You are on page 1of 9

Harun Achmad: Penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2 79

Penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2 pada penatalaksanaan marsupialisasi


ranula rongga mulut anak anxiety patient
Harun Achmad,* Dini Safitri,* Kirana Lina Gunawan**
* Peserta Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak
** Bagian Bedah Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran
Bandung, Indonesia

ABSTRACT
Inhalation sedation becomes the main choice in the dental treatment of children who
overcome have any kind of the fearness, concerned with pain in the treatment of their
teeth. Inhalation sedation with N2O-O2 causes sedation situation that accompanies by
analgesia to the conscious patients by inhaling the mixture of oxide nitrogen (N2O)
with oxygen (O2), that was known as psychosedation or concious sedation technique.
Ranula is a mucocel that developed at the base of the mouth, unilateral, bluish, and
the shape like frog stomach. On this paper, will be esplained about N2O-O2 inhalation
sedation technique that concider the condition for the patient, using short time and
can be recovered immediately. A 9 year old girl diagnosed by ranula sublingualis on
the cavity of the mouth was very anxiety and fear in this treatment. The ranula treated
with marsupialitation and was supervised by inhalation sedation of N2O-O2 in the
Special Dental Care Hasan Sadikin Hospital Bandung. The result showed that
inhalation sedation with N2O-O2 was very very useful to reduce anxiety and fear to
certain patients with minimal side-effect. So it was very important to a dentist to know
the selection of the patient, equipment and the technique of inhalation sedation
adequately.
Key word: inhalation sedation, ranula, marsupialisation

ABSTRAK
Sedasi inhalasi dewasa ini menjadi pilihan utama dalam perawatan gigi pada pasien
anak untuk mengatasi rasa takut, cemas dan rasa sakit. Sedasi inhalasi dengan N2O-O2
adalah keadaan sedasi disertai analgesia pada penderita yang tetap sadar, dengan
menghirup campuran gas nitrogen oksida (N2O) dengan oksigen (O2) yang dikenal
sebagai teknik psychosedation atau concious sedation. Ranula adalah suatu mukokel
yang terjadi pada dasar mulut, biasanya unilateral dan berupa benjolan berwarna
kebiruan seperti perut katak. Pada makalah ini dipaparkan mengenai penggunaan
teknik sedasi inhalasi N2O-O2 dengan pertimbangan kondisi pasien serta waktu yang
dipakai relatif singkat dan terjadi pemulihan segera. Seorang anak perempuan berusia
9 tahun dengan diagnosis ranula sublingualis rongga mulut sangat cemas dan merasa
takut yang berlebihan dalam menerima perawatan. Untuk itu penanganan ranula
rongga mulutnya dirawat dengan cara marsupialisasi dengan sedasi inhalasi N2O-O2 di
unit pelayanan Special Dental Care Bagian Bedah Mulut RS Hasan Sadikin Bandung.
Hasilnya menunjukkan bahwa sedasi inhalasi N2O-O2 sangat bermanfaat untuk
mengurangi rasa cemas pada pasien-pasien tertentu, dengan efek samping minimal.
Untuk itu sangat penting bagi seorang dokter gigi untuk memiliki pengetahuan yang
memadai mengenai seleksi pasien, peralatan dan teknik sedasi inhalasi.
Kata kunci: sedasi inhalasi, ranula, marsupialisasi
80 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:79-87

Koresponden: Muhammad Harun Achmad, Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi


Spesialis Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran, Bandung, Indonesia

PENDAHULUAN Pasien anak-anak biasanya kurang kooperatif


Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan dalam menghadapi perawatan gigi. Perawatan
teknologi di bidang kedokteran gigi, maka pasien anak-anak dengan keadaan umum normal,
semakin berkembang pula penemuan dan teknik dapat dimulai dengan pendekatan psikologi
dalam menangani kasus-kasus yang ditemukan (behavior management). Namun untuk pasien
dalam praktek dokter gigi. Teknik sedasi inhalasi anak dengan keadaan ambang rasa cemas yang
adalah salah satu teknik penanganan anak yang tinggi, rasa takut yang berlebihan serta ambang
dewasa ini masih dalam proses perkembangan rasa sakit tinggi salah satunya dapat ditangan
dalam teknik maupun upaya penggunaannya di dengan sedasi inhalasi.1-3
bidang perawatan gigi dan rongga mulut pasien
berdasarkan indikasi dan kontra indikasinya 1,2 Sedasi inhalasi N2O dan O2
Sedasi inhalasi dengan N2O-O2 adalah Sedasi inhalasi merupakan cara pemberian
keadaan sedasi disertai analgesia pada penderita anastetikum yang diberikan dalam bentuk gas atau
yang tetap sadar dengan menghirup campuran gas uap, yang kemudian masuk ke dalam paru-paru
nitrogen oksida (N2O) dengan oksigen. Terdapat melalui saluran pernapasan, kemudian diabsorbsi
tiga jenis sedasi berdasarkan cara pemberiannya, oleh darah dari alveoli paru-paru dan masuk ke
yaitu sedasi inhalasi, sedasi enteral (oral dan dalam peredaran darah. Melalui peredaran darah
rectal), dan sedasi parenteral (intramuscular, anastetikum akan sampai di jaringan otak.4,5
subcutaneous, submucosal, intranasal, dan Disebut juga gas gelak, N2O merupakan satu-
1,2
intravenous). satunya gas anorganik yang dipergunakan sebagai
Sampai abad ke-20, teknik sedasi inhalasi anastetikum. Gas ini memiliki bau dan rasa manis,
dengan N2O dan O2 sangat populer. Baru pada densitasnya lebih besar dari pada udara, tidak
tahun 1940-an, Langa seorang dokter gigi yang berwarna, tidak mengiritasi dan tidak mudah
bekerja di New York, mulai mengembangkan terbakar. Bila dikombinasikan dengan anestetikum
teknik analgesia relatif yang dewasa ini digunakan yang mudah terbakar akan memudahkan
di seluruh dunia. Analgesia relatif dapat dicapai terjadinya ledakan, misalnya campuran eter dan
dengan pemberian N2O sebanyak 15-25%. nitrogen oksida.4,5
Keadaan ini dianggap cocok untuk perawatan gigi, Umumnya N2O disimpan dalam bentuk cairan
sehingga penderita mengalami peningkatan di dalam sebuah silinder yang terbuat dari baja
ambang nyeri dan tetap dalam keadaan sadar, yang tahan tekanan tinggi pada temperatur kamar
hanya kadang-kadang saja sampai pada keadaan bertekanan 50 atmosfir. Kelarutan N2O dalam
amnesia. Tingkat analgesia total dapat dicapai darah relatif rendah. Koefisien kelarutan gas
pada kadar 25-50% N2O dan penderita hampir dalam darah pada temperatur 37oC adalah 0,47.
tidak merasakan sakit lagi, serta akan tidur apabila Koefisiennya kecil, sehingga induksi dan waktu
2,3
tidak mendapat rangsangan lagi. pemulihan N2O relatif cepat.4-6
Harun Achmad: Penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2 81

Oksigen (O2) adalah gas yang digunakan cepat dari darah ke alveoli paru-paru dan
bersama-sama dengan N2O selama prosedur mempercepat pemulihan.7-9
perawatan pada teknik sedasi inhalasi. Gas O2
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan Mekanisme N2O dalam Tubuh
mempunyai daya membakar yang lebih besar Nitrogen oksida diabsorbsi melalui alveoli
daripada udara. Bobot O2 dalam 1 liter pada suhu paru-paru. Pada permulaan pemberiannya, N2O
0°C dan tekanan 760 mmHg lebih kurang 1,429 diabsorbsi dengan cepat kurang lebih 1-2 liter per
gram. Oksigen larut dalam lebih kurang 32 bagian menit sampai di organ vaskuler di otak, hati,
o
air dan dalam 7 bagian etanol pada suhu 20 C dan jantung, dan ginjal jenuh. Gas N2O tidak
tekanan 760 mmHg. Oksigen disimpan dalam mengalami metabolisme dan tidak membentuk
tabung atau dalam tangki yang tahan tekanan senyawa lainnya dalam tubuh, sehingga eksresi
tinggi. Wadah yang digunakan harus bebas dari secepat absorbsinya. Gas ini dieksresi dalam
setiap zat toksik, penyebab tidur, atau senyawa bentuk utuh, sebagian besar melalui paru-paru,
penyebab narkosis dan senyawa yang dapat dan sebagian kecil saja melalui kulit, kelenjar
4-6
menyebabkan iritasi pada saluran napas. keringat, dan urine.7-9
Tahap keadaan pada penggunaan anestesi
Keuntungan dan kerugian anestetikum N2O digolongkan menjadi empat stadium.7-9 Pada
dan O2 stadium I (analgesia), dimulai dari saat pemberian
Penggunaan N2O sebagai anestetikum anestetikum sampai menurunnya kesadaran,
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya hilangnya kepekaan terhadap waktu, depresi
adalah aman bila diberikan dengan campuran intelegensi, dan disorientasi, tetapi penderita
oksigen yang cukup, tidak mudah terbakar, tidak masih dapat mengikuti perintah. Pada tahap ini
mengiritasi saluran napas, mula kerja dan eksresi rasa sakit hilang dan dapat dilakukan tindakan
cepat, dan tidak mempunyai efek yang merugikan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi. Pada
terhadap fisiologi organ tubuh. Sedangkan mulanya, penderita masih sadar dan dapat
kekurangannya adalah tidak dapat menghasilkan berbicara dengan dokter giginya. Bila konsentrasi
anestesi yang lebih dalam, anestesi ringan N2O meningkat, maka penderita makin mengalami
sehingga penggunaannya terbatas, dapat disorientasi dan bahkan mulai kehilangan
menyebabkan hipoksia bila digunakan secara kesadarannya, hingga mulai masuk ke dalam
tunggal, dalam usaha untuk mendapatkan stadium kedua. Tanda-tanda stadium I adalah
anestesi yang lebih dalam yang melampaui respirasi tidak menunjukkan irama yang khas, bola
anestesi N2O akan menyebabkan anoksi otak yang mata tidak menunjukkan proses yang khas, pupil
serius, pada pasca-operasi dapat terjadi nausea dan mata tidak berubah, dan refleks kelopak mata
vomitus, dan perlu penambahan anestetikum lain aktif.
7-9
untuk operasi yang lebih besar. Stadium II (delirium) dimulai dari hilangnya
Fungsi O2 dalam sedasi inhalasi adalah untuk kesadaran sampai permulaan stadium
mencegah terjadinya kolaps saat inspirasi pada pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas
awal perawatan, Pada akhir perawatan O2 gerakan yang tidak menuruti kehendak, tonus otot
digunakan untuk mencegah anoksia difusi yang serta refleks-refleks meningkat. Tanda-tanda
disebabkan oleh pembuangan N2O yang terlalu stadium ini yaitu respirasi tidak teratur, dapat
82 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:79-87

terjadi apnoe atau hiperapnoe, pupil mata dilatasi, dapat dibantu dengan napas buatan, dan dapat
refleks kelopak mata hilang, dapat timbul menyebabkan kematian.7-9
komplikasi seperti mual, muntah, luksasi atau Teknik sedasi inhalasi dibatasi hanya sampai
fraktur, dan warna kulit normal. tahap pertama atau tahap analgesia. Seorang
Tahap anestesi yang ketiga dimulai dari dokter gigi harus mengetahui sampai tahap
teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan penderita teranalgesi untuk memastikan bahwa
hilang. Stadium III ini terdiri dari empat tingkat tindakannya benar dan bahwa penderita benar-
menurut kedalaman anestesi, yaitu tingkat 1, yang benar telah mengalami sedasi dengan baik.7,8
dimulai dari hilangnya refleks kelopak mata Tanda dan gejala yang sering terjadi pada
sampai pernapasan teratur. Tanda-tanda tingkat ini teknik sedasi inhalasi terdiri dari tanda-tanda
yaitu pernapasan teratur dan spontan, bola mata objektif yang dapat dilihat selama penderita
bergerak kesana kemari, pupil mata terlihat mengalami sedasi inhalasi dengan N2O dan O2,
mengecil, relaksasi otot belum sempuma, serta yaitu penderita masih sadar, rileks, dan nyaman,
pernapasan dada dan perut seimbang. Tingkat tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, warna
kedua dimulai dari gerakan bola mata yang kulit dan pupil normal, kecepatan kedip mata
terhenti sampai paralisis sebagian otot interkostal. tampak sangat berkurang, refleks vital, terutama
Tanda-tanda tingkat ini yaitu pernapasan teratur laringeal semuanya berfungsi normal, refleks
tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat 1, bola muntah berkurang, mulut depan terus dalam
mata tidak bergerak, pupil mata dilatasi, refleks keadaan terbuka, masih terdapat kontak verbal,
laring menghilang sehingga dapat dikerjakan reaksi terhadap rangsang sakit berkurang, dan
intubasi, dan otot relaksasi sebagian. Tingkat penurunan gerak spontan atau kegelisahan,
7,8.10
ketiga dimulai dari paralisis sebagian otot terutama pada anak kecil.
interkostal sampai paralisis seluruh otot interkostal Gejala subjektif penderita selama sedasi
dan hanya terdapat pernapasan perut. Tanda-tanda inhalasi dengan N2O dan O2 yang dapat diamati,
tingkat ini yaitu pernapasan sebagian besar oleh adalah rileksasi mental dan fisik, berkurangnya
perut karena otot interkostal mengalami paralisis, kesadaran akan rasa sakit, parestesia atau sensasi
pupil mata dilatasi, dan relaksasi otot sempurna. tingling pada bibir, jari tangan, jari kaki, kaki,
Sedangkan tingkat keempat dimulai dari paralisis lidah, atau seluruh tubuh, rasa letargi atau
seluruh otot interkostal sampai paralisis seluruh keracunan ringan, euforia, rasa melayang yang
otot diafragma. Tanda-tanda tingkat ini yaitu kadang-kadang diinterpretasi sebagai terbang atau
pernapasan perut sempurna, pupil mata dilatasi rasa mengambang, rasa hangat, tidak menyadari
sempurna, refleks cahaya hilang, dan tekanan keadaan sekeliling atau waktu, bermimpi, dan
darah menurun. sedasi fisik dan somatik.7,8,10
Stadium IV atau paralisis medula oblongata
dimulai dengan lebih melemahnya pernapasan Indikasi dan kontra indikasi sedasi inhalasi
perut dibanding stadium III tingkat 4. Tanda-tanda dengan N2O dan O28-10
stadium ini yaitu tekanan darah tidak dapat diukur Tidak semua penderita dapat langsung dirawat
karena pembuluh darah kolaps, denyut jantung dengan menggunakan sedasi inhalasi. Terdapat
berhenti, pernapasan yang lumpuh yang tidak beberapa indikasi dan kontra indikasi yang perlu
diperhatikan sebelum memutuskan untuk merawat
Harun Achmad: Penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2 83

penderita dengan bantuan sedasi inhalasi dengan berlebihan dan narkose yang terlalu lama.
N2O-O2. Indikasinya adalah kecemasan terhadap Komplikasi sistem sirkulasi berupa 1) takikardi
perawatan gigi, penolakan terhadap anestesi yang dapat disebabkan oleh rasa takut dan cemas,
umum maupun lokal, refleks muntah yang tinggi kehilangan banyak darah, pemakaian atropin yang
dan trismus, prosedur traumatik tertentu, misalnya overdosis, dan hipoksia, 2) bradikardi yang terjadi
operasi kecil pada mulut orang dewasa, gangguan karena hipoksi atau stimulasi vagal, 3) hipotensi,
perdarahan, misalnya hemofili, gangguan jantung, 4) aritmia yang disebabkan oleh hipoksi dan
retardasi mental, cacat fisik, asma ringan, dan pemakaian obat anestesi, dan 5) cardiac arrest
epilepsi. Sedangkan kontra indikasi sedasi dengan yang merupakan kelanjutan dari aritmia.
N2-O2 adalah adanya gangguan saluran Komplikasi sistem saraf, yang dapat terjadi
pernapasan, penyakit TBC paru-paru atau sebagai kelanjutan dari hipoksi atau hipotensi,
penyakit paru-paru akut lainnya, perawatan sehingga dapat menyebabkan pemulihan
psikiatrik, konsumsi alkohol, reaksi penolakan kesadaran lebih lama dan kerusakan korteks
terhadap sedasi ini, ketidakstabilan emosi, serebri. Sedangkan komplikasi sistem pencernaan
ketidakkooperatifan, kehamilan trimester pertama, berupa vomitus akibat pemberian N2O, yang lebih
dan miastemia gravis. sering terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa, kecuali jika pengosongan lambung
Komplikasi Sedasi Inhalasi dengan N2O dan kurang sempurna.
8-10
O2
Komplikasi anestesi dengan sedasi N2O dan Ranula
O2 didefenisikan sebagai penyimpangan dari pola Ranula disebut juga sebagai kista retensi
fisiologik normal yang terjadi selama ataupun yang terletak pada dasar mulut meliputi
sesudah pemberian anestesi. Komplikasi teknik saluran kelenjar submandibula, kelenjar
berupa trauma pada mata atau bola mata, sublingual atau kelenjar mukus dasar mulut akibat
kebocoran gas dari tabung silinder, dan kebocoran obstruksi dari kelenjar submandibula atau kelenjar
gas dari masker, sehingga menyebabkan sublingual. Ranula diklasifikasikan menjadi dua
bercampurnya gas anestetikum dengan udara luar. tipe yaitu ranula superfisial/ ranula simpel/ ranula
Komplikasi sistem pernapasan meliputi obstruksi rongga mulut dan deep ranula/ ranula servikal/
pernapasan, dan depresi pernapasan, yang dapat plunging ranula.11,12
terjadi karena hipoksi, dosis anestetikum yang

Gambar 1. Ranula sublingual pada dasar mulut


84 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:79-87

Ranula disebabkan oleh penyumbatan saluran Pada pemeriksaan mikroskopis dilihat besar
kelenjar saliva, trauma yang menyebabkan duktus dari perluasan ranula, dan dibedakan dengan
dapat tertutup, serta oleh karena inflamasi atau penyakit lain yang mempunyai gejala klinis yang
degenerasi dari kelenjar sublingual yang sama dengan ranula. Pemeriksaan radiologis yang
menyebabkan penyempitan duktus sehingga akan biasanya dilakukan adalah foto oklusal.12,13
menghambat aliran saliva.11,12 Patogenesisnya Ranula didiagnosis banding dengan abses
berasal dari obstruksi duktus oleh batu, dan sublingual, kista dermoid, lipoma, siaolitiasis, dan
ruptura duktus yang akan menahan sekresi ludah. tumor pada kelenjar saliva, seperti karsinoma
Ranula umumnya ditandai suatu kantung dengan mukoepidermoid.12,13
batas tegas berisi kumpulan mukus dilapisi epitel Pengobatan dan perawatan ranula dilakukan
tipis dan dipisahkan oleh jaringan granulasi serta dengan marsupialisasi, enukleasi seluruh kista,
jaringan fibrous yang diinfiltrasi oleh banyak atau dengan bedah krio.12,13
netrofil, makrofag, limposit dan kadang-kadang Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk
sel plasma dengan perluasan proses inflamasi ke memaparkan penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2
sekeliling jaringan ikat yang semakin berkurang pada penatalaksanaan marsupialisasi ranula
11,12
pada daerah yang jauh dari kumpulan mukus. rongga mulut anak yang masuk dalam kategori
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anxiety patient.
melakukan anamnesis serta pemeriksaan klinis
secara lengkap. Pada pemeriksaan dapat LAPORAN KASUS
ditemukan benjolan di dasar lidah yang jika Seorang anak perempuan berumur 9 tahun,
letaknya superfisial maka warnanya akan merah diantar orang tuanya, datang ke klinik Special
kebiruan, tapi bila letaknya lebih dalam maka Care Dentistry Bagian Bedah Mulut Rumah Sakit
12,13
warnanya sama dengan jaringan sekitarnya. Hasan Sadikin Fakultas Kedokteran Gigi
Gejala klinis adalah ranula tumbuh lambat, Universitas Padjajaran, Bandung untuk dilakukan
tidak sakit, unilateral, letaknya di dasar mulut atau perawatan karena adanya kelainan pada jaringan
pada garis tengah mulut atau bilateral. Keadaan lunak rongga mulutnya, berupa benjolan lunak dan
mukosa sekitarnya tetap normal, sedangkan tidak sakit. Dari hasil pemeriksaan histopatologi,
mukosa luar tipis dan berwarna kebiru-biruan, radiografi, dan mikroskopi yang dilakukan
ujung lidah dan mukosa terangkat sehingga sebelumnya, pasien didiagnosis dengan ranula
menganggu pada waktu bicara dan mengunyah. sublingualis. Pada pemeriksaan klinis tampak
Besar ranula bervariasi dan jika dipalpasi terasa adanya pembengkakan pada regio kiri pangkal
lunak dan terdapat fluktuasi tetapi tidak berlekuk lidah di dasar mulut, dan lesi tampak kebiruan,
jika ditekan. Ranula kadang-kadang pecah sendiri, dan kenyal, serta letaknya unilateral.
atau sembuh untuk sementara waktu akan tetapi Rencana perawatan adalah dengan teknik
kemudian timbul kembali. Ranula jarang marsupialisasi. Melihat keadaan pasien yang
menyebabkan penonjolan di luar mulut dan jarang terlihat sangat cemas dan takut terhadap
terinfeksi. Ranula dapat timbul pada semua umur; perawatan yang akan dilakukan, maka
bila pada anak, gigi dapat terdorong keluar dipertimbangkan untuk dilakukan perawatan
12,13
sehingga susunan gigi menjadi tidak beraturan. dengan teknik sedasi inhalasi N2O-O2 melalui
pertimbangan dengan orang tua dan pasien yang
Harun Achmad: Penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2 85

bersangkutan yang sudah bisa diberi pengertian anastesi lokal untuk n. lingualis pada membran
tentang perawatan rongga mulutnya. mukosa. Langkah selanjutnya adalah insisi pada
Tindakan marsupialisasi diawali dengan permukaan bagian atas dari dinding ranula
menginspeksi peralatan sedasi inhalasi yang sepanjang kurang lebih 0,5 inci sampai menembus
dibutuhkan yaitu kondisi silinder gas tabung N2O mukosa dan dinding ranula. Setelah cairan kista
dan O2, regulator yang berfungsi mempertahankan diambil dengan pengisapan hingga sebersih
tekanan gas selama perawatan yang aman serta mungkin, rongga ranula diisi kasa steril sampai
indikator jumlah gas yang tersedia, flowmeter penuh sehingga rongganya terbentuk kembali,
untuk menjaga pemberian dosis gas yang tepat, kemudian dilakukan penjahitan ditengah-tengah
memeriksa kantung reservoar, pemilihan jenis garis insisi.
sungkup hidung yang sesuai, kondisi tube Dinding ranula lalu digunting mulai dari salah
penghubung, dan memasang pulsemeter untuk satu insisi sampai mengelilingi permukaan rongga
mendeteksi denyut nadi permenit. ranula. Kemudian, dilakukan penjahitan mengitari
hasil guntingan untuk menyatukan dinding ranula
dengan mukosa dasar mulut. Kasa steril
dikeluarkan dari rongga kista dan diganti dengan
tampon iodoform. Luka bekas robekan ditutup
dengan periodontal pack. Diakhir perawatan,
pasien diinstruksikan untuk datang kontrol setelah
1 minggu kemudian.

Setelah perawatan
Setelah selesai perawatan, diberikan 100% O2
selama 5-10 menit. Setelah itu pasien didudukkan
Gambar 2. Profil pasien sebelum tindakan beberapa menit, kemudian diobservasi dengan
cara berkomunikasi dan memeriksa tanda-tanda
Teknik marsupialisasi yang dilakukan vital. Saat diajak berkomunikasi, pasien dapat
Awalnya lidah diposisikan sejauh mungkin ke menjawab dengan logis. Pernafasan dan tanda-
posterior pada palatum. Selanjutnya dilakukan tanda vital baik.

Gambar 3. Saat perawatan dengan anastesi inhalasi N2O dan O2


86 Dentofasial, Vol.7, No.2, Oktober 2008:79-87

Gambar 4. Keadaan rongga mulut pasien setelah perawatan

SIMPULAN teknik. Sedasi inhalasi N2O dapat menjadi sedasi


Ranula adalah suatu kista retensi yang pilihan untuk penanganan pasien di Indonesia.
terdapat pada dasar mulut, tetapi dapat menyebar
sampai submandibular. Ranula disebabkan oleh DAFTAR PUSTAKA
obstruksi, trauma atau inflamasi dari kelenjar 1. Cameron A, Richard P. Handbook of pediatric
ludah dan dapat terjadi pada semua golongan dentistry, 2nd Ed. Philadelphia: Mosby; 2003.
umur. Terapi yang terbaik untuk ranula adalah p.389.
2. Clark M, Brunick A. Handbook of nitrous
marsupialisasi.
oxide and oxygen sedation. Philadelphia:
Sedasi inhalasi berguna untuk mengatasi rasa Mosby; 1999 p.147-150
cemas, rasa nyeri dan takut pasien dalam 3. Becker DP. Management of pain and anxiety
menghadapi perawatan gigi. Teknik sedasi in the dental office. Toronto: WB Saunders;
2002. p. 136-9.
inhalasi dengan N2O-O2 merupakan teknik yang
4. Hawk W, Crockett RK, Ochsensschlager DW,
paling praktis karena hanya memakan waktu yang Klein BL. Conscious sedation of pediatric
relatif singkat dan terjadi pemulihan segera, patient for suturing: a survey. In: Pediatric
sehingga sangat efektif digunakan pada penderita emergency care. 6th Ed. ;1990. p. 84-8.
rawat jalan. 5. Malamed SF. Sedation: A guide to patient
management, 4th Ed. Philadelphia: Mosby;
2003. p. 102-3.
SARAN 6. Malamed SF. Sedation: A guide to patient
Sedasi N2O sangat bermanfaat untuk management, 2nd Ed. Philadelphia: Mosby;
mengurangi rasa cemas pada pasien-pasien 1989. p. 176.
tertentu, dengan efek samping minimal. Perlunya 7. Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry: A
clinical approach. Munksgaard; 2001. p. 164-
seorang dokter gigi memiliki pengetahuan yang
5.
memadai mengenai seleksi pasien, peralatan dan 8. Murray JJ. General anaesthesia and children’s
dental health: present trends and future needs.
Harun Achmad: Penggunaan sedasi inhalasi N2O-O2 87

In: Anaesthesia and pain control in dentistry; 11. Langdon JD. Salivary gland disease. In:
1993. p. 209-16. Pedlar J, Frame JW. Oral and maxillofacial
9. Pinkham. Pediatric dentistry infancy through surgery: An objective-based textbook.
adolescence, 3rd Ed. Toronto: WB. Saunders; London: Churchill Livingstone; 2001.
1999. p.100-1. 12. Shear M. Cyst of the oral region. 3rd Ed.
10. Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral London: Wright Butterworth-Heinemann Ltd.;
medicine: Diagnosis and treatment. 10th Ed. 1992.
Philadelphia: BC Decker Inc.; 2003. 13. Welbury R. Paediatric dentistry, 2nd Ed.
Oxford; 2001. p.125-30.

You might also like