Professional Documents
Culture Documents
Arif Setiawan
Lucky Suryo Wicaksono
Siti Anisah
Eko Rial Nugroho
Abstract
Abstrak
Advokat merupakan salah satu profesi hukum yang memiliki peran penting dalam system
peradilan pidana Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pengaturan penyelenggaraan
pendidikan profesi advokat di Indonesia dan Amerika Serikat serta bagaimana penyelenggaraan
pendidikan profesi advokat yang seharusnya diterapkan di Indonesia. Tulisan ini merupakan
hasil dari satu penelitian yang menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan
menggunakan menggunakan pendekatan perbandingan hukum (comparative law) terhadap
Amerika Serikat. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penyelenggaraan Pendidikan
Profesi Advokat di Amerika dilakukan oleh sekolah hukum sedangkan di Indonesia dilakukan
oleh organisasi Advokat. Pendidikan profesi Advokat di Indonesia seharusnya bukan dalam
bentuk Pendidikan Khusus Profesi Advokat. Pendidikan Profesi Advokat sejatinya merupakan
bentuk pendidikan profesi. Pendidikan Profesi Advokat sebagai bagian dari pendidikan tinggi
tentunya harus memunuhi standar nasional pendidikan tinggi.
Kata kunci: penyelenggaraan pendidikan advokat, indonesia, amerika
1 Azhari, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, (Jakarta: Ul-Press,
1995), hlm. 116.
2 Albert V. Dicey, Introduction to the Study of the Law of Consititution, 8th Revised Edition, (Liberty Fund Inc.
1 Januari 1982), p. 23.
3 Pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
122 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140
instansi penegak hukum seperti kepolisian dan berpegang pada etika.6 Profesi advokat itu
kejaksaan. Melalui jasa hukum yang diberikan, mulia (Officium Nobile) karena mengabdikan
Advokat menjalankan tugas profesinya demi diri kepada kepentingan masyarakat dan
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk bukan pada dirinya sendiri, serta berkewajiban
kepentingan masyarakat pencari keadilan, untuk ikut menegakkan hak asasi manusia.
termasuk usaha memberdayakan masyarakat Advokat bebas dalam membela, tidak terikat
dalam menyadari hak-hak fundamentalnya pada perintah klien dan tidak pilih-pilih siapa
di depan hukum. Advokat sebagai salah satu lawan kliennya, apakah berasal dari golongan
unsur sistem peradilan merupakan salah satu pejabat, pengusaha, penguasa, dan lain
pilar dalam menegakkan supremasi hukum sebagainya. Sehingga profesi advokat dituntut
dan hak asasi manusia.4 Predikat profesi untuk memiliki standar keahlian tertentu guna
hukum yang melekat pada seorang advokat menjalankan profesinya dengan baik.
Salah satu cara untuk membentuk keahlian
mengacu pada kualitas tanggung jawab
Advokat adalah melalui pendidikan profesi
terhadap tegaknya keadilan sebagai substansi
advokat. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU
dari hukum. Dengan demikian, seorang
No.18 Tahun 2003 tentang Advokat (yang
atau sekelompok profesional hukum dalam
selanjutnya disebut dengan UU Advokat),
memberikan pelayanan jasa atau bantuan
pendidikan profesi advokat dilaksanakan oleh
hukum bagi masyarakat akan berpedoman
Organisasi Advokat. Lebih lanjut berdasarkan
pada standar yang terus menjamin bahwa tidak
Pasal 32 ayat (4) UU Advokat, menyatakan
akan melakukan kesalahan atau kelalaian yang
bahwa dalam waktu paling lambat 2 (dua)
merugikan pencari keadilan, melukai rasa
tahun setelah berlakunya Undang-Undang
keadilan masyarakat, mengingkari kebenaran
ini, Organisasi Advokat harus telah terbentuk.
hukum atau membohongi hati nuraninya
Dalam rangka pemenuhan dan pelaksanaan
sendiri.5
ketentuan Pasal 32 ayat (4) tersebut, pada 21
Dalam mewakili kepentingan dan membela
Desember 2004 dideklarasikan berdirinya
hak-hak hukum klien (pencari keadilan dan
Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) di
kebenaran) maka advokat harus berpikir
Jakarta. Dengan demikian, Peradi menjadi
objektif berdasarkan keahlian yang dimiliki
organisasi Advokat satu-satunya yang menjadi
dan kode etik profesi. Advokat berkewajiban wadah bagi profesi Advokat, sebagaimana
untuk utama untuk menegakan pendirian yang diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (1) UU
dan integritas profesinya dengan cara selalu Advokat.
7 Pemohon pada Perkara No. 014/PUU-IV/2006 mengajukan pengujian terhadap Pasal 28A, Pasal 28C Ayat (2),
Pasal 28D Ayat (1) dan Ayat (3), dan 8 Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945, sedangkan pada Perkara No. 015/PUU-
IV/2006 yang diuji adalah Pasal 28C UUD.
8 Frans Hendra Winarta, Konflik Antar Pengurus Organisasi Advokat yang Berkepanjangan, http://www.
hukumonline.com/berita/baca/hol22359/konflik-antar-pengurus-organisasi-advokat-yang-berkepanjangan,
diakses 12 Februari 2016.
9 Akibat dari perpecahan Peradi, persyaratan untuk menjadi advokat dipermudah oleh masing-masing organisasi
sehingga berdampak kepada kualitas advokat. Hal tersebut meningkatkan potensi bahwa advokat tersebut
melakukakan malpraktek dalam melakukan penangan ke pencari keadilan.
124 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140
10 Hendra Cipto, Peradi Pecah Tiga, Masing-Masing Kubu Punya Ketua Umum, http://nasional.kompas.
com/read/2015/03/28/09095281/Peradi.Pecah.Tiga.Masing-Masing.Kubu.Punya.Ketua.Umum, diakses 13
Februari 2016.
11 Surat Keputusan Mahkamah Agung No. 73/KMA/HK.01/IX/2015 tertanggal 23 Desember 2015.
12 Ronald Dworkin, Legal Research, (Daedalus: Spring, 1973), hlm. 250.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 125
menjawab persoalan yang telah dirumuskan undang tersebut, Pendidikan Tinggi setelah
tersebut adalah dengan menggunakan program sarjana yang menyiapkan mahasiswa
pendekatan perbandingan (comparative law). dalam pekerjaan yang memerlukan
Perbandingan ini dilakukan dengan cara persyaratan keahlian khusus. Lebih lanjut
penafsiran antisipatif. Artinya perbandingan lagi, Pasal 17 ayat (2) UU Pendidikan Tinggi
dilakukan dengan maksud untuk mencari menyatakan bahwa pendidikan profesi dapat
hal-hal yang belum terungkap sebelumnya, diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
sebagai bahan-bahan bagi sumber hukum dan bekerja sama dengan Kementerian,
material, yaitu bahan-bahan untuk membentuk Kementerian Lain, dan atau organisasi profesi
peraturan perundang-undangan pada masa yang bertanggung jawab atas mutu layanan
yang akan datang (futuristic).13 Dengan profesi. Pasal 24 ayat (1) UU Pendidikan
demikian, metode normatif ini mengacu Tinggi menegaskan bahwa program profesi
pula kepada penelitian yang mengarah merupakan pendidikan keahlian khusus yang
kepada argumentasi teoritis dan normatif atas diperuntukkan bagi lulusan program sarjana
penyelenggaraan pendidikan profesi advokat. atau sederajat untuk mengembangkan bakat
dan kemampuan memperoleh kecakapan yang
Pembahasan diperlukan dalam dunia kerja.
Pengaturan lebih lanjut mengenai
A. Penyelenggaraan Profesi Advokat di
penyelenggaraan program profesi diatur
Indonesia dan Amerika Serikat
dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan
1. Penyelenggaraan pendidikan advokat Menteri. Pasal 19 Peraturan Pemerintah
di Indonesia No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Dasar hukum penyelenggaraan profesi Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
di Indonesia diatur berdasarkan Undang- Tinggi menyatakan bahwa sertifikat profesi
Undang No. 12 Tahun 2012 tentang merupakan pengakuan untuk melakukan
Pendidikan Tinggi (yang selanjutnya disebut praktik profesi yang diperoleh lulusan
dengan UU Pendidikan Tinggi). Berdasarkan pendidikan profesi, spesialis, atau subspesialis.
UU Pendidikan Tinggi, terdapat 3 (tiga) Sertifikat profesi tersebut diterbitkan
jenis pendidikan tinggi yaitu pendidikan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan
akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan Kementerian, Kementerian Lain, Lembaga
profesi. Pendidikan profesi sebagaimana Pemerintah Non Kementerian (LPNK), dan/
dinyatakan pada Pasal 17 ayat (1) undang- atau Organisasi Profesi. Sedangkan Pasal
13 Matthew S. Raalf, A Sheep in Wolfs Clothing: Why the Debate Surrounding Comparative Constitutional
Law Is Spectacularly Ordinary, 73 Fordham L. Rev.: 1239, (Desember 2004): 1279-1281; Sujit Choudhry,
Globalization in Search of Justification: Toward a Theory of Comparative Constitutional Interpretation, 74
Ind. L. J. 819, (1999): 825-826.
126 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140
16 ayat (1) huruf e Peraturan Menteri Riset, tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. Organisasi Advokat telah terbentuk. Dalam
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional rangka pemenuhan dan pelaksanaan ketentuan
Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti tentang Pasal 32 ayat (4) tersebut, pada 21 Desember
SNPT) menyatakan bahwa masa beban belajar 2004 dideklarasikan berdirinya Perhimpunan
penyelenggaraan program pendidikan profesi Advokat Indonesia (Peradi) di Jakarta. Dengan
yaitu paling lama 3 (tiga) tahun akademik demikian, Peradi menjadi organisasi Advokat
setelah menyelesaikan program sarjana atau satu-satunya yang menjadi wadah bagi profesi
program diploma empat/sarjana terapan, Advokat yang mana harus bertanggung jawab
dengan beban belajar mahasiswa paling atas mutu layanan profesi, sebagaimana yang
sedikit 24 (dua puluh empat) sks. Selanjutnya diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (1) UU
Pasal 17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Advokat.
tersebut menyatakan bahwa mahasiswa Eksistensi Peradi sebagai satu-satunya
program profesi dinyatakan lulus apabila Organisasi Advokat juga diakui oleh negara,
telah menempuh seluruh beban belajar yang sedemikian berdasarkan pertimbangan putusan
ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran Mahkamah Konstitusi No. 66/PUU-VIII/2010
lulusan yang ditargetkan oleh program studi yang juga menguji Pasal 28 ayat (1) UU No.
dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih 18 Tahun 2003 dikaitkan dengan juga dengan
besar atau sama dengan 3,00 (tiga koma nol Putusan MK No. 14/PUU-IV/2006 yang
nol). Selanjutnya mahasiswa program profesi dalam Pertimbangan Putusan Perkara No 66/
yang lulus berhak memperoleh sertifikat PUU-VIII/2010 yang mana telah dengan jelas
profesi. dimuat: Bahwa mengenai pengujian Pasal 32
Namun dalam penyelenggaraan ayat (4) UU No. 18 Tahun 2003 telah pernah
pendidikan profesi advokat yang dimohonkan pengujian dan telah diputus
diselenggarakan oleh Peradi selama ini, oleh Mahkamah dalam Putusan Nomor
belum sesuai dengan pengaturan pendidikan 014/PUU-IV/2006, tanggal 30 November
profesi sebagaimana diatur dalam Pasal 2006 tersebut di atas. Mahkamah dalam
17 ayat (2) UU Pendidikan Tinggi jo Pasal pertimbangannya antara lain menyatakan,
16 ayat (1) Permenristek tentang SNPT. Bahwa Pasal 32 ayat (3) dan ayat (4) UU
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU Advokat, Advokat sesungguhnya merupakan pasal
pendidikan profesi advokat dilaksanakan oleh yang sudah selesai dilaksanakan dengan telah
Organisasi Advokat. Lebih lanjut berdasarkan berlalunya tenggat dua tahun dan dengan
Pasal 32 ayat (4) UU Advokat menyatakan telah terbentuknya Peradi sebagai Organisasi
bahwa dalam waktu paling lambat 2 (dua) Advokat yang merupakan satu-satunya wadah
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 127
profesi Advokat, sehingga tidak relevan lagi f. membentuk Komisi Pengawas [Pasal 13
untuk dipersoalkan konstitusionalitasnya. 14 ayat (1)];
Lebih lanjut lagi dalam pertimbangannya, g. melakukan pengawasan [Pasal 12 ayat
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa (1)], dan;
karena Pasal 28 ayat (1) UU Advokat h. memberhentikan Advokat [Pasal 9 ayat
menyebutkan, Organisasi Advokat (1)];
merupakan satu-satunya wadah profesi UU Advokat tidak memastikan apakah
Advokat yang bebas dan mandiri yang wadah profesi advokat lain yang tidak
dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang- menjalankan wewenang-wewenang tersebut
Undang ini, dengan maksud dan tujuan untuk berhak untuk tetap eksis atau tetap dapat
meningkatkan kualitas profesi Advokat, dibentuk. Memperhatikan seluruh ketentuan
maka organisasi Peradi sebagai satu-satunya dan norma dalam UU Advokat serta kenyataan
wadah profesi Advokat pada dasarnya adalah pada wadah profesi Advokat, Mahkamah
organ negara dalam arti luas yang bersifat Konsitusi berpendapat bahwa satu-satunya
mandiri (independent state organ) yang juga wadah profesi Advokat yang dimaksud
melaksanakan fungsi negara (vide Putusan adalah hanya satu wadah profesi Advokat
Mahkamah Nomor 066/PUU-II/2004) 15 yang menjalankan 8 (delapan) kewenangan
Implikasi dari diakuinya Peradi sebagai a quo, yang tidak menutup kemungkinan
satu-satunya wadah profesi Advokat adanya wadah profesi advokat lain yang tidak
sebagaimana dimaksud dalam UU Advokat menjalankan 8 (delapan) kewenangan tersebut
maka Peradi menjadi satu-satunya wadah berdasarkan asas kebebasan berkumpul
profesi Advokat yang memiliki wewenang dan berserikat menurut Pasal 28 dan Pasal
untuk:16 28E ayat (3) UUD 1945. Hal ini diperkuat
a. melaksanakan pendidikan khusus profesi dengan fakta bahwa dalam pembentukan
Advokat [Pasal 2 ayat (1)]; Peradi, 8 (delapan) organisasi advokat yang
b. pengujian calon Advokat [Pasal 3 ayat ada sebelumnya tidak membubarkan diri dan
(1) huruf f]; tidak meleburkan diri pada Peradi;17
c. pengangkatan Advokat [Pasal 2 ayat (2)]; Terkait dengan kewenangan Organisasi
d. membuat kode etik [Pasal 26 ayat (1)]; Advokat tersebut diatas, Peradi mempunyai
e. membentuk Dewan Kehormatan [Pasal kewenangan absolut untuk melaksanakan
27 ayat (1)]; pendidikan profesi Advokat. Berdasarkan
18 Pasal 3 ayat 1 Peraturan Peradi Nomer 3 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Profesi
Advokat.
19 American Bar Association, History of the American Bar Association, http://www.americanbar.org/content/
aba/about_the_aba/history.html, diakses 25 Juni 2016.
20 American Bar Association, ABA Standard and Rules of Procedure for Approval of Law Schools 2015-2016,
http://www.americanbar.org/content/dam/aba/publications/misc/legal_education/Standards/2015_2016_
chapter_3.authcheckdam.pdf, diakses 25 Juni 2016.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 129
dan berpartisipasi efektif, beretika, serta suatu negara bagian. Untuk menjadi seorang
bertanggung jawab sebagai anggota dari pengacara di Amerika, seorang sarjana hukum
profesi hukum; harus memenuhi langkah-langkah berikut:22
b. sekolah hukum harus membentuk 1. lulus dari sekolah hukum terakreditasi
dan menghasilkan hasil pembelajaran oleh ABA (American Bar Association);
yang dirancang untuk mencapai tujuan 2. mengisi permohonan secara rinci
tersebut. sehingga memungkinkan bar untuk
Advokat di Amerika tergabung dalam melakukan evaluasi character and
American Bar Association (ABA), untuk fitness;23
wilayah nasional, sedangkan di tingkat negara Mayoritas yurisdiksi telah menerbitkan
bagian terdapat State Bar Association dan Character and Fitness Standards
Local Bar Association di yurisdiksi masing- namun ada beberapa yurisdiksi yang
masing. Kegiatan terpenting dari ABA adalah tidak menerapkannya yaitu Alabama,
pengaturan standar akademik untuk sekolah California, Delaware, District of
hukum serta perumusan model kode etik yang Columbia, Hawai, Lowa, Maine,
berkaitan dengan profesi hukum. Standar Maryland, New York, Oklahoma,
akademik tersebut digunakan untuk sekolah Pennsylvania, Tennessee, West
hukum yang memberikan pendidikan hukum Virginia, N. Mariana Islands, Palau,
maupun persyaratan untuk masuk ke Bar Puerto Rico, Virgin Islands sedangkan
Association.21 yurisdiksi lainnya telah menerbitkan
Amerika Serikat sebagai negara yang Character and Fitness Standards.
menganut sistem federal, memiliki aturan Pemohon yang melakukan tindak pidana
sendiri terkait dengan pendidikan hukum tidak diperkenankan atau tidak akan
bagi para Advokat (attorney at law). Lisensi memenuhi syarat untuk masuk BAR.
atau izin untuk berpraktik hukum diperoleh Untuk mengevaluasi Character and
dari negara bagian bukan dari pemerintah Fitness Standards, dapat dilakukan oleh
federal. Kewenangan untuk memberikan otoritas yurisdiksi yang berwenang atau
lisensi tersebut ada pada Mahkamah Agung badan lain yang terpisah dari Board
21 Ibid.
22 Judith A. McMorrow, Comparative Legal Education: An Introduction to US Legal Education and Preparation
for the Practice of Law, (Boston College Law School: Electronic Copy, 2009), dalam http://ssrn.com/
abstract=2076718, diakses 18 Juli 2016.
23 Character and Fitness Standard merupakan sebuah standar moral yang diterapkan oleh yurisdiksi untuk
mengetahui karakter dan moral para pelamar yang ingin masuk ke bar. Pelamar harus menunjukan bahwa
mereka memiliki kualitas personal yang baik yang dibutuhkan untuk berpraktek hukum dan mempunyai
karakter yang diperlukan menjustifikasi kebenaran dan keyakinan klien. Character and fitness juga digunakan
untuk menguji pelamar bahwa mereka jujur, berintegritas, dapat dipercaya, rajin, dapat diandalkan, dalam
New York State Assitance Trust, Are You Fit To Be A Lawyer, http://www.nylat.org/publications/brochures/
documents/characterandfitnessbrochure09.pdf, diakses 5 Agustus 2016.
130 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140
24 National Conference of Bar Examiners and the American Bar Association., Comprehensive Guide to Bar
Admission requairement 2015, National Bar Examiner and American bar Association Section of Legal
Education And Admissions To The Bar, p. viii.
Arif Setiawan, Lucky Suryo W, Siti Anisah, Eko Rial N, Perbandingan Pengaturan Penyelenggaran ... 131
menerima hasil tes hanya untuk waktu a. Sekolah hukum harus menawarkan
yang terbatas. kurikulum yang mengharuskan setiap
Saat ini terdapat 205 institusi yang siswa dapat menyelesaikan dengan baik
disetujui oleh ABA untuk menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:
pendidikan hukum. Sejumlah 204 merupakan 1. satu mata kuliah dari 2 SKS dalam
sekolah hukum yang menganugerahkan gelar hal tanggung jawab profesional yang
Juris Doctor, dan 1 lainnya adalah U.S Army
mencakup pengajaran yang substantial
Judge Advocate Generals School. Sekolah
tentang sejarah, tujuan, struktur, nilai-
hukum tersebut harus menghasilkan lulusan
nilai, dan tanggung jawab profesi
yang minimum harus memiliki kompetensi
hukum serta para anggotanya;
sebagai berikut:25
2. satu pengalaman menulis di tahun
a. pengetahuan dan pemahaman tentang
pertama dan setidaknya satu
hukum secara substantif dan prosedural;
pengalaman menulis tambahan
b. analisis dan penalaran hukum, penelitian
hukum, legal problem solving, serta setelah tahun pertama, yang keduanya
25 American Bar Association, ABA Standard and Rules of Procedure for Approval of Law Schools 2015-2016,
op.cit., diakses 27 Juli 2016.
26 Kemampuan profesional lainnya akan ditentukan oleh sekolah hukum, yang dapat mencakup seperti
wawancara, konseling, negosiasi, pengembangan fakta dan analisis, praktik di persidangan, penyusunan
dokumen, penanganan perselisihan, organisasi dan manajemen, kerjasama, cultural competence (kesatuan atau
kongruensi antara perilaku, sikap, kebijakan yang datang bersama-sama dalam sebuah sistem, lembaga atau
kalangan profesional dan memungkinkan sistem, lembaga atau profesi tersebut untuk bekerja secara efektif
dalam situasi lintas budaya), dan kemampuan self-evaluation.
27 American Bar Association, op.cit., diakses 27 Juli 2016.
28 Program pembelajaran melalui pengalaman, atau mengajarkan teori yang dikontekskan dengan praktik secara
langsung, lebih khusus didefinisikan reflection on doing.
132 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140
lembaga hukum untuk berbuat adil. BAR Association serta data terkait
Sebagaimana telah dijelaskan Secara garis besar terdapat perbedaan dari
sebelumnya, bahwa untuk berpraktik hukum, segi penyelanggaraan Pendidikan Advokat di
seorang Advokat harus melalui ujian BAR Indonesia dan Amerika Serikat yang mana
di masing-masing yurisdiksi. Dalam hal ini tertuang dalam uraian sebagai berikut:
terpenuhinya standar sebagaimana disebutkan 7. mampu memimpin suatu tim kerja untuk
diatas. Sehingga Pendidikan Khusus Profesi memecahkan masalah pada bidang
Advokat (PKPA) yang berjalan saat ini belum profesinya;
memenuhi standar minimal pendidikan profesi 8. mampu bekerja sama dengan profesi
berdasarkan Permenristekdikti tentang SNPT. lain yang sebidang dalam menyelesaikan
Terkait dengan kompetensi masalah pekerjaan bidang profesinya;
pendidikan profesi, berdasarkan lampiran
9. mampu mengembangkan dan memelihara
Permenristekdikti tentang SNPT, Lulusan
jaringan kerja dengan masyarakat profesi
Program Profesi wajib memiliki:30
dan kliennya;
1. mampu bekerja di bidang keahlian pokok
10. mampu bertanggungjawab atas pekerjaan
untuk jenis pekerjaan yang spesifik dan
di bidang profesinya sesuai dengan kode
memiliki kompetensi kerja yang minimal
etik profesinya;
setara dengan standar kompetensi kerja
11. mampu meningkatkan kapasitas
profesinya;
2. mampu membuat keputusan yang pembelajaran secara mandiri;
independen dalam menjalankan pekerjaan 12. mampu berkontribusi dalam evaluasi atau
30 Lampiran Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
136 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 120-140
bisa berjalan dengan baik. Standarisasi dan Perubahan tersebut bisa dilakukan dengan
mutu profesi advokat harus jelas dan selalu cara merevitalisasi keweangan Peradi dalam
dijaga oleh Peradi. Namun pada kenyataannya penyelenggaraan pendidikan profesi advokat.
kewajiban tersebut belum dilaksanakan Memberikan kewenangan penyelenggaraan
dengan baik oleh Peradi. pendidikan profesi terhadap perguruan tinggi
Indonesia dan Permenristek Dikti No. kompetensi profesi advokat bisa tetap
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional terjaga dan menghasilkan Advokat yang
Pendidikan Tinggi. Sehingga standar kompeten dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA