You are on page 1of 19

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT

ANTIHIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN


HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh


Drajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

SHOLEHAH AWALI NOORHIDAYAH

20120320133

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA

2016

i
ii
1

Correlation Between Patient Compliance about Taking Medication


and The Blood Pressure of Hypertensive Patients In The Village
Salamrejo

Hubungan
KepatuhanMinumObatAntiihipertensiTerhadapTekananDarahP
adaPasienHipertensi di DesaSalamrejo
SholehahAwaliNoorhidayah1, AmbarRelawati, S.Kep., Ns., M.Kep2
1
Mahasiwi Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program
Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

ABSTRACT
Background : Antihypertensive drugs can control blood pressure of hypertensive patients. Blood
pressure can be controlled either by dutifully taking antihypertensive medication.
Objective : This study aimed to determine the relationship of adherence about taking
antihypertensive medication to blood pressure in hypertensive patients in the Village Salamrejo.
Methods: This study is correlational with cross sectional design. A sample of 104 respondents
who are patients already recorded in Puskesmas Sentolo II who lived in the village of Salamrejo
with total sampling technique. Analysis of the correlation hypothesis using Kolmogorov Smirnov
test with results that not normally distributed and the subsequent test using Spearman
(rho).Instrument medication adherence modifying of Morisky Medication adherence Scale (MMAS
- 8) and questionnaire from the Journal of Management and Pharmacy Practice.
Results: The majority of the population in the village Salamrejo dutifully taking medication
antihypertensive there are 82 respondents(78.8 %). The systolic blood pressure in the susceptible
120-139 mmHg amount 55 respondents (52.9 %). Diastolic blood pressure in the susceptible 90-
99 mmHg amount 37 respondents (35.6 %). The results showed that there is a significant
relationship between antihypertensive medication adherence with systolic blood pressure in
hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation about (-
0.432). Artifacts significant association between antihypertensive medication adherence with
diastolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness
of the correlation about (-0.507).
Conclusion :There is a relationship between antihypertensive medication adherence in
hypertensive patient to blood pressure both systolic and diastolic blood pressure.

Key words :Adherence, Taking Medication, Hypertension, Blood Pressure.


2

INTISARI

Latar Belakang : Obat antihipertensi dapat mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Tekanan
darah dapat terkontrol salah satunya dengan patuh mengkonsumsi obat antihipertensi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat
antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo.
Metode penelitian : Penelitian ini bersifat korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel
sebanyak 104 responden yang merupakan pasien yang sudah tercatat di Puskesmas Sentolo II yang
tinggal di Desa Salamrejo dengan tehnik total sampling. Analisis hipotesis korelasi menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov dengan hasil tidak terdistribusi normal selanjutnya mengunakan uji
Spearman (rho). Instrument kepatuhan minum obat memodifikasi dari Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS-8) kuesioner dari Journal of Management and Pharmacy Practice.
Hasil Penelitian : Mayoritas penduduk Desa Salamrejo yang menderita hipertensi patuh minum
obat antihipertensi yaitu 82 responden (78,8%). Tekanan darah sistolik dalam rentan 120 – 139
mmHg yaitu 55 responden (52,9%). Tekanan darah diastolik dalam rentan 90 – 99 mmHg yaitu 37
responden (35,6%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara
kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dengan
p= 0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,432). Tedapat hubungan yang bermakna
antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi
dengan p=0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,507).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan
darah pasien hipertensi baik tekanan darah sistolik maupun diastolik.

Kata Kunci : Kepatuhan Minum Obat, Hipertensi, Obat Antihipertensi.


3

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah tekanan darah berperan dalam menurunkan angka

tinggi diatas batas normal tekanan kejadiaan komplikasi yang bisa

darah seseorang dan diukur paling terjadi akibat tidak stabilnya tekanan

tidak ada tiga kesempatan yang darah pasien. Komplikasi yang bisa

berbeda.Hasil Riset Kesehatan Dasar terjadi akibat penyakit hipertensi

(Riskesdas) menunjukan prevalensi salah satunya adalah stroke dengan

hipertensi di Indonesia yang didapat prevalensi pasien yang memiliki

melalui pengukuran pada usia ≥18 riwayat hipertensi sebanyak 95%

tahun sebesar 26,5% dari jumlah pasien. (Burhanuddin, Wahiduddin,

penduduk 251.160.124 World dan Jumriani, 2012).

population 2013 CIA, sedangkan di


Keberhasilan pasien dalam
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
pengobatan pada pasien hipertensi
mencapai 25,7% dari jumlah
banyak yang mempengaruhi proses
penduduk 35.253 Badan Pusat
penyembuhan tersebut salah satu
Statistik Daerah Istimewa
faktor keberhasilan penyembuhan
Yogyakarta 2013 (Kementrian
tersebut yaitu kepatuhan pasien
Kesehatan Republik Indonesia,
dalam minum obat. Pasien hipertensi
2013).
dapat mengendalikan tekanan

Obat antihipertensi terbukti dapat darahnya dalam keadaan stabil.

mengontrol tekanan darah pasien Tetapi banyak pasien yang tidak

yang menderita hipertensi dalam patuh mengkonsumsi obatnya degan

batas stabil. Obat antihipertensi teratur, 50% pasien dengan


4

hipertensi tidak mematuhi anjuran Salamrejo yang sudah terdiagnosa

petugas kesehatan untuk oleh tenaga media di Puskesmas

mengkonsumsi obat hipertensi Sentolo II dari bulan April hingga 1

dimana banyak pasien hipertensi Juni 2016.

tidak dapat mengontrol tekanan Variabel bebas pada penelitian ini

darahnya dan berujung pada adalah kepatuhan minum obat

kematian pasien (Morisky dan antihipertensi sedangkan variabel

Munter, 2009). tergantung adalah tekanan darah

pasien hipertensi. Variabel perancu


METODE
dalam penelitian ini adalah jenis
Penelitian ini adalah penelitian
kelamin, usia, pendidikan terakhir,
kuantitatif yang bersifat korelasional
jarak pelayanan kesehatan, jumlah
dengan rancangan penelitian cross
obat yang di minum dan jenis obat
sectional. Menurut waktunya,
yang di minum. Uji statistik yang
merupakan penelitian cross sectional
digunakan adalah Kolmogorov
karena baik variabel independen
Smirnov. Kemaknaan hasil
maupun variabel dependen dinilai
perhitungan statistik menggunakan
hanya satu kali saja dengan
batas kemaknaan 0,05 sehingga bila
menggunakan kuesioner.
p<0,05 maka hasil perhitungan
Teknik pengambilan sampel
statistik bermakna signifikan.
dengan total sampling. Sampel yang
HASIL PENELITIAN
digunakan pada penelitian ini
Berdasarkan tabel 1 Menunjukan
berjumlah 104 responden penderita
bahwa karakteristik data demografi
hipertensi yang berada di Desa
5

responden pasien hipertensi di desa Berdasarkan tabel 2 maka dapat

Salamrejo adalah sebagian besar dilihat bahwa kepatuhan minum obat

responden berada dalam usia dewasa antihipertensi dengan katagori patuh

tengah (41-60 tahun) sebanyak 65 minum obat adalah 82 (29,8%).

responden (62,5%), sebagian besar


Berdasarkan tabel 3 maka dapat
jenis kelamin responden adalah
dilihat bahwa tekanan darah sistolik
perempuan sebanyak 73 orang
pada pasien hipertensi dengan
(70,2%), sebagian besar pendidikan
kategori prehiperensi dalam rentan
responden adalah tidak sekolah
nilai sistolik 120 – 139 mmHg
sebanyak 35 orang (33,7%), sebagian
sebanyak 55 (52,9%).
besar jarak pelayanan kesehatan
Berdasarkan tabel 4 maka dapat
responden adalah < 3 Km sebanyak
dilihat bahwa tekanan darah diastolik
104 orang (100%), sebagian besar
pada pasien hipertensi dengan
lama menderita hipertensi responden
kategori hipertensi tahap 1 dalam
adalah 1 tahun sampai 3 tahun
rentan nilai diastolik 90 – 99 mmHg
sebanyak 68 orang (65,4%), sebagian
sebanyak 37 (35,6%).
besar jumlah obat yang dikonsumsi
Berdasarkan tabel 5 maka dapat
responden adalah 1 Obat sebanyak
diambil kesimpulan bahwa terdapat
72 orang (69,2%), sebagian besar
hubungan antara kepatuhan minum
jenis obat yang dikonsumsi
obat Antihipertensi terhadap tekanan
responden adalah Amplodipine
darah pada pasien hipertensi (p =
sebanyak 57 orang (54,8%).
0,000) dengan keeratan korelasi

sedang (-0,432) dan arah korelasi


6

negative (-) yang mana arahnya (p=0,000) dengan keeratan korelasi

menjunjukan berlawanan arah, sedang (-0,507) dan arah korelasi

semakin besar nilai satu variable negative (-) yang mana arahnya

maka semakin kecil nilai variable menjunjukan berlawanan arah,

lainnya. semakin besar nilai satu variable

maka semakin kecil nilai variable


Berdasarkan tabel 6 maka dapat
lainnya.
diambil kesimpulan bahwa terdapat

hubungan antara kepatuhan minum

obat Antihipertensi terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi


7

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Jarak Pelayanan
Kesehatan, Lama Menderita Hiperetensi, Jumlah Obat yang
dikonsumsi, Jenis Obat yang dikonsumsi pada Pasien
Hipertensi di desa Salamrejo, Kulon Progo. (N = 104)
Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
a. Usia Responden
1) Dewasa Awal 4 3,8
2) Dewasa Tengah 65 62,5
3) Lanjut Usia 35 33,7
b. Jenis Kelamin
1) Laki-laki 31 29,8
2) Perempuan 73 70,2
c. Pendidikan Terakhir
1) Tidak Sekolah 35 33,7
2) SD 29 27,9
3) SMP 6 5,8
4) SMA 30 28,8
5) Perguruan Tinggi 4 3,8
d. Jarak Pelayanan
Kesehatan
1) < 3 Km 104 100
2) > 3Km 0 0
e. Lama Menderita
Hipertensi
1) 1 tahun – 3 tahun 68 65,4
2) 4 tahun – 6 tahun 18 17,3
3) 7 tahun – 9 tahun 2 1,9
4) 10 tahun – 12 tahun 12 11,5
5) 10 tahun – 15 tahun 4 3,8
f. Jumlah Obat yang
dikonsumsi
1) 1 Obat 72 69,2
2) 2 Obat 32 30,8
g. Jenis Obat yang
dikonsumsi
1) Amplodipine 57 54,8
2) Captropile 16 15,4
3) Amplodipine dan 31 29,8
Captropile
Total 104 100
Sumber : (Data primer, 2016)
8

Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Kepatuhan Minum Obat


Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo
( N = 104 )
Kepatuhan Minum Obat Frekuensi Presentase (%)
Tidak Patuh Minum Obat 22 21,2
Patuh Minum Obat 82 78,8

Sumber: (Data Primer, 2016)

Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi Tekanan Darah Sistolik pada


Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ( N = 104)
Frekuensi Presentase (%)
Normal (< 120 mmHg) 0 0
Prehipertensi (120 – 139 mmHg) 55 52,9
Hipertensi tahap 1 (140 – 159 mmHg) 32 30,8
Hipertensi tahap 2 (> 160 mmHg) 17 16,3
Sumber: (Data Primer, 2016)

Tabel 4. Distribusi dan Frekuensi Tekanan Darah Diastolik pada


Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ( N = 104)
Frekuensi Presentase (%)
Normal (< 80 mmHg) 15 14,4
Prehipertensi (80 – 89 mmHg) 23 22,1
Hipertensi tahap 1 (90 – 99 37 35,6
mmHg) 29 27,9
Hipertensi tahap 2 (> 100 mmHg)
Sumber: (Data Primer, 2016)

Tabel 5. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap


Tekanan Darah Sistolik pada Pasien Hipertensi di Desa
Salamrejo
Tekanan Darah
Sistolik
Kepatuhan Minum Obat r -0,432
p 0,000
n 104
Sumber (Data Primer, 2016)

Tabel 6. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap


Tekanan Darah Diastolik pada Pasien Hipertensi di Desa
Salamrejo (N = 104)
Tekanan Darah
Diastolik
Kepatuhan Minum Obat R -0,507
Antihipertensi p 0,001
n 104
Sumber: (Data Primer, 2016)
9

PEMBAHASAN Sarampang, Tjitrosantoso, dan

1. Karakteristik Responden Citraningtyas (2014) menyatakan

a. Usia bahwa resiko terkena hipertensi

meningkat sejalan dengan


Berdasarkan hasil penelitian
bertambahnya usia.
yang dilakukan mayoritas usia

responden berada pada dewasa b. Jenis Kelamin

tengah yaitu pada rentan usia 41 –


Berdasarkan hasil penelitian
60 tahun sebanyak 65 responden
mayoritas jenis kelamin responden
(62,5%). Usia dewasa tengah secara
adalah perempuan dengan usia 41 –
fisiologis mengalami degenerasi
60 tahun yang berjumlah 73 orang
pada hormon dan organ. Pada
(70,2%). Semakin bertambahnya
perempuan, semakin bertambahnya
usia, hormon estrogen yang
usia, hormon estrogen semakin
dimililki perempuan tidak mampu
berkurang, sehingga pelindung pada
menghasilkan High-Density
pembuluh darah semakin
Lipoprotein (HDL) dalam jumlah
berkurang. Hal ini sejalan dengan
banyak, sehingga beresiko terkena
penelitian yang dilakukan Violita,
arteriskerosis akibat meningkatnya
Thaha, dan Dwinata (2015) yang
Low-Density Lipoprotein (LDL).
menyatakan sebagian besar
Perempuan yang sudah memasuki
responden berada pada rentan usia
menopause hormon estrogen yang
60 tahun yaitu sebanyak 56 orang
berperan dalam melindungi
(41,8%). Hal ini sejalan dengan
pembuluh darah sudah rusak. Hal
penelitian yang dilakukan
ini sejalan dengan penelitian yang
10

dilakukan Smantummkul (2014) kesehatan karena tidak ingin

yang menyatakan bahwa perempuan penyakit hipertensi menjadi semakin

mengalami perubahan hormonal parah. Hal ini sejalan dengan

(menopause) yaitu terjadinya penelitian yang dilakukan Rasajati,

penurunan perbandingan estrogen Raharjo, dan Ningrum (2015)

dan anderogen yang menyebabkan responden yang berpendidikan tinggi

peningkatan pelepasan rennin, maupun yang berpendidikan rendah

sehingga dapat memicu peningkatan sama-sama ingin sembuh dari

tekanan darah. penyakit sehingga tingkat pendidikan

tidak mempengaruhikepatuhan
c. Pendidikan Terakhir
melakukanpengobatan. Natoatmodjo
Berdasarkan hasil penelitian
(2010) perubahan atau tindakan
dapatkan mayoritas responden tidak
pemeliharaan dan peningkatan
bersekolah dengan jumlah responden
kesehatan yang dihasilkan oleh
35 orang (33,7%). Pada penelitian ini
pendidikan kesehatan ini didasarkan
tingkat pendidikan responden tidak
pada pengetahuan dan kesadaran
melatar belakangi responden
melalui proses pembelajaran.
terhadap kepatuhan dalam
d. Jarak Pelayanan Kesehatan
pengobatan atau mengontrol tekanan

darah. Dalam penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian

responden sudah memiliki kesadaran mayoritas jarak pelayanan

untuk menjaga tekanan darah agar kesehatan responden adalah < 3 Km

tetap stabil, responden mau dengan jumlah responden 104 orang

memeriksakan diri ke pelayanan (100%). Jarak rumah responden


11

dengan pelayanan kesehatan hipertensi lebih dari satu tahun

Puskesmas Sentolo II sangat sehingga telah mengerti akan

terjangkau, hal ini membuat pentingnya mengkonsumsi obat

responden tidak susah untuk secara rutin dan mengontrol tekanan

menempuh jarak untuk melakukan darah ke puskesmas setiap 10 hari

pengobatan dan mengontrol tekanan sekali. Responden juga

darah secara rutin. Hal ini serupa memungkinkan telah mengetahui

dengan penelitian yang dilakukan risiko yang terjadi jika tidak patuh

oleh Rasajati, Raharjo, dan Ningrum dalam mengkonsumsi obat serta

(2015) bahwa jarak rumah yang komplikasi yang dapat terjadi. Lama

dekat dengan pelayanan kesehatan menderita hipertensi responden

membuat responden lebih mudah dalam penelitian ini sama dengan

untuk berobat sehingga lebih rutin responden dalam penelitian Violita,

minum obat sesuai dengan anjuran Thaha, dan dwinata (2015) bahwa

dokter. lama menderita hipertensi

responden, sebagian besar telah


e. Lama Menderita Hipertensi
menderita hipertensi selama 1 – 3
Berdasarkan hasil penelitian
tahun yaitu sebanyak 63 orang
mayoritas lama menderita hipertensi
(47,0%).
responden adalah 1 – 3 tahun
f. Jumlah Obat yang dikonsumsi.
menderita hipertensi dengan jumlah

responden sebanyak 68 responden Berdasarkan hasil penelitian

(65,4%). Responden dalam mayoritas jumlah obat yang

penelitian ini sudah mengalami dikonsumsi adalah 1 jenis obat


12

setiap harinya dengan jumlah harinya yaitu sebanyak 113 orang

responden sebanyak 72 orang (84,3%).

(69,2%). Konsumsi obat yang


g. Jenis Obat yang dikonsumsi
banyak digunakan responden pada
Berdasarkan hasil penelitian
penelitian ini satu jenis obat
mayoritas jenis obat yang
dikarnakan lama menderita
dikonsumsi oleh responden adalah
hipertensi 1 sampai 3 tahun. Obat
obat amplodipine 57 responden
yang digunakan sebagai terapi
(54,8%). Pada penelitian ini lebih
utama jenis diuretik adalah
banyak dikonsumsi obat
Angiotensin Converting Enzyme
amplodipine karena kaptropile
Inhibitor (ACE- Inhibitor),
kurang efektif dalam menurunkan
Angiotensin Reseptor Blocker
tekanan darah dan responden
(ARB), dan Calcium Channel
mengeluhkan batuk saat
Blocker (CCB). Dimana pengobatan
mengkonsumsi kaptropile. Hal ini
awal menderita hipertensi dimulai
sejalan dengan Smantummkul
dengan 1 jenis obat antihipertensi
(2014) menyatakan bahwa golongan
(monoterapi). Hal ini sejalan dengan
obat yang antihipertensi yang paling
penelitian yang dilakukan Violita,
banyak digunakan di RSUD Dr.
Thaha dan Dwinata (2015)
Moewardi Surakarta tahun 2014
menyatakan bahwa mayoritas
adalah peresepan obat golongan
responden menggunakan jenis terapi
Diuretik, golongan ACEI dan
antihipertensi tunggal atau
golongan CCB yaitu Amplodipine.
mengkonsumsi 1 jenis obat tiap
13

h. Kepatuhan Minum Obat pengobatan 0% dan yang tidak

Antihipertensi patuh melakukan pengobatan 100%.

Berdasarkan hasil penelitian i. Tekanan Darah

sebagian besar patuh minum obat


Berdasarkan hasil penelitian
yaitu sebanyak 82 responden
tekanan darah sistolik pada pasien
(78,8%). Kepatuhan dalam
hipertensi di Desa Salamrejo adalah
penelitian ini dapat dilihat dari
dalam rentang 120 – 139 mmHg
kondisi jarak rumah responden yang
sebanyak 55 responden (52,9%).
dekat dengan pelayanan kesehatan
Sedangkan untuk tekanan darah
serta responden yang rutin datang
diastolik pada pasien hipertensi di
ke pelayanan kesehatan, seperti
Desa Salamrejo adalah dalam dalam
puskesmas. Hal ini sejalan dengan
rentan 90 – 99 mmHg sebanyak 37
penelitian yang dilakukan Rasajati,
responden (35,6%). Hal ini
Raharjo, Ningrum (2015) yang
dikarenakan responden dalam
menyatakan dalam penelitiannya
penelitian ini dapat menjaga tekanan
responden yang jarak rumahnya
darah tersebut dengan aktivitas fisik
dekat terhadap pelayanan kesehatan
setiap harinya. Aktivitas yang
yang patuh melakukan pengobatan
dilakukan responden seperti
sebanyak 52,4% sedangkan yang
berjalan kaki atau menggunakan
tidak patuh sebanyak 47,6%, hal ini
sepeda untuk menempuh ke tempat
berbanding dengan jarak rumah
tujuannya. Jarak rumah responden
responden yang jauh dari pelayanan
yang tidak jauh dan mudah
kesehatan yang patuh melakukan
dijangkau dengan menggunakan
14

sepeda atau berjalan kaki membuat menunjukan hubungan antara

aliran darah dapat mengalir ke kepatuhan minum obat antihipertensi

seluruh tubuh dengan baik. Dimana dengan tekanan darah sistolik dengan

hal ini sejalan dengan penelitian kekuatan korelasi sedang dan arah

yang dilakukan Herawati (2013) hubungan negatif. Hasil uji korelasi

yang mengatakan bahwa seseorang antara variabel kepatuhan minum

yang tidak aktif secara fisik atau obat antihipertensi dengan tekanan

tidak melakukan olahraga memiliki darah diastolik didapatkan nilai

resiko hipertensi sebanyak 30% - signifikansi (pvalue = 0,001) dan

50%. (nilai r = - 0, 507). Terdapat

hubungan antara kepatuhan minum


j. Hubungan Kepatuhan
obat anatihipertensi dengan tekanan
Minum Obat Antihipertensi
darah diastolik dengan kekuatan
Terhadap Tekanan Darah
korelasi sedang dan arah hubungan
Pasien Hipertensi
negatif.Kekuatan korelasi antara
Hasil uji normalitas
kepatuhan minum obat antihipertensi
mengguanakan Kolmogorov Smirnov
terhadap tekanan darah sistolik dan
menunjukan hasil tidak terdistribusi
diastolik pada responden sedang.
normal. Hasil uji korelasi antara
Kepatuhan responden sangat
variabel kepatuhan minum obat
diperlukan pada penelitian ini untuk
antihipertensi dengan variabel
mencapai keberhasilan dalam terapi
tekanan darah sistolik didapatkan
minum obat. Dalam penelitian ini,
nilai signifikan (pvalue = 0,001) dan
kepatuhan minum obat antihipertensi
(nilai r = - 0, 432). Hal ini
15

responden dapat diketahui dari data 78,8% menyatakan patuh minum

kunjungan di Puskesmas Sentolo II obat antihipertensi.

serta obat yang diberikan oleh


Pada penelitian ini terdapat
puskesmas dengan tanggal terakhir
hubungan yang bermakna antara
responden datang ke puskesmas,
kepatuhan minum obat antihipertensi
responden diberikan obat untuk
dengan tekanan darah sistolik
dihabiskan dalam waktu 10 hari
maupun diastolik dengan hasil patuh
setelah obat habis dalam waktu 10
minum obat antihipertensi (78,8%)
hari responden diharapkan datang
dan tidak patuh minum obat
untuk mengecek atau mengontrol
antihipertensi (21,2%), sedangkan,
rutin ke puskesmas serta mengambil
tekanan darah sistolik dalam rentan
obat antihipertensi sesuai dosis dan
120- 139 sebanyak 52,9% dan
kondisi pasien. Hal ini sejalan
tekanan darah diastolik dalam rentan
dengan penelitian yang dilakukan
90 – 99 mmHg sebanyak 35,6%
Mursiany, Ermawati, dan Oktaviani
dalam penelitian ini terdapat
(2013) yang menjelaskan bahwa
hubungan yang bermakna antara
kepatuhan pasien hipertensi juga
kepatuhan minum obat anti
terlihat dalam waktu kontrol pasien
hipertensi dengan tekanan darah
hipertensi. Semakin sering mereka
sistolik dan diastolik. Hal ini sejalan
melakukan kontrol maka semakin
dengan penelitian yang dilakukan
patuh. Pada penelitian ini, kepatuhan
Hairunisa (2014) terdapat hubungan
minum obat antihipertensi adalah
yang bermakna antara tingkat

kepatuhan minum obat dengan


16

tekanan darah terkontrol. Responden Salamrejo dengan hasil p value =

yang patuh minum obat hasil tekanan 0,001 (<0,05).

darah terkontrol 17 orang (23,0%), 2. Terdapat hubungan yang

sedangkan responden yang tidak bermakna antara kepatuhan

patuh minum obat tekanan darah minum obat antihipertensi

terkontrol 0 orang (0,0%), untuk terhadap tekanan darah diastolik

responden yang patuh minum obat pasien hipertensi di Desa

tekanan darah tidak terkontrol 8 Salamrejo dengan hasil p value =

orang (10,8%), dan untuk responden 0,001 (<0,05).

yang tidak patuh minum obat Untuk lebih meningkatkan

tekanan darah tidak terkonrol 49 kepatuhan minum obat khususnya

orang (66,2%). Hal ini menunjukan obat antihipertensi untuk

bahwa tekanan darah tidak dikontrol mencegah komplikasi yang bisa

lebih banyak dijumpai pada penderita terjadi akibat tekanan darah tinggi

hipertensi dengan kepatuhan minum atau hipertensi yang tidak

obat yang rendah. terkontrol karena kurangnya

kedasaran penderita hipertensi


SIMPULAN DAN SARAN
untuk selalu mengontrol tekanan
1. Terdapat hubungan yang
darah rutin, merubah pola hidup
bermakna antara kepatuhan
sehat dan tetap patuh dalam
minum obat antihipertensi
mengkonsumsi obat
terhadap tekanan darah sistolik
antihipertensi.
pasien hipertensi di Desa
17

DAFTAR PUSTAKA Smantummkul, C. (2014). Tingkat Kepatuhan


Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien
Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Burhanuddin. M, Wahiduddin, Jumriani, (2013). Faktor Sakit X Pada Tahun 2014. Universitas
resiko kejadian stroke pada dewasa awal (18- Muhammadiyah Surakarta. Diaskes pada
40 tahun) dikota Makassar tahun 2010-2012. tanggal 16 Juni di
Diaskes 8 juli 2015 : http://eprints.ums.ac.id/32110/9/NASKAH%20
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/1 PUBLIKASI.pdf
23456789/5426/MUTMAINNA%20B_FAKT
OR%20%RISIKO%20KEJADIAN_140613.pd Violita, F., Leida, I., Thaha, Dwinata, I. (2015). Faktor
f?sequence=1 Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum
Obat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Hairunisa. (2014). Hubungan Tingkat Kepatuhan Segiri. Diaskes di Internet pada tanggal 15 juni
Minum Obat dan Diet Dengan Tekanan Darah 201 di
Terkontrol Pada Penderita Hipertensi Lansia http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files
di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas I /disk1/360/--fajrinviol-17972-1-jurnalf-).pdf
Kecamatan Pontianak Barat. Diaskes pada
tanggal 15 juni 2016 di
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/
view/6337/6514

Morisky, D. & Munter, P. (2009). New medication


adherence scale versus pharmacy fill rates in
senior with hypetention. American jurnal of
Managed Care . 15(1) 59- 66.

Mursiany, A., Ermawati, N., Oktaviani, N. (2013).


Gambaran Penggunaan Obat dan Kepatuhan
Mengkonsumsi Obat Pada Penyakit Hipertensi
di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. Diaskes
diinternet pada tanggal 11 Juni 2016 di
http://download.portalgaruda.org/article.php?ar
ticle=351647&val=1322&title=GAMBARAN
%20PENGGUNAAN%20OBAT%20DAN%20
KEPATUHAN%20MENGKONSUMSI%20O
BAT%20%20PADA%20PENYAKIT%20HIP
ERTENSI%20DI%20INSTALASI%20RAWA
T%20JALAN%20RSUD%20KRATON%20K
ABUPATEN%20PEKALONGAN%20TAHU
N%202013

Natoatmodjo, P.D.S. (2010). Metodologi Peneloitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).


Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas
2013.Jakarta.

Rasajati, Q.P., Raharjo, B.B., Ningrum, D.N.A. (2015).


Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang. Diaskes
diinternet pada tanggal 5 juni 2016 di
http://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/pdf/ujph
/6339/4758

Sarampang Y.T, Tjitrosantoso H.M, danCitraningtyas


G. (2014).Hubungan Pengetahuan Pasien
Hipertensi tentang Obat Golongan ACE
Inhibitor dengan Kepatuhan Pasien dalam
Pelaksanaan Terapi Hipertensi di RSUP Prof
Dr. R. D. Kandou Manado. Manado :
Universitas Sam Ratulangi, diaskes
darihttp://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/phar
macon/article/viewFile/5421/4928(diaskes 29
Mei 2015)

You might also like