi. and Rules of Procedure for Approval
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2014 of Law Schools 2015-2016, . http://
tentang Penyelenggaraan Pendidikan www.americanbar.org/content/dam/
Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
aba/publications/misc/legal_education/
Tinggi.
Standards/2015_2016_chapter_3.
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang
authcheckdam.pdf. Diakses 25 Juni
Kerangka Kualifikasi Nasional
2016.
Indonesia.
_________________. History of the
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
American Bar Association. http://
Pendidikan Tinggi No. 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan www.americanbar.org/content/aba/

Tinggi. about_the_aba/history.html. Diakses 25


Keputusan Ketua Mahkamah Agung No. 73/ Juni 2016.
KMA/HK.01/IX/2015. Cipto, Hendra. Peradi Pecah Tiga, Masing-
Peraturan Peradi No. 3 Tahun 2006 tentang Masing Kubu Punya Ketua Umum.
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus http://nasional.kompas.com/
Profesi Advokat Putusan Mahkamah read/2015/03/28/09095281/Peradi.
Konstitusi No. 014/PUU-IV/2006. Pecah.Tiga.Masing-Masing.Kubu.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 015/ Punya.Ketua.Umum. Diakses 13
PUU-IV/2006. Februari 2016.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 101/
McMorrow, Judith A. Comparative Legal
PUU-VII/2009.
Education: An Introduction to US
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 66/
Legal Education and Preparation
PUU-VIII/2010.
for the Practice of Law,. Boston
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 112/
College Law School, : Electronic
PUU-XII/2014.
Copy, 2009, . Ddalam http://ssrn.com/
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 36/
PUU-XIII/2015. abstract=2076718. Diakses 18 Juli

Surat Ketua Mahkamah Agung No. 052/ 2016.

KMA/V/2009. New York State Assitance Trust. Are You Fit


Surat Ketua Mahkamah Agung No. 089/ To Be A Lawyer. http://www.nylat.
KMA/VI/2010. org/publications/brochures/documents/
Surat Ketua Mahkamah Agung No. 73/KMA/ characterandfitnessbrochure09.pdf.
HK.01/IX/2015. Diakses 5 Agustus 2016.
140 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140

Winarta, Frans Hendra. Konflik Antar baca/hol22359/konflik-antar-


Pengurus Organisasi Advokat pengurus-organisasi-advokat-yang-
yang Berkepanjangan. http:// berkepanjangan. Diakses 12 Februari
w w w. h u k u m o n l i n e . c o m / b e r i t a / 2016.

You might also like