You are on page 1of 18

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

ANALISIS KOMPARATIF EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN


FORCED DAN VOLUNTARY DELISTING PADA BURSA EFEK INDONESIA

Winne Carissa Hidayat


winne.carissa@gmail.com
Sahala Manalu
Rony Joyo Negoro Octavianus
Universitas Ma Chung

ABSTRACT

From 2005 until early 2015, as many as 52 companies perform delisting. Meanwhile, the practice of earnings
management will be found on all companies including the delisted companies. Previously earnings management
are found on discretionary accruals, but because it is often used and can be detected easily managers began to
switch to manipulate earnings through operating activities or real activities manipulation. The purpose of this
study is to analyze the practices of earnings management through real activities manipulation in companies that
perform forced and voluntary delisting. Obtained each of 14 companies forced and voluntary delisting during
observation from 2005 to 2014 who meet the criteria of purposive sampling. The results using independent t-test
found there were no difference in the average earnings management in forced and voluntary delisting companies,
which in both earnings management done to lower profits. It is analyzed as the company's goals for the
restructuring of debt, save on tax payments as well as the distribution of dividends and employee bonuses. Thus,
earnings management to do more to efficient contracting perspective.

Key words: earnings management, real activities manipulation, forced delisting, voluntary delisting, efficient
contracting perspective

ABSTRAK

Dari tahun 2005 sampai awal 2015, sebanyak 52 perusahaan melakukan delisting. Sementara itu,
praktik earnings management ditemukan pada semua perusahaan, termasuk pada perusahaan delisting.
Sebelumnya manajemen laba banyak ditemukan pada discretionary accrual, tetapi disebabkan hal ini
sering digunakan dan dapat terdeteksi dengan mudah, para manajer mulai beralih memanipulasi laba
melalui aktivitas operasi atau real activities manipulation. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis
praktik earnings management melalui real activities manipulation dalam perusahaan-perusahaan yang
melakukan forced dan voluntary delisting. Didapatkan masing-masing 14 perusahaan forced dan
voluntary delisting selama periode amatan 2005-2014 yang memenuhi kriteria purposive sampling. Hasil
penelitian dengan menggunakan independent t-test menemukan tidak terdapat perbedaan rata-rata
earnings management pada perusahaan forced dan voluntary delisting, dimana persamaan manipulasi
laba yang terjadi ialah untuk menurunkan atau mengecilkan laba. Hal ini dianalisis sebagai tujuan
perusahaan untuk restrukturisasi utang, menghemat pembayaran pajak serta pembagian dividen dan
bonus karyawan, sehingga, manajemen laba dilakukan lebih kepada efficient contracting perspective.

Kata kunci: manajemen laba, manipulasi aktivitas riil, forced delisting, voluntary delisting,
efficient contracting perspective

PENDAHULUAN diminati oleh investor asing. Cosseboom


Sebagai negara dengan peringkat ke- (2014) mengungkapkan bahwa yang me-
empat penduduk terbanyak di dunia men- narik minat investor asing ini ialah ke-
jadikan Indonesia sebagai negara yang stabilan ekonomi Indonesia saat meng-

558
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 559

hadapi krisis keuangan global di tahun 2008. an keuangan, yang memuat seluruh infor-
Ada berbagai cara investor untuk berinves- masi kondisi keuangan suatu perusahaan
tasi. Salah satunya ialah dengan membeli dan dapat dijadikan sebagai bahan per-
saham-saham perusahaan Indonesia yang timbangan untuk berinvestasi atau tidak.
dinilai mampu untuk memberikan keuntu- Hal ini tentu saja membuat pihak mana-
ngan. Hal ini tentu disambut dengan baik jemen tertekan dalam menyajikan laporan
oleh perusahaan-perusahaan Indonesia, ter- keuangan semenarik mungkin, sehingga
utama bagi perusahaan yang sedang men- manajer kemungkinan melakukan tindakan
cari dana untuk aktivitas pendanaan ope- atau keputusan yang meningkatkan kesejah-
rasionalnya. teraannya dengan mengorbankan kepenti-
Saham (stock) merupakan tanda bukti ngan pemegang saham (Rahayu, 2005).
kepemilikan investor atas suatu perusahaan, Rahmawati et al. (2010) mengungkapkan
yang mekanismenya ialah pemegang saham bahwa pilihan metode akuntansi yang se-
(investor) membeli atau menjual saham cara sengaja dipilih oleh manajemen untuk
perusahaan dengan harapan mendapatkan tujuan tertentu ini dikenal dengan sebutan
keuntungan berupa dividen atau capital manajemen laba atau earnings management.
gain, akan tetapi sebelum perusahaan dapat Berdasarkan Iraya et al. (2015), earnings
memperjual-belikan sahamnya, perusahaan management merupakan sebuah strategi
harus melakukan IPO (Initial Public Offering) yang digunakan oleh manajemen untuk
terlebih dahulu. IPO merupakan penawaran memanipulasi laba perusahaan, sehingga
saham secara perdana ke publik melalui mencapai target yang telah ditentukan se-
pasar perdana dalam proses go public belumnya. Menurut Teoh et al. (1998) dalam
(Kristiantari, 2013). Berdasarkan data Bursa Li dan Zhou (2006), investor tidak dapat
Efek Indonesia (BEI), mulai dari tahun 2005 melihat nilai perusahaan sebenarnya ketika
sampai awal tahun 2013, jumlah perusahaan IPO, oleh karena itu, laporan keuangan bisa
perusahaan yang listing dan mendaftar menjadi sumber yang salah bagi calon
untuk melakukan IPO cenderung ber- investor dalam mengambil keputusan. Me-
tambah. Sementara itu, tahun 2014 sampai mang earnings management akan mencipta-
dengan Juni 2015 mulai menurun. Berikut kan kesan baik bagi para manajer, tetapi
Gambar 1 merupakan jumlah perusahaan disisi lain juga akan sangat merugikan pe-
yang melakukan IPO dari tahun 2006 megang saham.
sampai Juni 2015. Bila semakin banyak perusahaan yang
Hal pertama yang menarik perhatian mengajukan listing, maka di sisi ber-
investor ketika IPO perusahaan ialah lapor- seberangan banyak pula perusahaan yang
jumlah

tahun

Gambar 1
Grafik Jumlah IPO Perusahaan pada BEI 2005-Juni 2015
Sumber: data diolah dari IDX Fact Book (2015)
560 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

jumlah

tahun

Gambar 2
Grafik Jumlah Forced Delisting pada BEI 2005-awal 2015
Sumber: data diolah dari IDX Fact Book (2015)

melakukan delisting. Berdasarkan keputu- yang melakukan forced delisting dan


san direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: voluntary delisting. Berdasarkan Gambar 2
Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan dapat diketahui bahwa jumlah paling tinggi
Nomor I-I ketentuan I.14 tahun 2004 tentang perusahaan yang dikeluarkan secara paksa
penghapusan pencatatan (delisting) dan dari BEI tahun 2005 sampai awal 2015
pencatatan kembali (relisting) saham di terjadi pada tahun 2009, yaitu sebanyak 10
bursa, penghapusan pencatatan (delisting) perusahaan. Sementara pada tahun 2010,
merupakan penghapusan efek dari daftar tidak terdapat perusahaan yang melakukan
efek yang tercatat di bursa sehingga efek forced delisting. Penghapusan secara paksa
tersebut tidak dapat diperdagangkan di ini dapat disebabkan karena alasan tertentu
bursa (Nafisatin et al., 2014). Terdapat 2 jenis seperti, kinerja dan kondisi keuangan per-
delisting menurut Raharjo (2006) dalam usahaan yang memburuk, atau perusahaan
Sunaryo (2015), yaitu forced dan voluntary mengalami kebangkrutan (Raharjo, 2006
delisting. Forced delisting merupakan delis- dalam Sunaryo, 2015).
ting yang ditetapkan dan diputuskan oleh Selanjutnya, Gambar 3 menunjukkan
bursa efek. Sementara itu, voluntary delis- jumlah paling tinggi perusahaan yang ke-
ting merupakan permintaan delisting yang luar secara sukarela ialah terjadi pada tahun
diajukan perusahaan sendiri kepada pihak 2007, yaitu sebanyak 6 perusahaan. Ber-
otoritas pasar modal agar sahamnya tidak dasarkan Tambunan et al. (2015), perusaha-
diperdagangkan lagi di bursa efek. Li dan an melakukan voluntary delisting disebab-
Zhou (2006) mengungkapkan bahwa per- kan karena bergabung dengan perusahaan
usahaan yang melakukan delisting disebab- lainnya (merger) atau kembali menjadi per-
kan karena kegagalan kinerja perusahaan usahaan tertutup (go private).
yang berhubungan dengan kualitas ketika Malik et al. (2014) menyatakan bahwa
perusahaan melakukan IPO. Tahun 2005 walaupun delisting tidak sama sepenuhnya
sampai awal 2015 sebanyak 52 perusahaan dengan kebangkrutan, tetapi perusahaan
melakukan delisting, dengan 21 perusahaan dan shareholder juga mengalami dampak
melakukan voluntary delisting dan tercatat yang signifikan negatif, yaitu dapat mem-
31 perusahaan yang dikeluarkan secara bebankan biaya yang besar pada share-
paksa oleh BEI (forced delisting). Berikut holders. Selain itu, Macey et al. (2004) dalam
merupakan Gambar 2 jumlah perusahaan Li dan Zhou (2006) menemukan bahwa
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 561

jumlah

Gambar 3
Grafik Jumlah Voluntary Delisting
tahun pada BEI 2005-awal 2015
Sumber: data diolah dari IDX Fact Book (2015)

forced delisting akan membutuhkan biaya management dalam perusahaan forced delis-
yang sangat besar dengan sampel per- ting maupun voluntary delisting. Hal ini
usahaan yang delisted dari NYSE (New York disebabkan baik earnings management, forced
Stock Exchange) tahun 2002. Lebih spesifik, delisting, dan voluntary delisting, ketiganya
penelitian tersebut menemukan harga sa- dapat merugikan pemegang saham. Pe-
ham yang jatuh mendekati setengah harga- mikiran ini dilatarbelakangi oleh penelitian
nya, tiga kali dari persentase spread, dua kali yang dilakukan oleh Zeidi et al. (2014) yang
volatilitas harga saham ketika saham keluar mengemukakan bahwa earnings management
dari bursa, oleh karena itu, hal ini dapat dan accounting conservatism sama-sama da-
menjadi sebuah kejadian traumatik bagi pat mempengaruhi kualitas pelaporan ke-
para investor pasar modal (Benny dan uangan dan berdampak pada efisiensi pasar
Hutagaol, 2013). modal serta perilaku para investor, kreditur,
Fenomena banyaknya perusahaan yang dan pengguna laporan keuangan secara
melakukan IPO dan banyak pula yang umum, namun, hasil penelitian menemu-
delisting, diduga disebabkan oleh adanya kan hasil negatif dan signifikan antara ear-
praktik earnings management. Dugaan ini nings management dan accounting conser-
dilandasi oleh penelitian Li dan Zhou vatism. Penelitian-penelitian terdahulu be
(2006); Yudhanti dan Rachmawati (2008), lum ditemukan yang meneliti mengenai
keduanya meneliti earnings management seberapa besar earnings management dalam
pada saat IPO berpengaruh atau tidak ter- perusahaan-perusahan yang delisting, baik
hadap risiko delisting. Hasil temuan ke- itu berupa forced delisting maupun voluntary
duanya saling bertentangan, yang mana delisting.
Yudhanti dan Rachmawati (2008) menemu- Penelitian mengenai earnings manage-
kan bahwa DCA (Discretionary Current ment pada perusahaan forced delisting dan
Accrual) dan SHARE, bukan merupakan voluntary delisting ini memiliki rumusan
variabel independen yang bisa menyebab- masalah sebagai berikut: Apakah terdapat
kan risiko delisting, namun, penelitian ini perbedaan rata-rata earnings management
sedikit berbeda dengan kedua penelitian dengan menggunakan proksi real activities
tersebut, yang mana tidak meneliti lagi manipulation pada perusahaan forced delisting
earnings management pada saat IPO, namun dan voluntary delisting?, sehingga, penelitian
hanya akan meneliti mengenai earnings ini bertujuan untuk menganalisis earnings
562 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

management dengan menggunakan proksi pajak, atau bertujuan untuk terdaftar di


real activities manipulation pada perusahaan bursa. Sementara yang dimaksud dengan
delisting (forced dan voluntary), dengan tekanan dari pihak-pihak terkait, yaitu
asumsi bahwa semua perusahaan melaku- seperti supervisor, akuntan, shareholders,
kan earnings management, yang didasari pe- kreditur, atau analis, dimana motivasi ini
nelitian oleh Llukani (2013) bahwa earnings sama dengan yang diungkapkan oleh Stice
management dilakukan oleh perusahaan et al. (2009), yaitu manajemen laba dilaku-
berskala besar maupun kecil. kan untuk memenuhi target internal dan
harapan eksternal. Motivasi ketiga ialah
TINJAUAN TEORETIS motivasi spekulatif, yang mana manajer
Terdapat 4 bentuk earnings management bisanya memanipulasi pada bagian produk-
menurut Scott (2003) dalam Rahmawati et al. si atau distribusi yang bertujuan untuk
(2010), yaitu taking a bath, income minimi- mencapai kepentingan pribadi.
zation, income maximization, dan income Kemudian, terdapat 2 perspektif me-
smoothing. Taking a bath mengakui adanya ngenai praktik earnings management atau
beban pada periode mendatang dan ke- manajemen laba menurut Scott (2009) dalam
rugian pada periode berjalan, sehingga Kesatria (2013). Pertama dilihat dari sisi
manajemen harus menghapus beberapa efficient contracting perspective, yaitu bentuk
aktiva dan membebankan perkiraan laba tindakan positif dengan memilih metode
mendatang serta melakukan clear the desk akuntansi untuk tujuan kepentingan per-
yang menyebabkan laba yang dilaporkan usahaan dan bukan untuk kepentingan
pada periode mendatang akan meningkat. pribadi. Kedua, dilihat dari segi oportunistic
Income minimization dilakukan pada periode behavior (tindakan oportunistik manajer),
laba yang tinggi dengan mempercepat adalah seperti yang dikemukakan oleh
penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak Sanusi et al. (2014) bahwa manajemen laba
berwujud dan mengakui pengeluaran- merupakan manipulasi informasi laporan
pengeluaran sebagai beban. Hal ini dilaku- keuangan yang dilakukan oleh manajemen
kan sebagai tujuan manajemen untuk suatu perusahaan untuk kepentingan sen-
mengecilkan laba perusahaan. Sementara diri diatas kepentingan pihak lainnya.
itu, bentuk income maximization dilakukan Kesatria (2013) menemukan bahwa per-
dengan melaporkan pendapatan bersih usahaan manufaktur di Indonesia cende-
yang tinggi sehingga bonus yang diterima rung melakukan earnings management dari
lebih besar. Bentuk keempat dari manjemen sisi oportunistic.
laba ini ialah income smoothing atau perataan Perusahaan-perusahaan yang gagal me-
laba, merupakan normalisasi laba yang lakukan earnings management, secara ke-
dilakukan secara sengaja untuk mencapai seluruhan memiliki 7 elemen ketidak ber-
trend atau level tertentu. hasilan yang sama secara berurutan, seperti
Earnings management dilakukan dengan yang diungkap oleh Stice, Stice, & Skousen
motivasi yang berbeda, berdasarkan hasil (2009), yaitu: (1) Kemunduran dalam bisnis.
penelitian Chen dan Tsai (2010) dari 650 Perusahaan yang memiliki kinerja yang
sampel perusahaan, terdapat 3 motivasi baik, tidak memiliki kebutuhan tinggi ter-
yang melatarbelakangi praktik earnings hadap earnings management, oleh karena itu,
management, yaitu motivasi altruistik, tekan- earnings management yang berlebihan ham-
an dari pihak-pihak terkait, dan motivasi pir selalu diawali oleh kemunduruan bisnis
spekulatif. Motivasi altruistik merupakan perusahaan; (2) Tekanan untuk memenuhi
praktik earnings management yang dilakukan harapan. Adanya keinginan untuk me-
untuk menghindari ketidakpercayaan dari menuhi harapan pihak internal maupun
bank dalam status finansial, mencegah eksternal perusahaan, memotivasi para
jatuhnya harga saham, mengurangi beban manajer untuk melakukan earnings mana-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 563

gement; (3) Percobaan solusi akuntansi. kasus Enron, Arthur Andersen dianggap
Kinerja perusahaan yang buruk menyebab- melanggar hukum karena memusnahkan
kan pasar kecewa sehingga nilai saham kertas-kertas kerja audit; (7) Hilangnya
perusahaan mulai menurun. Untuk meng- reputasi secara besar-besaran. Kehilangan
atasi hal ini, para akuntan dan bukannya kredibilitas atau reputasi merupakan tahap
orang-orang operasional arau pemasaran- akhir yang diakibatkan oleh perusahaan
diminta untuk mengembalikan posisi per- yang terbukti melakukan manipulasi atas
usahaan ke tingkat profitabilitasnya melalui laba yang dilaporkan. Hilangnya kredi-
manajemen laba, yang sebenarnya hal ini bilitas ini merugikan banyak pihak yang
hanya bersifat sementara; (4) Risiko ter- berhubungan dengan perusahaan dan se-
hitung dari auditor (auditors calculated risk). cara drastis melemahkan nilai ekonominya.
Kantor akuntan publik berharap memper- Ketujuh elemen kegagalan ini secara
tahankan reputasinya dan menghindari berturut-turut akan dialami oleh setiap per-
tuntutan para investor untuk tidak me- usahaan yang melakukan earnings manage-
nyetujui perlakuan akuntansi yang terlihat ment, akan tetapi, berdasarkan data diolah
terlalu optimis dari laporan keuangan. mengenai perusahaan-perusahaan yang me-
Seorang auditor sering kali diminta untuk lakukan forced delisting dan voluntary delis-
menentukan apakah perlakuan akuntansi ting di BEI, earnings management yang di-
yang terlalu optimis oleh manajemen dapat lakukan belum mencapai tahap keenam dan
diterima atau tidak. Dalam membuat ke- ketujuh, namun diyakini hanya sampai
putusan ini, auditor harus menyeimbangkan pada tahap kelima.
pendapatan jangka panjang di tahun-tahun Seperti yang telah dijelaskan sebelum-
yang akan datang yang diperoleh dengan nya bahwa berdasarkan keputusan direksi
cara terus melanjutkan sebagai auditor per- PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-
usahaan dengan biaya potensial bila terlibat 308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor
dalam suatu skandal akuntansi, kehilangan I-I ketentuan I.14 tahun 2004 tentang peng-
reputasi, dan mungkin kalah dalam tuntut- hapusan pencatatan (delisting) dan pencatat-
an hukum; (5) Skeptimisme yang tidak men- an kembali (relisting) saham di bursa,
cukupi dari para pengguna laporan ke- penghapusan pencatatan (delisting) merupa-
uangan. Pemakai laporan keuangan biasa- kan penghapusan efek dari daftar efek yang
nya menerima laporan keuangan perusaha- tercatat di bursa sehingga efek tersebut
an apa adanya dengan suatu kesadaran tidak dapat diperdagangkan di bursa (Nafi-
bahwa ada risiko pelaporan yang menipu satin et al., 2014). Terdapat 2 jenis delisting
tetapi tanpa memperhitungkan kerugian menurut Raharjo (2006) dalam Sunaryo
besar yang disebabkan oleh penipuan itu. (2015), yaitu forced dan voluntary delisting.
Selain itu, analis dan komunitas investasi Forced delisting merupakan delisting yang
sering kali mendapatkan keuntungan secara ditetapkan dan diputuskan oleh bursa efek.
ekonomi pada saat perusahaan mendapat- Sementara itu, voluntary delisting merupakan
kan pinjaman, mengeluarkan saham, me- permintaan delisting yang diajukan per-
nyusun berbagai cara pendanaan yang usahaan sendiri kepada pihak otoritas pasar
rumit, dan terlibat dalam suatu merger atau modal agar sahamnya tidak diperdagang-
aktivitas akuisisi; (6) Investigasi hukum. kan lagi di bursa efek.
Investigasi dilakukan ketika perusahaan Walaupun delisting tidak sama sepenuh-
dicurigai melanggar batas-batas oval GAAP nya dengan kebangkrutan, tetapi perusaha-
ke area pelaporan keuangan yang menipu. an dan shareholder juga mengalami dampak
Selain investigasi hukum, penyimpangan yang signifikan negatif, yaitu dapat mem-
laporan keuangan juga bisa dianggap se- bebankan biaya yang besar pada shareholders
bagai suatu tindak pidana. Misalnya dalam (Malik et al., 2014). Sementara itu, Fatmawati
564 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

(2012:56) dalam Tambunan et al. (2015) (2008) menggunakan model LEN dan a
menyatakan bahwa indikator perusahaan mean-preserving spread hedging structure.
bangkrut di pasar modal adalah perusahaan Berdasarkan Iraya et al. (2015), telah
delisting. Maksud delisting dari pernyataan banyak penelitian yang membahas menge-
ini lebih mengarah kepada forced delisting. nai Good Corporate Governance (GCG) di
Hal ini disebabkan karena perusahaan yang Kenya, namun masih belum ada penelitian
melakukan voluntary delisting biasanya di- yang berfokus pada hubungan atau efek
sebabkan karena merger atau diakusisi oleh yang ditimbulkan GCG terhadap earnings
perusahaan lain, dan ingin kembali menjadi management. Penelitian di Kenya terkonsen-
perusahaan tertutup, akan tetapi, tidak trasi pada profitabilitas yang digunakan
menutup kemungkinan apabila perusahaan sebagai ukuran dari kinerja keuangan dan
yang memutuskan melakukan voluntary efek dari GCG pada kinerja dari beberapa
delisting berakhir dengan kebangkrutan. sektor ekonomi, oleh karena itu, Iraya et al.
(2015) meneliti mengenai efek yang di-
Penelitian Terdahulu timbulkan GCG dengan menggunakan lima
Penelitian terkait dengan earnings mana- dari tujuh pendekatan GCG (kepemilikan
gement telah banyak dilakukan. Misalnya, terpusat, ukuran direksi, independensi
penelitian oleh Nan (2008) yang mempelaja- direksi, aktivitas direksi, dan dualisme
ri interaksi antara earnings management dan CEO), terhadap earnings management. Me-
hedging, yang mana interaksi keduanya tode yang digunakan untuk menghitung
belum pernah dipelajari secari teoritis oleh earnings management ialah model discretio-
peneliti lain. Menurut Nan (2008), earnings nary accrual. Selanjutnya, untuk menguji
management biasanya dilakukan oleh para hubungan antara discretionary accrual, se-
manajer, dan untuk mengurangi serta men- bagai alat earnings management, dan GCG
cegah bahaya dari manajemen laba pemilik digunakan analisis regresi linear.
perusahaan akan melakukan hedging. Se- Berbeda dengan Iraya et al. (2015),
berapa efisien hedging yang dilakukan oleh Malik et al. (2014) meneliti mengenai GCG
pemilik, akan dibagi menjadi empat skena- terhadap involuntary delisting. Walaupun
rio, yaitu skenario A sampai skenario D. hubungan diantara keduanya memiliki
Skenario A diasumsikan apabila earnings bukti yang sedikit, namun delisting di-
management sulit dilakukan dan tidak ter- asumsikan memiliki karakteristik yang
dapat hedging. Sementara itu, skenario B hampir sama dengan kebangkrutan atau
terjadi jika earnings management sulit di- takeovers. Selain berbeda pada variabel
lakukan dan pemilik melakukan hedging, dependen, perbedaan juga terletak pada
sehingga, jika pemilik perusahaan meng- variabel GCG yang digunakan, yang mana
inginkan untuk tidak terjadi earnings mana- Malik et al. (2014) menggunakan ketujuh
gement pada skenario A dan skenario B, variabel GCG yaitu, aktivitas shareholder,
pemilik akan memberikan bonus kepada aktivitas direksi, komite audit, ukuran
manajer. Selanjutnya, skenario C terjadi jika direksi, independensi direksi, kepemilikan
earnings management ditoleransi keberada- terpusat, dan insider ownership. Untuk meng-
annya, tetapi pemilik tidak melakukan uji hubungan antara variabel-varibel terkait,
hedging. Apabila manajer dapat melakukan digunakan analisis regresi, dengan dibantu
earnings management, sementara di sisi lain oleh variabel dummy untuk variabel de-
pemilik juga melakukan hedging, dapat penden, dimana nilai 1 untuk delisting dan
dikategorikan sebagai skenario D. Untuk 0 untuk perusahaan yang bertahan.
mengetahui skenario mana yang efisien Earnings management kembali diteliti
ketika terdapat hedging atau tidak terdapat oleh Chen dan Tsai (2010). Penelitian ini
hedging terhadap manajemen laba, Nan bertujuan untuk menggolongkan tipe-tipe
dan motivasi melakukan earnings manage-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 565

ment, yang menggunakan analisis model real eksternal. Llukani (2013) juga menggunakan
activities manipulation dari Dechow et al. model modifikasi Jones untuk mendeteksi
(1998) dan Roychowdhury (2006) untuk adanya earnings management. Sementara itu,
menganalisisnya. Selain menggunakan data ukuran perusahaan menggunakan pendeka-
statistik dan laporan keuangan, Chen dan tan log of total aset. Hubungan diantara
Tsai (2010) juga menyebarkan kuisioner keduanya diuji dengan model regresi.
kepada 650 perusahaan terpilih untuk me- Penelitian oleh Inaam et al. (2012) mem-
ngumpulkan data mengenai motivasi me- bahas pengaruh kualitas audit terhadap
lakukan earnings management. earnings management. Variabel kualitas audit
Zeidi et al. (2014) meneliti hubungan sebagai variabel independen terdiri dari
antara earnings management dan accounting jumlah auditor, spesialisasi industri auditor,
conservatism, yang merupakan kehati-hatian dan masa jabatan auditor, sedangkan ear-
dalam meramalkan keuntungan. Kedua nya nings management sebagai variabel dependen
diyakini dapat mempengaruhi kualitas terbagi menjadi dua yaitu, discretionary
pelaporan keuangan dan berdampak pada accrual dan real earnings management. Untuk
efisiensi pasar modal serta perilaku para mendeteksi manajemen laba pada akun
investor, kreditur, dan pengguna laporan discretionary accrual menggunakan model
keuangan secara umum. Hubungan kedua- modifikasi Jones. Sementara itu, metode
nya akan dianalisis menggunakan regresi yang digunakan untuk mengetahui mana-
berganda, dengan conservatism sebagai jemen laba pada real earnings management,
variabel dependen dan earnings mana- menggunakan metode real activities mani-
gement sebagai variabel independen. Apa- pulation oleh Roychowdhury (2006). Alat
bila rasio nilai buku terhadap nilai pasar analisis untuk menguji masing-masing
dari stockholders kurang dari 1, maka dapat hipotesis ialah menggunakan regresi linear
disimpulkan bahwa dalam perusahaan ter- berganda.
jadi conservatism. Sementara itu, untuk me- Fatmawati (2012:56) dalam Tambunan
ngukur earnings management, Zeidi et al. et al. (2015) menyatakan bahwa indikator
(2014) menggunakan model modifikasi perusahaan bangkrut di pasar modal adalah
Jones. perusahaan delisting, oleh karena itu,
Llukani (2013) meneliti mengenai ear- Tambunan et al. (2015) meneliti mengenai
nings management terhadap ukuran per- perusahaan subsektor rokok yang listing
usahaan. Llukani (2013) juga menyebutkan dan telah delisting, dengan tujuan mencari
bahwa perusahaan besar yang telah diaudit tahu apakah perusahaan-perusahaan ter-
oleh pihak eksternal memiliki struktur audit sebut memiliki risiko kebangkrutan dan
internal yang terkelola dengan baik dan terdapat tanda-tanda kegagalan bisnis yang
telah memiliki reputasi yang baik di depan mengarah pada kebangkrutan. Teknik ana-
publik, diyakini tidak memiliki inisiatif lisis yang digunakan untuk menganalisis
dalam melakukan manajemen laba di- kebangkrutan ialah Altman (Z-Score). Pe-
bandingkan dengan perusahaan kecil, na- nelitian ini menggunakan masing-masing 3
mun, ditambahkan juga bahwa terdapat sampel perusahaan untuk subsektor rokok
kemungkinan perusahaan besar untuk me- yang listing dan telah delisting.
lakukan earnings management jika perusaha- Berdasarkan beberapa penelitian ter-
an besar memiliki hubungan yang baik de- dahulu yang telah diuraikan, dapat diambil
ngan auditor eksternal, manajer mengguna- beberapa kesimpulan, yaitu earnings mana-
kan otoritasnya pada audit internal se- gement dapat dibedakan menjadi accrual
hingga dapat mengatur hasilnya, ingin me- earnings management, yaitu earnings mana-
ngurangi risiko politik, dan memperbesar gement pada akun discretionary accrual, dan
laba fiskal untuk meningkatkan pendanaan real earnings management (real activities mani-
566 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

pulation), pada akun produksi. Model hitung earnings management bukan ber-
modifikasi Jones digunakan untuk meng- dasarkan model modifikasi Jones, tetapi
ukur manajemen laba dari aktivitas accrual, menggunakan real activities manipulation.
sedangkan untuk mengetahui manajemen Hal ini disebabkan semakin sering praktik
laba pada real earnings management, dapat earnings management pada discretionary accru-
digunakan model real activities manipulation al, menyebabkan praktik ini semakin mudah
oleh Dechow et al. (1998) dan Roychow- dideteksi (Graham et al. 2005 dalam Chen
dhury (2006). Model modifikasi Jones me- dan Tsai 2010), oleh karena itu, Roychow-
rupakan model yang paling banyak di- dhury (2006) serta Eldenburg et al. (2008)
gunakan oleh para peneliti dalam meng- dalam Chen dan Tsai (2010) menyatakan
hitung earnings management, akan tetapi, bahwa banyak perusahaan yang meninggal-
dalam hasil penelitian Inaam et al. (2012), kan earnings management dengan discretio-
mengungkap bahwa semua hipotesis dari nary accrual dan beralih kepada aktivitas
kualitas auditor terhadap earnings mana- operasional (Shcipper 1989 dalam Chen dan
gement pada accrual earnings management, Tsai 2010).
menghasilkan hasil yang negatif dan signi- Berdasarkan penelitian-penelitian ter-
fikan, namun, menemukan hasil positif dan dahulu, belum ditemukan penelitian yang
signifikan pada auditor size terhadap real membahas mengenai tingkat earnings mana-
earnings management. Pendekatan yang di- gement pada perusahaan forced delisting dan
gunakan untuk mengetahui manajemen laba voluntary delisting, akan tetapi, diprediksi
dalam penelitian ini menggunakan real bahwa terdapat perbedaan rata-rata tingkat
activities manipulation yang sebelumnya telah earnings management pada perusahaan forced
digunakan oleh Dechow et al. (1998), delisting dan voluntary delisting, yang di-
Roychowdhury (2006), dan Chen dan Tsai sebabkan perbedaan kepentingan dalam
(2010). melakukan manajemen laba. Hasil peneliti-
Perusahaan yang melakukan delisting an Li dan Zhou (2006) menemukan bahwa
belum tentu perusahaan yang bangkrut, earnings management saat IPO berpengaruh
oleh karena itu, untuk mengetahui apakah secara signifikan dan positif terhadap
sebuah perusahaan bisa dikatakan bang- involuntary delisting, yang berarti perusaha-
krut, peneliti dapat menggunakan metode an yang memanipulasi labanya untuk ke-
Altman, Springate, atau Zmijewski, namun pentingan IPO akan menyebabkan forced
dari ketiga metode ini, metode Altman (Z- delisting. Perusahaan forced delisting memiliki
score) merupakan metode yang paling kinerja keuangan yang lebih buruk di-
akurat dalam memprediksi kebangkrutan bandingkan perusahaan voluntary delisting,
perusahaan. oleh karena itu, agar tetap bertahan di BEI
dan mendapatkan kembali kepercayaan
Pengembangan Hipotesis investor, maka perusahaan forced delisting
Penelitan yang hampir mendekati de- akan cenderung melakukan earning mana-
ngan penelitian mengenai earnings mana- gement untuk memperbesar laba perusaha-
gement dalam forced delisting dan voluntary an. Sementara itu, dengan kinerja keuangan
delisting ini ialah penelitian oleh Li dan yang cukup baik, perusahaan voluntary delis-
Zhou (2006) serta Yudhanti dan Rachma- ting akan cenderung melakukan earnings
wati (2008), namun, perbedaan yang paling management laba untuk menurunkan laba
signifikan ialah penelitian ini meneliti ear- perusahaan, dengan motivasi altruistik se-
nings management pada perusahaan yang perti hasil penelitian Chen dan Tsai (2010),
telah delisting, bukan risiko delisting lagi. yaitu bertujuan untuk mengurangi beban
Delisting yang diteliti juga dibedakan men- pajak, sehingga, penelitian ini memiliki
jadi 2, yaitu forced dan voluntary. Sementara hipotesis sebagai berikut.
itu, metode yang digunakan dalam meng-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 567

Ha : Terdapat perbedaan rata-rata earnings ratif, yang menurut Kaunang (2013) bersifat
management dengan menggunakan membandingkan. Sumber data dalam pe-
proksi real activities manipulation pada nelitian ini termasuk sumber data sekunder,
perusahaan forced delisting dan volun- berupa laporan keuangan tahunan per-
tary delisting. (Ha: 1 2). usahaan yang didokumentasikan dari data
1 merupakan rata-rata earnings mana- base Pojok Bursa Efek Indonesia. Populasi
gement pada perusahaan forced delis- penelitian berjumlah 52 perusahaan delisting
ting. 2 merupakan rata-rata earnings dari BEI pada periode 2005-awal 2015.
management pada perusahaan volun- Kemudian dari populasi tersebut dipilih
tary delisting. sejumlah sampel dengan teknik purposive
sampling dengan kriteria perusahaan delis-
Berikut merupakan alur rerangka pe- ting memiliki laporan keuangan 3 tahun
mikiran dalam penelitian ini seperti pada berturut-turut sebelum delisting secara leng-
Gambar 4. kap. Hal ini disebabkan apabila lebih dari 3
tahun laporan keuangan secara berturut-
METODE PENELITIAN turut sebelum perusahaan delisting, sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memenuhi kriteria purposive samp-
kuantitatif dengan jenis penelitian kompa- ling akan sedikit.

Angka IPO Angka delisting


perusahaan perusahaan
meningkat meningkat

Earnings
Management

Merugikan investor

Forced delisting Voluntary delisting

Earnings Earnings
Management Management
Abnormal PROD Abnormal PROD

Abnormal CFO Abnormal CFO

Abnormal DISEXP Abnormal DISEXP

Independent t-test

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4
Alur Rerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: data diolah (2015)
568 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

Berdasarkan hasil purposive sampling PRODt /At-1 = 0 + 1(1/At-1) + 1(St /At-1) +


ini, didapatkan 14 perusahaan pada per- 2(St /At-1) + 3(S t-1 /At-1) + it
usahaan forced delisting dan 14 perusahaan (4)
pada voluntary delisting. keterangan:
Eldenburg et al. (2008) dalam Chen dan At = total aset pada akhir periode t
Tsai (2010) menyatakan bahwa banyak per- St = penjualan selama periode t
usahaan yang meninggalkan earnings mana- St = St - St-1
gement dengan discretionary accrual, dan ber- , = parameter regresi
alih kepada aktivitas operasional (Shcipper, = error
1989 dalam Chen dan Tsai, 2010), oleh ka- Ketiga, abnormal DISEXP merupakan
rena itu, dalam penelitian ini, earnings mana- beban discretionary tidak normal dan
gement akan dihitung dari aktivitas operasi. dihitung berdasarkan: DISEXPt aktual-
Model ini pertama kali dikemukakan oleh DISEXP normal (5)
Dechow et al. (1998), yang selanjutnya di- DISEXP ialah jumlah dari beban iklan, be-
gunakan oleh Roychowdhury (2006) serta ban R dan D, dan beban penjualan, adminis-
Chen dan Tsai (2010), yang oleh Roychow- trasi dan umum. DISEXP normal dapat di-
dhury (2006) metode ini disebut dengan real ketahui dengan persamaan regresi berikut.
activities manipulation. Terdapat 3 variabel DISEXPt /At-1 = 0 + 1(1/At-1) + (St-1 /At-1)
didalam model ini, yaitu abnormal CFO, ab- + it (6)
normal PROD, dan abnormal DISEXP, de- keterangan:
ngan definisi operasional sebagai berikut; At = total aset pada akhir periode t
Pertama, abnormal CFO merupakan arus St = penjualan selama periode t
kas tidak normal dari aktivitas operasi da- , = parameter regresi
lam laporan arus kas dan dihitung dengan: = error
CFOt aktual CFO normal (1) Berdasarkan Pratiwi dan Meiranto
CFO aktual dapat diketahui dari laporan (2013), untuk mendapatkan proksi kese-
arus kas operasi perusahaan, sementara luruhan dari ketiga variabel real activities
CFO normal diketahui dari persamaan mani- pulation ini, maka ketiga variabel akan
regresi di bawah ini. di- jumlahkan, namun sebelum itu, varibel
CFOt /At-1 = 0 + 1(1/At-1) + 1(St /At-1) + 2(St abnormal PROD perlu dikalikan dengan -1
/At-1) + it .............. (2) (minus satu) untuk menyamakan arah.
keterangan: Berikut merupakan proksi yang dimaksud.
At = total aset pada akhir periode t EMTRAM = abnormal CFO + abnormal
St = penjualan selama periode t DISEXP + (abnormal PROD (-1)) (7)
St = St - St-1 EMTRAM = Earnings Management through
, = parameter regresi Real Activities Manipulation
= error Hipotesis penelitian ini diuji dengan
Kedua, abnormal PROD merupakan independent t-test, yang menurut Nisfiannoor
biaya produksi tidak normal dan dihitung (2009) bertujuan untuk membandingkan
dari: PRODt aktualPROD normal (3) rata-rata dua kelompok, yang dalam pe-
Biaya produksi didefiniskan sebagai jum- nelitian ini 2 kelompok tersebut merupakan
lah dari COGS (Cost of Good Sold) dan pe- perusahaan forced delisting dan voluntary
rubahan inventori selama sebuah periode. delisting, dengan jenis data nominal dimana
Definisi ini juga berlaku bagi perusahaan 1 untuk perusahaan forced delisting dan 2
non manufaktur, meskipun hal ini tidak untuk perusahaan voluntary delisting.
berlaku secara harafiah pada perusahaan Apabila hasil perhitungan statistik
tersebut (Roychowdhury, 2006). PROD nor- menunjukkan Sig. (2-tailed) < (0,05), maka
mal dapat diketahui dari persamaan regresi dapat diambil keputusan bahwa H0 ditolak
di bawah ini. dan Ha diterima, yang berarti terdapat
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 569

perbedaan rata-rata earnings management DISEXP. Dari ketiga variabel tersebut, CFO
pada perusahaan forced dan voluntary delist- dan PROD berperan dalam menghasilkan
ing (1 2), akan tetapi, jika Sig. (2-tailed) > rata-rata negatif dari manajemen laba, yang
(0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak, dianalisis sebagai dampak akun CFO pada
yang berarti tidak terdapat perbedaan rata- laporan keuangan perusahaan forced dan
rata earnings management pada perusahaan voluntary menunjukkan angka negatif, yang
forced dan voluntary delisting (1=2). berarti sebagian perusahaan delisting meng-
Sebelum dilakukan uji independent t-test, gunakan kasnya untuk aktivitas operasi dan
diperlukan uji normalitas dan homogenitas. bukan mendapatkan kas dari aktivitas ope-
Tujuan dilakukannya uji normalitas ialah rasi. Sementara untuk variabel PROD, yang
untuk mengecek apakah data yang didapat- didalamnya terdapat penjualan, rata-rata
kan mengikuti atau mendekatai hukum perusahaan forced delisting mengalami pe-
sebaran normal baku dari Gauss, yaitu me- nurunan penjualan dari tahun ke tahun
nyerupai bentuk bel atau lonceng (Nisfian- yang tidak dapat mengimbangi harga (be-
noor, 2009). Untuk menguji normalitas, pe- ban) pokok penjualan.
nelitian akan menggunakan uji Kolmogorov Sebelum dilakukan uji hipotesis, berupa
Smirnov dengan kriteria apabila nilai signi- uji independent t-test, terdapat 2 uji yang
fikansi (p) < (0,05), maka data tidak nor- harus dilakukan untuk memenuhi kriteria
mal, namun, jika nilai signifikansi (p) > untuk dapat melakukan uji hipotesis, yaitu
(0,05), maka data dapat dikatakan normal. uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut
Sementara itu, uji homogenitas dilakukan merupakan hasil uji normalitas dengan
untuk mengetahui apakah varians antar menggunakan Kolmogorov Smirnov.
kelompok yang diuji berbeda atau tidak Hasil uji normalitas pada Tabel 2 me-
(heterogen atau homogen), karena data nunjukkan Sig. (2-tailed) lebih besar dari
yang diharapkan adalah homogen (Nisfian- (0,22 > 0,05), sehingga dapat diambil ke-
noor, 2009). Uji homogenitas menggunakan putusan bahwa data telah terdistribusi se-
uji Levene, dimana apabila signifikansi (p) cara normal.
lebih besar dari (0,05), maka data peneliti- Selanjutnya, asumsi kedua yang harus
an dapat dikatakan homogen. dipenuhi ialah data antar kelompok me-
miliki varians yang sama, yang dapat di-
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ketahui melalui uji Levene. Berikut me-
Tabel 1 berikut merupakan hasil sta- rupakan hasil uji Levene.
titistik deskriptif penelitian ini. Berdasarkan Hasil uji homogenitas pada Tabel 2
Tabel 1 rata-rata (mean) earnings management menunjukkan sigifikansi sebesar 0,092, yaitu
pada perusahaan forced delisting dan volun- lebih besar dari (0,05), sehingga dapat
tary delisting menunjuk kan hasil yang dikatakan bahwa data antar kelompok me-
negatif. Hal ini dapat terjadi karena metode miliki varians yang sama. Baik uji norma-
yang digunakan dalam mendeteksi mana- litas dan homogenitas menunjukkan hasil
jemen laba ialah menjumlah kan abnormal yang signifikan, maka uji independent t-test
CFO, abnormal PROD, dan abnormal dapat dilakukan.

Tabel 1
Statistik Deskriptif

Delisting N Mean Std. Std. Error


Deviation Mean
Earnings_Management Forced 28 -,164 1,242 ,234
Voluntary 28 -,580 1,569 ,296
Sumber: data diolah (2015)
570 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Levenes Test for Equality


of Variances
F Sig.
Earnings_Management Equal variances assumed 2,943 ,092
Equal variances not assumed

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber: data diolah (2015)

Tabel 3
Hasil Uji Levene
Earnings_Management
N 56
Normal Parametersa.b Mean -.372302
Std. Deviation 1,417915
Most Extreme Absolute .140
Differences
Positive .086
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z 1,050

Asymp. Sig. (2-tailed) .220


Sumber: data diolah (2015)

Tabel 4
Hasil Uji Independent T-Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2- 95% Confidence Interval
tailed) of the Difference

Lower Upper
E_M Equal variances assumed 1,099 54 ,277 -,342 1,173
Equal variances not 1,099 51,292 ,277 -,343 1,174
assumed
Sumber: data diolah (2015)

Tabel 4 merupakan hasil uji independent t- digunakan equal variances assumed, dimana
test. Sig. (2-tailed) menunjukkan angka sebesar
Uji homogenitas dengan menggunakan 0,277, yaitu lebih besar dari (0,05). Hal ini
uji Levene pada table 2 menunjukkan hasil mengindikasikan bahwa H0 diterima dan
yang signi- fikan, maka dalam melihat Ha ditolak, sehingga 1=2, yang berarti
signifikansi uji independent t-test akan tidak terdapat perbedaan rata-rata earnings
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 571

management pada perusahaan forced delisting pernyataan Roychowdhury (2006) bahwa


dan voluntary delisting dengan mengguna- manipulasi pada penjualan akan menyebab-
kan proksi real activities manipulation. Secara kan arus kas kegiatan operasi (CFO) periode
keseluruhan, penelitian terdahulu yang ter- sekarang smenurun dibandingkan level
kait dengan delisting belum ditemukan yang penjualan normal. Penjualan yang menurun
membagi delisting menjadi forced dan berdampak pada menurunnya penerimaan
voluntary delisting. kas dari pelanggan. Kemudian, apabila
Seperti yang telah dijelaskan pada pen- biaya untuk membayar kepada pemasok
dahuluan, penelitian ini membagi delisting dan gaji karyawan serta beban bunga lebih
menjadi 2 jenis tersebut. Berdasarkan inde- besar daripada penerimaan kas dari pelang-
pendent-t test yang telah dilakukan, ditemu- gan, akan menyebabkan arus kas operasi
kan bahwa tidak terdapat perbedaan rata- perusahaan menjadi kecil. Hal inilah yang
rata earnings management dalam forced dan terjadi pada akun CFO perusahaan forced
voluntary delisting. Artinya, apabila per- dan voluntary delisting.
usahaan forced delisting melakukan earnings Roychowdhury (2006) juga menyebut-
management untuk menaikkan laba, maka kan bahwa produksi yang meningkat akan
perusahaan voluntary delisting juga akan menyebabkan biaya tetap (fixed cost) per
menaikkan laba. Demikian pula apabila unit produk lebih rendah dan harga (beban)
perusahaan forced delisting memperkecil atau pokok penjualan (HPP) menurun, sehingga
meratakan labanya, maka perusahaan yang laba operasi meningkat, namun yang terjadi
melakukan voluntary delisting akan melaku- pada perusahaan delisting ialah sebaliknya.
kan hal yang sama, akan tetapi, hasil ini HPP, yang termasuk dalam variabel PROD,
berbeda dengan hipotesis awal, yaitu per- rata-rata mengalami kenaikkan. Sementara
usahaan forced delisting melakukan earnings penjelasan sebelumnya pada CFO menyata-
management bertujuan untuk menaikkan la- kan bahwa rata-rata penjualan perusahaan
ba, yang disebabkan kinerja keuangan se- delisting mengalami penurunan, sehingga,
makin memburuk tetapi masih ingin ber- hal inilah yang menyebabkan laba operasi
tahan di bursa. Sebaliknya, perusahaan perusahaan delisting mengalami penurunan.
voluntary delisting diduga melakukan mana- Variabel ketiga dari earnings management
jemen laba untuk menurunkan laba. Hal ini melalui real activities manipulation ialah
disebabkan karena kinerja keuangan per- DISEXP atau beban diskrisioner. Roychow-
usahaan yang lebih baik akan mendorong dhury (2006) menjelaskan bahwa perusaha-
manajer melakukan manipulasi untuk an yang menurunkan atau mengurangi
menghindari pajak atau pembagian dividen biaya diskresioner akan meningkatkan laba
dan bonus karyawan. periode berjalan, akan tetapi yang terjadi
Scott (2003) dalam Rahmawati et al. ialah perusahaan delisting memiliki beban
(2010) mengungkapkan bahwa terdapat 4 diskrisioner yang meningkat. Beban dis-
bentuk praktik earnings management, yaitu krisioner dalam laporan laba/rugi per-
taking a bath, income minimization, income usahaan merupakan beban usaha, seperti
maximization, dan income smoothing. Akan beban gaji, iklan, serta administrasi dan
tetapi, dibandingkan dengan ketiga bentuk umum, sehingga, apabila beban diskrisioner
earnings management lainnya, hasil pada mengalami peningkatan, maka akan me-
Tabel 1. menunjukkan kesamaan praktik nyebabkan laba pada periode berjalan me-
earnings management pada perusahaan forced nurun.
delisting dan voluntary delisting ialah lebih Kembali pada pembahasan utama, hasil
mengarah pada praktik income minimization menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
atau manipulasi untuk menurunkan atau rata-rata earnings management dalam per-
mengecilkan laba. Hal ini sejalan dengan usahaan forced dan voluntary delisting, di-
572 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

mana persamaan manipulasi laba yang ter- pulasi untuk menurunkan laba. Sama hal-
jadi ialah untuk menurunkan atau me- nya seperti pembagian dividen, apabila laba
ngecilkan laba. Hasil ini sebenarnya cukup perusahaan menurun, maka karyawan tidak
mengejutkan, karena perusahaan forced dapat menuntut haknya untuk mendapat-
delisting yang memiliki kinerja keuangan kan bonus.
yang sudah memburuk tetapi masih me- Terdapat 2 perspektif mengenai praktik
lakukan manajemen laba untuk menurun- earnings management, yaitu dari efficient
kan laba, namun, masih terdapat ke- contracting perspective dan oportunistic beha-
mungkinan hal ini terjadi. Terdapat 3 alasan vior (Scott, 2009 dalam Kesatria, 2013). Dari
utama yang dapat menjelaskan hal ini, yaitu kedua perspektif ini, Kesatria (2013) me-
sebagai berikut. nyatakan bahwa perusahaan manufaktur di
Pertama, restrukturisasi utang. Ketika Indonesia cenderung melakukan earnings
kinerja keuangan perusahaan kurang baik, management dari sisi oportunistic, yaitu
perusahaan tentu akan kesulitan dalam manajemen laba dilakukan oleh manajemen
membayar bunga dan pokok pada jangka perusahaan untuk kepentingan sendiri dan
waktu yang telah ditetapkan kepada bank bukan untuk kepentingan perusahaan
atau pihak lainnya, sehingga perusahaan (Zakaria, 2014). Kepentingan sendiri ini
akan mengajukan permohonan restruk- terkait dengan praktik earnings management
turisasi utang yang akan lebih meringankan untuk menaikkan laba perusahaan yang
beban perusahaan, namun, permohonan re- dilakukan manajer demi kepentingan pim-
strukturisasi utang tidak hanya terjadi pada pinan, seperti untuk menghindari adanya
perusahaan dengan kinerja buruk, per- pergantian pimpinan, namun, apabila yang
usahaan voluntary delisting, yang memiliki terjadi sebaliknya, yaitu ketika earnings
kinerja keuangan lebih baik dibandingkan management dilakukan untuk menurunkan
dengan perusahaan forced delisting juga akan laba untuk kepentingan perusahaan, tanpa
mengajukan permohonan untuk merestruk- mempertimbangkan kerugian pemegang sa-
turisasi utang. ham publik seperti yang terjadi pada per-
Kedua, penghematan pembayaran pa- usahaan forced maupun voluntary delisting
jak. Pembayaran pajak oleh perusahaan ber- dalam penelitian ini, maka manajemen laba
gantung pada laba atau rugi perusahaan. dilakukan lebih kepada efficient contracting
Semakin besar pencatatan laba perusaha- perspective.
an, semakin besar pula pajak yang harus
dibayar kepada pemerintah, akan tetapi, SIMPULAN DAN SARAN
apabila laba perusahaan menurun, maka Simpulan
pajak yang wajib dibayarkan juga akan Hasil penelitian menemukan bahwa
menurun. Berdasarkan hasil penelitian oleh tidak terdapat perbedaan rata-rata earnings
Chen dan Tsai (2010), motivasi melakukan management pada perusahaan forced dan
earnings management dengan tujuan ini peng- voluntary delisting, yang mana perusahaan-
hematan pembayaran pajak termasuk moti- perusahaan delisting melakukan earnings
vasi altruistik. management untuk tujuan yang sama, yaitu
Ketiga, menghindari pembayaran divi- menurunkan laba perusahaan. Hal ini dapat
den dan bonus karyawan. Sebagai per- terjadi karena perusahaan hendak meres-
usahaan terbuka, merupakan kewajiban trukturisasi utang, menghemat pembayaran
perusahaan untuk membayar dividen ke- pajak, dan menghindari pembagian dividen
pada pemegang saham ketika perusahaan serta bonus karyawan. Berdasarkan ketiga
memiliki keuntungan, akan tetapi, hal ini alasan ini, dapat dikatakan bahwa mana-
tidak berlaku saat perusahaan mengalami jemen laba yang dilakukan oleh perusahaan
kerugian yang cukup besar, yang dapat delisting sebenarnya dilakukan untuk ke-
terjadi ketika perusahaan melakukan mani-
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 573

pentingan perusahaan (efficient contracting smoothing, kurang dapat terlihat. Keterbatas-


perspective). an penelitian yang kedua ialah 2 alasan,
yaitu restrukturisasi utang dan pembagian
Saran dividen dan bonus, sebagai alasan yang
Earnings management dalam penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-
ini diketahui dengan menggunakan metode rata manajemen laba pada perusahaan
real activities manipulation (aktivitas riil). delisting, belum dapat sepenuhnya dikata-
Sementara itu, manajemen laba bukan ha- kan benar. Dua alasan tersebut merupakan
nya terjadi aktivitas riil, oleh karenanya, yang paling memungkinkan mendasari per-
saran bagi penelitian selanjutnya untuk usahaan untuk melakukan earnings manage-
membandingkan manajemen laba dari real ment dalam mengecilkan atau menurunkan
activities manipulation, descretionary accrual, laba perusahaan. Oleh karena itu, dibutuh-
dan classification shifting, untuk mengetahui kan penelitian selanjutnya untuk dapat
kecenderungan perusahaan-perusahaan de- membuktikan kedua alasan ini.
listing di Indonesia lebih mengarah kemana.
Kemudian apabila memungkinkan, sebaik- DAFTAR PUSTAKA
nya peneliti selanjutnya menambah variabel Benny, L. dan Y. Hutagaol. 2013. Empirical
GCG (Good Corporate Governance) pada Investigation of Determinant Factors of
masing-masing manajemen laba tersebut Company Delisting: Evidence From
untuk melihat apakah dengan adanya GCG, Indonesia. Journal of Applied Finance and
praktik manajemen laba dapat dikontrol Accounting 6(1): 25-66.
oleh perusahaan. Peneliti selanjutnya juga Chen, M. dan Y. C. Tsai. 2010. Earnings
dapat meneliti mengenai motivasi melaku- Management Types and Motivation: A
kan earnings management dalam perusaha an Study in Taiwan. Social Behavior and
delisting untuk semakin menguatkan pe- Personality 38(7): 955-962.
nelitian ini. Peneliti selanjutnya juga di- Cosseboom, L. 2014. 3 Cara Indonesia Men-
sarankan untuk menambah tahun laporan jadi Lebih Menarik Bagi Investor Asing.
tahunan perusahaan, setidaknya 5 tahun http:id.techinasia.com/3-cara-indonesia-
sebelum delisting. Hal ini bertujuan agar menarik-investor-asing. Diakses tanggal
hasil penelitian lebih kuat lagi. Bagi peng- 15 Maret 2015.
guna laporan keuangan, khususnya inves- Dechow, P., S. P. Kothari, dan R. L. Watts.
tor, disarankan untuk berhati-hati dalam 1998. The Relation Between Earnings
menempatkan investasinya karena semua and Cash Flows. Journal of Accounting
perusahaan tentunya memiliki risiko delis- and Economics 25: 133-168.
ting dengan bentuk manajemen laba yang Indonesia Stock Exchange. 2015. IDX Fact
sama. Dan bagi pemerintah, pemerintah Book 2006-2015. IDX. Jakarta.
perlu menyempurnakan lagi peraturan ter- Inaam, Z., H. Khmoussi, dan Z. Fatma. 2012.
kait manajemen laba melalui aktivitas riil, Audit Quality and Earnings Manage-
karena bukan hanya investor yang me- ment in the Tunisian Context. Inter-
ngalami kerugian akibat manipulasi laba ini, national Journal of Accounting and Finan-
tetapi juga pemerintah juga akan mendapat cial Reporting 2(2): 17-33.
kerugian akibat tidak dibayarnya pajak Iraya, C., M. Mwangi, dan G. W. Muchoki.
yang sebenarnya. 2015. The Effect of Corporate Gover-
Penelitian ini memiliki keterbatasan nance Practices on Earnings Manage-
pada data penelitian yang hanya mengguna- ment of Companies Listed at The
kan tiga tahun laporan keuangan sebelum Nairobi Securities Exchange. European
delisting, sehingga bentuk manajemen laba Scientific Journal 11(1): 169-178.
yang lain, seperti taking a bath dan income Kaunang, C. 2013. Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Perusahaan Meng-
574 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 19, Nomor 4, Desember 2015 : 558 575

gunakan Rasio Profitabilitas dan Eco- Rahayu, D. 2005. Pengaruh Kepemilikan


nomic Value Added pada Perusahaan Saham Manajerial dan Institusional
yang Tergabung dalam LQ 45. Jurnal pada Struktur Modal Perusahaan. Jurnal
EMBA 1(3): 648-657. Akuntansi & Auditing 1: 181-197.
Kesatria, H. 2013. Pengaruh Struktur Ke- Rahmawati, A. R. Suprapti, dan S. Seventi.
pemilikan dan Good Corporate Gover- 2010. Model Strategi Manajemen Laba
nance terhadap Jenis Earnings Manage- pada Perusahaan Publik di Bursa Efek
ment pada Perusahaan Manufaktur Indonesia: Suatu Pemeriksaan Pergese-
yang Terdaftar di BEI Periode 2009- ran Klasifikasi Serta Dampaknya ter-
2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas hadap Kinerja Saham, Pemilihan Meto-
Surabaya 2(2): 1-15. da Akuntansi, dan Pengaturan Waktu
Kristiantari, I. 2013. Analisis Faktor-faktor Transaksi. Jurnal Tarumanegara 14(1): 11-
yang Mempengaruhi Underpricing 24.
Saham pada Penawaran Saham Perdana Roychowdhury, S. 2006. Earnings Manage-
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah ment Through Real Activities Mani-
Akuntansi dan Humanika 2(2): 785-811. pulation. Journal of Accounting and
Li, J. dan J. Zhou. 2006. Earnings Manage- Economics 42: 335-370.
ment and Delisting Risk of Initial Public Sanusi, Z., N. F. Selahudin, dan N. B.
Offerings. http:papers.ssrn.com/sol3/papers Zakaria. 2014. Remodelling the Ear-
.cfm?abstract_id=641021. Diakses tanggal nings Management with The Appea-
14 Maret 2015. rance of Leverage, Financial Distress
Llukani, T. 2013. Earnings Management and and Free Cash Flow: Malaysia and
Firm Size: An Empirical Analyze in Thailand Evidences. Journal of Applied
Albanian Market. European Scientific Sciences 14(21): 2644-2661.
Journal 9(16): 135-143. Stice, E., J. D. Stice, dan K. F. Skousen. 2009.
Malik, M., X. Xinping, dan R. Shabb. 2014. Akuntansi Keuangan Buku 1. 16th ed.
Corporate Governance and Involuntary Salemba Empat. Jakarta.
Delisting: Empirical Evidence. Inter- Sunaryo. 2015. Evaluasi Tingkat Keakuratan
national Journal of Economics and Finance Antara Model Springate dengan Model
6(6): 247-256. Altman dalam Memprediksi Delisting
Nafisatin, M., Suhadak, dan R. Hidayat. Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
2014. Implementasi Penggunaan Meto- di Bursa Efek Indonesia. Journal of
de Altman (Z-Score) untuk Mengana- Business Strategy and Execution 7(2): 155-
lisis Estimasi Kebangkrutan (Studi pada 176.
PT Bursa Efek Indonesia Periode 2011- Tambunan, R., Dwiatmanto, dan M. G. W.
2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Endang. 2015. Analisis Prediksi Ke-
10(1): 1-8. bangkrutan Perusahaan dengan Meng-
Nan, L. 2008. The Agency Problems of gunakan Metode Altman (Z-Score)
Hedging and Earnings Management. (Studi pada Subsektor Rokok yang
Contemporary Accounting Research 25(3): Listing dan Perusahaan Delisting di
859-889. Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013).
Nisfiannoor, M. 2009. Pendekatan Statistika Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 2(1): 1-
Modern untuk Ilmu Sosial. Salemba 11.
Humanika. Jakarta. Yudhanti, C. dan D. Rachmawati. 2008.
Pratiwi, Y. dan W. Meiranto. 2013. Pengaruh Apakah Earnings Management Meng-
Penerapan Corporate Governance ter- akibatkan Risiko Delisting pada Per-
hadap Earnings Management Melalui usahaan IPO? Jurnal Akuntansi Taruma-
Manipulasi Aktivitas Riil. Diponegoro negara 12(3): 260-276.
Journal of Accounting 2(3): 1-15.
Analisis Komparatif Earnings Management... Hidayat, Manulu, Octavianus 575

Zeidi, A., Z. Taheri, dan O. G. Farahabadi.


2014. A Study on the Relationship bet-
ween Accounting Conservatism and
Earnings Management in Teheran Stock
Exchange Listed Companies. Internati-
onal Journal of Scientific Research in
Knowledge 2(2): 105-115.

You might also like