You are on page 1of 9

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.

1 (April 2008) 31 – 39

MIKROENKAPSULASI EKSTRAK KAROTEN DARI SPORA KAPANG


ONCOM MERAH (Neurospora sp.) DENGAN BAHAN PENYALUT
BERBASIS PROTEIN MENGGUNAKAN METODE PENGERINGAN
SEMPROT

Microencapsulation of Carotene Extracts from Neurospora sp. Spores With


Protein Based Encapsulant Using Spray Drying Method.

Yusra Widya Pahlevi, Teti Estiasih*, dan Ella Saparianti

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian-Fak. Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya


Jl. Veteran – Malang
*Penulis korespondensi: E-mail; teties@yahoo.co.id/teties@brawijaya.ac.id

ABSTRACT

Neurospora sp. produces intracellular carotenoids pigment stored in its conidia,


makes orange color appearance. Carotene was extracted from spores using acetone-
hexane (2:1) as solvent and virgin coconut oil (VCO) was used to facilitate dilution of
carotene extract. The objective of this research was to obtain the appropriate type of
encapsulant and proportion of core material to obtain good quality carotene
microcapsules for food industry and health purposes.
This research was conducted by randomized block design with 2 factors. The first
factor was type of encapsulant (soy proteinate isolate, sodium caseinate, and whey
protein isolate) and the second factor was proportion of carotene extract (20, 30 and 40%
w/w on encapsulant basis).
The result of this study showed that microcapsule with sodium caseinate as
encapsulant and 30% proportion of carotene extract had the highest microencapsulation
efficiency, total carotenes, and carotenes retention values. Whereas microcapsule with
soy proteinate isolate and 20% proportion of carotene extract had the highest water
content and microcapsule yield. Microcapsule with soy proteinate isolate had the highest
red and yellow value, and sodium caseinate had the highest lightness value. The most
stable microcapsule during storage at temperature of 70oC was microcapsule with
sodium caseinate as encapsulant and 20% proportion of carotene extracts.

Keywords: carotene, Neurospora sp., protein based encapsulant, microencapsulation

PENDAHULUAN Sebagian besar sumber provitamin


A adalah tanaman (Yuan et al., 2008).
Karotenoid merupakan kelompok Salah satu alternatif sumber provitamin A
pigmen alami yang penting dan menyuplai selain tanaman adalah mikroorganisme,
70% kebutuhan manusia akan vitamin A. yaitu kapang oncom merah (Neurospora
Akhir-akhir ini, karotenoid terbukti sp.). Pada spora kapang oncom merah,
mempunyai fungsi positif terhadap karoten ada di dalam sel, sehingga perlu
kesehatan. Beta karoten merupakan dikeluarkan (ekstraksi) untuk
bagian dari karotenoid yang menarik memperoleh ekstrak karoten.
perhatian karena aktivitas sebagai Karoten bersifat tidak larut dalam
provitamin A yang tinggi dan berperan air sehingga menyulitkan
sebagai antioksidan (Yuan et al, 2008) penggabungannya pada proses formulasi
yang banyak digunakan pada formulasi produk pangan. Selain itu, karoten
produk pangan (Chu et al., 2007). bersifat peka terhadap oksigen, panas,

31
Mikroenkapsulasi Ekstrak Karoten dari Neurospora sp. (Yusra dkk)

dan cahaya sehingga membatsi dengan karbohidrat. Protein memiliki


penggunaannya dalam produk pangan, gugus hidrofobik dan hidrofilik sekaligus
pangan fungsional, dan farmasi (Yuan et dalam strukturnya (McClements, 1999)
al., 2008) sehingga tidak memerlukan pengemulsi
Salah satu cara melindungi karoten untuk penyalutan bahan isian.
dari kerusakan dan penurunan kualitasnya Penelitian sebelumnya menyebutkan
adalah dengan teknik mikroenkapsulasi. bahwa proporsi minyak sawit merah
Menurut Cerdeira et al (2007), sebanyak 30% (b/b terhadap bahan
mikroenkapsulasi merupakan suatu teknik penyalut) yang dienkapsulasikan dalam
pelapisan bahan isian dengan lapisan tipis laktosa-natrium kaseinat (0.67:1)
bahan penyalut. Bahan isian dapat memberikan efisiensi dan rendemen
diproteksi dari pengaruh lingkungan (Ahn terbaik dibandingkan proporsi 35, 40 dan
et al., 2008). Mikroenkapsulasi dengan 45% (Suswantinah, 2005). Dalam
pengeringan semprot merupakan metode penelitian ini dicobakan 3 proporsi
yang telah diaplikasikan di industri (Chen ekstrak karoten (b/b terhadap bahan
et al., 2003; Su et al., 2007). penyalut) yaitu 20, 30 dan 40%.
Ekstrak karoten perlu pelarut untuk
memudahkan pembentukan emulsi minyak BAHAN DAN METODE
dalam air. Pada penelitian ini pelarut yang
digunakan adalah minyak kelapa murni Bahan
(VCO), karena minyak ini jernih (tidak Spora kapang oncom merah
berwarna), relatif tahan terhadap (Neurospora sp.) dari oncom dengan
pemanasan, dan memiliki nilai fungsional bahan dasar ampas tahu dari pabrik
terhadap kesehatan. oncom di Purwakarta, aseton dan
Pemilihan penyalut menjadi penting heksana (teknis), isolat proteinat kedelai
karena mempengaruhi stabilitas emulsi dan natrium kaseinat dari Toko Setia
sebelum pengeringan (Cerdeira et al., Guna, Bogor, dan isolat protein whey dari
2007). Jenis bahan penyalut dan jumlah pabrik susu “Anlene”, Yogyakarta.
ekstrak karoten yang tepat untuk
mikroenkapsulasi karoten dari kapang Metode
oncom merah belum diketahui. Penelitian ini terdiri atas
Dalam penelitian ini dicobakan tiga pemanenan spora dari oncom, ekstraksi
jenis bahan penyalut berbasis protein, karoten dari spora oncom, dan
yaitu isolat protein kedelai, natrium mikroenkapsulasi ekstrak karoten dari
kaseinat dan isolat protein whey. Adanya spora oncom merah. Penelitian ini
gugus hidrofilik dan lipofilik pada rantai dilakukan menggunakan rancangan acak
polimer yang sama mempermudah protein kelompok (RAK) yang disusun secara
berasosiasi dengan minyak dan air, yang faktorial dengan 2 faktor, yaitu jenis
menyebabkan emulsi menjadi stabil (Singh bahan penyalut (isolat proteinat kedelai,
et al., 2008). Menurut Villiere et al. natrium kaseinat, dan isolat protein
(2005), protein merupakan pengemulsi whey) dan proporsi ekstrak karoten (20,
sehingga sesuai digunakan sebagai 30 dan 40% b/b bahan penyalut).
penyalut mikrokapsul. Perlakuan diulang sebanyak 2 kali.
Penyalut berbasis protein dapat
menghasilkan mikrokapsul yang mampu Pemanenan Spora dari Oncom Merah
melindungi inti terhadap reaksi oksidasi, Oncom merah dari ampas tahu yang
kondisi penyimpanan yang ekstrim, serta digunakan sebagai bahan baku berukuran
memiliki efisiensi mikroenkapsulasi yang 12x12 cm dengan tebal 2 cm. Dengan
cukup tinggi (Young et al., 1993; Kim et lama fermentasi adalah 5 hari setelah
al., 1996; Hogan et al., 2001). Pemilihan starter kapang ditaburkan. Pada hari
protein sebagai bahan penyalut disebabkan ketiga, oncom yang telah ditumbuhi
protein mempunyai sifat yang berbeda kapang dipotong-potong dengan ukuran

32
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 31 – 39

4x4 cm dan tebal 1 cm, kemudian Analisis dan Analisis Data


fermentasi dilanjutkan sampai hari kelima. Analisis spora kapang oncom merah
Proses pemanenan spora kapang meliputi analisis kadar β-karoten dengan
dengan cara mengerok spora yang tumbuh HPLC (Parker, 1992) dan warna (Yuwono
pada permukaan oncom secara perlahan di dan Susanto, 1998) dan analisis kadar
setiap permukaannya, proses pengerokan protein (AOAC, 2002), kadar air (AOAC,
dilakukan dengan menggunakan kuas. 2002) dan warna untuk bahan penyalut.
Pada tahap emulsifikasi dilakukan penga-
Ekstraksi Karoten dari Spora Kapang matan mikrostruktur untuk mengamati
Oncom Merah bentuk globula emulsi. Analisis ekstrak
Metode ekstraksi karoten yang karoten meliputi analisis total karoten
digunakan merupakan modifikasi metode dan rendemen. Analisis mikrokapsul
Mappiratu (1990) dalam Puspita (2005). meliputi efisiensi mikroenkapsulasi
Berat spora yang digunakan adalah 20 (Young, 1993). total karoten (Parker,
gram. Pelarut yang digunakan untuk 1992), retensi karoten, dan pengamatan
ekstraksi adalah aseton-heksana 2:1 mikrostruktur untuk mengamati bentuk
sebanyak 15 kali berat spora. Ekstraksi mikrokapsul, warna, kadar air, dan
dilakukan menggunakan shaker water bath rendemen.
selama 45 menit pada suhu 35°C. Pengujian stabilitas mikrokapsul
Ekstraksi dilakukan secara bertahap karoten (Wagner and Warthesen, 1995)
sebanyak 3 kali dengan penambahan dilakukan dengan menyimpan
o
pelarut masing-masing tahapan sebanyak mikrokapsul pada suhu 70 C dan
100 ml. Residu diekstraksi kembali dilakukan analisis total karoten
sebanyak dua kali. Ketiga filtrat hasil mikrokapsul setiap 3 hari sekali selama 9
ekstraksi dan penyaringan tersebut hari penyimpanan.
dicampur menjadi satu dan kemudian Analisis ragam (ANOVA) dengan
pelarut diuapkan menggunakan rotary menggunakan program SPSS Apabila
vacuum evaporator pada suhu 45oC selama terdapat interaksi antar perlakuan
20 menit dan dilanjutkan penyemprotan dilakukan uji perbandingan DMRT dengan
dengan gas nitrogen sampai semua pelarut α=5%.
teruapkan.
Ekstrak karoten kering kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
ditambahkan dengan minyak kelapa murni
(VCO) untuk memudahkan pengambilan Spora dan Ekstrak Karoten
ekstrak dan ditambahkan sebanyak 2% Hasil analisis spora dan ekstrak
(b/b) dari bahan penyalut yang digunakan. karoten dari spora kapang oncom dapat
dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Mikroenkapsulasi Ekstrak Karoten
Bahan penyalut (isolat proteinat Tabel 1. Analisis fisik-kimia spora
kedelai, natrium kaseinat dan isolat protein kapang oncom merah
whey) ditimbang dan dilarutkan dalam air Kadar β- Total Karo-
Warna
o Karoten (%) ten (ppm)
bersuhu ±50 C dengan konsentrasi bahan
37,02 117,42 L=55,40 a=+20,49
penyalut 10% (b/v). Kemudian b=+48,30
ditambahkan ekstrak karoten dalam VCO
(20, 30, dan 40% b/b bahan penyalut), Tabel 2. Rendemen dan total karoten
sedikit demi sedikit sambil dihomogenisasi ekstrak karoten
selama 10 menit dengan kecepatan 10000
rpm. Emulsi dikeringkan dengan
pengering semprot dengan aliran suhu Rendemen (%) Total Karoten (ppm)
inlet (Tin) 170-180oC, suhu outlet (Tout) 18,81 88,30
60-70°C, kecepatan aliran ±8 ml/menit

33
Mikroenkapsulasi Ekstrak Karoten dari Neurospora sp. (Yusra dkk)

Kadar β-karoten spora kapang yang baik. Seluruh kasein merupakan


oncom yang dianalisis dengan HPLC protein ampifilik dengan kecenderungan
ditunjukkan pada Gambar 1. Dari tabel kuat untuk teradsorpsi pada permukaan
tersebut terlihat bahwa rendemen yang minyak-air selama pembentukan emulsi,
relatif rendah dan penurunan total karoten dan dapat menurunkan tegangan
ekstrak dari spora menunjukkan bahwa permukaan.
tidak seluruh karoten dalam spora dapat Mikrokapsul yang terbentuk dari
terekstrak. proses pengeringan semprot tersusun
dari beberapa droplet kecil minyak
β - karoten
(bahan isian) yang terdispersi dalam
sebuah matriks polimer. Dengan
menggunakan mikroskop polarisasi
cahaya tampak mikrokapsul dengan
bentuk yang berbeda. Gambar
mikrostruktur dari mikrokapsul karoten
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1. Kromatogram β-karoten spora


kapang oncom merah

Hasil analisis kadar β-karoten


dengan HPLC adalah 37,02%. Persentase
ini menunjukkan bahwa sebanyak 37,02%
dari kandungan karotenoid dalam spora
kapang oncom merah yang dianalisis
merupakan β-karoten, sedangkan
persentase sisanya merupakan jenis Gambar 2. Mikrostruktur mikrokapsul
karoten yang lain. pada proporsi ekstrak 30% dengan
penyalut natrium kaseinat
Mikrostruktur Emulsi dan Mikrokapsul
Karoten Bentuk mikrokapsul karoten tampak
Bentuk mikrostruktur emulsi ekstrak relatif lebih seragam, yaitu bulat dengan
karoten dalam VCO dengan bahan penyalut ukuran yang lebih kecil. Namun bentuk
menunjukkan bentuk tidak beraturan mikrokapsul yang teramati tampak
(Gambar 2). sebagian ada yang saling menyatu
sehingga membentuk gabungan partikel
yang berkumpul. Penggabungan tersebut
diduga disebabkan ketidakstabilan emulsi.
Ketidakstabilan emulsi berakibat pada
proporsi minyak pada permukaan
mikrokapsul yang tinggi (Faldt and
Bergenstahl, 1995) sehingga partikel
mikrokapsul saling melekat.

Efisiensi Mikroenkapsulasi
Gambar 2. Mikrostruktur emulsi pada Efisiensi mikroenkapsulasi
proporsi ekstrak 30% dengan penyalut digunakan untuk mengukur efektifitas
natrium kaseinat mikroenkapsulasi. Efisiensi
mikroenkapsulasi dinyatakan sebagai
Menurut Tornberg et al. (1997) persentase bahan isian yang tidak dapat
natrium kaseinat merupakan pengemulsi diekstrak dengan pelarut. Jumlah bahan

34
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 31 – 39

isian yang dapat diekstrak dari Pengaruh berbagai perlakuan terhadap


mikrokapsul menunjukkan proporsi bahan total karoten produk mikrokapsul
isian yang ada pada permukaan ditunjukkan pada Tabel 4.
mikrokapsul dan proporsi bahan isian yang
sebenarnya terkapsulkan tetapi mengalami Tabel 4. Rerata total karoten mikrokapsul
pelepasan pada saat ekstraksi (Young et Jenis Bahan Proporsi Total Karoten
Penyalut Ekstrak Karoten (ppm)
al., 1993). (%b/b)
20 51,95 a
Tabel 3. Efisiensi mikroenkapsulasi Isolat Protein 30 53,21 a
Jenis Bahan Proporsi Ekstrak Efisiensi Kedelai 40 52,34 a
Penyalut Karoten (%b/b) Mikroenkap-
20 55,47 b
sulasi (%) Natrium 30 62,87 d
20 68,45 b Kaseinat
Isolat Protein 40 58,90 c
30 70,71 c
Kedelai 40 65,50 a 20 55,14 b
Isolat Protein
30 61,75 d
20 84,70 g Whey
Natrium 40 58,54 c
30 89,55 h
Kaseinat Keterangan: rerata yang didampingi huruf yang
40 84,31 g
berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf
20 81,11 e α=0,05
Isolat Protein
30 83,11 f
Whey
40 77,94 d Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata
Keterangan: rerata yang didampingi huruf yang
total karoten mikrokapsul tertinggi
berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf
α=0,05 dihasilkan pada perlakuan jenis bahan
penyalut natrium kaseinat dengan
Tabel 3 menunjukkan bahwa efisiensi proporsi ekstrak karoten 30% (b/b) dan
mikroenkapsulasi dengan penyakut natrium terendah pada bahan penyalut isolat
kaseinat lebih tinggi dibandingkan dengan proteinat kedelai dengan proporsi ekstrak
isolat proteinat kedelai maupun isolat karoten 20% (b/b). Mikrokapsul dengan
protein whey. Natrium kaseinat yang bahan penyalut natrium kaseinat dan
memiliki struktur molekul acak dan isolat protein whey mengalami
fleksibel mampu menyalut ekstrak karoten peningkatan total karoten yang tajam dari
lebih baik dibandingkan isolat protein proporsi ekstrak 20 ke 30%, kemudian
whey dan isolat proteinat kedelai yang turun pada proporsi 40%, sedangkan pada
memiliki struktur globular (Tornberg et al., bahan penyalut isolat proteinat kedelai
1997). perbedaan total karoten tidak berbeda
Untuk semua jenis penyalut, efisiensi nyata antara ketiga proporsi ekstrak. Hal
mikroenkapsulasi meningkat sampai ini perbedaan struktur antara protein
penggunaan proporsi ekstrak karoten 30% kedelai yang globular (Singh et al., 2008)
kemudian menurun. Pada proses dan protein kasen yang bersifat acak
mikroenkapsulasi, nisbah antara (Kinsella et al.. 1989). Protein globular
enkapsulan:bahan isian mempengaruhi yang teradsorpsi secara lambat pada
efisiensi mikroenkapsulasi (Young et al., permukaan minyak/air dalam emulsi
1993a) dan retensi bahan isian (Sheu dan dibandingkan protein acak (McClements,
Rosenberg, 1995). Nisbah 1999). Akibatnya perubahan total
enkapsulan:bahan isian yang tinggi karoten pada mikrokapsul dengan
menghasilkan mikrokapsul dengan efisien- penyalut isolat proteinat kedelai tidak
si mikroenkapsulasi dan retensi bahan isi- setajam natrium kaseinat dan isolat
an yang tinggi (Young et al., 1993a; Sheu protein whey dengan penambahan
dan Rosenberg, 1995). proporsi ekstrak karoten yang sama.

Total Karoten Retensi Karoten dalam Mikrokapsul


Rerata total karoten mikrokapsul Retensi karoten merupakan
berkisar antara 51,95 sampai 62,87 ppm. persentase jumlah karoten yang

35
Mikroenkapsulasi Ekstrak Karoten dari Neurospora sp. (Yusra dkk)

terkapsulkan berdasarkan karoten dalam


ekstrak. Retensi juga menunjukkan Rendemen Mikrokapsul
proporsi karoten yang tidak hilang pada Rendemen mikrokapsul akibat
saat proses pengolahan (homogenisasi dan perlakuan jenis bahan penyalut dan
pengeringan). proporsi ekstrak karoten berkisar antara
Retensi karoten akibat perlakuan 71,00 sampai 98,39%. Pengaruh berbagai
jenis bahan penyalut dan proporsi ekstrak perlakuan terhadap retensi karoten
karoten berkisar antara 58,84 sampai ditunjukkan pada Gambar 5.
71,19%. Pengaruh berbagai perlakuan
terhadap retensi karoten ditunjukkan pada
100.00
Tabel 5.
95.00

Rendemen (%)
Tabel 5. Retensi karoten mikrokapsul 90.00
Isolat Proteinat Kedelai
Jenis Bahan Proporsi Ekstrak Retensi 85.00 Na Kaseinat
Penyalut Karoten (%b/b) Karoten (%) Isolat Protein Whey
80.00
20 58,84 a
Isolat Protein 30 60,40 a 75.00
Kedelai 40 59,28 a 70.00
20 30 40
20 62,83 b Proporsi Ekstrak Karoten (% b/b)
Natrium 30 71,19 d
Kaseinat 40 66,71 c Gambar 4. Rendemen mikrokapsul
20 62,42 b
Isolat Protein Rendemen mikrokapsul yang
30 69,93 d
Whey
40 66,31 c dihasilkan cenderung menurun dengan
Keterangan: rerata yang didampingi huruf yang meningkatnya proporsi ekstrak karoten
berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf
(Gambar 4). Hal ini berhubungan dengan
α=0,05
sifat hidrofobik dan hidrofilik dari bahan
penyalut, serta kemampuan bahan
Retensi karoten tertinggi dihasilkan
penyalut dalam mengikat bahan isian
pada proses mikroenkapsulasi dengan
(ekstrak karoten yang bersifat non polar).
bahan penyalut natrium kaseinat pada
Rendemen mikrokapsul dengan
proporsi ekstrak karoten 30%, sedangkan
bahan penyalut isolat proteinat kedelai
rerata yang terendah dihasilkan dari
lebih besar dibandingkan dengan
proses mikroenkapsulasi dengan bahan
mikrokapsul dengan natrium kaseinat
penyalut isolat proteinat kedelai pada
maupun isolat protein whey. Rendemen
proporsi ekstrak karoten 20%.
mikrokapsul dipengaruhi oleh sifat
Kaseinat memiliki aktivitas
pelapisan dan kemampuan pengikatan air
permukaan yang tinggi dan kemampuan
dari bahan penyalut.
merubah konformasi strukturnya lebih
Bentuk agregat dari proteinat
cepat dibandingkan isolat proteinat kedelai
kedelai ini menyebabkan sifat pelapisan
dan whey. Hal ini menyebabkan gugus
pada bahan isian menjadi lebih padat
hidro-fobik dari kaseinat lebih terbuka
sehingga rendemen tinggi. Menurut
sehingga lebih mudah berikatan dengan
McClements (1999) protein dalam bentuk
gugus non polar dari minyak. Dalgleish
agregat menyebabkan pelapisan yang
(1997) juga menyatakan bahwa emulsi
lebih padat. Selain itu, struktur ini
yang distabilisasi kaseinat sangat stabil.
membentuk gumpalan pada saat proses
Emulsi yang stabil akan mencegah
pengeringan sehingga luas permukaan
terjadinya koalesensi sehingga karoten
mikrokapsul rendah, penguapan air
tidak keluar dari mikrokapsul sehingga
menjadi tidak maksimum.
kehilangan karoten saat proses
pengeringan dapat diminimumkan, maka
Warna Mikrokapsul
retensi bahan isian dapat dipertahankan.
Warna mikrokapsul yang diamati
meliputi kecerahan, warna merah dan

36
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 31 – 39

kuning. Berikut ini grafik kecenderungan


warna mikrokapsul akibat perlakuan jenis Nilai L (kecerahan) dan a+ (merah)
bahan penyalut dan proporsi ekstrak merupakan indikator yang tepat untuk
karoten. menunjukkan intensitas warna dari
Warna mikrokapsul terutama karoten (Desobry et al., 1997).
dipengaruhi oleh warna asal dari bahan Peningkatan proporsi ekstrak karoten
penyalut. Isolat proteinat kedelai memiliki akan meningkatkan nilai warna merah
warna coklat muda, natrium kasenat dari mikrokapsul yang dihasilkan.
berwarna putih cerah sedangkan isolat Karoten memiliki warna jingga yang
protein whey berwarna kekuningan. Hal ini merupakan perpaduan antara warna
terlihat dari tingkat kecerahan mikrokapsul merah dan kuning. Peningkatan proporsi
dengan penyalut isolat proteinat kedelai ekstrak karoten akan meningkatkan
yang terendah dibandingkan mikrokapsul intensitas warna merah dari produk
dengan kedua penyalut yang lain. Nilai sehinggga intensitas warna kuning akan
kecerahan mikrokapsul cenderung semakin menurun
menurun dengan meningkatnya proporsi
ekstrak karoten. Peningkatan proporsi Stabilitas Karoten selama Penyimpanan
o
ekstrak karoten menyebabkan warna pada Suhu 70 C
bubuk mikrokapsul semakin pekat Rerata slope persamaan regresi
sehingga kecerahannya menurun. Hal ini linier dari stabilitas karoten berkisar
ditunjukkan pada Gambar 5. antara 3,65 sampai 6,57. Pengaruh
80.00 perlakuan jenis bahan penyalut dengan
75.00
proporsi ekstrak karoten terhadap
Nilai L* (kecerahan)

70.00
stabilitas karoten dalam mikrokapsul
65.00

60.00
Isolat Proteinat Kedelai
Na Kaseinat
dapat dilihat pada Gambar 8.
Isolat Protein Whey
55.00

50.00
7.00
45.00
Slope Stabilitas Karoten

20 30 40
Proporsi Ekstrak Karoten (% b/b) 6.00
Isolat Protein Kedelai

Gambar 5. Nilai kecerahan mikrokapsul 5.00


Na Kaseinat
Isolat Protein Whey

18.00
4.00

16.00
3.00
20 30 40
Nilai a+ (merah)

Isolat Proteinat Kedelai Proporsi Ekstrak Karote n (%b/b)


Na Kaseinat
14.00 Isolat Protein Whey
Gambar 8. Slope persamaan regresi
12.00 linier stabilitas karoten mikrokapsul
10.00
20 30 40 Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai
Proporsi Ekstrak Karoten (% b/b)
slope persamaan regresi linier dari
Gambar 6. Nilai merah mikrokapsul stabilitas karoten mikrokapsul cenderung
meningkat dengan penambahan proporsi
27.00 ekstrak karoten yang semakin besar.
25.00 Peningkatan nilai slope ini berarti kurva
Nilaib b+ (kuning)

23.00 linier dari stabilitas karoten semakin


Isolat Protein Kedelai
21.00 Na Kaseinat curam yang menunjukkan karoten dalam
Isolat Protein Whey
19.00 mikrokapsul semakin tidak stabil dengan
17.00
penambahan proporsi ekstrak karoten
15.00
20 30 40
yang semakin besar.
Proporsi Ekstrak Karoten (% b/b) Penambahan ekstrak karoten yang
semakin besar akan menurunkan efisiensi
Gambar 7. Nilai kuning mikrokapsul
mikroenkapsulasi sehingga proporsi

37
Mikroenkapsulasi Ekstrak Karoten dari Neurospora sp. (Yusra dkk)

ekstrak karoten di permukaan mikrokapsul


semakin tinggi yang menyebabkan karoten DAFTAR PUSTAKA
tidak terlindungi.
Mikrokapsul dengan natrium kaseinat Ahn, J-H., Y-P. Kim, Y-M. Lee, E-M. Seo,
sebagai penyalut tampak lebih stabil K-W. Lee, and H-S. Kim. 2008.
dibandingkan mikrokapsul dengan isolat Optimization of microencapsulation
proteinat kedelai maupun isolat protein of seed oil by response surface
methodology. Food Chemistry 107:
whey sebagai penyalut. Isolat proteinat
98–105
kedelai yang merupakan protein struktur AOAC. 2002. Official Methods of
globular akan teradsorpsi dalam Analysis of the Association of
pembentukan lapisan tunggal (monolayer) Officials Analitical Chemists, 14th
dan membentuk lapisan yang tipis, ed. AOAC Inc. Arlington, Virginia
sedangkan kaseinat akan saling bergabung Britten, M. and H.J. Giroux. 1993.
dan membentuk lapisan ganda (multilayer) Interfacial properties of milk
(Britten dan Giroux dalam Cayot dan protein-stabilized emulsions as
Lorient, 1997). influenced by protein
concentrations. J. Agric. Food
Chem. 41: 1187-1191
KESIMPULAN Cerdeira, M., G.G. Palazolo, R.J. Candal,
and M.L. Herera. 2007. Factors
Spora kapang oncom merah affecting initial retention of a
(Neurospora sp.) memiliki kadar β-karoten microencapsulated sunflower seed
sebesar 37,02% dan total karoten 117,42 oil/milk fat fraction blend. J. Am.
ppm. Total karoten pada ekstrak karoten Oil Chem. Soc. 84: 523-531
dari spora mengalami penurunan yaitu Chen, T-L, Y-C. Lo, W-T. Hu, M-C. Wu,
sebesar 89,33 ppm. S-T. Chen, and H-M. Chang.
2003. Microencapsulation and
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
modification of synthetic peptides
perlakuan jenis bahan penyalut yaitu isolat
of food proteins reduces the blood
proteinat kedelai, natrium kaseinat, dan pressure of spontaneously
isolat protein whey serta proporsi ekstrak hypertensive rats. J. Agric. Food
karoten sebesar 20, 30, dan 40% Chem. 51: 1671-1675
berpengaruh nyata terhadap parameter Chu, B-S, S. Ichikawa, S. Kanafusa, and
total karoten, efisiensi mikroenkapsulasi, M. Nakajima. 2007. Preparation
retensi karoten dalam mikrokapsul, kadar and characterization of â-carotene
air, rendemen, kecerahan (L*), warna Nanodispersions prepared by
merah (a*), dan warna kuning (b*). solvent displacement technique. J.
Agric. Food Chem. 55: 6754-6760
Pengujian terhadap stabilitas karoten
Dalgleish, D.G. 1997. Structure-function
dalam mikrokapsul terhadap penyimpanan relationship of caseins. In Proteins
o
pada suhu 70 C menunjukkan bahwa baik and Their Applications. Edited by S.
jenis bahan penyalut maupun proporsi Damodaran and A. Paraf. Marcel
ekstrak karoten memberikan pengaruh Dekker Inc., New York
yang nyata terhadap stabilitas karoten Damodaran, S. 1996. Amino acids,
mikrokapsul. Mikrokapsul yang paling peptides, and proteins. In O.R.
stabil diperoleh pada mikrokapsul dengan Fennema. Food Chemistry 3rd ed.
bahan penyalut natrium kaseinat dan pada Marcel Dekker, Inc., New York
Desobry, S. A., F. M. Netto, and T.P.
proporsi ekstrak 20%.
Labuza. 1997. Comparison of spray
Mikrokapsul terbaik dinilai dari drying, drum drying and freeze
stabilitasnya terhadap perlakuan drying for β-carotene encapsulation
o
penyimpanan pada suhu 70 C dan and preservation. J. of Food Sci.
kandungan karotennya, yaitu mikrokapsul 62(6): 1158-1162
dengan jenis bahan penyalut natrium Estiasih, T. 2003. Peran Natrium
kaseinat dan pada proporsi ekstrak Kaseinat dan Fosfolipida dalam
karoten 30%. Emulsifikasi dan Mikroenkapsulasi

38
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 31 – 39

Trigliserida Kaya Asam Lemak ω-3. microcapsules containing probiotics


Disertasi. Universitas Gadjah Mada, and filtrates from fermented rice.
Yogyakarta International Journal of Dairy
Faldt, P. and B. Bergenstahl. 1995. Fat Technology 60(1): 49-54
encapsulated in spray-dried food Suswantinah, A. 2005. Studi
powders. J. Am. Oil Chem. Soc. Mikroenkapsulasi dan Stabilitas
72(2): 171-176 Mikrokapsul Minyak Sawit Merah
Hogan, S. A., B. F. McNamee, E. D. (Red Palm Oil) sebagai Produk
O’Riordan, and M. O’Sullivan. 2001. Suplemen dan Fortifikasi Pangan.
Microencapsulating properties of Skripsi. Fakultas Teknologi
sodium caseinate. J. Agric. Food Pertanian Universitas Djuanda,
Chem. 49: 1934-1938 Bogor
Kim, Y.D. C.V. Morr, and T.W. Schenz. Tornberg, E., A. Olsson, and K. Persson.
1996. Microencapsulations 1997. The structural and interfacial
properties of gum arabics and several properties of food proteins in
food proteins: liquid oranges relation to their function in
emulsions particles. J. Agric. Food emulsions. In S.E. Friberg and K.
Chem. 44: 1308-1313 Larsson (eds). Food Emulsions. 3rd
Kinsella, J.E., D.M. Whitehead, J. Budy, ed. revised and expanded. Marcel
and N.A. Bring. 1989. Milk protein: Dekker Inc., New York
structure and function. In P.F. Fox Villiere, A.L., M. L. Viau, I. Bronnec, N.
(ed.). Development in Dairy Moreau, and C. Genot. 2005.
Chemistry-4. Elsevier Applied Oxidative stability of bovine serum
Science, New York albumin- and sodium caseinate-
Mappiratu. 1990. Produksi β-Karoten stabilized emulsions depends on
pada Limbah Cair Tapioka dengan metal availability. J. Agric. Food
Kapang Oncom Merah. Thesis MS. Chem. 53: 1514-1520
FPS–IPB, Bogor Wagner, L.A. and J.J. Warthesen. 1995.
McClements, D. J. 1999. Food Stability of spray-dried
Emulsions: Principles, Practice and encapsulated carrot carotenes. J. of
Technique. CRC Press, USA Food Sci. 60(5): 1048-1053
Parker. 1992. Dalam G. Efendi. Teknik Young, S.L., X. Sarda, and M.
Mikroenkapsulasi Provitamin A dari Rosenberg. 1993.
Minyak Sawit Merah dengan Metode Microencapsulating properties of
Koaservasi Kompleks. Skripsi whey proteins. 2. Combination of
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, whey proteins with carbohydrates.
Bogor J. Dairy Science 76: 2878-2885
Puspita, A. C. 2005. Optimasi Proses Yuan, Y., Y.Gao, J. Zhao, and L. Mao.
Ekstraksi β-Karoten dari Kapang 2008. Characterization and
Neurospora sitophila: Kajian Jenis stability evaluation of beta carotene
dan Jumlah Pelarut. Skripsi. nanoemulsions prepared by high
Fakultas Teknologi Pertanian pressure homogenization under
Universitas Brawijaya, Malang various emulsifying conditions.
Sheu, R. and M. Rosenberg. 1995. Food Research International 41: 61–
Microencapsulated by spray drying 68
ethyl caprylate in whey protein and Yuwono, S.S. dan T. Susanto. 1998.
carbohydrate wall systems. J. of Pengujian Fisik Pangan. FTP–UB,
Food Sci. 60(1): 98-103 Malang
Singh, P., R. Kumar, S. N. Sabapathy,
and A. S. Bawa. 2008. Functional
and edible uses of soy protein
products. Comprehensive Reviews in
Food Science and Food Safety 7: 14-
28
Su, L-C., C-W. Lin, and M-J. Chen.
2007. Development of an Oriental-
style dairy product coagulated by

39

You might also like