Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
From 2005 until early 2015, as many as 52 companies perform delisting. Meanwhile, the practice of earnings
management will be found on all companies including the delisted companies. Previously earnings management
are found on discretionary accruals, but because it is often used and can be detected easily managers began to
switch to manipulate earnings through operating activities or real activities manipulation. The purpose of this
study is to analyze the practices of earnings management through real activities manipulation in companies that
perform forced and voluntary delisting. Obtained each of 14 companies forced and voluntary delisting during
observation from 2005 to 2014 who meet the criteria of purposive sampling. The results using independent t-test
found there were no difference in the average earnings management in forced and voluntary delisting companies,
which in both earnings management done to lower profits. It is analyzed as the company's goals for the
restructuring of debt, save on tax payments as well as the distribution of dividends and employee bonuses. Thus,
earnings management to do more to efficient contracting perspective.
Key words: earnings management, real activities manipulation, forced delisting, voluntary delisting, efficient
contracting perspective
ABSTRAK
Dari tahun 2005 sampai awal 2015, sebanyak 52 perusahaan melakukan delisting. Sementara itu,
praktik earnings management ditemukan pada semua perusahaan, termasuk pada perusahaan delisting.
Sebelumnya manajemen laba banyak ditemukan pada discretionary accrual, tetapi disebabkan hal ini
sering digunakan dan dapat terdeteksi dengan mudah, para manajer mulai beralih memanipulasi laba
melalui aktivitas operasi atau real activities manipulation. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis
praktik earnings management melalui real activities manipulation dalam perusahaan-perusahaan yang
melakukan forced dan voluntary delisting. Didapatkan masing-masing 14 perusahaan forced dan
voluntary delisting selama periode amatan 2005-2014 yang memenuhi kriteria purposive sampling. Hasil
penelitian dengan menggunakan independent t-test menemukan tidak terdapat perbedaan rata-rata
earnings management pada perusahaan forced dan voluntary delisting, dimana persamaan manipulasi
laba yang terjadi ialah untuk menurunkan atau mengecilkan laba. Hal ini dianalisis sebagai tujuan
perusahaan untuk restrukturisasi utang, menghemat pembayaran pajak serta pembagian dividen dan
bonus karyawan, sehingga, manajemen laba dilakukan lebih kepada efficient contracting perspective.
Kata kunci: manajemen laba, manipulasi aktivitas riil, forced delisting, voluntary delisting,
efficient contracting perspective
558
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 559
hadapi krisis keuangan global di tahun 2008. an keuangan, yang memuat seluruh infor-
Ada berbagai cara investor untuk berinves- masi kondisi keuangan suatu perusahaan
tasi. Salah satunya ialah dengan membeli dan dapat dijadikan sebagai bahan per-
saham-saham perusahaan Indonesia yang timbangan untuk berinvestasi atau tidak.
dinilai mampu untuk memberikan keuntu- Hal ini tentu saja membuat pihak mana-
ngan. Hal ini tentu disambut dengan baik jemen tertekan dalam menyajikan laporan
oleh perusahaan-perusahaan Indonesia, ter- keuangan semenarik mungkin, sehingga
utama bagi perusahaan yang sedang men- manajer kemungkinan melakukan tindakan
cari dana untuk aktivitas pendanaan ope- atau keputusan yang meningkatkan kesejah-
rasionalnya. teraannya dengan mengorbankan kepenti-
Saham (stock) merupakan tanda bukti ngan pemegang saham (Rahayu, 2005).
kepemilikan investor atas suatu perusahaan, Rahmawati et al. (2010) mengungkapkan
yang mekanismenya ialah pemegang saham bahwa pilihan metode akuntansi yang se-
(investor) membeli atau menjual saham cara sengaja dipilih oleh manajemen untuk
perusahaan dengan harapan mendapatkan tujuan tertentu ini dikenal dengan sebutan
keuntungan berupa dividen atau capital manajemen laba atau earnings management.
gain, akan tetapi sebelum perusahaan dapat Berdasarkan Iraya et al. (2015), earnings
memperjual-belikan sahamnya, perusahaan management merupakan sebuah strategi
harus melakukan IPO (Initial Public Offering) yang digunakan oleh manajemen untuk
terlebih dahulu. IPO merupakan penawaran memanipulasi laba perusahaan, sehingga
saham secara perdana ke publik melalui mencapai target yang telah ditentukan se-
pasar perdana dalam proses go public belumnya. Menurut Teoh et al. (1998) dalam
(Kristiantari, 2013). Berdasarkan data Bursa Li dan Zhou (2006), investor tidak dapat
Efek Indonesia (BEI), mulai dari tahun 2005 melihat nilai perusahaan sebenarnya ketika
sampai awal tahun 2013, jumlah perusahaan IPO, oleh karena itu, laporan keuangan bisa
perusahaan yang listing dan mendaftar menjadi sumber yang salah bagi calon
untuk melakukan IPO cenderung ber- investor dalam mengambil keputusan. Me-
tambah. Sementara itu, tahun 2014 sampai mang earnings management akan mencipta-
dengan Juni 2015 mulai menurun. Berikut kan kesan baik bagi para manajer, tetapi
Gambar 1 merupakan jumlah perusahaan disisi lain juga akan sangat merugikan pe-
yang melakukan IPO dari tahun 2006 megang saham.
sampai Juni 2015. Bila semakin banyak perusahaan yang
Hal pertama yang menarik perhatian mengajukan listing, maka di sisi ber-
investor ketika IPO perusahaan ialah lapor- seberangan banyak pula perusahaan yang
jumlah
tahun
Gambar 1
Grafik Jumlah IPO Perusahaan pada BEI 2005-Juni 2015
Sumber: data diolah dari IDX Fact Book (2015)
560 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575
jumlah
tahun
Gambar 2
Grafik Jumlah Forced Delisting pada BEI 2005-awal 2015
Sumber: data diolah dari IDX Fact Book (2015)
jumlah
Gambar 3
Grafik Jumlah Voluntary Delisting
tahun pada BEI 2005-awal 2015
Sumber: data diolah dari IDX Fact Book (2015)
forced delisting akan membutuhkan biaya management dalam perusahaan forced delis-
yang sangat besar dengan sampel per- ting maupun voluntary delisting. Hal ini
usahaan yang delisted dari NYSE (New York disebabkan baik earnings management, forced
Stock Exchange) tahun 2002. Lebih spesifik, delisting, dan voluntary delisting, ketiganya
penelitian tersebut menemukan harga sa- dapat merugikan pemegang saham. Pe-
ham yang jatuh mendekati setengah harga- mikiran ini dilatarbelakangi oleh penelitian
nya, tiga kali dari persentase spread, dua kali yang dilakukan oleh Zeidi et al. (2014) yang
volatilitas harga saham ketika saham keluar mengemukakan bahwa earnings management
dari bursa, oleh karena itu, hal ini dapat dan accounting conservatism sama-sama da-
menjadi sebuah kejadian traumatik bagi pat mempengaruhi kualitas pelaporan ke-
para investor pasar modal (Benny dan uangan dan berdampak pada efisiensi pasar
Hutagaol, 2013). modal serta perilaku para investor, kreditur,
Fenomena banyaknya perusahaan yang dan pengguna laporan keuangan secara
melakukan IPO dan banyak pula yang umum, namun, hasil penelitian menemu-
delisting, diduga disebabkan oleh adanya kan hasil negatif dan signifikan antara ear-
praktik earnings management. Dugaan ini nings management dan accounting conser-
dilandasi oleh penelitian Li dan Zhou vatism. Penelitian-penelitian terdahulu be
(2006); Yudhanti dan Rachmawati (2008), lum ditemukan yang meneliti mengenai
keduanya meneliti earnings management seberapa besar earnings management dalam
pada saat IPO berpengaruh atau tidak ter- perusahaan-perusahan yang delisting, baik
hadap risiko delisting. Hasil temuan ke- itu berupa forced delisting maupun voluntary
duanya saling bertentangan, yang mana delisting.
Yudhanti dan Rachmawati (2008) menemu- Penelitian mengenai earnings manage-
kan bahwa DCA (Discretionary Current ment pada perusahaan forced delisting dan
Accrual) dan SHARE, bukan merupakan voluntary delisting ini memiliki rumusan
variabel independen yang bisa menyebab- masalah sebagai berikut: Apakah terdapat
kan risiko delisting, namun, penelitian ini perbedaan rata-rata earnings management
sedikit berbeda dengan kedua penelitian dengan menggunakan proksi real activities
tersebut, yang mana tidak meneliti lagi manipulation pada perusahaan forced delisting
earnings management pada saat IPO, namun dan voluntary delisting?, sehingga, penelitian
hanya akan meneliti mengenai earnings ini bertujuan untuk menganalisis earnings
562 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575
gement; (3) Percobaan solusi akuntansi. kasus Enron, Arthur Andersen dianggap
Kinerja perusahaan yang buruk menyebab- melanggar hukum karena memusnahkan
kan pasar kecewa sehingga nilai saham kertas-kertas kerja audit; (7) Hilangnya
perusahaan mulai menurun. Untuk meng- reputasi secara besar-besaran. Kehilangan
atasi hal ini, para akuntan dan bukannya kredibilitas atau reputasi merupakan tahap
orang-orang operasional arau pemasaran- akhir yang diakibatkan oleh perusahaan
diminta untuk mengembalikan posisi per- yang terbukti melakukan manipulasi atas
usahaan ke tingkat profitabilitasnya melalui laba yang dilaporkan. Hilangnya kredi-
manajemen laba, yang sebenarnya hal ini bilitas ini merugikan banyak pihak yang
hanya bersifat sementara; (4) Risiko ter- berhubungan dengan perusahaan dan se-
hitung dari auditor (auditors calculated risk). cara drastis melemahkan nilai ekonominya.
Kantor akuntan publik berharap memper- Ketujuh elemen kegagalan ini secara
tahankan reputasinya dan menghindari berturut-turut akan dialami oleh setiap per-
tuntutan para investor untuk tidak me- usahaan yang melakukan earnings manage-
nyetujui perlakuan akuntansi yang terlihat ment, akan tetapi, berdasarkan data diolah
terlalu optimis dari laporan keuangan. mengenai perusahaan-perusahaan yang me-
Seorang auditor sering kali diminta untuk lakukan forced delisting dan voluntary delis-
menentukan apakah perlakuan akuntansi ting di BEI, earnings management yang di-
yang terlalu optimis oleh manajemen dapat lakukan belum mencapai tahap keenam dan
diterima atau tidak. Dalam membuat ke- ketujuh, namun diyakini hanya sampai
putusan ini, auditor harus menyeimbangkan pada tahap kelima.
pendapatan jangka panjang di tahun-tahun Seperti yang telah dijelaskan sebelum-
yang akan datang yang diperoleh dengan nya bahwa berdasarkan keputusan direksi
cara terus melanjutkan sebagai auditor per- PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-
usahaan dengan biaya potensial bila terlibat 308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor
dalam suatu skandal akuntansi, kehilangan I-I ketentuan I.14 tahun 2004 tentang peng-
reputasi, dan mungkin kalah dalam tuntut- hapusan pencatatan (delisting) dan pencatat-
an hukum; (5) Skeptimisme yang tidak men- an kembali (relisting) saham di bursa,
cukupi dari para pengguna laporan ke- penghapusan pencatatan (delisting) merupa-
uangan. Pemakai laporan keuangan biasa- kan penghapusan efek dari daftar efek yang
nya menerima laporan keuangan perusaha- tercatat di bursa sehingga efek tersebut
an apa adanya dengan suatu kesadaran tidak dapat diperdagangkan di bursa (Nafi-
bahwa ada risiko pelaporan yang menipu satin et al., 2014). Terdapat 2 jenis delisting
tetapi tanpa memperhitungkan kerugian menurut Raharjo (2006) dalam Sunaryo
besar yang disebabkan oleh penipuan itu. (2015), yaitu forced dan voluntary delisting.
Selain itu, analis dan komunitas investasi Forced delisting merupakan delisting yang
sering kali mendapatkan keuntungan secara ditetapkan dan diputuskan oleh bursa efek.
ekonomi pada saat perusahaan mendapat- Sementara itu, voluntary delisting merupakan
kan pinjaman, mengeluarkan saham, me- permintaan delisting yang diajukan per-
nyusun berbagai cara pendanaan yang usahaan sendiri kepada pihak otoritas pasar
rumit, dan terlibat dalam suatu merger atau modal agar sahamnya tidak diperdagang-
aktivitas akuisisi; (6) Investigasi hukum. kan lagi di bursa efek.
Investigasi dilakukan ketika perusahaan Walaupun delisting tidak sama sepenuh-
dicurigai melanggar batas-batas oval GAAP nya dengan kebangkrutan, tetapi perusaha-
ke area pelaporan keuangan yang menipu. an dan shareholder juga mengalami dampak
Selain investigasi hukum, penyimpangan yang signifikan negatif, yaitu dapat mem-
laporan keuangan juga bisa dianggap se- bebankan biaya yang besar pada shareholders
bagai suatu tindak pidana. Misalnya dalam (Malik et al., 2014). Sementara itu, Fatmawati
564 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575
(2012:56) dalam Tambunan et al. (2015) (2008) menggunakan model LEN dan a
menyatakan bahwa indikator perusahaan mean-preserving spread hedging structure.
bangkrut di pasar modal adalah perusahaan Berdasarkan Iraya et al. (2015), telah
delisting. Maksud delisting dari pernyataan banyak penelitian yang membahas menge-
ini lebih mengarah kepada forced delisting. nai Good Corporate Governance (GCG) di
Hal ini disebabkan karena perusahaan yang Kenya, namun masih belum ada penelitian
melakukan voluntary delisting biasanya di- yang berfokus pada hubungan atau efek
sebabkan karena merger atau diakusisi oleh yang ditimbulkan GCG terhadap earnings
perusahaan lain, dan ingin kembali menjadi management. Penelitian di Kenya terkonsen-
perusahaan tertutup, akan tetapi, tidak trasi pada profitabilitas yang digunakan
menutup kemungkinan apabila perusahaan sebagai ukuran dari kinerja keuangan dan
yang memutuskan melakukan voluntary efek dari GCG pada kinerja dari beberapa
delisting berakhir dengan kebangkrutan. sektor ekonomi, oleh karena itu, Iraya et al.
(2015) meneliti mengenai efek yang di-
Penelitian Terdahulu timbulkan GCG dengan menggunakan lima
Penelitian terkait dengan earnings mana- dari tujuh pendekatan GCG (kepemilikan
gement telah banyak dilakukan. Misalnya, terpusat, ukuran direksi, independensi
penelitian oleh Nan (2008) yang mempelaja- direksi, aktivitas direksi, dan dualisme
ri interaksi antara earnings management dan CEO), terhadap earnings management. Me-
hedging, yang mana interaksi keduanya tode yang digunakan untuk menghitung
belum pernah dipelajari secari teoritis oleh earnings management ialah model discretio-
peneliti lain. Menurut Nan (2008), earnings nary accrual. Selanjutnya, untuk menguji
management biasanya dilakukan oleh para hubungan antara discretionary accrual, se-
manajer, dan untuk mengurangi serta men- bagai alat earnings management, dan GCG
cegah bahaya dari manajemen laba pemilik digunakan analisis regresi linear.
perusahaan akan melakukan hedging. Se- Berbeda dengan Iraya et al. (2015),
berapa efisien hedging yang dilakukan oleh Malik et al. (2014) meneliti mengenai GCG
pemilik, akan dibagi menjadi empat skena- terhadap involuntary delisting. Walaupun
rio, yaitu skenario A sampai skenario D. hubungan diantara keduanya memiliki
Skenario A diasumsikan apabila earnings bukti yang sedikit, namun delisting di-
management sulit dilakukan dan tidak ter- asumsikan memiliki karakteristik yang
dapat hedging. Sementara itu, skenario B hampir sama dengan kebangkrutan atau
terjadi jika earnings management sulit di- takeovers. Selain berbeda pada variabel
lakukan dan pemilik melakukan hedging, dependen, perbedaan juga terletak pada
sehingga, jika pemilik perusahaan meng- variabel GCG yang digunakan, yang mana
inginkan untuk tidak terjadi earnings mana- Malik et al. (2014) menggunakan ketujuh
gement pada skenario A dan skenario B, variabel GCG yaitu, aktivitas shareholder,
pemilik akan memberikan bonus kepada aktivitas direksi, komite audit, ukuran
manajer. Selanjutnya, skenario C terjadi jika direksi, independensi direksi, kepemilikan
earnings management ditoleransi keberada- terpusat, dan insider ownership. Untuk meng-
annya, tetapi pemilik tidak melakukan uji hubungan antara variabel-varibel terkait,
hedging. Apabila manajer dapat melakukan digunakan analisis regresi, dengan dibantu
earnings management, sementara di sisi lain oleh variabel dummy untuk variabel de-
pemilik juga melakukan hedging, dapat penden, dimana nilai 1 untuk delisting dan
dikategorikan sebagai skenario D. Untuk 0 untuk perusahaan yang bertahan.
mengetahui skenario mana yang efisien Earnings management kembali diteliti
ketika terdapat hedging atau tidak terdapat oleh Chen dan Tsai (2010). Penelitian ini
hedging terhadap manajemen laba, Nan bertujuan untuk menggolongkan tipe-tipe
dan motivasi melakukan earnings manage-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 565
ment, yang menggunakan analisis model real eksternal. Llukani (2013) juga menggunakan
activities manipulation dari Dechow et al. model modifikasi Jones untuk mendeteksi
(1998) dan Roychowdhury (2006) untuk adanya earnings management. Sementara itu,
menganalisisnya. Selain menggunakan data ukuran perusahaan menggunakan pendeka-
statistik dan laporan keuangan, Chen dan tan log of total aset. Hubungan diantara
Tsai (2010) juga menyebarkan kuisioner keduanya diuji dengan model regresi.
kepada 650 perusahaan terpilih untuk me- Penelitian oleh Inaam et al. (2012) mem-
ngumpulkan data mengenai motivasi me- bahas pengaruh kualitas audit terhadap
lakukan earnings management. earnings management. Variabel kualitas audit
Zeidi et al. (2014) meneliti hubungan sebagai variabel independen terdiri dari
antara earnings management dan accounting jumlah auditor, spesialisasi industri auditor,
conservatism, yang merupakan kehati-hatian dan masa jabatan auditor, sedangkan ear-
dalam meramalkan keuntungan. Kedua nya nings management sebagai variabel dependen
diyakini dapat mempengaruhi kualitas terbagi menjadi dua yaitu, discretionary
pelaporan keuangan dan berdampak pada accrual dan real earnings management. Untuk
efisiensi pasar modal serta perilaku para mendeteksi manajemen laba pada akun
investor, kreditur, dan pengguna laporan discretionary accrual menggunakan model
keuangan secara umum. Hubungan kedua- modifikasi Jones. Sementara itu, metode
nya akan dianalisis menggunakan regresi yang digunakan untuk mengetahui mana-
berganda, dengan conservatism sebagai jemen laba pada real earnings management,
variabel dependen dan earnings mana- menggunakan metode real activities mani-
gement sebagai variabel independen. Apa- pulation oleh Roychowdhury (2006). Alat
bila rasio nilai buku terhadap nilai pasar analisis untuk menguji masing-masing
dari stockholders kurang dari 1, maka dapat hipotesis ialah menggunakan regresi linear
disimpulkan bahwa dalam perusahaan ter- berganda.
jadi conservatism. Sementara itu, untuk me- Fatmawati (2012:56) dalam Tambunan
ngukur earnings management, Zeidi et al. et al. (2015) menyatakan bahwa indikator
(2014) menggunakan model modifikasi perusahaan bangkrut di pasar modal adalah
Jones. perusahaan delisting, oleh karena itu,
Llukani (2013) meneliti mengenai ear- Tambunan et al. (2015) meneliti mengenai
nings management terhadap ukuran per- perusahaan subsektor rokok yang listing
usahaan. Llukani (2013) juga menyebutkan dan telah delisting, dengan tujuan mencari
bahwa perusahaan besar yang telah diaudit tahu apakah perusahaan-perusahaan ter-
oleh pihak eksternal memiliki struktur audit sebut memiliki risiko kebangkrutan dan
internal yang terkelola dengan baik dan terdapat tanda-tanda kegagalan bisnis yang
telah memiliki reputasi yang baik di depan mengarah pada kebangkrutan. Teknik ana-
publik, diyakini tidak memiliki inisiatif lisis yang digunakan untuk menganalisis
dalam melakukan manajemen laba di- kebangkrutan ialah Altman (Z-Score). Pe-
bandingkan dengan perusahaan kecil, na- nelitian ini menggunakan masing-masing 3
mun, ditambahkan juga bahwa terdapat sampel perusahaan untuk subsektor rokok
kemungkinan perusahaan besar untuk me- yang listing dan telah delisting.
lakukan earnings management jika perusaha- Berdasarkan beberapa penelitian ter-
an besar memiliki hubungan yang baik de- dahulu yang telah diuraikan, dapat diambil
ngan auditor eksternal, manajer mengguna- beberapa kesimpulan, yaitu earnings mana-
kan otoritasnya pada audit internal se- gement dapat dibedakan menjadi accrual
hingga dapat mengatur hasilnya, ingin me- earnings management, yaitu earnings mana-
ngurangi risiko politik, dan memperbesar gement pada akun discretionary accrual, dan
laba fiskal untuk meningkatkan pendanaan real earnings management (real activities mani-
566 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575
pulation), pada akun produksi. Model hitung earnings management bukan ber-
modifikasi Jones digunakan untuk meng- dasarkan model modifikasi Jones, tetapi
ukur manajemen laba dari aktivitas accrual, menggunakan real activities manipulation.
sedangkan untuk mengetahui manajemen Hal ini disebabkan semakin sering praktik
laba pada real earnings management, dapat earnings management pada discretionary accru-
digunakan model real activities manipulation al, menyebabkan praktik ini semakin mudah
oleh Dechow et al. (1998) dan Roychow- dideteksi (Graham et al. 2005 dalam Chen
dhury (2006). Model modifikasi Jones me- dan Tsai 2010), oleh karena itu, Roychow-
rupakan model yang paling banyak di- dhury (2006) serta Eldenburg et al. (2008)
gunakan oleh para peneliti dalam meng- dalam Chen dan Tsai (2010) menyatakan
hitung earnings management, akan tetapi, bahwa banyak perusahaan yang meninggal-
dalam hasil penelitian Inaam et al. (2012), kan earnings management dengan discretio-
mengungkap bahwa semua hipotesis dari nary accrual dan beralih kepada aktivitas
kualitas auditor terhadap earnings mana- operasional (Shcipper 1989 dalam Chen dan
gement pada accrual earnings management, Tsai 2010).
menghasilkan hasil yang negatif dan signi- Berdasarkan penelitian-penelitian ter-
fikan, namun, menemukan hasil positif dan dahulu, belum ditemukan penelitian yang
signifikan pada auditor size terhadap real membahas mengenai tingkat earnings mana-
earnings management. Pendekatan yang di- gement pada perusahaan forced delisting dan
gunakan untuk mengetahui manajemen laba voluntary delisting, akan tetapi, diprediksi
dalam penelitian ini menggunakan real bahwa terdapat perbedaan rata-rata tingkat
activities manipulation yang sebelumnya telah earnings management pada perusahaan forced
digunakan oleh Dechow et al. (1998), delisting dan voluntary delisting, yang di-
Roychowdhury (2006), dan Chen dan Tsai sebabkan perbedaan kepentingan dalam
(2010). melakukan manajemen laba. Hasil peneliti-
Perusahaan yang melakukan delisting an Li dan Zhou (2006) menemukan bahwa
belum tentu perusahaan yang bangkrut, earnings management saat IPO berpengaruh
oleh karena itu, untuk mengetahui apakah secara signifikan dan positif terhadap
sebuah perusahaan bisa dikatakan bang- involuntary delisting, yang berarti perusaha-
krut, peneliti dapat menggunakan metode an yang memanipulasi labanya untuk ke-
Altman, Springate, atau Zmijewski, namun pentingan IPO akan menyebabkan forced
dari ketiga metode ini, metode Altman (Z- delisting. Perusahaan forced delisting memiliki
score) merupakan metode yang paling kinerja keuangan yang lebih buruk di-
akurat dalam memprediksi kebangkrutan bandingkan perusahaan voluntary delisting,
perusahaan. oleh karena itu, agar tetap bertahan di BEI
dan mendapatkan kembali kepercayaan
Pengembangan Hipotesis investor, maka perusahaan forced delisting
Penelitan yang hampir mendekati de- akan cenderung melakukan earning mana-
ngan penelitian mengenai earnings mana- gement untuk memperbesar laba perusaha-
gement dalam forced delisting dan voluntary an. Sementara itu, dengan kinerja keuangan
delisting ini ialah penelitian oleh Li dan yang cukup baik, perusahaan voluntary delis-
Zhou (2006) serta Yudhanti dan Rachma- ting akan cenderung melakukan earnings
wati (2008), namun, perbedaan yang paling management laba untuk menurunkan laba
signifikan ialah penelitian ini meneliti ear- perusahaan, dengan motivasi altruistik se-
nings management pada perusahaan yang perti hasil penelitian Chen dan Tsai (2010),
telah delisting, bukan risiko delisting lagi. yaitu bertujuan untuk mengurangi beban
Delisting yang diteliti juga dibedakan men- pajak, sehingga, penelitian ini memiliki
jadi 2, yaitu forced dan voluntary. Sementara hipotesis sebagai berikut.
itu, metode yang digunakan dalam meng-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 567
Ha : Terdapat perbedaan rata-rata earnings ratif, yang menurut Kaunang (2013) bersifat
management dengan menggunakan membandingkan. Sumber data dalam pe-
proksi real activities manipulation pada nelitian ini termasuk sumber data sekunder,
perusahaan forced delisting dan volun- berupa laporan keuangan tahunan per-
tary delisting. (Ha: 1 2). usahaan yang didokumentasikan dari data
1 merupakan rata-rata earnings mana- base Pojok Bursa Efek Indonesia. Populasi
gement pada perusahaan forced delis- penelitian berjumlah 52 perusahaan delisting
ting. 2 merupakan rata-rata earnings dari BEI pada periode 2005-awal 2015.
management pada perusahaan volun- Kemudian dari populasi tersebut dipilih
tary delisting. sejumlah sampel dengan teknik purposive
sampling dengan kriteria perusahaan delis-
Berikut merupakan alur rerangka pe- ting memiliki laporan keuangan 3 tahun
mikiran dalam penelitian ini seperti pada berturut-turut sebelum delisting secara leng-
Gambar 4. kap. Hal ini disebabkan apabila lebih dari 3
tahun laporan keuangan secara berturut-
METODE PENELITIAN turut sebelum perusahaan delisting, sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memenuhi kriteria purposive samp-
kuantitatif dengan jenis penelitian kompa- ling akan sedikit.
Earnings
Management
Merugikan investor
Earnings Earnings
Management Management
Abnormal PROD Abnormal PROD
Independent t-test
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 4
Alur Rerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: data diolah (2015)
568 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575
perbedaan rata-rata earnings management DISEXP. Dari ketiga variabel tersebut, CFO
pada perusahaan forced dan voluntary delist- dan PROD berperan dalam menghasilkan
ing (1 2), akan tetapi, jika Sig. (2-tailed) > rata-rata negatif dari manajemen laba, yang
(0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak, dianalisis sebagai dampak akun CFO pada
yang berarti tidak terdapat perbedaan rata- laporan keuangan perusahaan forced dan
rata earnings management pada perusahaan voluntary menunjukkan angka negatif, yang
forced dan voluntary delisting (1=2). berarti sebagian perusahaan delisting meng-
Sebelum dilakukan uji independent t-test, gunakan kasnya untuk aktivitas operasi dan
diperlukan uji normalitas dan homogenitas. bukan mendapatkan kas dari aktivitas ope-
Tujuan dilakukannya uji normalitas ialah rasi. Sementara untuk variabel PROD, yang
untuk mengecek apakah data yang didapat- didalamnya terdapat penjualan, rata-rata
kan mengikuti atau mendekatai hukum perusahaan forced delisting mengalami pe-
sebaran normal baku dari Gauss, yaitu me- nurunan penjualan dari tahun ke tahun
nyerupai bentuk bel atau lonceng (Nisfian- yang tidak dapat mengimbangi harga (be-
noor, 2009). Untuk menguji normalitas, pe- ban) pokok penjualan.
nelitian akan menggunakan uji Kolmogorov Sebelum dilakukan uji hipotesis, berupa
Smirnov dengan kriteria apabila nilai signi- uji independent t-test, terdapat 2 uji yang
fikansi (p) < (0,05), maka data tidak nor- harus dilakukan untuk memenuhi kriteria
mal, namun, jika nilai signifikansi (p) > untuk dapat melakukan uji hipotesis, yaitu
(0,05), maka data dapat dikatakan normal. uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut
Sementara itu, uji homogenitas dilakukan merupakan hasil uji normalitas dengan
untuk mengetahui apakah varians antar menggunakan Kolmogorov Smirnov.
kelompok yang diuji berbeda atau tidak Hasil uji normalitas pada Tabel 2 me-
(heterogen atau homogen), karena data nunjukkan Sig. (2-tailed) lebih besar dari
yang diharapkan adalah homogen (Nisfian- (0,22 > 0,05), sehingga dapat diambil ke-
noor, 2009). Uji homogenitas menggunakan putusan bahwa data telah terdistribusi se-
uji Levene, dimana apabila signifikansi (p) cara normal.
lebih besar dari (0,05), maka data peneliti- Selanjutnya, asumsi kedua yang harus
an dapat dikatakan homogen. dipenuhi ialah data antar kelompok me-
miliki varians yang sama, yang dapat di-
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ketahui melalui uji Levene. Berikut me-
Tabel 1 berikut merupakan hasil sta- rupakan hasil uji Levene.
titistik deskriptif penelitian ini. Berdasarkan Hasil uji homogenitas pada Tabel 2
Tabel 1 rata-rata (mean) earnings management menunjukkan sigifikansi sebesar 0,092, yaitu
pada perusahaan forced delisting dan volun- lebih besar dari (0,05), sehingga dapat
tary delisting menunjuk kan hasil yang dikatakan bahwa data antar kelompok me-
negatif. Hal ini dapat terjadi karena metode miliki varians yang sama. Baik uji norma-
yang digunakan dalam mendeteksi mana- litas dan homogenitas menunjukkan hasil
jemen laba ialah menjumlah kan abnormal yang signifikan, maka uji independent t-test
CFO, abnormal PROD, dan abnormal dapat dilakukan.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 3
Hasil Uji Levene
Earnings_Management
N 56
Normal Parametersa.b Mean -.372302
Std. Deviation 1,417915
Most Extreme Absolute .140
Differences
Positive .086
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z 1,050
Tabel 4
Hasil Uji Independent T-Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2- 95% Confidence Interval
tailed) of the Difference
Lower Upper
E_M Equal variances assumed 1,099 54 ,277 -,342 1,173
Equal variances not 1,099 51,292 ,277 -,343 1,174
assumed
Sumber: data diolah (2015)
Tabel 4 merupakan hasil uji independent t- digunakan equal variances assumed, dimana
test. Sig. (2-tailed) menunjukkan angka sebesar
Uji homogenitas dengan menggunakan 0,277, yaitu lebih besar dari (0,05). Hal ini
uji Levene pada table 2 menunjukkan hasil mengindikasikan bahwa H0 diterima dan
yang signi- fikan, maka dalam melihat Ha ditolak, sehingga 1=2, yang berarti
signifikansi uji independent t-test akan tidak terdapat perbedaan rata-rata earnings
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 571
mana persamaan manipulasi laba yang ter- pulasi untuk menurunkan laba. Sama hal-
jadi ialah untuk menurunkan atau me- nya seperti pembagian dividen, apabila laba
ngecilkan laba. Hasil ini sebenarnya cukup perusahaan menurun, maka karyawan tidak
mengejutkan, karena perusahaan forced dapat menuntut haknya untuk mendapat-
delisting yang memiliki kinerja keuangan kan bonus.
yang sudah memburuk tetapi masih me- Terdapat 2 perspektif mengenai praktik
lakukan manajemen laba untuk menurun- earnings management, yaitu dari efficient
kan laba, namun, masih terdapat ke- contracting perspective dan oportunistic beha-
mungkinan hal ini terjadi. Terdapat 3 alasan vior (Scott, 2009 dalam Kesatria, 2013). Dari
utama yang dapat menjelaskan hal ini, yaitu kedua perspektif ini, Kesatria (2013) me-
sebagai berikut. nyatakan bahwa perusahaan manufaktur di
Pertama, restrukturisasi utang. Ketika Indonesia cenderung melakukan earnings
kinerja keuangan perusahaan kurang baik, management dari sisi oportunistic, yaitu
perusahaan tentu akan kesulitan dalam manajemen laba dilakukan oleh manajemen
membayar bunga dan pokok pada jangka perusahaan untuk kepentingan sendiri dan
waktu yang telah ditetapkan kepada bank bukan untuk kepentingan perusahaan
atau pihak lainnya, sehingga perusahaan (Zakaria, 2014). Kepentingan sendiri ini
akan mengajukan permohonan restruk- terkait dengan praktik earnings management
turisasi utang yang akan lebih meringankan untuk menaikkan laba perusahaan yang
beban perusahaan, namun, permohonan re- dilakukan manajer demi kepentingan pim-
strukturisasi utang tidak hanya terjadi pada pinan, seperti untuk menghindari adanya
perusahaan dengan kinerja buruk, per- pergantian pimpinan, namun, apabila yang
usahaan voluntary delisting, yang memiliki terjadi sebaliknya, yaitu ketika earnings
kinerja keuangan lebih baik dibandingkan management dilakukan untuk menurunkan
dengan perusahaan forced delisting juga akan laba untuk kepentingan perusahaan, tanpa
mengajukan permohonan untuk merestruk- mempertimbangkan kerugian pemegang sa-
turisasi utang. ham publik seperti yang terjadi pada per-
Kedua, penghematan pembayaran pa- usahaan forced maupun voluntary delisting
jak. Pembayaran pajak oleh perusahaan ber- dalam penelitian ini, maka manajemen laba
gantung pada laba atau rugi perusahaan. dilakukan lebih kepada efficient contracting
Semakin besar pencatatan laba perusaha- perspective.
an, semakin besar pula pajak yang harus
dibayar kepada pemerintah, akan tetapi, SIMPULAN DAN SARAN
apabila laba perusahaan menurun, maka Simpulan
pajak yang wajib dibayarkan juga akan Hasil penelitian menemukan bahwa
menurun. Berdasarkan hasil penelitian oleh tidak terdapat perbedaan rata-rata earnings
Chen dan Tsai (2010), motivasi melakukan management pada perusahaan forced dan
earnings management dengan tujuan ini peng- voluntary delisting, yang mana perusahaan-
hematan pembayaran pajak termasuk moti- perusahaan delisting melakukan earnings
vasi altruistik. management untuk tujuan yang sama, yaitu
Ketiga, menghindari pembayaran divi- menurunkan laba perusahaan. Hal ini dapat
den dan bonus karyawan. Sebagai per- terjadi karena perusahaan hendak meres-
usahaan terbuka, merupakan kewajiban trukturisasi utang, menghemat pembayaran
perusahaan untuk membayar dividen ke- pajak, dan menghindari pembagian dividen
pada pemegang saham ketika perusahaan serta bonus karyawan. Berdasarkan ketiga
memiliki keuntungan, akan tetapi, hal ini alasan ini, dapat dikatakan bahwa mana-
tidak berlaku saat perusahaan mengalami jemen laba yang dilakukan oleh perusahaan
kerugian yang cukup besar, yang dapat delisting sebenarnya dilakukan untuk ke-
terjadi ketika perusahaan melakukan mani-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 573