You are on page 1of 7

Jurnal DISPROTEK Volume 6 no.

1 Januari 2015

KANDUNGAN NITRAT DAN POSPAT SEBAGAI FAKTOR


TINGKAT KESUBURAN PERAIRAN PANTAI

Arif Mustofa
Fakultas Sains dan Teknologi UNISNU Jepara
arif.mustofa10@yahoo.com

ABSTRACT

Phytoplankton is a biological indicator to evaluate the water quality. Phytoplankton productivity is


depended on inorganic nitrogen as nitrate (NO 3 ) and phosphorus as phosphate (PO 4 ). The purpose
of observation on nitrate and phosphate content as a factor in fertility rates coastal waters. The
benefits of this observation is to provide information to support the coastal cultivation. Sampling was
conducted on August 13, 2014 at 10:00 am in the coastal waters of Tanggultlare Kedung Jepara,
consists of three stations, namely the waters near mangrove vegetation, muddy beach and near the
mouth of the river. Sample analysis conducted at the BBPBAP Jepara Laboratory. The analysis data
shows that the location is the waters near mangrove containing NO 3 1.392 mg/ltr, muddy beach 0.975
mg/ltr and at the mouth of the river 0.904 mg/ltr with an average of 1,090 mg/ltr. While the value of
PO 4 location the waters near mangrove containing 0.095 mg/ltr, muddy beach 0.089 mg/ltr and at the
mouth of the river 0,087 mg/ltr with an average of 0.090 mg/ltr. The average of nitrate 1.090 mg/ltr
indicates that the level of fertility waters are mesotrofik and phosphate (PO 4 ) of 0.090 mg/ltr is
eutrophic.

Keywords: nitrate, phosphate, fertility, phytoplankton, Tanggultlare

ABSTRAK

Phytoplankton merupakan indikator biologis untuk mengevaluasi kualitas air. Produktivitas


phytoplankton tergantung dari nitrogen inorganik seperti nitrat NO 3 ) and phosphorus sebagai fosfat
(PO 4 ). Tujuan obsevasi pada isi nitrat dan fosfat sebagai faktor tingkat kesuburan perairan pantai.
Keuntungan dari observasi ini untuk memberikan informasi mendukung penanaman area pantai.
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2014 jam 10:00 a.m di perairan pantai
Tanggultlare Ked ung Jepara di tiga tempat yaitu perairan dekat vegetasi mangrove, tanah berlumpur,
dan dekat mulut sungai. Analisa sampel dilakukan di laboratorium BBPAP Jepara. Data analisis
menunjukkan bahwa di lokasi perairan sekitar mangrove mengandung NO 3 1.392 mg/ltr, tanah
lumpur 0.975 mg/ltr dan di mulut sungai 0.904 mg/ltr dengan rata-rata 1,090 mg/ltr. Rata-rata nitrat
1.090 mg/ltr mengindikasikan bahwa tingkat kesuburan di area peairan merupakan are mesotrofik
and mengandung eutrofik fosfat (PO 4 ) of 0.090 mg/ltr.

Kata Kunci: nitrate, phosphate, fertility, phytoplankton, Tanggultlare

Pendahuluan perairan laut mengalami banyak perubahan


Pantai merupakan daerah yang memiliki kualitasnya. Padahal air dengan kondisi
dinamika populasi sangat unik dengan optimal sesuai dengan karakteristik kultivan
produktifitas primernya sangat tinggi. Definisi sangat diperlukan dalam melakukan
pantai diartikan sebagai daerah pertemuan manipulasi stok.
antara daratan dan lautan. Ke arah daratan Perubahan terhadap kualitas perairan erat
masih dipengaruhi oleh proses-proses yang kaitannya dengan potensi perairan ditinjau dari
terjadi di lautan seperti angin dan gelombang kelimpahan dan komposisi fitoplankton.
laut. Ke arah lautan masih dipengaruhi oleh Keberadaan fitoplankton di suatu perairan
keadaan yang terjadi di daratan misalnya dapat memberikan informasi mengenai kondisi
sedimen dan air tawar. perairan. Fitoplankton merupakan parameter
Kualitas air memegang peranan utama biologi yang dapat dijadikan indikator untuk
sebagai media tempat hidup banyak biota mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
penting bagi kehidupan manusia. Usaha suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan
budidaya yang memerlukan air laut sebagai penyumbang oksigen terbesar di dalam
media budidaya sangat bergantung pada perairan karena peranan fitoplankton sebagai
kualitas pasokan air budidaya yang optimal. pengikat awal energi matahari.
Namun sejalan dengan dinamika sosial,

13
Jurnal DISPROTEK Volume 6 no. 1 Januari 2015

Dengan demikian, keberadaan fitoplankton dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,


dapat dijadikan indikator kualitas perairan yaitu makro nutrien dan mikro nutrien. Makro
yakni gambaran tentang banyak atau nutrien adalah nutrien yang dibutuhkan dalam
sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di jumlah banyak (C, H, 0, N, S, P, K, Mg, Ca,
suatu perairan dan jenis-jenis fitoplankton Na, dan CI) dan mikro nutrien adalah nutrien
yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Fe, Mn,
yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang Cu, Zn, B. Mo, Si, V dan Co).
sedang blooming, dapat memberikan Unsur N dan P sering dijadikan sebagai
gambaran mengenai keadaan perairan yang faktor pembatas di dalam suatu perairan
sesungguhnya. (Melati dkk, 2005). karena kedua unsur ini dibutuhkan oleh
Tingkat kesuburan suatu perairan dapat fitoplankton dalam jumlah yang besar, namun
diukur dengan melimpahnya fitoplankton. bila kedua unsur tersebut ketersediannya di
Fitoplankton adalah organisme renik yang habitat bersangkutan di bawah kebutuhan
melayang-layang dalam air atau mempunyai minimum, akibatnya pertumbuhan fitoplankton
kemampuan renang yang sangat lemah dan akan terganggu atau populasinya akan
pergerakannya selalu dipengaruhi oleh menurun. (Basmi, 1995 dalam Daniel, 2007).
pergerakan masa air. (Nybakken, 1998). Di Jumlah bentuk total P dan total N di perairan
laut, fitoplankton mengikat energi terbesar, adalah dugaan potensial untuk kesuburan
meskipun hanya menghuni bagian lapisan air suatu perairan. (Moss, 1998).
permukaan yang tipis di mana cukup cahaya Zat hara merupakan zat-zat yang
matahari. Salah satu faktor yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap
mempengaruhi produktifitas fitoplankton proses dan perkembangan hidup organisme
adalah tercukupinya zat hara yang dibutuhkan. seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat
Zat hara anorganik utama yang diperlukan dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan
oleh fitoplankton untuk tumbuh dan penting terhadap sel jaringan jasad hidup
berkembang biak adalah nitrogen sebagai organism serta dalam proses fotosintesis.
2-
nitrat (NO 3 ) dan fospor sebagai fospat (PO 4 ). Menurut Basmi (1995) fitoplankton
Rumusan masalah yang dapat diuraikan membutuhkan unsur N dan P dalam
berdasarkan latar belakang di atas adalah pembuatan lemak dan protein tubuh unsur N
seberapa besar tingkat kesuburan perairan dan P sering menjadi faktor pembatas dalam
pantai Desa Tanggultlare Kecamatan Kedung produktifitas primer fitoplankton. Unsur
Kabupaten Jepara yang dapat diukur melalui tersebut hanya dapat dimanfaatkan oleh
kandungan nitrat dan pospat. fitoplankton secara langsung jika berbentuk
nitrat dan orthopospat. Rasio N dan P yang
Tinjauan Pustaka dipakai oleh tumbuhan hijau antara yang di
Plankton dimaksudkan sebagai makhluk dalam air laut maupun dalam tumbuhan
hidup berupa jasad renik yang melayang adalah sama yaitu 16 N : 1 P.
dalam air, tidak bergerak atau bergerak Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton
sedikit, dan selalu mengikuti arus air. Plankton di suatu perairan tergantung pada kandungan
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat
yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan (Nybakken, 1998). Senyawa nitrat dan fosfat
zooplankton (plankton hewani) secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri
(Mulyanto,1992). melalui proses-proses penguraian pelapukan
Odum (1971) mendefinisikan fitoplankton ataupun dekomposisi tumbuh-tumbuhan, sisa-
sebagai tumbuhan terapung kecil yang sisa organism mati dan buangan limbah baik
tersebar di seluruh kolam di mana cahaya limbah daratan seperti domestik, industri,
masih dapat tembus. Dalam jumlah yang pertanian, dan limbah peternakan ataupun
banyak, fitoplankton akan menyebabkan air sisa pakan yang dengan adanya bakteri terurai
kelihatan berwarna hijau. Davis (1955) dalam menjadi zat hara. (Wattayakorn, 1988).
Daniel (2007). Nitrat adalah bentuk nitrogen utama
Mengklasifikasikan plankton berdasarkan diperairan alami. Nitrat berasal dari ammonium
lingkungan atau habitat asal plankton, yaitu yang masuk ke dalam badan sungai terutama
limnoplankton (plankton yang hidup di melalui limbah domestik konsentrasinya di
danau), rheoplankton (plankton yang hidup di dalam sungai akan semakin berkurang bila
sungai), haliplankton (plankton yang hidup di semakin jauh dari titik pembuangan yang
laut) dan hypalmyroplankton (plankton yang disebabkan adanya aktifitas mikroorganisme di
hidup di air payau). dalam air contohnya bakteri nitrosumonas.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan- Mikroorganisme tersebut akan
nya, fitoplankton membutuhkan nutrien. mengoksidasi ammonium menjadi nitrit dan
Nutrien yang dibutuhkan fitoplankton dapat akhirnya menjadi nitrat oleh bakteri. Proses

14
Jurnal DISPROTEK Volume 6 no. 1 Januari 2015

oksidasi tersebut akan menyebabkan Metode Penelitian


konsentrasi oksigen terlarut semakin Pada tahap pertama penelitian ini
berkurang, terutama pada musim kemarau dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2014.
saat turun hujan semakin sedikit di mana Lokasi penelitian di Pantai Desa Tanggultlare
volume aliran air sungai menjadi rendah. Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara dan
Dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut BBPBAP (Balai Besar Pengembangan
sangat rendah dapat terjadi kebalikan dari Budidaya Air Payau) Jepara.
stratifikasi yaitu proses denitrifikasi di mana Metode penentuan stasiun pengambilan
nitrat akan menghasilkan nitrogen bebas yang sampel air laut dilakukan dengan cara
akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga purposive sampling, yaitu memperhatikan
kembali membentuk ammonium dan amoniak berbagai pertimbangan kondisi dan keadaan
melalui proses amonifikasi nitrat. daerah yang diduga berpengaruh terhadap
Nitrat dapat digunakan untuk produktifitas primer di perairan pantai.
mengklafisikasikan tingkat kesuburan perairan. Pengambilan sampel air dilakukan tanggal 13
Perairan oligotrofik kadar nitrat 0–1 mg/l, Agustus 2014 pukul 10.00 WIB pada 3 stasiun
perairan mesotrofik kadar nitrat 1–5 mg/l, yang berlokasi di perairan Pantai Desa
perairan eutrofik kadar nitrat 5-50 mg/l. Tanggultlare Kecamatan Kedung Kabupaten
Pospat dalam perairan adalah dalam Jepara.
bentuk bentuk orthofosfat (PO4), sedangkan
nitrogen biasanya dalam bentuk nitrat (NO 3 -
N). Kandungan orthofosfat dalam air
merupakan karakteristik kesuburan perairan
tersebut. Perairan yang mengandung
orthofosfat antara 0,003-0,010 mg/L
merupakan perairan yang oligotrofik, 0,01-0,03
adalah mesotrofik dan 0,03-0,1 mg/L adalah
eutrofik. Sedangkan perairan yang
mengandung nitrat dengan kisaran 0-1 mg/L
termasuk perairan oligotropik, 1-5 mg/L adalah
mesotrofik dan 5-50 mg/L adalah eutrofik.
(Jollenweider, 1968 dalam Wetzel, 1975).
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan
juga dipengaruhi oleh beberapa parameter Gambar 1. Peta lokasi stasiun pengambilan
lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. sampel
Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan
berubah pada berbagai tingkatan sebagai Sampel diambil dengan menggunakan
respons terhadap perubahan-perubahan botol air yaitu :
kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun I : Perairan dekat vegetasi mangrove
biologi (Reynolds dkk., 1984). Faktor II : Perairan pantai berlumpur
penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat III : Perairan dekat muara sungai
kompleks dan saling berinteraksi antara faktor Pada setiap pengambilan sampel di titik
fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, stasiun dilakukan 3 kali ulangan :
oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan A : Permukaan perairan
ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, B : Tengah perairan
sedangkan aspek biologi adalah adanya C : Dasar perairan
aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas Pengulangan ini dilakukan agar dapat
alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, mewakili kondisi perairan dalam satu titik
1983). stasiun. Sampel air kemudian dimasukkan ke
Upaya perbaikan lingkungan perairan untuk dalam botol sampel gelap dan selanjutnya
mewujudkan perikanan budidaya secara dianalisa di Laboratorium Fisika Kimia
berkelanjutan dan produktif kini mulai Lingkungan BBPBAP Jepara. Pada tiap
dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan stasiun diukur pula parameter fisika yaitu
alami yang dibentuk oleh keragaman hayati. suhu, salinitas, kecerahan, pH dan dissolve
Perbaikan mutu lingkungan menggunakan oxygen.
teknologi tinggi perlu mempertimbangkan
berbagai faktor serta akan menambah biaya Hasil Dan Pembahasan
dan berisiko tinggi, sedangkan pengelolaan Sampel sebanyak 9 buah yang diambil dari
secara alami merupakan alternatif paling baik. lokasi penelitian kemudian dianalisa di
(Pirzan dan Petrus, 2008). Laboratorium Fisika, Kimia dan Lingkungan

15
Jurnal DISPROTEK Volume 6 no. 1 Januari 2015

BBPBAP Jepara mendapatkan hasil Tabel 3. Nilai Rata-Rata NO 3 dan PO 4


sebagaimana dalam tabel berikut ini : NO 3 PO 4
No. Lokasi perairan
(mg/ltr) (mg/ltr)
Tabel 1. Hasil Pengukuran Nitrat (NO 3 ) dan 1 Dekat 1,392 0,095
Pospat (PO 4 ) mangrove
Hasil Analisis 2 Pantai 0,975 0,089
Kode
No. NO 3 PO 4 berlumpur
Sampel
(mg/ltr) (mg/ltr) 3 Muara sungai 0,904 0,087
1 IA 1,711 0,094 Rata-rata 1,090 0,090
2 IB 1,332 0,097
3 IC 1,134 0,094 Grafik kandungan NO 3 dan PO 4 dari data
4 IIA 0,991 0,088 yang tersaji dalam Tabel 1 dapat ditampilkan
5 IIB 1,044 0,089 sebagai berikut
6 IIC 0,891 0,091 1,8
7 IIIA 0,941 0,086 1,6
8 IIIB 0,882 0,087 1,4
1,2
9 IIIC 0,891 0,089 1
0,8
0,6 Permukaan
0,4
0,2 Tengah
Keterangan : 0
IA : Sampel yang diambil di permukaan Dasar
perairan dekat vegetasi mangrove
IB : Sampel yang diambil di tengah perairan
dekat vegetasi mangrove
IC : Sampel yang diambil di dasar perairan
dekat vegetasi mangrove Gambar 2. Grafik Kandungan NO 3 (mg/ltr)
IIA : Sampel yang diambil di permukaan
perairan pantai berlumpur
IIB : Sampel yang diambil di tengah perairan 0,098
pantai berlumpur 0,096
0,094
IIC : Sampel yang diambil di dasar perairan 0,092
pantai berlumpur 0,09
IIIA : Sampel yang diambil di permukaan 0,088
0,086 Permukaan
perairan dekat muara sungai 0,084
IIIB : Sampel yang diambil di tengah perairan 0,082 Tengah
dekat muara sungai 0,08
IIIC : Sampel yang diambil di dasar perairan Dasar
dekat muara sungai
Pengukuran parameter fisika perairan di
lokasi penelitian dilaksanakan bersamaan
dengan pengambilan sampel air. Adapun hasil
pengukuran parameter fisika adalah sebagai
berikut : Gambar 3. Grafik Kandungan PO 4 (mg/ltr)
Tabel 2. Rata-Rata Hasil Pengukuran Sedangkan nilai rata-rata NO 3 dan PO 4
Parameter Fisika Perairan masing-masing lokasi sebagaimana pada
No Para Lokasi tersaji dalam Tabel 3 dapat digambarkan
Rata-
mete I II III
rata dalam grafik sebagai berikut :
r
o o o o
1. Suhu 28 C 28 C 27 C 27,6 C
2. Salinit 31 ppm 31 ppm 30,5 ppm 30,8
as ppm
3. Kecer Sampai Sampai Sampai 2m
ahan dasar dasar dasar
(2m) (2m) (2m)
4. pH 7,5 7,5 7,5 7,5
5. DO 5,565 5,211 5,424 5,400
Dari data yang tersaji dalam Tabel 3 dapat
ditampilkan dalam bentuk nilai rata-rata nitrat
(NO 3 ) dan pospat (PO 4 ) masing-masing lokasi
sebagai berikut :

16
Jurnal DISPROTEK Volume 6 no. 1 Januari 2015

1,6 Tingkat kesuburan perairan pantai Desa


1,392 Tanggultlare Kecamatan Kedung Kabupaten
1,4
Jepara tersaji dalam tabel berikut.
1,2 0,975 0,904
1 Tabel 4. Tingkat Kesuburan Perairan Pantai
0,8 Hasil Penelitian
0,6 Hasil pengukuran Tingkat kesuburan
0,4 NO3 NO 3 1,090 mg/ltr 0-1 mg/ltr Oligotrofik
0,095 0,089 0,087
0,2 PO4 1-5 mg/ltr Mesotrofik
0 5-50 mg/ltr Eutrofik
PO 4 0,090 mg/ltr 0,003-0,010 mg/ltr Oligotrofik
0,01-0,03 mg/ltr Mesotrofik
0,03-0,1 mg/ltr Eutrofik
Sumber : Hasil pengukuran peneliti (2014) dan
Jollenweider (1968) dalam Wetzel (1975)

Dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa


Gambar 4. Grafik Rata-Rata NO 3 dan PO 4
hasil pengukuran nitrat (NO 3 ) perairan pantai
Masing-Masing Lokasi (mg/ltr)
Desa Tanggultlare Kecamatan Kedung
Kabupaten Jepara sebesar 1,090 mg/ltr
Data yang tersaji dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat kesuburan
menunjukkan bahwa di lokasi perairan dekat perairannya adalah mesotrofik, yaitu dalam
mangrove mengandung NO 3 sebanyak 1,392 tingkatan sedang. Akan tetapi, dilihat hasil
mg/ltr, pantai berlumpur sebanyak 0,975 mg/ltr
pengukuran pospat (PO 4 ) sebesar 0,090
dan di muara sungai sebanyak 0,904 mg/ltr mg/ltr menunjukkan tingkat kesuburannya
dengan rata-rata 1,090 mg/ltr. Nilai tertinggi adalah eutrofik, yaitu tingkatan kesuburan
NO 3 adalah di lokasi perairan dekat mangrove. paling tinggi.
Sedangkan nilai PO 4 lokasi perairan dekat Menurut Mackentum (1969) dalam
mangrove mengandung 0,095 mg/ltr, pantai Asriyana dan Yuliana (2012) untuk
berlumpur sebanyak 0,089 mg/ltr dan di muara pertumbuhan optimal fitoplankton memerlukan
sungai sebanyak 0,087 mg/ltr dengan rata-rata kandungan nitrat pada kisaran 0,9 –3,5 mg/ltr
0,090 mg/ltr. Nilai tertinggi PO 4 adalah di dan ortopospat adalah 0,09–1,80 mg/ltr.
lokasi perairan dekat mangrove. Kisaran ini jika dibandingkan dengan hasil
Dari kedua nilai di atas menunjukkan pengamatan maka didapatkan hasil bahwa
bahwa nilai tertinggi NO 3 dan PO 4 adalah di perairan pantai Desa Tanggultlare Kecamatan
lokasi dekat mangrove. Perairan yang terdapat
Kedung Kabupaten Jepara merupakan
vegetasi mangrove menunjang kesuburan perairan pantai yang memiliki tingkat
perairan yang melimpah unsur haranya, kesuburan tinggi (eutrofik). Kesuburan
karena serasah mangrove yang berguguran di perairan yang tinggi merupakan faktor utama
perairan selanjutnya diuraikan oleh tingginya produktifitas primer, sehingga
dekomposer yaitu bakteri dan jamur menjadi mampu menunjang berbagai usaha perikanan
sumber utama detritus. Selain itu juga yang menggunakan sumberdaya perairan
didegradasi oleh organisme dekomposer pantai tersebut sebagai media budidaya.
menjadi unsur hara seperti pospat, nitrat, Nybakken (1998) menyebutkan bahwa ada
sulfur dan unsur-unsur lainnya. (Saru, 2013). beberapa faktor yang membedakan
Hasil degradasi serasah mangrove tersebut produktifitas ekosistem pantai dengan laut
menyebabkan perairan dekat hutan mangrove
terbuka yaitu :
menjadi kaya dengan NO 3 dan PO 4 . 1. Perairan pantai menerima sejumlah besar
Perairan pantai berlumpur serta di perairan unsur-unsur kritis yaitu P dan N daam
muara sungai memiliki kandungan NO 3 dan bentuk PO 4 dan NO 3 melalui runoff dari
PO 4 lebih sedikit dibandingkan dengan daratan yang kandungan haranya jauh leih
perairan dekat mangrove, karena kandungan banyak. Oleh sebab itu, perairan pantai
lumpur yang merupakan material tanah yang tidak kekurangan zat hara.
masuk ke laut bersama dengan air tawar dan 2. Perairan pantai mempunyai kedalaman
mengendap karena tertahan oleh energi laut. perairan dangkal yang menyebabkan
Material endapan ini sedikit mengandung dalam keadaan cuaca apapun fitoplankton
mikrobentos yang mampu mengurai mineral tidak mungkin terseret ke bawah
dan mendekomposisi bahan-bahan organik kedalaman kritis. Bila intensitas cahaya
menjadi nitrat dan pospat. Akibatnya
cukup, produksi dapat berlangsung terus.
kandungan nitrat dan pospat menjadi sedikit
dibandingkan dengan perairan dekat dengan
mangrove.

17
Jurnal DISPROTEK Volume 6 no. 1 Januari 2015

3. Di perairan pantai jarang terdapat termoklin bahan yang melayang-layang di air


permanen, sehingga tidak ada zat hara (suspended matter). Hasil pengukuran
yang terperangkap di dasar perairan. kecerahan menunjukkan bahwa penetrasi
4. Di perairan pantai banyak terdapat cahaya masuk sampai ke dasar perairan (2 m)
reruntuhan serasah yang berasal dari sehingga tidak ada kendala bagi fitoplankton
daratan yang dapat membatasi kedalaman untuk melakukan proses fotosintesis.
zona fotik dan menyebabkan tingginya Menurut Wardoyo (1982) mengemukakan
kadar zat hara serta dangkalnya perairan. bahwa pH sangat mempengaruhi kehidupan
Suhu air merupakan salah satu faktor makhluk hidup termasuk fitoplankton. Hasil
abiotik yang dapat mempengaruhi kehidupan pengukuran menunjukkan bahwa di semua
fitoplankton. Peningkatan suhu pada kisaran lokasi memiliki pH yang sama yaitu sebesar
toleransi akan meningkatkan laju metabolisme 7,5. Menurut Pescod (1973) dalam Asriyana
dan aktivitas fotosintensis fitoplankton. dan Yuliana (2012) mengemukakan bahwa pH
(Asriyana dan Yuliana, 2012). Hasil yang ideal untuk kehidupan fitoplankton di
pengukuran lapangan di lokasi dekat perairan adalah 6,5 – 8,0.
o
mangrove (Lokasi I) sebesar 28 C, di perairan Fitoplankton sangat membantu bagi suplai
o
pantai berlumpur (Lokasi II) sebesar 28 C dan oksigen di perairan pantai pada waktu siang
o
di muara sungai sebesar 27 C. Rata-rata suhu hari. Penambahan ini disebabkan oleh
peraian pantai Desa Tanggultlare Kecamatan pelepasan oksigen dari hasil fotosintesis.
o
Kedung Kabupaten Jepara adalah 27,6 C Semakin dalam perairan, cahaya matahari
merupakan suhu ideal bagi perkembangan tidak dapat lagi menembus kolom air, maka
fitoplankton, karena menurut Effendi (2000), tidak dijumpai fitoplankton sehingga semakin
kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan turun kadar oksigen terlarut (dissolve oksigen).
o
fitoplankton di perairan adalah 20 - 30 C. Di perairan pantai DO tergolong tinggi karena
Hampir semua organisme laut hanya dapat penetrasi oksigen dari atmosfer ke permukaan
hidup pada daerah yang mempunyai air sangat besar akibat riak-riak ombak di
perubahan salinitas yang kecil. (Hutabarat dan pantai melalui proses difusi. Perairan pantai
Evans, 1984). Kontribusi air tawar yang masuk yang kaya fitoplankton menyebabkan oksigen
ke laut melalui sungai menyebabkan kisaran terlarut semakin besar. Pada hasil pengukuran
salinitas yang besar pada daerah pantai. DO di lokasi I mendapatkan data sebesar
Sedangkan organisme memerlukan keadaan 5,565, di lokasi II sebesar 5,211 dan di lokasi
yang stabil. Hasil pengukuran menunjukkan III sebesar 5,424 rata-rata 5,400.
salinitas di lokasi I sebesar 31 ppm, lokasi II
sebesar 31 ppm dan lokasi III sebesar 30,5 Kesimpulan
ppm serta rata-rata salinitas adalah 30,8 ppm. Kesuburan yang tinggi suatu perairan
Salinitas ini masih dalam ambang batas pantai menyebabkan melimpahnya
kondisi perairan yang optimum. produktifitas primer yang ditandai dengan
Cahaya yang masuk ke dalam perairan melimpahnya fitoplankton. Untuk tumbuh dan
pantai menjadi faktor pembatas bagi berkembang, fitoplankton memerlukan
kehidupan fitoplankton karena berkaitan kandungan zat hara anorganik berupa nitrat
dengan fotosintesis. Sehingga fitoplankton (NO 3 ) dan pospat (PO 4 ).
tidak dapat hidup tanpa cahaya. Berkurangnya Perairan pantai di Desa Tanggultlare
penetrasi cahaya diakibatkan oleh bahan- Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara
memiliki kandungan zat hara berupa nitrat nilai nitrat dan pospat maka semakin baik pula
(NO 3 ) sebesar 1,090 mg/ltr menunjukkan tingkat kesuburan perairan.
bahwa tingkat kesuburan perairannya adalah
mesotrofik, yaitu dalam tingkatan sedang. Daftar Pustaka
Sedangkan pospat (PO 4 ) sebesar 0,090 mg/ltr Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktifitas
menunjukkan tingkat kesuburannya adalah Perairan. Jakarta: Bumi Aksara.
eutrofik, yaitu tingkatan kesuburan paling Basmi, J. 1995. Planktonologi : Produksi
tinggi. Primer. Bogor: Fakultas Perikanan. Institut
Kandungan nitrat dan pospat suatu Pertanian
perairan pantai dijadikan tolok ukur kesuburan Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi
perairan karena semakin optimal kandungan Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
nitrat dan pospat suatu perairan maka Perairan. Bogor: Jurusan Manajemen
semakin melimpah fitoplankton. Kelimpahan Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan
fitoplankton di suatu perairan merupakan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
penentu tingginya produktifitas primer perairan Daniel. 2007. Struktur Komunitas Fitoplankton
tersebut. Dengan demikian, semakin optimal di Estuari Sungai Brantas Jawa Timur.
Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor:

18
Jurnal DISPROTEK Volume 6 no. 1 Januari 2015

Program Studi Manajemen Sumberdaya Pirzan, Andi Marsambuana dan Petrus Rani
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Pong-Masak. 2008. Hubungan Keragaman
Kelautan. Institut Pertanian Fitoplankton dengan Kualitas Air di Pulau
Goldman, C.R. dan A. J. Horne. Bauluang, Kabupaten Takalar, Sulawesi
1983. Lymnology. Tokyo: Mc. Graw Hill Selatan, Jurnal Biodiversitas Vol. 9, Nomor
International Book Company. 3 Juli 2008 hal. 217.
Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 2000. Reynolds et al. 1984. The Ecology of
Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press. Freshwater Phytoplankton. Paris:
Melati, Herman, Listari. 2005. Komunitas University Pierre et Marie Curie.
Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator Perairan Saru, A. 2013. Kontribusi Ekosistem Mangrove
di Teluk Jakarta. Seminar Nasional MIPA dalam Meningkatkan Potensi Sumber daya
2005. Depok Perikanan Pesisir dan Laut Secara
Moss. B. 1998. Ecology of Freshwater : Man Berkelanjutan dalam Membangun Sumber
rd
and Medium, Past to Future. Oxford: 3 Ed. Daya Kelautan Indonesia : Gagasan dan
Blackwell Science. Pemikiran Guru Besar Universitas
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Hasanuddin. Bogor: IPB Press.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Wardoyo, STH. 1982. Kriteria Kualitas Air
Kebudayaan. Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut, Suatu Training Analisis Dampak Lingkungan,
Pendekatan Ekologi. Penerjemah: M. PPLH-UNDP-PSL.
Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Wetzel, R.G. 1975. Limnology. Philadelphia:
Hutomo dan S. Sukarjo. Jakarta: PT. W.B. Sounders Company.
Gramedia. Wattayakorn, G. 1988. Nutrient Cycling in
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Estuarine. Thailand: Paper presented in the
Philadelphia: Third Edition. W.B. Saunders Project on Research and its Application to
Company. Management of the Mangrove of Asia and
Pasific,Ranong.

19

You might also like