Professional Documents
Culture Documents
ELEARNING Angket PDF
ELEARNING Angket PDF
BERBASIS WEB
Anasufi Banawi∗
ABSTRACT
Kata kunci: Evaluasi, WBT program, e-learning, model ADDIE, Teori Empat
Level Kirkpatrick
PENDAHULUAN
Pemanafaatan internet untuk pendidikan (misalnya e-learning) tidak hanya untuk
pendidikan jarak jauh, seperti Universitas Terbuka dan Sekolah-sekolah Terbuka.
Bahan ajar dibuat interaktif dan menarik sehingga kualitas belajar kelas on-line tidak
kalah dengan belajar dalam kelas biasa dalam sistem pendidikan konvensional. Kini,
perguruan tinggi dan sekolah menengah banyak yang mengembangkan dan
menyediakan pembelajaran berbasis internet untuk mendukung sistem pendidikan
konvensional. Namun, suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro
dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini seperti:
memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan,
berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukan sisi
negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh budaya asing. Oleh
karena itu sangat penting dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-
learning termasuk evaluasi terhadap penyelenggaraan e-learning itu sendiri (Pandia,
2007)
Anda telah menjalankan e-learning selama satu tahun dan tampaknya sukses. Tiba-
tiba datang e-mail atasan yang meminta laporan evaluasi. Anda bingung, kenapa mereka
∗
Anasufi Banawi, S.Pd., M.Pd., adalah Dosen Tisika pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon.
1
meminta laporan evaluasi? Bukankah mereka dapat melihat sendiri bahwa tidak ada
masalah dengan penerapan e-learning selama ini?
Sayangnya, jumlah pengguna e-learning dan mulusnya teknologi yang Anda pasang
tidak langsung membuktikan kesuksesan praktik e-learning. Data tersebut memang dapat
menjadi salah satu faktor yang mendukung kesuksesan e-learnig, tetapi Anda tidak dapat
berhenti tanpa menggali lebih dalam mengenai kesuksesan e-learning yang dilaksanakan.
Lebih lanjut, evaluasi yang dilakukan tidak hanya berdasarkan pengamatan, melainkan
harus memiliki bukti konkrit berupa laporan yang berdasarkan pelaksanaan evaluasi
terstruktur. Alasan kita mengadakan evaluasi dapat kita lihat dari sudut pandang pihak-
pihak yang terlibat e-learning, yaitu organisasi dan manajemen, departemen pelatihan atau
pengajar, dan anggota organisasi atau pelajar (Empy Efenndi & Zhuang, 2005: 158).
Penyelenggaraan pendidikan bukan sesederhana mengadakan peralatan
laboratorium komputer. Dampak pendidikan akan meliputi banyak orang dan
menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan termasuk
penyelenggaraan e-learning harus dievaluasi agar dapat dikaji apa kekurangannya dan
kekurangan tersebut akan dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan pada
waktu lain. Evaluasi program dimaksudkan untuk melihat pencapaian target program.
Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang dijadikan tolak
ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan. Evaluasi
program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambil kebijaksanaan untuk
menentukan kebijaksanaan selanjutnya. Dengan evaluasi program, langkah evaluasi
bukan hanya dilakukan serampangan saja tetapi sistematis, rinci, dan rnengguñakan
prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode-metode tertentu maka akan
diperoleh data yang andal dan dapat dipercaya. Penentuan kebijaksanaan akan tepat
apabila data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut benar, akurat, dan
lengkap (Suharsimi, 2006: 291-292). Tulisan ini akan mencoba menjelaskan bagaimana
melakukan evaluasi terhadap e-learning yang telah diselenggarakan.
2
Para perancang pengajaran (instructional) dan pengembang kursus akan mampu
mengidentifikasi perbedaan antara tugas-tugas yang diperlukan untuk menganalisa
program kelas tradisional atau klasikal dan hal-hal yang diperlukan untuk membuat
program e-learning (Driscoll, 2002: 82-83).
3
organisasi. Evaluasi level 3 hanya dilakukan oleh 9% organisasi. Kemudian, hanya
segelintir (6%) organisasi menerapkan evaluasi level 4.
Beberapa pertanyaan yang dapat mengungkapkan evaluasi pada tahap Rapid Prototype,
adalah:
Isi Materi:
4
Apa perintah dalam materi jelas?
Apakah perintah materi objektif?
Kata-kata mudah dimengerti?
Ada contoh soal dalam materi?
Apakah praktis?
Saat Browsing:
Apa icon-icon menarik dan jelas?
Apakah ada tombol navigator?
Apakah hot spots jelas?
Apakah pop-up membingungkan?
Setelah menggunakan sebuah hypertext link apa bisa kembali ke program?
3. Alpha Class
Merupakan sebuah penilaian formatif dalam WBT program terkait dengan
keefektifan suatu materi yang dikembangkan dinyatakan sudah layak pakai. Hasil
evaluasi ini memberi gambaran bahwa materi pembelajaran yang dibuat (pada tahap
Rapid Prototype) telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada tahap ini, materi
yang dikembangkan telah lengkap dan berisikan: text, grafik, video, suara, animasi, tes,
dan link dengan program lain. Pelaksanaan evaluasi sangat berkaitan erat dengan
kesiapan semua perangkat pembelajaran dan audience (peserta). Syarat yang harus
terpenuhi pada tahap ini, yaitu: anggota kelompok yang mengembangkan materi harus
berpengalaman dalam kursus dan menguasai teknologi.
4. Pilot
Merupakan tahapan terakhir dari serangkaian tahapan dalam model ADDIE. Jadi
tahap ini merupakan “peluncuran” materi dalam skala besar. Pelaksanaan evaluasi
sangat berkaitan dengan kesiapan program yang dijalankan dan audience (peserta).
Syarat yang harus terpenuhi pada tahap ini, yaitu: ada rencana perbaikan materi
pengajaran bila peluncuran gagal. Dari evaluasi ini, dapat diketahui masalah-masalah
yang berkaitan dengan keefektifan program yang diselenggarakan dan masalah-masalah
teknik lapangan yang terjadi, seperti: bandwidth jaringan, konektivitas internet,
kecepatan akses. Seperti halnya kelas kursus, untuk mengevaluasi keefektifan WBT
program dapat digunakan Teori Empat Level Kirkpatrick. Terkait masalah teknik di
lapangan, ada lima unsur yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) Conectivity (konektivitas),
2) Leraners’ Technical Ability (kemampuan teknik peserta), 3) Hardware (perangkat
keras), Software (perangkat lunak), dan 5) Integration (Keterpaduan) (Driscoll, 2002:
235-248).
5
lunak. Sebenarnya, hal ini bukan untuk maksud menanyakan kegunaan daftar/laporan-
tersebut atau meragukan kebenaran yang ada didalamnya, melainkan hanya sebuah
evaluasi “yang bukan kontekstual” yang bisa diterima akan produk yang dihasilkan.
2. Evaluasi Kinerja
Scrivens (2000) di AS, menggunakan istilah ”evaluasi kinerja” untuk sesuatu yang
akan dilakukan, di Eropa disebut sebagai penilaian siswa. Secara singkat dapat
didefenisikan bahwa evaluasi kinerja siswa adalah suatu indikator tangguh yang
menunjukkan efektivitas penyelengaraan e-learning. Lebih dari itu, suatu survei
melaporkan tentang evaluasi kinerja dalam konteks e-learning sebagian besar terkait
dengan peralatan dan instrumen-instrumen on-line untuk menguji pengetahuan pelajar
berbasis kinerja (Piskurich & George, 2003).
6
Contoh untuk WBT: pengisian lembaran observasi oleh pelatih saat peserta uji
kemampuannnya terkait WBT program ataupun e-learning.
4. Level 4/Business Result
Mengukur keberhasilan pelatihan berdasarkan perubahan pada organisasi atau bisnis
yang disebabkan pelatihan.
Contoh untuk WBT: ada sales team yang dipilih secara random. Kelompok ini akan
dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk mengetahui hal-hal yang
menguntungkan dan hal-hal yang merugikan dalam pelaksanaan WBT program
ataupun e-learning.
PENUTUP
Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun
tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan
sentuhan kepribadian sulit dilakukan dalam pembelajaran dengan internet. Hal ini
merupakan tantangan bagi para pengambil kebijakan dan pengembang e-learning. Oleh
karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya
pembelajaran konvensional. Dengan tetap memperhatikan faktor: peserta, lingkungan,
kontekstual, teknologi, dan fungsi mendidik. Sehingga diperlukan program e-learning
yang efesien dan efektif. Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi
internet menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam serta evaluasi.
Evaluasi e-learning perlu dilakukan karena jumlah pengguna e-learning dan mulusnya
teknologi yang dipasang tidak langsung membuktikan kesuksesan penyelenggaraan e-
learning.
DAFTAR PUSTAKA
Empy Efendi dan Zhuang, H. (2005). E-learning Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Andi.
Driscoll, M. (2002). Web Based Training: Creating e-learning experiences. San
Fransisco: Jossey Bass/Pfeiffer A Willey Company.
Kirkpatrick, D. (1994). Evaluating training program: The four levels. San Fransisco:
Berret-Koehler.
Pandia, H. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi Jilid 1 untuk SMP Kelas VIII.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Piskurich dan George M. (2003). The AMA Handbook of e-learning, New York:
American Management Assosiation.
Surjono, H.D. (2007). Wawasan ICT untuk Mahasiswa Baru Pascasarjana UNY 2007.
Yogyakarta: Puskom UNY.[].