You are on page 1of 9

Trikonomika

Volume 11, No. 1, Juni 2012, Hal. 49–57


ISSN 1411-514X

Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan


Rumah Sakit

Ina Ratnamiasih
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: inaratnamiasih@gmail.com

Rajesri Govindaraju
E-Mail: Rajesri_g@gmail.ti.itb.ac.id

Budhi Prihartono
E-Mail: budhipri@widyatama.ac.id

Iman Sudirman

ABSTRACT
There are many studies about factors influencing the hospital service quality. They’re focused on those
aspects of the services directly felt by the patient. Problems that cause the low service quality had been studying,
continually. In this preliminary study, factors influencing the service quality that are related to clinical human
resources competency are explored. Factors that mediate the relationship between human resource competency
and service quality, namely job satisfaction, also discussed in this study so as to obtain a comprehensive picture
of the factors that cause the service quality. This study is an exploratory study. A single case study was executed
at a private hospital in Bandung. A number of semi-structured interviews were executed with a number of doctors,
hospital managers and nurses. Questionnaires were distributed to a number of nurses. The results showed that
the the clinical human resource competency influences the hospital service quality through job satisfaction.

Keywords: service quality, human resources competency, job satisfaction.

ABSTRAK

Banyak penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan rumah sakit lebih
menekankan pada aspek-aspek pelayanan yang langsung dirasakan oleh pasien. Problem yang menyebabkan
kualitas pelayanan rumah sakit masih kurang optimal terus diteliti. Pada penelitian pendahuluan ini, problem
yang berasal dari aspek sumber daya manusia (SDM) terutama aspek kompetensinya dieksplorasi, khususnya
kompetensi dokter dan perawat. Faktor yang menjadi perantara hubungan antara kompetensi SDM dan kualitas
pelayanan, yaitu kepuasan kerja, dibahas pula dalam penelitian ini, sehingga dapat diperoleh gambaran yang
komprehensif mengenai faktor yang menyebabkan kualitas pelayanan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
kasus diambil pada satu rumah sakit swasta yang ada di Bandung. Wawancara dengan model semi terstruktur
dilakukan pada beberapa dokter, sekretaris bagian rawat inap, dan perawat. Kuesioner terbuka diberikan pula
pada beberapa perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dokter dan perawat mempengaruhi
kualitas pelayanan rumah sakit melalui kepuasan kerja karyawan.

Kata Kunci: kualitas pelayanan, kompetensi sumber daya manusia, kepuasan kerja.

49
PENDAHULUAN
Kualitas pelayanan rumah sakit yang rendah
dapat membahayakan bagi pasien misalnya dengan
Arus globalisasi menuntut adanya percepatan meningkatnya risiko malpraktik. Pentingnya kualitas
pembangunan. Hal ini berakibat pada besarnya peran pelayanan menyebabkan banyak penelitian yang
kesehatan penduduk untuk mendukungnya. Di lain telah dilakukan baik pada organisasi rumah sakit
pihak, berbagai kondisi masyarakat, termasuk kondisi maupun organisasi lainnya. Sebagian besar penelitian
perekonomian telah menyebabkan tingkat kesehatan mengenai kualitas pelayanan menggunakan dimensi
penduduk yang masih rendah. Pada tahun 2010 servqual dari Parasuraman. Adapun dimensi
indeks kesehatan masyarakat Indonesia menduduki kualitas pelayanan pada penelitian ini menggunakan
peringkat ke 110 dari 172 negara di dunia. Kondisi pendekatan yang digunakan oleh Duggirala et al.,
kesehatan masyarakat yang masih rendah merupakan (2008) yaitu infrastruktur, proses perawatan, prosedur
indikasi bahwa rumah sakit masih belum berfungsi administratif, jaminan keamanan, kualitas layanan
sebagaimana mestinya. personal, dan tanggung jawab sosial.
Rumah sakit merupakan organisasi yang ber­ Bagi pasien, kualitas pelayanan yang diberikan
fungsi melayani kesehatan masyarakat. Kualitas oleh personal rumah sakit semakin mempercepat
pelayanan rumah sakit di Indonesia masih dirasakan kesembuhannya. Berdasarkan hasil penelitian
kurang memuaskan. Beberapa keluhan yang muncul Karassavidou et al. (2009) dapat diketahui, bahwa
disebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai dimensi personal (human factor) dianggap penting bagi
pelayanan yang dirasakan oleh pasien rawat inap di pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chilgren
kelas 3 dengan di VIP. Keluhan terjadi bukan hanya (2008) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan
pada aspek infrastruktur, namun juga pelayanan dari yang diharapkan oleh pasien meliputi kecepatan waktu
Sumber Daya Manusianya. Waktu tunggu pasien pelayanan, sikap dan perilaku karyawan (dokter dan
untuk dilayani seringkali sangat terlambat dan tidak karyawan lainnya), serta kejelasan informasi yang
sesuai dengan jadwal praktik yang sudah ditetapkan diberikan. Untuk menghasilkan kualitas pelayanan
(Jonirasmanto, 2009; Supratman dan Prasetyo, 2010). yang sesuai dengan harapan pasien, kompetensi
Kriteria kualitas pelayanan rumah sakit dapat SDM, terutama SDM yang berhubungan langsung
berubah sesuai dengan preferensi pasien. Oleh dengan proses perawatan, sangat penting
karena itu penting bagi rumah sakit untuk terus Kompetensi SDM dalam melayani pasien bukan
memantau preferensi pasien sehingga tidak salah hanya dilihat dari keahlian dan pengetahuannya,
dalam mempersepsikan kriteria kualitas pelayanan namun juga melalui kondisi emosionalnya. Menurut
yang diharapkannya. Pentingnya mengukur kualitas Shi (2007), kompetensi SDM merupakan karakteristik
pelayanan karena kepuasan pasien ditentukan oleh seorang karyawan seperti motivasi, sifat, keahlian,
kualitas pelayanan yang dirasakannya (Duggirala persepsi diri, peran sosial, atau bahasa tubuh, yang
et al., 2008; Thai, 2008). menghasilkan kinerja efektif atau superior.
Choi (2006) menyatakan bahwa, kualitas Brewster et al. (2000) mengatakan bahwa istilah
pelayanan merupakan kesan relatif mengenai tingkat kompetensi SDM kadang digunakan pula untuk istilah
inferioritas atau superioritas dari organisasi dan kapabilitas, atau keahlian, pengetahuan, atribut, dan
karyawannya. Di lain pihak, Mukherjee dan Malhotra karakteristik lainnya. Wickramasinghe dan Joyza
(2006), mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai (2007) menjelaskan bahwa kompetensi SDM secara
hasil dari interaksi antar manusia yaitu antara pemberi umum merupakan karakteristik individual yang
jasa dengan konsumen. Definisi lain menjelaskan menyebabkan kinerja seseorang efektif dan superior.
bahwa kualitas pelayanan sebagai harapan mengenai Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak
kualitas pelayanan merupakan harapan, keinginan, hanya satu faktor, namun terdapat seperangkat faktor
sesuatu yang harus disampaikan oleh penyedia jasa, kompetensi SDM yang membedakan antara kinerja
harapan normatif, standar ideal, pelayanan yang superior dengan kinerja rata-rata. Hal ini merupakan
diinginkan, dan tingkat pelayanan yang diharapkan karakteristik personal, pengalaman, motivasi, dan
oleh konsumen (Dyke et al., 1999). atribut lainnya. Kompetensi adalah perilaku, sehingga

50 Trikonomika Ina Ratnamiasih, Rajesri Govindaraju,


Vol. 11, No. 1, Juni 2012 Budhi Prihartono, Iman Sudirman
dapat dikembangkan. Oleh karena itu penting untuk pada karyawan yang memiliki kompetensi ini, dan
mengidentifikasi seperangkat kompetensi individual (c) strategic competencies meliputi kompetensi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis. inti dari organisasi. Kompetensi ini berfokus pada
Sebuah gap kompetensi muncul ketika terdapat kapabilitas organisasi dan termasuk kompetensi
situasi di mana kompetensi individu berada di bawah yang menghasilkan keunggulan bersaing (misalnya
standar yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah inovasi, kecepatan, pelayanan, dan teknologi).
pekerjaan. Kompetensi biasanya dinilai menggunakan Kompetensi tersebut dapat membantu organisasi
tiga metodologi yang berbeda, yaitu: (1) evaluasi diri mengkomunikasikan perilaku yang diharapkan,
di mana menilai peningkatan/penurunan kompetensi mengendalikan biaya, dan meningkatkan kepuasan
sepanjang waktu, (2) evaluasi third-party berupa konsumen. Kompetensi SDM, merupakan salah
memonitor dan mengevaluasi evolusi pembelajaran satu faktor yang dapat menghasilkan kepuasan
individu tentang kompetensi, dan (3) evaluasi peer/ kerja karyawan (Daft, 1998). Merujuk pada teori
rekan kerja yang merupakan evaluasi dari kepemilikan motivasi dari David McClleland, maka karyawan
kompetensi seperti yang dipersepsikan oleh peer. yang kompeten akan terpuaskan kebutuhannya
Kompetensi SDM merupakan karakteristik dasar terhadap prestasi. Karyawan yang kompetenpun
seorang pegawai (misalnya motivasi, sifat, keahlian, cenderung karirnya lebih mudah berkembang,
konsep diri, peran sosial, atau kerangka pengetahuan) sehingga kebutuhannya akan kekuasaan lebih mudah
yang menghasilkan kinerja yang efektif dan superior. terpenuhi. Begitu pula dengan kebutuhan akan afiliasi,
Kompetensi SDM dapat digolongkan menjadi: karyawan yang kompeten akan mudah diterima oleh
(a) skills/keahlian: keahlian yang ditunjukkan rekan kerjanya dan lebih mudah untuk memuaskan
(kemampuan untuk membuat presentasi yang efektif, kebutuhan dasarnya.
atau untuk melakukan negosiasi dengan berhasil), Kepuasan kerja merupakan kondisi emosional
(b) knowledge/pengetahuan: akumulasi dari infromasi seseorang sebagai sikap puas atau tidak puas
dalam area keahlian tertentu (akunting, MSDM), berdasarkan penilaian atas aspek-aspek pekerjaannya
(c) self concepts/konsep diri: sikap, nilai-nilai, (Christie, 2008; Newman et al., 2002; Rad, 2006).
dan imej diri, (d) traits/sifat: disposisi umum Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya,
untuk berperilaku dalam cara tertentu (misalnya akan memberikan pelayanan yang lebih baik daripada
fleksibilitas), dan (e) motives/motivasi: cara berfikir karyawan yang merasa tidak puas, oleh karena
yang mendorong perilaku (misalnya dorongan untuk itu upaya meningkatkan kualitas pelayanan harus
berprestasi, afiliasi) dihubungkan dengan personal yang memberikan
Organisasi yang telah menggunakan kompetensi pelayanan secara langsung kepada pasien (Duggirala
cenderung untuk mendefinisikan kompetensi dengan et al., 2008; Aiken et al., 2002; Duffield et al., 2009).
kerangkanya sendiri dihubungkan dengan situasi Kim (2009) mengatakan bahwa kepuasan
yang ada. Menurut The National Park Service, kerja menunjukkan keadaan mengenai sejauh mana
kompetensi SDM digolongkan menjadi: (a) essential seseorang menyukai pekerjaannya, sedangkan
competencies merupakan fondasi dari kompetensi menurut Clark et al. (2009), kepuasan kerja adalah
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan setiap emosi rasa senang yang dihasilkan dari penilaian atas
orang. Kompetensi ini dapat dikembangkan pekerjaan seseorang karena tercapai atau terfasilitasi
melalui pelatihan, dan relatif mudah diidentifikasi. dalam pencapaian nilai-nilai pekerjaannya. Kesediaan
(b) differentiating competencies merupakan untuk melayani pasien dengan rasa senang, mau
kompetensi yang membedakan antara kinerja yang memberikan usaha, dan waktu yang lebih untuk
superior dengan yang rata-rata. Kompetensi ini memperhatikan pasien, menjadi salah satu indikasi
meliputi konsep diri, sifat, dan motivasi. Kompetensi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan (Jafri,
ini sulit dikembangkan, dan dapat menentukan 2010; Fu, 2009, Chen, 2004). Menurut Rose et al.
keberhasilan seseorang dalam pekerjaan dalam (2009), kepuasan kerja terdiri dari tiga komponen,
jangka panjang. Penggunaan metodologi pengukuran yaitu komponen evaluatif, afektif, dan kognitif,
kompetensi yang tepat, akan membantu dalam yaitu: (a) komponen evaluatif yaitu respons secara
mendefinisikan, mengukur, dan memberi imbalan keseluruhan terhadap keberadaan seseorang di dalam

Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan 51


Rumah Sakit
organisasi. Ini menunjukkan suka atau tidak suka didapatkan pemahaman mengenai bagaimana
terhadap organisasi, (b) komponen kognitif yaitu kompetensi SDM, kepuasan kerja, dan kualitas
persepsi, opini, harapan, dan keyakinan individu pelayanan rumah sakit, serta hubungan di antaranya.
terhadap organisasi yang terfokus pada kognisinya. Penelitian ini bersifat studi kasus, karena hanya
Evaluasi yang positif menunjukkan individu dilakukan pada sebuah rumah sakit dengan situasi
merasa aman dimasa depan dengan organisasinya, dan kondisi tertentu. Studi kasus adalah penelitian
(c) komponen afektif, yaitu perasaan yang dibangkit­ empiris yang menginvestigasi sebuah fenomena
kan oleh organisasi. Apakah ketika memikirkan sebenarnya yang terjadi pada saat ini. Sebuah studi
sesuatu yang berhubungan dengan organisasi dapat kasus digunakan ketika terdapat batasan-batasan di
membangkitkan rasa senang atau tidak senang, antara fenomena dan lingkungan yang tidak secara
suka atau marah, aman atau tertekan, diterima atau jelas menunjukkan kejadian dan sumber-sumber
tidak diakui. Ketika seseorang merasa berada pada kejadian yang dibutuhkan (Yin, 1994). Pada penelitian
kondisi positif saat bekerja, maka mereka cenderung ini kasus diambil pada sebuah rumah sakit umum
memberikan penilaian positif pada organisasi. swasta di Bandung.
Seorang karyawan yang menunjukkan komponen Pada penelitian ini data primer diperoleh melalui
evaluatif, kognitif, dan afektif yang positif akan wawancara dan kuesioner terbuka. Data sekunder
bekerja lebih baik daripada yang negatif. Oleh karena dikumpulkan melalui beberapa macam dokumen
itu, kepuasan kerja karyawan akan mempengaruhi seperti: website dan company profile. Semi structured
sejauhmana kualitas pelayanan yang diberikan oleh interview digunakan dengan mendasarkan pada open-
seorang karyawan (Clark et al., 2009, Jafri, 2010; ended questionnaires. Wawancara dengan tatap muka
Fu et al., 2009; Xu dan Bassham, 2010). Adapun tepat digunakan untuk jenis penelitian eksploratori
kerangka penelitian mengenai kompetensi SDM, ini karena peneliti dapat menyesuaikan pertanyaan
kepuasan kerja karyawan, dan kualitas pelayanan sesuai kebutuhan, mengklarifikasi dan memberikan
dapat dilihat pada Gambar 1. pemahaman mengenai kompetensi SDM, kepuasan
kerja, dan kualitas pelayanan (Sekaran, 2000). Melalui
wawancara pula peneliti dapat mengeksplorasi topik
Kepuasan yang diisukan oleh responden. Pada penelitian ini
Kompetensi Kualitas
Kerja wawancara dengan model semi terstruktur dilakukan
SDM Pelayanan
Karyawan pada dokter, perawat, pengelola komite medis, dan
sekretaris bagian rawat inap. Kuesioner terbuka
diberikan kepada lima orang keluarga pasien yang
telah selesai menjalani perawatan. Untuk model
diskusi kelompok (focus group discussion) dilakukan
Gambar I. Kerangka Penelitian pada tiga orang perawat dan dokter selama 1,5 jam.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka HASIL


penelitian ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi
kompetensi SDM dan kualitas pelayanan rumah sakit dan Kualitas Pelayanan
hubungan di antara keduanya, khususnya pada bagian Kualitas pelayanan pada rumah sakit ini secara
rawat inap Rumah Sakit X. Hasil penelitian ini akan di­ umum sudah baik. Saat ini Rumah Sakit X sudah
gunakan untuk memperkuat model kualitas pelayanan terakreditasi dengan peringkat B. Sesuai dengan
rumah sakit yang akan dikembangkan kemudian. peringkat yang diperolehnya, maka rumah sakit
berusaha meningkatkan kualitas pelayanan secara
METODE berkelanjutan. Aspek manajemen rumah sakit, SDM
(dokter, perawat, hingga cleaning service), standar
Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratori. perawatan, maupun fasilitas pelayanan merupakan
Merujuk pada Yin (1994), maka penelitian ini aspek-aspek yang menjadi perhatian rumah sakit
menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

52 Trikonomika Ina Ratnamiasih, Rajesri Govindaraju,


Vol. 11, No. 1, Juni 2012 Budhi Prihartono, Iman Sudirman
Infrastruktur memerlukan bantuan suster. Sebelum memberikan
Pada studi kasus ini mengungkap mengenai obat tertentu, suster melakukan tes alergi terlebih
infrastruktur dalam bentuk respons yang diperoleh dahulu dengan menyuntikannya di bawah kulit”.
dalam hal fasilitas yang dirasakan oleh pasien.
Terdapat pernyataan: “Pasien menerima fasilitas Kualitas Layanan Personal
sesuai dengan kelasnya. Perbedaan fasilitas ini Kualitas pelayanan personal menunjukkan
diterima sebagai sesuatu yang wajar sehingga pasien kualitas pelayanan yang diberikan oleh dokter dan
sangat jarang mengeluh mengenai fasilitas rawat inap perawat. Secara umum masalah kualitas layanan
yang diterimanya”. dokter adalah ketidaktepatan waktu pelayanan,
Pendaftaran untuk mendapatkan perawatan, sedangkan kualitas layanan perawat yang berbeda
teknologi pengobatan, dan ketersediaan obat-obatan lebih dirasakan oleh pasien rawat inap kelas 3. Rumah
di apotek, merupakan faktor-faktor yang tidak berbeda sakit ini memiliki divisi audit medis yaitu bagian yang
atau disamakan pada semua kelas rawat inap. mengaudit pelayanan medis baik secara operasional
maupun personal. Bagian audit medis ini berada
Proses Perawatan di bawah komite medis. Melalui divisi ini kualitas
Dimensi lainnya adalah pengalaman pasien pelayanan berusaha ditingkatkan. Tanggapan positif
dengan berbagai jenis pelayanan yang diberikan dari pasien terhadap kualitas layanan dokter dapat
selama menjalani perawatan. Proses ini meliputi diketahui melalui pernyataan: “Pasien merasa nyaman
sistem penyampaian jasa, berbagai bentuk fisik yang dan tenang ketika dokter memberikan perhatian dan
berhubungan dengan organisasi dan pelayanannya, kemampuan dokter menjawab pertanyaan pasien”.
dan peran karyawan bagian front office. Tanggapan
responden mengenai proses perawatan ini dapat dilihat Tanggung Jawab Sosial
pada pernyataan: “Bantuan rumah sakit terhadap pasien Tanggung jawab sosial rumah sakit secara umum
cukup cepat, baik dalam penempatan pasien diruang dapat dilihat melalui pelayanan yang adil pada semua
perawatan maupun bantuan selama proses perawatan. lapisan masyarakat. Indikator lainnya yaitu biaya
Prosedur bantuan mudah namun untuk mendapatkan perawatan yang masuk akal, bahkan pelayanan gratis
janji dengan dokter tidak selalu tepat waktu”. pada pasien yang benar-benar tidak mampu. Prinsip
etika yang dijalankan rumah sakit yaitu dengan
Prosedur Administratif memelihara privasi dan kerahasiaan pasien. Beberapa
Proses administratif adalah persiapan baik untuk tanggung jawab sosial yang telah dilakukan oleh
masuk, selama dalam perawatan, maupun pemulangan rumah sakit ini sudah berjalan dengan baik seperti
pasien. Respons terhadap prosedur administratif melalui pernyataan: “Bagi pasien yang belum mampu
yaitu, “Prosedur untuk masuk, pulang, dan melakukan membayar, dapat pulang dengan membuat perjanjian
berbagai pemeriksaan relatif cepat”. tentang pelunasan biayanya, atau bila benar-benar
Proses pelayanan administratif tidak berbelit- tidak mampu, maka pasien dibebaskan dari kewajiban
belit. Respons lainnya mengenai prosedur membayar. Privasi dan kerahasiaan pasien benar-
administratif dapat diketahui melalui komentar benar dijaga oleh rumah sakit ini”.
sebagai berikut: “���������������������������������
Ruangan di
�������������������������
rumah sakit ini mudah
Kompetensi SDM
diketahui, sehingga prosedur menjadi lebih cepat”.
Skills/Keahlian dan Pengetahuan (Knowledge)
Jaminan Keamanan Keahlian menunjukan kemampuan SDM secara
Bentuk jaminan keamanan yang diberikan teknis dalam menyelesaikan pekerjaannya. Keahlian
oleh rumah sakit adalah berbagai aturan, fasilitas, ini mudah dilihat dan dirasakan oleh pasien. Bagi
dan bentuk perawatan yang bersifat melindungi seorang dokter atau perawat, keahlian yang di­
keamanan dan keselamatan pasien secara fisik. butuhkan bukan hanya keahlian di bidang kedokteran
Kondisi keamanan yang dirasakan oleh pasien dapat atau keperawatan, namun keahlian komunikasi
diketahui melalui komentar “, Terdapat tombol alarm merupakan keahlian yang sangat penting. Pasien
untuk memanggil suster, untuk
������������������������
setiap kelas bila
����� sering kali merasa puas karena dokter dan perawat

Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan 53


Rumah Sakit
banyak berkomunikasi dengan pasien sebagai bentuk hanya muncul disaat karyawan sedang mengalami
perhatiannya. Pada rumah sakit ini keahlian SDM masalah baik secara pribadi maupun dalam
cukup memadai. Berdasarkan data keahlian SDM, organisasi.
jumlah dokter spesialis, dokter umum, perawat, staf Penelitian ini hanya dilakukan dalam jangka
administrasi, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan waktu yang singkat sehingga kurang dapat dilihat
jabatan yang ada. Jumlah dokter umum 23 orang, dengan jelas sifat karyawan yang ada di rumah
dokter spesialis dan sub spesialis 95 orang, dokter sakit. Perlu penelitian yang lebih mendalam
gigi 9 orang, dokter gigi spesial 12 orang, apoteker untuk mengetahui apakah kedua perilaku tersebut
6 orang, perawat/bidan 365 orang, tenaga medis non merupakan sifat kepribadian karyawan atau hanya
perawat 98 orang, tenaga non medis/administratif 237 perilaku yang muncul di tempat kerja karena tuntutan
orang. Semua SDM memiliki jalur pendidikan yang tugas. Di samping itu, sifat karyawan dapat diketahui
sesuai dengan jabatannya. Berdasarkan data tersebut dengan adanya pernyataan:
dapat diketahui pula tingkat pendidikan dokter dan • “Dokter cukup ramah dan mau mendengarkan.
perawat. Pimpinan pada setiap bagian medis adalah Perawat lebih perhatian daripada dokter, atau
dokter atau bidan yang senior secara pengalaman mungkin karena interaksi dengan perawat lebih
atau pendidikan. Resep pengobatan yang diberikan banyak sehingga kami merasa perawat lebih
oleh dokter merupakan salah satu indikasi tingkat perhatian daripada dokter, (komentar dari pasien
pengalaman dan pengetahuan dokter. rawat inap kelas 2 dan 3).
Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa • “Dokter ramah, akrab, dan mau meluangkan
rumah sakit selalu melakukan evaluasi atas kompetensi banyak waktunya untuk berbincang-bincang
dokter, kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan dengan kami. Perawat juga sama, ramah dan
mengenai kontrak kerja. Adapun kompetensi perawat perhatian, (komentar dari pasien rawat inap kelas
terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang VIP).
diberikan sesuai dengan kebutuhan.
Motivasi (Motives)
Konsep Diri (Self Concepts) Motivasi merupakan dorongan yang terdapat pada
Konsep diri merupakan evaluasi diri atau diri seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya.
persepsi diri yang ditunjukkan melalui keyakinan Menurut pendapat David McClelland, motivasi
seseorang terhadap atribut dirinya sendiri. Dokter seseorang dalam bekerja didorong oleh tiga macam
maupun perawat secara umum menunjukkan konsep kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan
diri yang positif. Hal ini menjadi perhatian utama untuk berprestasi (need of achievement), kebutuhan
rumah sakit karena menyadari pentingnya konsep diri akan kekuasaan (need of power), dan kebutuhan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Rumah untuk berkasih sayang (need of affiliation). Pada
sakit berupaya meningkatkan konsep diri dokter Rumah Sakit X, dorongan karyawan untuk bekerja
maupun perawat melalui pertemuan-pertemuan rutin sebagian besar pada kebutuhan untuk merasa aman,
yang bersifat kerohanian. Khusus bagi perawat, hal dan berkasih sayang. Hal ini dapat diketahui melalui
ini dilakukan setiap pagi, sebelum jam kerja dimulai, komentar dari beberapa perawat: “Saya betah bekerja
selama 30 menit. di sini, karena lingkungannya kondusif, namun
apabila ada kesempatan untuk menjadi PNS (Pegawai
Sifat (Traits) Negeri Sipil), maka saya akan memilih menjadi PNS,
Sifat dokter dan perawat pada Rumah Sakit X, karena adanya jaminan hari tua”.
tidak dapat dirata-ratakan. Namun, secara umum Adapun komentar yang diberikan oleh dokter
semua karyawan pada saat menjalankan tugasnya agak berbeda, seperti pada komentarnya: “Saya
berusaha memunculkan sifat-sifat yang baik. senang bekerja di sini, karena suasana akrabnya.
Apabila muncul sifat yang kurang baik (egosentris) Bagaimanapun saya perlu tempat kerja yang dapat
pada sebagian kecil karyawan, sejauh ini tidak memenuhi kebutuhan finansial saya, namun tetap
mengganggu kualitas pelayanan. Sifat-sifat yang nyaman untuk bekerja maupun untuk membina
kurang baik biasanya tidak bersifat permanen, hubungan sosial”.

54 Trikonomika Ina Ratnamiasih, Rajesri Govindaraju,


Vol. 11, No. 1, Juni 2012 Budhi Prihartono, Iman Sudirman
Kepuasan Kerja Dokter dan Perawat Dokter dan perawat yang merasa puas dengan
Kepuasan kerja dokter dan perawat secara pekerjaannya, karena mampu menolong pasien,
umum masih berada pada komponen evaluatif. Hal membuat pasien merasa sembuh, respons pasien
ini terbukti dari respons dokter dan perawat yang yang positif, semua itu membuat dokter dan perawat
menunjukkan senang bekerja pada Rumah Sakit semakin meningkatkan kualitas pelayanannya kepada
X. Komponen kognitif masih rendah disebabkan pasien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Clark
kebutuhan rasa aman pada dokter dan perawat, et al. (2009), Jafri (2010); Fu et al. (2009); Xu dan
terutama yang masih berstatus pegawai kontrak, Bassham (2010).
belum terpenuhi. Kepuasan secara afektif sedikit Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit
dirasakan oleh karyawan. memiliki peluang untuk meningkatkan konsep diri
karyawan melalui komunikasi informal yang di­lakukan
Pengaruh Kompetensi SDM pada Kepuasan dalam pertemuan-pertemuan rutin. Pertemuan tersebut
Kerja dan Kualitas Pelayanan merupakan sarana untuk menyampaikan ide dan suara-
Berdasarkan wawancara dan kuesioner, serta suara apapun dari bawahan, dan dipersepsikan sebagai
diskusi kelompok yang telah dilakukan maka secara penghargaan, karena pimpinan selalu mendengarkan
umum kompetensi SDM berpengaruh pada kepuasan dan mengupayakannya sebaik mungkin. Efek persepsi
kerja dan kualitas pelayanan. Semakin tinggi keahlian tersebut adalah peningkatan konsep diri menjadi
dan motivasi perawat, maka kualitas pelayanan semakin positif yang akhirnya mendorong karyawan
mereka lebih baik. Di samping itu, konsekuensi memberikan pelayanan yang baik kepada pasien
dari kompetensi yang dimiliki dokter dan perawat (Wickramasinghe dan Zoyza, 2007).
menyebabkan kepuasan kerja yang mereka rasakan Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa
lebih tinggi karena mempercepat kesembuhan pasien, kepuasan kerja memberikan tanda yang lebih jelas
pujian yang didapatkan baik dari pasien maupun dalam melihat perbedaan kualitas pelayanan yang
pimpinan, dan imbalan atau kompensasi yang lebih diberikan oleh karyawan. Sikap senang ketika
tinggi. bekerja merupakan faktor yang sangat penting dalam
Semakin tinggi kepuasan kerja, semakin baik menghasilkan kualitas pelayanan yang baik, namun
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. faktor penyebab utama seseorang merasakan kepuasan
Kepuasan kerja yang dirasakan oleh perawat berasal kerja, juga menentukan tingkat kontinuitas perasaan
dari banyak faktor, namun keahlian dan pelayanan yang senang tersebut. Kompetensi SDM sebagai faktor
baik yang diberikan kepada pasien, dan kesembuhan motivator, jelas merupakan faktor penyebab kepuasan
pasien, merupakan sumber kepuasan yang utama. Hal yang terlihat lebih menetap, atau selama seseorang
ini terjadi pula pada kelompok dokter, dan akibat dari berusaha untuk kompeten, maka kepuasan kerja
rasa puas yang dirasakannya, kualitas pelayanan yang akan terus dirasakannya. Oleh karena itu, bagi para
diberikan kepada pasien menjadi lebih baik. pimpinan, sangat baik apabila meprioritaskan upaya
peningkatan kepuasan kerja melalui peningkatan
PEMBAHASAN kompetensi SDM-nya.
Tentu saja penelitian ini memiliki beberapa
Hasil penelitian mengenai kualitas pelayanan keterbatasan terutama dalam aspek waktu dan
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dokter metode analisis data. Studi deskriptif eksploratori ini
dianggap penting, namun masih belum memuaskan. memerlukan waktu yang lebih lama dan unit analisis
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Karassavidou yang lebih luas agar menghasilkan informasi yang
et al. (2009). Kompetensi perawat dan dokter terbukti lebih jelas mengenai sifat, motivasi, dan konsep diri
mampu meningkatkan kepuasan kerja karyawan karyawan. Studi ini juga tidak melakukan analisis
pelayanan. Hal ini didukung oleh Daft (1998) dan kuantitatif, sehingga signifikasi dari hubungan di antara
sejalan dengan teori motivasi dari F. Herzberg yang variabel yang diteliti menjadi kurang argumentatif
menyatakan bahwa pekerjaan adalah faktor motivator secara statistik. Oleh karena itu, penelitian berikutnya
yang mampu membuat seseorang merasakan kepuasan akan lebih baik bila menutupi beberapa kekurangan
kerja. yang tidak dapat dipenuhi oleh penelitian ini.

Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan 55


Rumah Sakit
KESIMPULAN Clark, R. A., Hartline M. D., and Jones, K. C.
2009. The Effects Of Leadership Style On Hotel
Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini maka Employees’ Commitment To Service Quality.
dapat disimpulkan bahwa model penelitian dapat Cornell Hospitality Quarterly, 50 (2): 209-231.
diterima. Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan Duffield, C. et al. 2009. The Implications Of Staff
kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui ‘Churn’ For Nurse Managers, Staff, And Patients,
keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang Nursing Economic, 27 (2).
baik, maka kualitas pelayanan yang diberikan kepada Daft, R. L. 1998. Organization Theory and Design (6th
pasien menjadi lebih baik. Kepuasan kerja yang edition). ���������������������������������������
USA: ����������������������������������
South Western College Publishing.
dirasakan disebabkan kesembuhan, kompensasi, dan Duggirala, M., Rajendran, C., and Anantharaman, R.
pujian, sehingga dokter dan perawat memberikan N. 2008. Patient-Perceived Dimensions Of Total
kualitas pelayanan yang lebih baik kepada pasien. Quality Service In Healthcare. Benchmarking: An
International Journal, 15 (5): 560-583.
DAFTAR PUSTAKA Dyke, T. P. V., Prybutok, and Kappelman, L. A.
1999. Cautions On The Use Of The SERVQUAL
Aiken, L. H., Clarke, S. P., and Sloane, D. M. 2002. Measure To Assess The Quality Of Information
Hospital Staffing, Organization, And Quality Of Systems Services. Decision Sciences, 30 (3):
Care – Cross National Findings, Conference 1-15.
Paper. International Journal For Quality Of Fu, F. Q., Bolander, W., Jones, E. 2009. Managing
Healthcare, 14 (1): 5-13. The Drivers Of Organizational Commitment And
Brewster, C., Farndale, E., Ommeren, J. V. 2000. Salesperson Effort: An Application Of Meyer
HR Competencies And Professional Standards, And Allens Three Component Model. Journal Of
HR Competencies And Professional Standards Marketing Theory And Practice, 17 (4): 335.
Project, Cranfield School Of Management, Jafri, M. H. 2010. Organizational Commitment And
Cranfield University, UK. Employee’s Innovative Behavior, A Study In
Chen, J. 2009. Energy Expenditure, Heart Rate, Work Retail Sector. Journal Of Management Research,
Pace, And Their Associations With Perceived 10 (1): 62-68.
Workload Among Female Hospital Nurses Jonirasmanto. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan:
Working 12-Hour Day Shift. A Dissertation Ambivalensi Antara Kewajiban Dan Keinginan
Submitted To The Graduate School Of The (Antara Penyelenggara Dan Pemilik). Hal Mutu
University Of Cincinnati In Partial Fulfillment Of Pelayanan Rumah Sakit/05.11.
The Requirements For The Degree Of Doctor Of Karassavidou, E., Glaveli, and N., Papadopoulos,
Philosophy. C. T. 2009. Quality In Nhs Hospitals: No One
Chilgren, A. A. 2008. Manager And The New Knows Better Than Patients. Measuring Business
Definition Of Quality. Journal Of Healthcare Excellence J, 13 (1): 34-46.
Management, 53 (4): 221. Kim, H. 2009. Transformational And Transactional
Choi, J. H. 2006. The Relationship Among Leadership Of Athletic Directors And Their Impact
Transformational Leadership, Organizational On Organizational Outcomes Perceived By Head
Outcomes, And Service Quality In The Five Coaches At NCAA Division II Intercollegiate
Major NCAA Conferences. A Record Of Study, Institutions. Dissertation Presented In Partial
Submitted To The Office Of Graduate Studies Of Fulfillment Of The Requirements For The
Texas A&M University, In Partial Fulfillment Of Degree Doctor Of Philosophy, The Ohio State
The Requirements For The Degree Of Doctor Of University.
Education. Mukherjee, A., and Malhotra, N. 2006. Does
Christie, T. L. 2008. Nurses Perception Of Job Role Clarity Explain Employee-Perceived
Satisfaction And Sense Of Belonging In A Critical Service Quality?, A Study Of Antecedents And
Care Environment. Thesis Presented As A Partial Consequences In Call Centres. International
Requirement In The Master Of Science (M.Sc.) In Journal Of Service Industry Management, 17 (5):
Nursing School Of Graduate Studies Laurentian 444-473.
University, Sudbury, Ontario.

56 Trikonomika Ina Ratnamiasih, Rajesri Govindaraju,


Vol. 11, No. 1, Juni 2012 Budhi Prihartono, Iman Sudirman
Newman, K., Maylor, U., and Chansarkar, B. 2002. Supratman, D., dan Prasetyo, E. 2010. Bisnis Orang
The Nurse Satisfaction, Service Quality And Nurse Sakit. Yogyakarta:
�������������������������
Resist
�������������
Book.
Retention Chain: Implication For Management Thai, V. V. 2008. Service Quality In Maritime
Of Recruitment And Retention. Journal Of Transport: Conceptual Model And Empirical
Management In Medicine, 16 (4/5): 271. Evidence. Asia Pacific Journal Of Marketing And
Rad, A. M. M., and Yarmohammadian, M. H. 2006. Logistics, 20 (4): 493-518.
A Study of Relationship Between Manager’s Wickramasinghe, V, and De Zoyza, N. 2007. A
Leadership Style And Employees Job Satisfaction. Comparative Analysis Of Managerial Competency
Leadership In Health Service, 19 (2): XI- Needs Across Areas Of Functional Specialization.
XXVIII. Department of Management of Technology,
Rose, R. C, Kumar, N., and Pak, O. G. 2009. Faculty of Engineering, University of Moratuwa,
The Effect Of Organizational Learning On Moratuwa, Sri Lanka.
Organizational Commitment, Job Satisfaction And Xu, L., Bassham, L. S. 2010. Reexamination Of
Work Performance. Journal Of Applied Business Factor Structure And Psychometric Properties Of
Research, 25 (6): 55. The Three- Component Model Of Organizational
Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business Commitment. North American Journal Of
– A Skill Building Approach (2nd edition). ����
USA: Psychology, 10 (2): 297-312.
John Wiley and Sons. Yin, R. K. 1994. Case Study Research: Design and
Shi, L., and Lindstrom, S. 2007. Managing Human Methods. London: Sage Publications.
Resources in Health Care Organizations – Human
Resources in the Health Care Sector. �����������
USA: ������
Jones
and Bartlett Publishers, Inc.

Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan 57


Rumah Sakit

You might also like