You are on page 1of 8

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN KONTRAINDIKASI,

EFEKSAMPING, DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN


INFEKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2005

Fajar Prasetya
Kelompok Bidang Ilmu Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman
e-mail: fajarprasetya@farmasi.unmul.ac.id

ABSTRACT

The non-TBC lower respiratory infection is a kind of infection that can attack bronchus,
bronchioles and lung, the clinical manifestation can chronicle and severe. Generally the
caused in children is virus and bacteria while in adult is bacteria, which is using antibiotics in
medical attention. The purpose of research is to find out the infection pattern and the kind of
antibiotics and to evaluate the using antibiotics based on effectivity. The non-experimental
research that was form in a retrospective survey was done through medical record of patient
with the lower respiratory infection in the time limit of January-June 2005 in Panti Rapih
Hospital. The using of antibiotics was surveyed from medical record then analyzed using
quantitative descriptive and presented in percentage. The results obtained showed that the
contraindications and adverse reactions of drugs are not found, the incidence of drug
interactions by 22 (16%) of 137 cases and of 29 types of antibiotics are used there are 7
species (24%) of potential antibiotic drug interactions. Several cases of potential interactions
occurs not show clinical manifestations in patients. To avoid unwanted adverse reactions
serum creatinine should be monitored especially in the use of aminoglycoside antibiotics
group.

Keywords: lower respiratory infection, usage, antibiotics evaluation, contraindications,


adverse reactions, interactions

ABSTRAK

Infeksi saluran pernapasan bawah non TBC merupakan suatu golongan infeksi yang dapat
menyerang bronkus, bronkiolis, dan paru, manifestasi kliniknya dapat bersifat akut dan kronis.
Umumnya pada anak-anak penyebabnya adalah virus dan bakteri serta pada orang dewasa
penyebabnya adalah bakteri, yang dalam pengobatannya menggunakan antibiotika. Penelitian
ini bertujuan mengevaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan kontraindikasi, efek samping,
dan interaksi obat. Penelitian non eksperimental yang berbentuk survei retrospektif dilakukan
melalui rekam medik pasien dengan infeksi saluran pernapasan bawah yang menjalani rawat
inap pada kurun waktu Januari-Juni 2005 di RS Panti Rapih Yogyakarta. Penggunaan
antibiotika dikaji dari data rekam medik kemudian dianalisis secara deskriftif kuantitatif yang
dinyatakan dengan presentase. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa
kontraindikasi dan efek samping obat tidak ditemukan, kejadian interaksi obat sebesar 22
(16%) dari 137 kasus dan dari 29 jenis antibiotika yang digunakan terdapat 7 jenis (24%)
J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 94
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

antibiotika yang potensial terjadi interaksi obat. Beberapa kasus interaksi yang potensial
terjadi tidak menunjukan manifestasi klinik pada pasien. Untuk menghindari efek samping
yang tidak dikehendaki perlu dilakukan monitoring serum kreatinin terutama pada penggunaan
antibiotika golongan aminoglikosida.

Kata Kunci: infeksi saluran pernapasan bawah, penggunaan, evaluasi antibiotika,


kontraindikasi, efek samping, interaksi

PENDAHULUAN 4 juta kasus pneumonia pertahun, hanya


satu juta diantaranya perlu perawatan
Infeksi saluran pernafasan bawah non TBC rumah sakit [4].
merupakan suatu golongan infeksi yang
dapat menyerang bronkus, bronkiolus dan Dari penelusuran awal yang dilakukan
paru, manifestasi klinisnya dapat bersifat terhadap pasien rawat inap dengan
akut dan kronis. Umumnya pada anak-anak diagnosis infeksi saluran pernapasan bawah
penyebabnya adalah virus dan bakteri, pada di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
orang dewasa penyebabnya adalah bakteri selama periode Januari-Juni 2005,
[1]. Saluran pernafasan bawah sangat ditemukan 214 kasus dengan berbagai jenis
mudah terkena infeksi oleh bermacam- antibiotika yang digunakan.
macam mikroorganisme, karena ia adalah
salah satu sistem organ yang berhubungan Banyaknya jenis antibiotika yang beredar
lansung dengan lingkungan [2]. saat ini dan adanya kuman yang resisten
terhadap beberapa antibiotika, dan di satu
Infeksi saluran pernapasan merupakan sisi pengembangan antibiotika untuk terapi
penyakit yang banyak diderita masyarakat. infeksi saluran pernafasan telah banyak
Survey kesehatan rumah tangga (2001) menurunkan morbiditas dan mortalitas
menunjukan bahwa 36 % kematian bayi menyebabkan pemilihan antibiotika yang
dan 13 % kematian anak balita disebabkan efektif, efisien, aman dan sedikit efek
oleh ISPA, juga disebutkan bahwa samping pada pasien infeksi saluran
sebagian besar mortalitas ISPA disebabkan pernafasan semakin kompleks yang
oleh pneumonia. Di daerah Istimewa memerlukan berbagai pertimbangan baik
Yogyakarta infeksi saluran pernafasan dari segi kualitas maupun harga yang
bawah merupakan 6,32 % dari seluruh terjangkau, walaupun dilakukan secara
penyakit, dan merupakan 9,04 % penyakit empirik. Selain itu penentuan diagnosis
penyebab kematian. Insidensi tahunan yang tepat sangat diperlukan agar
infeksi saluran pernafasan bawah relatif penggunaan obatnya bisa rasional yaitu:
masih sangat tinggi dinegara sedang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat,
berkembang seperti Indonesia. tepat dosis, dan waspada terhadap efek
samping obat.
Rachmatullah [3] menyebutkan bahwa
infeksi saluran pernafasan bawah banyak Pengaruh interaksi beberapa macam obat
ditemukan di Indonesia dengan angka yang kita konsumsi secara bersamaan, atau
kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. yang lebih dikenal dengan istilah interaksi
Hal ini sangat berbeda dengan insidensi obat, merupakan salah satu kesalahan
infeksi saluran pernafasan bawah di pengobatan yang paling banyak dilakukan
Amerika serikat relatif sudah rendah, yaitu saat ini. Namun, biasanya kesalahan

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 95


Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

pengobatan karena interaksi obat ini jarang juga bisa saja menyebabkan munculnya
terungkap, karena kekurang-pengetahuan penyakit yang seharusnya bisa dicegah.
kita, baik dokter, apoteker, apalagi pasien
tentang hal ini. Setiap obat mempunyai kemungkinan
untuk menyebabkan efek samping, oleh
Jika terjadi kegagalan pengobatan, karena seperti halnya efek farmakologik,
umumnya sangat jarang dikaitkan dengan efek samping obat juga merupakan hasil
interaksi obat. Padahal kemungkinan interaksi yang kompleks antara molekul
terjadinya interaksi obat ini cukup besar, obat dengan tempat kerja spesifik dalam
terutama pada pasien yang mengonsumsi sistem biologik tubuh. Kalau suatu efek
lebih dari 5 macam obat pada saat yang farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun
bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis akan menimbulkan pengaruh buruk
obat baru dilempar ke pasar setiap terhadap sistem biologik tubuh.
tahunnya. Dan, tampaknya hampir mustahil
jika seorang dokter atau apoteker harus Masalah efek samping obat dalam klinik
menghafalkan dan menguasai masalah tidak dapat dikesampingkan begitu saja
interaksi obat dari sekian ribu macam obat oleh karena kemungkinan dampak negatif
yang beredar sekarang ini. Sebab itu setiap yang terjadi, misalnya Kegagalan
pusat pengobatan modern, apakah itu pengobatan, Timbulnya keluhan
rumah sakit, puskesmas atau praktek dokter penderitaan atau penyakit baru karena obat
pribadi, dan juga apotek, sebaiknya atau (drug-induced disease atau iatrogenic
bahkan seharusnya memiliki akses paling disease), yang semula tidak diderita oleh
tidak ke salah satu pusat data interaksi pasien, Pembiayaan yang harus ditanggung
obat. Agar berbagai macam obat yang sehubungan dengan kegagalan terapi,
diberikan kepada pasien dapat memberatnya penyakit atau timbulnya
diperhitungkan terlebih dahulu dengan penyakit yang baru tadi (dampak
seksama kemungkinan interaksinya. ekonomik), efek psikologik terhadap
penderita yang akan mempengaruhi
Ketika dua atau lebih obat dikonsumsi keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya
secara bersamaan, akan ada kemungkinan menurunnya kepatuhan berobat. Sayangnya
terjadi interaksi. Interaksi yang terjadi ini tidak semua efek samping dapat dideteksi
bisa menambah atau mengurangi secara mudah dalam tahap awal, kecuali
efektivitas maupun efek samping obat. kalau yang terjadi adalah bentuk-bentuk
Bahkan bisa saja interaksi menyebabkan yang berat, spesifik dan jelas sekali secara
adanya efek samping baru, yang klinis.
seharusnya tidak muncul jikalau obat
dikonsumsi secara tidak bersamaan. Secara Kontraindikasi berkaitan dengan efek
teori, peluang terjadinya interaksi obat samping yang merugikan, walaupun
sebanding dengan jumlah obat yang informasi tentang kontraindikasi dari obat
dikonsumsi. Karena itu, seseorang yang mudah didapatkan, tetapi tidak secara
meng-konsumsi beberapa obat dalam langsung kasus kontraindikasi dapat
waktu bersamaan, kemungkinan memiliki dipastikan tidak terjadi. Akan diketahui
risiko terjadinya interaksi cukup besar. apakah efek samping yang muncul dari
Adanya interaksi obat juga bisa penggunaan antibiotik terkait dengan
menyebabkan peningkatan biaya karena pelanggaran dari kontraindikasi.
adanya kemungkinan efek samping yang
harus ditangani. Selain itu interaksi obat

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 96


Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

Berdasarkan hal yang disebut di atas, maka penggunaan antibiotik untuk infeksi
perlu dilakukan suatu penelitian untuk saluran pernafasan bawah oleh WHO tahun
melakukan evaluasi kejadian dan 2003, dan referensi standar terapi yang
kemungkinan interaksi, efek samping, dan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu untuk
kontraindikasi pada penggunaan antibiotik infeksi saluran pernapasan bawah.
dengan infeksi pernapasan bawah di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Penelitian dilaksanakan dalam beberapa
periode Januari-Juni 2005. tahap. Tahap pertama adalah proses
penelusuran dan pengumpulan data. Tahap
METODE kedua adalah proses pengolahan data.
Tahap ketiga adalah analisis dan evaluasi
Penelitian ini merupakan penelitian non data, dan tahap keempat adalah
eksperimen dilakukan dengan rancangan pengambilan kesimpulan dan saran.
deskriptif evaluatif melalui penelusuran
data secara retrospektif terhadap rekam PEMBAHASAN
medik penderita infeksi saluran pernapasan
bawah yang dirawat di Rumah Sakit Panti Evaluasi Kontraindikasi
Rapih Yogyakarta selama kurun waktu
Januari hingga Juni 2005. Diambil seluruh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kasus yang memenuhi kriteria inklusi. efek samping dan kontraindikasi
Ditempuh tahap-tahap penelitian yang pemakaian antibiotika, namun karena
merupakan urutan kegiatan. catatan khusus mengenai efek samping
obat tidak tersedia serta lebarnya variasi
Bahan penelitian berupa catatan rekam efek samping obat antara satu pasien
medik pasien rawat inap dengan diagnosis dengan yang lainnya, maka penelitian ini
infeksi saluran pernafasan bawah yang hanya bisa mendeteksi kontraindikasi dan
dirawat di RS Panti Rapih Yogyakarta kemungkinan telah terjadinya efek samping
selama kurun waktu Januari hingga Juni berupa nefrotoksisitas.
2005 yang mendapat terapi anti-biotika,
hasil pemeriksaan radiologi, hasil Pada penelitian ini dari total jumlah 132
pemeriksaan laboratorium (hasil kultur dan pasien, walaupun kasus terbesar pada
sensitivitas tes, hasil sputum, hasil pasien dengan umur anak-anak 0-14 tahun
pemeriksaan darah lengkap). (52%), tidak ditemukan kasus
kontraindikasi pada anak-anak khususnya
Alat dalam penelitian ini adalah berupa penggunaan antibiotika fluorokuinolon
formulir penelitian terstruktur untuk (perfloksasin dan fleroksasin) yang
mencatat data rekam medik penderita dikontraindikasikan atau tidak dianjurkan
infeksi saluran pernapasan bawah. Data penggunaannya pada anak-anak.
yang dikumpulkan dicatat dalam form
penelitian meliputi identitas pasien, riwayat Fauzar (2003) mengatakan bahwa
penyakit pasien, diagnosis, tanda-tanda antibiotika golongan fluorokuinolon
vital, pemakaian antibiotika, pemakaian dikontraindikasikan penggunaannya pada
obat lain, pemeriksaan laboratorium anak-anak berumur kurang dari 16 tahun,
(sputum, kultur, sensitivitas dan darah karena dapat menyebabkan arthropathy
lengkap), pemeriksaan radiologi. Alat meskipun hal ini masih belum cukup bukti
penelitian lain berupa SPM RS Panti Rapih yang meyakinkan, karena keterbatasan uji
Yogyakarta tahun 1998, pedoman

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 97


Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

klinik namun pada binatang percobaan pasien. Beberapa efek samping yang dapat
kelainan tersebut terjadi. muncul dengan antibiotika antara lain
diare, mual, muntah, gangguan ginjal, hati
Doherty (2000) pada penelitian dan lain-lain. Namun karena alasan yang
penggunaan siprofloksasin pada pasien dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini
anak berumur kurang dari 6 tahun setelah hanya dapat melihat kemungkinan efek
diamati selama 6 bulan didapatkan hasil samping obat yang telah terjadi, yang
yang tidak signifikan pada timbulnya efek dilihat berdasarkan pemeriksaan
samping pada sendi atau gangguan laboratorium (dalam hal ini serum
pertumbuhan anak. Namun memperhatikan kreatinin) karena efek samping yang ingin
pada binatang percobaan, kelainan tersebut dilihat adalah nefrotoksisitas yang
terjadi maka penggunaan kuinolon disebabkan oleh antibiotika golongan
disarankan hanya digunakan pada kasus aminoglikosida.
infeksi berat dimana antibiotika lain tidak
efektif. Barza dkk (1996) menjelaskan peningkatan
nilai kreatinin serum pasien sebesar 50%
Pada penelitian ini dari jumlah total 137 diatas base line (sebelum terapi dengan
kasus dengan infeksi saluran pernapasan antibiotika yang bersangkutan), dengan
bawah tidak ditemukan penggunaan memperhatikan obat lain yang digunakan
antibiotika yang dikontraindikasikan pada pasien yang juga bersifat nefrotoksik. Dari
anak-anak dan tidak ditemukan 132 kasus dengan infeksi saluran
penggunaan antibiotika yang pernapasan bawah 29% yang diukur serum
dikontraindikasikan pada wanita hamil. kreatininnya tidak terdapat kasus yang
Pada penelitian ini terdapat pasien dengan menunjukan kemungkinan telah terjadinya
usia lanjut > 65 tahun (21%) tidak efek toksik pada renal akibat penggunaan
ditemukan penggunaan antibiotika yang aminoglikosida.
dikontraindikasikan kecuali pasien
hipersensitif. Hal ini memperlihatkan Evaluasi Interaksi Obat
bahwa klinisi cukup peduli dalam
mempertimbangkan adanya kontraindikasi Dalam penelitian ini, adanya interaksi obat
penggunaan antibiotika pada pasien anak- yang potensial terjadi, dapat digunakan
anak dan wanita hamil. sebagai salah satu parameter untuk evaluasi
keamanan penggunaan antibiotika pada
Evaluasi mengenai kontra-indikasi ini, pasien dengan infeksi saluran pernapasan
dapat dijadikan sebagai gambaran bawah. Kejadian interaksi obat, dapat
keamanan penggunaan antibiotika di merupakan interaksi yang aktual terjadi,
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, maupun interaksi yang potensial terjadi.
namun terbatas hanya pada data yang ada
di dalam rekam medis pasien. Interaksi obat yang potensial terjadi, berarti
interaksi tersebut secara teoritis dapat
Efek Samping Obat terjadi, tetapi secara aktual belum tentu
terjadi. Penemuan mengenai interaksi obat
Selain kontraindikasi pe-makaian, aspek potensial yang terjadi adalah sangat
lain juga berkaitan dengan keamanan penting. Karena dapat berguna sebagai data
penggunaan antibiotika adalah kejadian sehingga para klinisi menjadi waspada
efek samping obat yang dapat apabila mem-berikan terapi obat-obat yang
mempengaruhi atau memperburuk kondisi potensial menimbulkan interaksi.

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 98


Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

Evaluasi penggunaan anti-biotika Dari tabel 1 terlihat ada 7 dari 29 jenis


berdasarkan interaksi obat yang potensial antibiotika yang digunakan, dimana pada
terjadi diambil dari data terapi pasien yang penelitian ini terdapat penggunaan
tercantum dalam rekam medik, dan tidak antibiotika berinteraksi secara teoritis
dilaporkan adanya interaksi obat yang dengan antibiotika lain atau dengan obat
terjadi secara klinis. Interaksi antibiotika lain yang ditemukan pada 22 kasus (16%),
dengan antibiotika atau obat lain secara tetapi tidak diketahui apakah interaksi
lengkap dapat dilihat pada tabel 1. tersebut secara klinis terjadi karena
keterbatasan data penelitian.
Tabel 1. Interaksi antibiotika dengan antibiotika atau dengan obat lain
Antibiotika Obat Lain Jenis Interaksi Obat Saran
- Siprofloksasin Antasida Al & Mg akan membentuk Berikan kuinolon minimal 2 jam
- Ofkloksasin (Al(OH)3 + kompleks (chelate) dengan sebelum atau 4 jam sesudah
- Gatifloksasin Mg(OH)2) fluoroquinolones sehingga sulit pemberian antasida atau garam
- Levofloksasin diabsorpsi. Fe dan Zn, bila terpaksa harus
Absorpsi fluoroquinolones menurun diberikan kurang dari itu
50 90 %, sehingga aktivitas monitor efek terapetik kuinolon
antibakteri juga akan menurun 50 yang mungkin berkurang
90 %
Preparat yang Zink akan membentuk kompleks
mengandung Zn (chelate) dengan fluorokuinolones
(multivitamin) sehingga sulit diabsorpsi.
Absorpsi fluoroquinolones menurun
50 90 %
Sukralfat Al akan membentuk kom-pleks Berikan kuinolon minimal 4 jam
(Al(OH)3) (chelate) dengan fluoroquinolones sebelum atau 6 jam sesudah
sehingga sulit diabsorpsi. pemberian sukralfat, bila
Absorpsi fluoroquinolones menurun terpaksa harus diberikan kurang
50 90 %. dari itu monitor efek terapetik
kuinolon yang mungkin
berkurang
Sefotaksim Gentamisin Berefek sinergistik, meningkatkan Monitor efek samping dan
efek nefrotoksik gentamisin toksisitas dari gentamisin, jika
perlu mempertimbangkan
penyesuaian dosis sesuai dengan
kondisi klinis pasien.
Seftriakson Furosemid Furosemid meningkatkan efek Furosemid diberikan 3 4 jam
nefrotoksik sefalosporin dengan sebelum sefalosporin
meningkatkan half life sefalosporin
25% dan menurunkan klirens sefa-
losporin

Pada penelitian ini walaupun dari a. Interaksi antara fluoro-kuinolon


pengamatan efektivitas tidak seluruhnya (ofloksasin, siprofloksasin, dan
terpengaruh, tetapi dengan menghindari levofloksasin) dengan antasida (Al dan
terjadinya interaksi obat, diharapkan bisa Mg hidroksida) terdapat 9 kasus.
meningkatkan hasil pengobatan yang Antasida dapat menurunkan absorpsi
dicapai. Secara rinci interaksi antara fluorokuinolon di usus karena terbentuk
antibiotika dengan antibiotika atau obat chelate, sehingga menurunkan aktivitas
lain adalah sebagai berikut: antibakterinya. Untuk menghindari hal

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 99


Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

tersebut maka antasida diberikan dimonitor fungsi ginjal sebelum dan


minimal 2 jam sesudah penggunaan sesudah terapi, untuk melihat apakah
antibiotika, walaupun absorpsi masih ada penurunan pada fungsi ginjalnya.
berkurang 2040%. Hasil pengobatan Hasil pengobatan pada kasus ini adalah
pada kasus ini adalah sembuh 4 kasus, membaik.
membaik 2 kasus, dan belum
sembuh/APS 3 kasus. Pemberian Interaksi antara sefotaksim dan gentamisin
antibiotika dengan an-tasida di Rumah terdapat 2 kasus. Berefek sinergistik namun
Sakit Panti Rapih pemberiannya sudah pada kasus ini tetap perlu dimonitor fungsi
dipisahkan. ginjal sebelum dan sesudah terapi, untuk
b. Interaksi antara fluorokuinolon melihat apakah ada penurunan pada fungsi
(levofloksasin) dengan sukralfat ginjalnya. Hasil pengobatan pada kasus ini
terdapat pada 1 kasus. Sukralfat dapat adalah membaik dan tidak sembuh (tetap).
menurunkan absorpsi fluoro-kuinolon
di usus karena terbentuk chelate, KESIMPULAN
sehingga menurunkan aktivitas anti-
bakterinya. Untuk menghin-dari hal Tidak ditemukan kasus kontraindikasi pada
tersebut maka sukralfat diberikan wanita hamil dan penggunaan golongan
minimal 2 jam sesudah penggunaan fluorokuinolon pada anak-anak yang
antibiotika. Pemberian anti biotika menggambarkan ketidakamanan sehingga
dengan sukralfat di Rumah Sakit panti perlu pemantauan terapi. Tidak ditemukan
rapih pemberiannya sudah dipisahkan. kasus yang menunjukan kemungkinan telah
c. Interaksi antara fluoro-kuinolon terjadinya efek toksik pada renal akibat
(ofloksasin, levo-floksasin, dan penggunaan aminoglikosida. Ditemukan
gatifloksasin) dengan preparat yang 16% kasus potensial interaksi obat pada
mengandung zink (multivitamin) penggunaan fluorokuinolon dengan
terdapat pada 7 kasus. Zink akan antasida, sukralfat dan preparat yang
membentuk chelate dengan fluoro- mengandung zink (multivitamin) serta
kuinolon dan akan menurunkan penggunaan sefalosporin generasi ketiga
aktivitas anti-bakterinya. Untuk meng- dengan gentamisin dan furosemid yang
hindari hal tersebut maka zink menggambarkan ketidakamanan terapi,
(multivitamin) diberikan minimal 2 jam sehingga perlu diwaspadai dan
sesudah penggunaan antibiotika. Hasil diminimalkan kejadiannya.
pengobatan pada kasus ini adalah
sembuh 4 kasus, membaik 3 kasus, UCAPAN TERIMA KASIH
(tetap) tidak sembuh 1 kasus dan
meninggal 1 kasus. Kepada Pimpinan Rumah Sakit Panti
d. Interaksi antara seftriakson dan Rapih yang telah bersedia memberikan
furosemid terdapat pada 2 kasus. kesempatan untuk melakukan penelitian.
Furosemid dapat meningkatkan 25%
half life dari sefalosporin (seftriakson) DAFTAR PUSTAKA
dan menurunkan klirens dari
1. Rasmin, M. 1997, Infeksi Saluran Nafas
sefalosporin, sehingga meningkatkan Bawah, M.K.I, 47, (6), 271-272.
efek nefro-toksiknya. Interaksi 2. Schulman, S.T.; Phair, J.; & Sommers, H.
seftriakson dengan furosemid efek 1994, The Biologic & Clinical Basic of
nefrotoksisitasnya tidak signifikan. Infectious Diseases, Fourth Edition, wahab, S.,
Namun pada kasus ini tetap perlu Editor Edisi Bahasa Indonesia, Dasar Biologis

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 100


Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi, Efeksamping, dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Bawah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005

& Klinis Penyakit Infeksi, Fakultas Kedokteran 4. Halm, E.A.; & Teirstein, A.S. 2002,
UGM, Gadjah Mada University Press, Management of Community-Acquiered Pneu-
Yogyakarta, 521-535, 606-607 monia, NEJM, 347: 2039-2045.
3. Rachmatullah. 1996, Infeksi Saluran Nafas
Bawah Akut Pada Orang Dewasa, M.K.I, 44
(8), 486-494.

J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 2. 101

You might also like