You are on page 1of 11

176 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

PANDANGAN AT-TUFI DAN ASY-SYATIBI


TENTANG MASLAHAT
(Studi Analisis Perbandingan)

Rusdaya Basri

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: rusdaya-basri@yahoo.com

Abstract: This article discusses the problem of view at-Tufi and ash-Syatibi of
beneficiaries: Comparative Study. Well-being of slaves, is a determinant factor of the
study of the theory of benefit to at-Tufi and as-Syatibi. The main focus of this discussion
with literature approach. The results of a literature review indicates that the concept of
beneficiaries in view of at-Tufi and ash-Syatibi arguments are based on passages that
Shari'a goal is to realize the benefit of both in this world and hereafter. The scope of
beneficiaries are at-Tufi and as-Syatibi on issues soaial life and customs, does not apply
to matters of worship and the measures that have been established Personality '. For at-
Tufi, beneficiaries is a separate argument beyond the sacred text, it means masalahat not
have supported the text. Because is independent, if contrary to nat / text then prioritized
beneficiaries through takhsis, while the ash-Syatibi beneficiaries understand the
universal nature which is the result of induction of the arguments of Personality 'so that if
the beneficiaries are partial/juz' i conflict with the universal beneficiaries who
precedence is the beneficiaries who are universal because of its qat'i. This difference has
implications for the epistemological differences. Epistemologically, at-Tufi quite liberal
in understanding the theory of beneficiaries because it puts the reasonable opinion higher
than revelation or tradition. For at-Tufi, because the basis of Islamic Shari'a is the
benefit, and the beneficiaries themselves can be achieved in determining the sense that
something is not necessary mafsadat beneficiaries or revelation or tradition, but the
reasoning is quite reasonable. While trying to integrate Syatibi ash-revelation and reason
through the application of inductive logic of Islamic texts in understanding the theory of
benefit.

Kata Kunci: at-Tufi, as-Syatibi, Maslahat. Maqashid asy-syari’,

I. PENDAHULUAN muncul pro dan kontra terhadap boleh


tidaknya seorang wanita presiden. Baik
Pengamat dan penulis kontem-porer sikap pro maupun kontra tentu juga di-
dalam bidang hukum Islam pada umum- landasi argumen-argumen yang mengan-
nya dan usul fiqh pada khususnya men- dung pertimbangan maslahat.
jadikan teori tentang maslahat sebagai Apabila ditilik dari sejarahnya, per-
referensinya. Terutama pada tahun 80-an timbangan maslahat dalam penetapan
di Indonesia pernah terjadi pro dan kontra hukum pada dasarnya telah dilakukan jauh
terhadap ide reaktualisasi ajaran Islam,1 sebelum ilmu usul fiqh mengalami per-
dan setelah pemilu pada bulan Juni 1999 kembangan. Pada masa sahabat, terutama
dan pemilu 2004 yang lalu di Indonesia ketika Umar Bin Khattab menjadi khalifah
177 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

dianggap paling banyak menggunakan terkenal dengan nama at-Tufi, juga


penalaran dan melampaui teks-teks sarih popular dengan Ibn Abu Abbas.
dalam al-Qur’an karena pertimbangan At-Tufi lahir diperkirakan pada
maslahat. Bahkan upaya penggunaan tahun 657 H/1259M dan meninggal pada
ra’yu melalui ijtihad pun sesungguhnya tahun 716 H/1318M. Berdasarkan kete-
telah ada pada zaman Rasulullah saw. rangan ini, jelaslah bahwa tokoh ini lahir
ketika beliau mengutus Muadz bin Jabal setahun setelah serbuan pasukan mongol
ke Yaman. Artinya, benih usul fiqh sudah ke kota Baghdad yang dipimpin oleh
ada pada Nabi dan kebutuhan terhadap Hulagu Khan pada tahun 1258M. jatuhnya
kajian disiplin ilmu ini terus ada karena kota Baghdad oleh serangan tentara
persoalan hukum kemasyarakatan tidak Mongol tersebut merupakan peristiwa
pernah berhenti. Barangkali apa yang yang paling menentukan dalam sejarah
dimaksud di sini mirip dengan bunyi kaum muslimin, sebuah pertanda awal
adagium seperti ini; ‫النصوص متناهية والوقائع‬ kehancuran kaum muslimin. Jatuhnya
Baghdad di atas dilukiskan sebagai
‫( غريمتناهية‬teks-teks hukum itu terbatas
seluruh dunia Islam gelap tak berdaya.
adanya sementara kasus-kasus hukum Tidak seorangpun yang dapat mem-
tidak terbatas).2 bayangkan bencana yang lebih dahsyat
Di sinilah pentingnya mengkaji teori daripada malapetaka ini. Akibatnya adalah
maslahat. Dan di antara tokoh yang paling integritas politik dunia bahwa tokoh yang
banyak membahas persoalan ini dan menjadi obyek pembahasan tulisan ini
menginspirasi kebanyakan pemikir Islam hidup dalam situasi Islam betul-betul
selanjutnya adalah Najamuddin at-Tufi berantakan.
dan Abu Ishaq asy-Syatibi. Pengkajian Di samping informasi integritas
terhadap pemikiran kedua tokoh ini politik dunia Islam yang tercabik-cabik,
penting dilakukan karena selain teori yang juga at-Tufi hidup dalam masa kemun-
dikembangkan berbeda dengan teori mas- duran Islam, terutama kemunduran hukum
lahat oleh ulama ushul fiqh pada umum- Islam. Fase kemunduran hukum Islam
nya juga telah memberikan kontribusi berlangsung lama yaitu pertengahan abad
yang cukup besar dalam pengkajian dan ke-4 H sampai akhir abad ke-13 H. pada
perkembangan filsafat hukum Islam. fase tersebut para ulama kurang berani
Oleh karena itu, yang menjadi fokus berinisiatif untuk mencapai tingkatan
kajian dalam tulisan ini adalah pemikiran mujtahid mutlak dan menggali hukum-
at-Tufi dan asy-Syatibi tentang maslahat. hukum Islam langsung dari sumber-
II. PEMBAHASAN sumbernya yang pokok, yaitu al-Qur’an
dan Sunnah, atau mencari hukum suatu
A. Sketsa Biografi Singkat at-Tufi dan persoalan melalui salah satu dalil syara’.
asy-Syatibi Mereka merasa cukup mengikuti pen-
1. Najamuddin at-Tufi (w.716H/1318M) dapat-pendapat yang ditinggalkan oleh
Nama lengkapnya adalah Najamudin Imam-imam mujtahid sebelumnya, seperti
Abu ar-Rabi Sulaiman bin Abd al-Qawi Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad.
bin abd al-Karim bin Said at-Tufi as- Berbagai factor, baik politik, mental,
Sarsari al-Baghdadi al-Hanbali, yang ter- social dan sebagainya telah mempenga-
kenal dengan nama at-Tufi. Sebenarnya ruhi kegiatan mereka dalam lapangan
Tufi adalah nama sebuah desa di adaerah hukum, sehingga tidak mempunyai fikiran
sarsar Irak, dan desa itulah tokoh ini independen, melainkan harus bertaklid.
dilahirkan. Di samping tokoh tersebut Munculnyafanatisme terhadap mazhab
tertentu yang berusaha membela mazhab-
178 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

nya sendiri dan memperkuat dasar-dasar namanya dinisbahkan dengan daerah ter-
mazhab maupun pendapat-pendapatnya, sebut, diduga ia tidak lahir di sana karena
dengan cara, mengemukakan kebenaran menurut catatan sejarah, kota jativa telah
pendirian mazhabnya dan menyalahkan berada di bawah kekuasaan Kristen dan
pendirian mazhab lain atau dengan cara segenap umat Islam telah diusir dari sana
memuji-muji imam pendiri mazhabnya sejak tahun 645 H/ 1247 M, hampir satu
yang dianutnya. Akibatnya, seseorang abad sebelum kelahiran asy-Syatibi. Ada
tidak lagi mengarahkan perhatiannya dugaan bahwa keluarga asy-syatibi
kepada sumber hukum yang utama, yaitu meninggalkan negeri itu dan menetap di
Qur’an dan Hadis. Orang-orang berilmu Granada. Denga demikian, dapat diper-
akhirnya menjadi orang-orang awam yang kirakan bahwa asy-Syatibi lahir ketika
mencukupkan dengan taqlid. Hal ini ber- Yusuf Abu al-Hajjaj memerintah Granada
langsung hingga para ulama pada akhir (1333-1354 H).
abad ke-4 H menetapkan penutupan pintu Asy-Syatibi dewasa di Granada dan
ijtihad dan membatasi kekuasaan para memperoleh seluruh pelajarannya di kota
hakim dan para pemberi fatwa dengan yang menjadi ibukota kerajaan Bani Nasr
pendapat-pendapat yang ditinggalkan oleh ini. Masa muda asy-Syatibi bertepatan
ulama-ulama sebelumnya. dengan pemerintahan Sultan Muhammad
Meskipun masa tersebut dinama-kan V al-Gani Billah, sebuah masa keemasan
masa kemunduran, pada masa ini masih bagi Granada.
terdapat ulama-ulama yang menen-tang Sebagai seorang ulama besar di
taqlid dan menyerukan kembali kepada al- zamannya, terutama bidang usul fiqh dan
Qur’an dan Hadis. Diantaranya Ibnu sastra Arab, asy-Syatibi cukup produktif
Taymiyyah dan Ibnu al-Qayyim al- menulis. Setidaknya ada 6 buah karyanya
Jauziyyah. Dengan demikian, at-Tufi yang sampai saat ini masih bisa dilacak.
hidup segenerasi dengan kedua tokoh ini Namun keenam karya tersebut, kitab al-
bahkan menurut suatu keterangan bahwa Muwafaqat fi Usul asy-Syariah dan al-
at-Tufi adalah salah seorang dari murid I’tisham merupakan karya monumental
Ibnu Taymiyyah.3 asy-Syatibi. Hingga sekarang buku-buku
Karya-karya tulis at-Tufi dapat ini beredar luas di negeri-negeri muslim
diklasifikasikan kepada 3 bidang, yaitu serta dijadikan rujukan di berbagai per-
bidang ulumul Qur’an dan ulumul Hadis, guruan tinggi Islam.7
bidang akidah, fikih, dan usul fiqh dan Berbeda dengan hari kelahirannya
biang sastra Arab.4 yang tidak terlacak, asy-Syatibi dapat
diketahui meninggal dunia pada hari senin
2. Abu Ishaq asy-Syatibi (W.790H/1388M)
tanggal 8 sya’ban tahun 790 H, bertepatan
Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq dengan tanggal 30 Agustus 1388 M.8
Ibrahim bin Musa al-Garnati, seorang ahli
usul fiqh dan ahli bahasa Arab yang B. Pemikiran Hukum at-Tufi tentang
bermazhab Maliki.5 Menurut Khalid Maslahat
mas’ud, tanggal dan tahun kelahirannya Dalam membahas konsep maslahat
tidak diketahui, demikian juga dengan ini at-Tufi berbeda sekali dengan ulama-
latar belakang keluarganya. Sejauh yang ulama lainnya. Pandangan at-Tufi tentang
dapat dilacak, ia berasal dari keluarga maslahat pada dasarnya, berasal dari
Arab, suku Arab Lakhmi.6 Sebutannya pembahasan (syarah) hadis Nabi:
asy-Syatibi, diambil dari negeri asal "‫ "الضرروالضرار‬yang artinya: dalam Islam
keluarganya, yaitu Syatibah (Xativa atau itu tidak boleh memudarati dan tidak
jativa di Spanyol Timur). Meskipun boleh dimudaratkan orang”9
179 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

Hadis ini yang menjadi dasar pen- tersebut didasarkan pada; Pertama, firman
dapatnya mengenai empat prinsip mas- Allah swt. dalam QS. Al-Baqarah: 179
lahat yang dianut at-Tufi dan kemudian yang berbunyi;
menyebabkan pandangannya berbeda
dengan jumhur ulama yang membagi      
maslahat menjadi 3 bentuk. 10 bagi at-Tufi,
pembagian tersebut tidak perlu ada karena   
tujuan syariat Islam adalah kemaslahatan,
sehingga segala bentuk maslahat (didu- Terjemahnya:
kung atau tidak didukung oleh teks Dan dalam qishaash itu ada (jaminan
wahyu) harus dicapai tanpa meme- kelangsungan) hidup bagimu, Hai
rincinya.11 Keempat prinsip yang dimak- orang-orang yang berakal, supaya
sud adalah:
kamu bertakwa.
1. Akal bebas menentukan kemaslahatan
dan kemudaratan, khususnya dalam Selain itu juga dalam QS. Al-
bidang muamalah dan adat. Dasar ini Maidah (5): 38:
membawa implikasi bahwa untuk
menentukan sesuatu termasuk maslahat    
atau bukan cukup digunakan nalar
manusia tanpa harus didukung oleh
wahyu atau hadis.12
        
2. Maslahat merupakan dalil mandiri
dalam menetapkan hukum. Oleh sebab  
itu, untuk kehujahan maslahat tidak di-
perlukan dalil pendukung, karena Terjemahnya:
maslahat itu didasarkan kepada pen- laki-laki yang mencuri dan perem-
dapat semata. puan yang mencuri, potonglah tangan
3. Maslahat hanya berlaku dalam masalah keduanya (sebagai) pembalasan bagi
muamalah dan adat kebiasaan, adapun apa yang mereka kerjakan..”
dalam masalah ibadah atau ukuran-
Selanjutnya firman Allah swt. dalam
ukuran yang ditetapkan syarak (shalat
QS. An-Nur: 2 yang berbunyi:
zuhur empat rakaat, puasa selama tiga
puluh hari, dan tawaf itu dilakukan
tujuh kali), tidak termasuk obyek mas-      
lahat, karena maslah-masalah seperti
ini merupakan hak Allah swt. semata,         
sedangkan bidang muamalah duniawi
dan adat kebiasaan terkait dengan
kemaslahatan manusia.        
4. Maslahat merupakan dalil syara’ paling
kuat. Karenanya, ia juga mengatakan      
apabila nas atau ijmak bertentangan
dengan maslahat maka didahulukan
maslahat dengan cara takhsis nas Terjemahnya:
tersebut (pengkhususan hukum) dan Perempuan yang berzina dan laki-
bayan (perincian/penjelasan hukum).13 laki yang berzina, Maka deralah tiap-
Beberapa alasan yang dikemukakan tiap seorang dari keduanya seratus
at-Tufi dalam mendukung pendapatnya dali dera, dan janganlah belas
180 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

kasihan kepada keduanya mencegah maka pengutamaan maslahah atas nas dan
kamu untuk (menjalankan) agama ijmak sebenarnya dibatasi pada kriteria-
Allah, jika kamu beriman kepada kriteria tertentu, yaitu:
Allah, dan hari akhirat, dan Pertama, prioritas maslahat atas nas
hendaklah (pelaksanaan) hukuman dan ijmak dilakukan dengan jalan takhsis
mereka disaksikan oleh sekumpulan (pengkhususan) dan bayan (penjelasan)
orang-orang yang beriman. bukan dengan jalan mengabaikan atau
Menurut at-Tufi, semua ayat ini menggugurkan nas.14
mengandung pemeliharaan kemaslahatan Kedua, prioritas maslahat atas nas
manusia, yaitu jiwa, harta, dan kehor- dan ijmak dilakukan dengan jalan takhsis
matan mereka. Karenanya, tidak satu ayat (pengkhususan) dan bayan (penjelasan)
pun yang tidak mengandung dan mem- bukan dengan jalan membuang atau
bawa kemaslahatan bagi manusia. menasakh nas.15
Kedua, berdasarkan hadis Nabi saw. Ketiga, At-Tufi mengecualikan
yang artinya: ”seseorang jangan membeli ibadah dan hal-hal yang muqaddarah
barang yang telah ditawar orang lain, dan ketika memprioritaskan kemaslahahatan.16
jangan pula orang kota (para pedagang) Keempat, prioritas kehujjahan mas-
membeli barang dagangannya dengan lahah yang dikemukakan at-Tufi bukan
mendatangi para petani desa, dan jangan semata-mata maslahah yang berdasarkan
nikahi seorang perempuan (sekaligus) pada akal dan hawa nafsu tanpa mengikat
dengan bibi dan tantenya; karena apabila atau mengingat tujuan-tujuan syara’. Akan
kamu lakukan itu, maka kamu telah tetapi, kalau secara cermat dan analitis
memutuskan hubungan silaturrahmi sesam mengkaji konsep maslahat at-Tufi maka
kamu” (HR Bukhari). ditemukan bahwa at-tufi tidak akan
Menurut at-Tufi, larangan-larangan meninggalkan nilai-nilai nas syar’i bahkan
Rasulullah saw. dalam hadis ini semuanya dalam risalahnya mempertegas bahwa
dimaksudkan untuk kemaslahatan umat. maslahah yang dimaksud adalah maslahat
Dilarang membeli barang yang sudah yang berpijak pada hadis Nabi saw.
ditawar orang, untuk memelihara kemas- ‫الضرروالضرار‬17
lahatan penawar barang pertama: dilarang Begitu pula kemaslahatan yang di-
mendatangi para petani ke desa untuk maksudkannya harus sejalan dengan
membeli komoditas mereka, untuk meme- maqashid asy-syari’18 yaitu al-muhafadzat
lihara kemaslahatan para petani desa dari ala ad-darurah al-khamsah yaitu peme-
kemungkinan terjadinya penipuan harga; liharaan kepada lima hal yang pokok.
dan dilarang menikahi sekaligus seorang Keempat prinsip dasar yang dianut
wanita dengan tante atau bibinya, juga at-Tufi yang dinilai mengandung per-
untuk memelihara kemaslahatan isteri dan tentangan dan tidak sejalan dengan pen-
keluarga. Oleh sebab itu, menurut at-Tufi dapat jumhur ulama usul fiqh, menurut
pada dasarnya firman Allah swt. dan husein hamid hasan terletak pada ung-
sabda Rasulullah saw. bertujuan untuk kapan at-tufi yang terlalu umum dan tidak
kemaslahatan manusia. Karenanya, kebe- membatasi maksud nas yang dikhususkan
radaan maslahat sebagai landasan hukum atau dijelaskan oleh kemaslahatan. Letak
tidak diragukan dan bisa dijadikan dalil kontroversialnya pendirian at-Tufi yang
mandiri. dinilai berbeda dengan ulama lain pada
Terlepas dari perbedaan pan-dangan dasarnya pada penempatan pendapat akal
dengan jumhur ulama, apabila ditelusuri yang lebih tinggi daripada wahyu atau
dan dianalisis lebih jauh pandangannya hadis. Bagi at-Tufi, karena dasar syariat
dalam Risalah fi Riayah al-Maslahah, Islam itu adalah kemaslahatan, sedangkan
181 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

maslahat itu sendiri dapat dicapai melalui dari masing-masing kategori tersebut
akal, maka dalam menentukan sesuatu itu, adalah untuk memastikan bahwa kemas-
maslahat atau mafsadat, tidak diperlukan lahatan (masalih) kaum muslimin, baik di
wahyu atau hadis, akan tetapi cukup dunia maupun di akhirat, terwujud dengan
penalaran akal, karena al-Qur’an dan cara yang terbaik, karena Tuhan, ditegas-
Sunnah itu sendiri berulang kali mem- kan oleh asy-Syatibi (mengikuti pendapat
berikan dorongan agar manusia memper- kaum Mu’tazilah), berbuat demi kebaikan
gunakan akalnya secara maksimal. hamba-Nya. “syariat dibuat untuk mewu-
Sekalipun terhadap pendapat at-Tufi judkan kemaslahatan hamba-Nya” ‫الشريعة‬
ini banyak kecaman para ulama sezaman ‫وضعت لمصالح العباد‬.22
dan sesudahnya, banyak juga yang Jadi hakekat atau tujuan awal
memuji keberaniannya. Dalam perkem- pemberlakuan syariat adalah untuk mewu-
bangan pemikiran hukum di zaman judkan kemaslahatan manusia. Kemas-
modern cukup banyak pemikir hukum lahatan itu dapat diwujudkan apabila lima
Islam yang menghargai pendapat at-Tufi, unsure pokok dapat diwujudkan dan
paling tidak ketegasannya dalam menyata- dipelihara. Kelima unsure pokok yang
kan bahwa seseorang harus berani me- dimaksud asy-Syatibi adalah agama, jiwa,
munculkan dan mengembangkan pen- keturunan, akal dan harta.23 Kelima hal ini
dapatnya sendiri tanpa harus terikat disebut asy-syatibi dengan ushul al-din,
dengan pendapat orang lain. Prinsip at- qawaid al-syariah, dan kulliyyah al-
Tufi tentang kebebasan akal dalam millah.24
menentukan hukum terhadap persoalan- Adapun kriteria maslahat adalah
persoalan yang bersifat muamalah tegaknya kehidupan dunia demi ter-
duniawi dan adat kebiasaan di zaman capainya kehidupan akhirat ( ‫من حيث تقام‬
modern ini mendapat dukungan yang ‫)الحياة الدنيا لالخرى‬.25 Dengan demikian,
cukup luas, khususnya bagi pembaharu segala hal yang hanya mengandung
hukum Islam di berbagai belahan dunia kemaslahatan dunia tanpa kemaslahatan
Islam. akhirat, atau tidak mendukung terwujud-
nya kemaslahatan akhirat, hal itu bukanlah
C. Pemikiran Hukum asy-Syatibi
maslahah yang menjadi tujuan syariat.
tentang Maslahat dan Aplikasinya
Untuk itu, manusia dalam mewujudkan
Teori maslahat dalam pandangan maslahah haruslah terbebas dari nafsu
asy-Syatibi dielaborasi panjang lebar duniawi karena kemaslahatan ini tidak
ketika membahas maqashid syariah. diukur menurut keinginan nafsu ( ‫المن حيث‬
Dalam kitab al-Muwafaqat, ia meng- ‫)اهواءالنفوس‬.26 Terbebasnya manusia dari
habiskan kurang lebih sepertiga pem- keinginan nafsu bertujuan agar mereka
bahasannya mengenai maqashid asy- dapat menjadi hamba yang berikhtiar,
Syariah. Secara tegas, ia mengatakan tidak secara terpaksa (idhtirar).27
bahwa tujuan utama Allah menetapkan Untuk menunjukkan keharusan
hukum-hukum-Nya adalah untuk menjadi hamba yang berikhtiar, terdapat
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia tiga dalil yang menjadi dasar per-
baik di dunia maupun di akhirat.19 timbangan bagi asy-Syatibi.28 Pertama,
Mirip dengan taksonomi imam al- ada nas yang tegas menunjukkan bahwa
Gazzali,20 asy-Syatibi berpandangan bahwa manusia diciptakan Tuhan untuk ber-
tujuan utama dari syariah ialah untuk ibadah kepada-Nya dengan menaati
menjaga dan memeprjuangkan tiga kate- perintah dan menjauhi larangannya.29
gori hukum, yang disebut dengan daru- Kedua, ada nas yang menunjukkan ter-
riyyat, hajiyyat dan tahsiniyyat.21 Tujuan celanya orang yang melanggar perintah
182 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

Allah dan berpaling dari-Nya. Ia akan hanya berlaku secara khusus pada satu
didera ancaman siksa di akhirat atas setiap tempat tertentu saja.35 Untuk itu, syariat
pelanggaran.30 Ketiga, kenyataan empiris berlaku secara umum pula.36 Selain itu,
dan tradisi menunjukkan bahwa maslahah manusia mempunyai kesamaan tabiat dan
keagamaan dan keduniaan tak dapat kecenderungan pada maslahah. Jika
diperoleh jika kita menurutkan nafsu. Hal hukum syariat itu berlaku khusus atas
ini karena nafsu dapat membawa per- sebagian manusia saja, maka kaidah
tumpahan darah dan kebinasaan yang pokok ajaran Islam, seperti iman, tidak
merupakan kontra kemaslahatan itu berlaku secara umum pula.
sendiri. Karena itu, manusia sepakat Ketiga, maslahat universal (kulli-
mencela siapapun yang menurutkan yah) adalah maslahah yang diterima
nafsunya. Bahkan umat terdahulu yang secara umum (al-masalih al-mu’tabarah).
tidak memperoleh syariat, atau yang telah Hal ini berlaku secara umum menurut
punah syariatnya, berusaha mewujudkan kondisi manusia (adah). Jika ada per-
kemaslahatan dengan jalan mencegah tentangan maslahat universal dan mas-
orang menuruti nafsunya. Hal itu meru- lahah parsial, maka maslahah universal
pakan kebenaran universal yang diakui adalah yang berlaku. Universalitas
oleh akal sehat dan wahyu, al-Qur’an dan maslahah tidak hilang meski bertentangan
al-Sunnah. dengan kenyataan parsial. Misalnya,
Maslahah yang diwujudkan manusia kewajiban memelihara jiwa secara
adalah untuk kebaikan manusia sendiri, universal tetap berlaku meski dengan jalan
bukan untuk kepentingan Allah. Namun menghilangkan jiwa seseorang melalui
demikian, manusia tidak boleh menurut- qisas.37
kan hawa nafsunya, tetapi harus berdasar Keempat, kaidah-kaidah pokok mas-
pada syariat Allah. Hal ini karena syaraiat lahah universal bersifat tegas dan pasti
itu mengacu kepada kemaslahatan (qat’i), bukan bersifat samar atau tidak
manusia, baik aspek daruriyyat, hajiyyat, pasti (mutasyabih). Asy-Syatibi ber-
dan tahsiniy.31 Karena syariat diadakan pendapat bahwa yang dimaksud dengan
untuk kemaslahatan manusia, maka kaidah-kaidah pokok di sini adalah kaidah
perbuatan manusia hendaknya mengacu dalam teologi (usul din) dan usul fiqh.38
pula kepada syariat itu.32 Kelima, kaidah-kaidah maslahah
Maslahat bersifat universal, berlaku universal tidak berlaku padanya nasakh
umum dan abadi atas seluruh manusia dan (pembatalan). Nasakh hanya terjadi pada
dalam segala keadaan.33 Beberapa pokok kaidah-kaidah parsial. Bahkan para ahli
pikiran menyangkut universalitas syariat usul mengakui bahwa maslahah daruri-
dirumuskan asy-Syatibi sebagai berikut: yyah (kemaslahatan primer) tetap ter-
Pertama bahwa setiap aturan pelihara dalam setiap agama meski
(nidzam) bagi kemaslahatan diciptakan dengan cara yang berbeda sesuai dengan
Tuhan secara harmonis dan tidak saling ajarannya masing-masing.39
berbenturan. Jika aturan itu tidak har- Berdasarkan argument di atas,
monis dan saling bertentangan, Tuhan diketahui bahwa universalitas maslahah
tentu tidak mensyariatkannya karena hal dan syariat mengandung arti kehar-
itu lebih tepat disebut sebagai sumber monisan dan keutuhan hukum Tuhan,
kerusakan (mafsadah), padahal Tuhan yaitu tidak ada kontradiksi antara satu
menghendaki kemaslahatan secara bagian dan bagian yang lain.
34
mutlak.
D. Maslahat sebagai Sebuah Metode
Kedua, kemaslahatan itu berlaku
dan Aplikasinya
secara umum, tidak parsial, artinya bukan
183 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

Teori masalih al-mursalah menurut kemaslahatan umat manusia dalam hidup-


Muslehuddin terikat pada konsep bahwa nya di dunia dan di akhirat. Perbedaannya,
syariat ditujukan untuk kepentingan dasar yang dikemukakan at-tufi dalam
masyarakat dan berfungsi memberikan memahami konsep maslahat lebih sering
kemanfaatan dan menghilangkan kemu- merujuk pada syarah hadis Arba’in
daratan.40 Keterikatan maqasid asy- Nawawi No 32. Sedangkan asy-Syatibi
syariah secara tegas dinyatakan oleh asy- memahaminya didasarkan pada seluruh
Syatibi. Setiap kemaslahatan yang tidak dalil-dalil baik dalam bentuk teks maupun
ditunjukkan oleh nas secara khusus, akan konteks melalui penerapan metode induksi
tetapi hal itu sesuai dengan tindakan sehingga teori maslahat menjadi bagian
syara’, maka maslahah seperti ini dapat dari maqashid syariah yang harus di-
menjadi dasar hukum. Namun demikian wujudkan.
asy-Syatibi membatasi lapangan peranan Kedua, ruang lingkup maslahat
al-masalih al-mursalah dalam arti sama-sama tidak berlaku pada persoalan
pengembangan hukum untuk sebagian ibadat, pada persoalan muamalat dan adat.
besar bidang muamalah. Hukum ibadat atau ukuran-ukuran yang
Bagi asy-Syatibi, karena urgensi ditetapkan syara’ (seperti shalat zuhur 4
pertimbangan maqashid asy-Syariah yang rakaat, puasa Ramadan 1 bulan penuh dan
begitu jelas, maka penajaman metode lain-lain) tidak termasuk obyek maslahat.
ijtihad al-masalih al-mursalah sebagai Persoalan ini berada di luar penalaran
corak penalaran istislahi dapat dilakukan manusia sebab kebaikan yang dikandung
dengan pemahaman maqashid asy-syariah olehnya tidak dapat ditentukan oleh
itu sendiri. pengalaman manusia. Adat, atau hukum-
Dalam karyanya al-I’tisam, sebagai- hukum syaraiah lainnya, tentu saja di
mana yang dikutip Asafri Jaya Bakri, asy- dalam lingkup penalaran manusia.
Syatibi banyak mengemukakan contoh Ketiga, bagi at-Tufi, maslahat
masalih al-mursalah yang dikaitkan merupakan dalil tersendiri diluar teks suci,
dengan maqashid syariah. Antara lain: artinya masalahat tidak harus didukung
pentadwinan atau kodifikasi al-Qur’an. teks. Karena bersifat mandiri, jika ber-
Terhadap persoalan ini tidak terdapat nas tentangan dengan nas/teks maka dida-
yang memerintahkan dan tidak ada juga hulukan maslahat melalui takhsis/bayan.
nas yang melarang. Sikap diam al-Syari sementara asy-Syatibi memahami mas-
ini dapat diduga bahwa pada waktu itu lahat bersifat universal yang merupakan
tidak ada motif yang menjadi pendorong hasil induksi dari dalil-dalil syara’
keharusan pentadwinan al-Qur’an. sehingga jika maslahat parsial/juz’i ber-
Pentadwinan ini kemudian dianggap tidak tentangan dengan maslahat universal
bertentangan dengan Syari.41 maka yang didahulukan adalah maslahat
yang bersifat universal karena sifatnya
E. Analisis Perbandingan antara
qat’i. Perbedaan ini berimplikasi pada per-
Pemikiran at-Tufi dan as-Syatibi.
bedaan epistemologis.
Apabila dikomparasikan pemikiran Keempat, secara epistemologis, at-
at-Tufi dan sy-Syatibi maka ada beberapa Tufi cukup liberal dalam memahami teori
hal yang menurut penulis memiliki titik maslahat karena menempatkan pendapat
persamaan dan perbedaan dalam mema- akal lebih tinggi daripada wahyu atau
hami teori maslahat. Pertama, asy-Syatibi hadis. Bagi at-Tufi, karena dasar syariat
dan at-Tufi sama-sama memahami bahwa Islam itu adalah kemaslahatan, dan
secara keseluruhan isi kandungan al- maslahat itu sendiri dapat dicapai akal
Qur’an dan Sunnah adalah terwujudnya maka dalam menentukan sesuatu itu
184 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

maslahat atau mafsadat tidak diperlukan dengan at-Tufi yang dicap sebagai
wahyu atau hadis, akan tetapi cukup penganut Syiah, pemikirannya yang
penalaran akal. Sedangkan asy-Syatibi radikal justru asy-Syatibi dicap sebagai
berupaya memadukan wahyu dan akal penyebar bid’ah43 dan akhirnya harus
melalui penerapan logika induktif ter- diperiksa di pengadilan karena tuduhan
hadap teks-teks syariah dalam memahami tersebut. Baik at-Tufi maupun asy-Syatibi
teori maslahat. Artinya, asy-Syatibi lebih sama-sama teoritisi yang mendapatkan
ketat dan berhati-hati dalam menempatkan kecaman para ulama sezamannya serta
akal atas wahyu. Dikemukakan oleh asy- tantangan berat bila dihadapkan pada
Syatibi bahwa apabila terjadi pertentangan situasi atau kondisi yang berseberangan
antara wahyu dan akal maka yang dengan pemikiran yang ada sekitarnya.
dimenangkan adalah wahyu dan tidak Barangkali sudah menjadi sunnatullah
dibenarkan akal melakukan penalaran bahwa membangun sebuah perubahan
terkecuali sesuai dengan wahyu. Dalam harus didukung oleh banyak faktor baik
al-Muwafaqat, asy-Syatibi menegaskan;42 sosial, kultur, maupun politik.
III. PENUTUP
‫اذاتعارض النقل والعقل على املسائل‬ A. Kesimpulan
‫الشرعية فعلى شرط ان يتقدم النقل‬ Berdasarkan pemaparan pada pem-
bahasan di atas, maka dapat disim-pulkan:
‫فيكون متبوعا ويتاخر العقل فيكون تابعا‬ 1. Konsep maslahat dalam pandangan at-
Tufi dan asy-Syatibi didasarkan pada
‫فال يسرح العقل يف جمال النظر اال بقدرما‬ dalil-dalil nas bahwa tujuan syariat
(maqashid asy-syariah) adalah untuk

‫يسرحه النقل‬
mewujudkan kemaslahatan baik di
dunia maupun akhirat. At-Tufi
mendasarkan pada syarah hadis
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Arba’in Nawawi "‫"الضرروالضرار‬,
Hallaq mengungkap bahwa dalam fatwa- sedangkan asy-Syatibi menjadikan
fatwanya, asy-Syatibi juga kadang-kadang dasar maslahat pada keseluruhan dalil
masih sangat setia pada doktrin-doktrin baik teks (al-Qur’an dan hadis), ijma’
hukum positif mazhabnya.43 dan lain-lain melalui penalaran
Ketidakkonsistensi asy-Syatibi yang induktif.
di satu sisi pemikiran hukumnya sangat 2. Pandangan at-Tufi tentang maslahat
liberal karena penggunaan logika merupakan dalil tersendiri dan mandiri
Aristoteles terutama penalaran induksi di luar teks, sehingga akal bebas
secara luas sebagaimana yang dapat menentukan kemaslahatan dan kemaf-
dilihat dalam karyanya al-Muwafaqat, dan sadatan. Dengan demikian, secara
di sisi lain sangat tradisional karena epistemologis, at-tufi lebih menem-
kesetiaannya pada doktrin mazhabnya patkan posisi akal dari pada wahyu
dalam praktek, menurut penulis, dapat dalam menentukan kemas-lahatan dan
dimaklumi. Karena berlatar belakang kemafsadatan hukum sedangkan asy-
sosial, politik dan perkembangan hukum Syatibi berupaya memadukan antara
pada masa itu cukup mapan, bahkan akal dan wahyu karena apabila mas-
Maliki menjadi mazhab Negara menyebab- lahat universal yang diperoleh dari dalil
kan upaya asy-Syatibi melakukan gebra- qat’i bertentangan dengan maslahat
kan menjadi kurang berarti. Sebagaimana yang bersifat juz’i maka maslahat yang
bersifat universal yang ditegakkan.
185 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186
10
B. Implikasi Pembagian maslahat oleh ulama-ulama
mazhab menjadi tiga bentuk: (1) al-maslahah al-
Teori maslahat at-Tufi dan asy- mu’tabarah (maslahat yang ditunjuk langsung oleh
al-Qur’an atau Sunnah rasulullah SAW), (2) al-
Syatibi mampu memberikan kontribusi maslahah al-mulgah (maslahat yang bertentangan
yang cukup besar terhadap perkembangan dengan teks wahyu, hadis atau ijma’), dan (3) al-
hukum Islam modern. Pemikiran at-Tufi maslahah al-mursalah (maslahat yang secara tegas
yang mengedepankan akal atas wahyu tidak bertentangan dengan wahyu atau hadis dan
dapat berimplikasi kemungkinan studi juga tidak mendukungnya). Lihat Imam Abu
Hamid Muhammad bin Muhammd al-Gazali, al-
hukum Islam yang berbasis empiris Mustasyfa’ fi ilm al-Usul, (Cet. 1; Beirut: Dar al-
karena dasar penetapan nilai maslahat atau Kutub al-Ilmiayah, 1993), h. 174
mafsadat sesuatu lebih mengikuti ukuran- 11
Ensiklopedi Hukum Islam, op. cit. jilid 6. h.
ukuran sosial melalui penalaran akal 1836.
(rasional) sedangkan pemikiran asy- 12
Syatibi yang berupaya memadukan wahyu Pandangan ini berbeda dengan jumhur
dan akal dapat berimplikasi pada studi ulama yang mengatakan bahwa sekalipun
kemaslahatan dan kemudaratan itu dapat dicapai
hukum Islam yang menjembatani antara
dengan akal, namun kemaslahatan itu harus
pendekatan normatif deduktif dan empiris
mendapatkan dukungan dari nas atau ijmak, baik
induktif (tekstual dan kontekstual).
bentuk, sifat, maupun jenisnya. Ibid. jilid 4, h.
1147.
Catatan Akhir:
13
At-Tufi, op. cit., h. 23. Lihat juga Yusdani,
1
op. cit., h. 11. Amir Muallim dan Yusdani,
Lihat Munawir Sjadzali, dkk, Polemik Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam,
Reaktualisasi Ajaran Islam, (Jakarta : Pustaka (Yogyakarta: UII Press Indonesia, 1999), h. 52-54.
Panjimas, 1988). Juga Ensiklopedi Hukum Islam, op. cit, h. 1147
2
Syamsul Anwar, “Teori Komformitas dalam dan h. 1837.
Metode Penemuan Hukum Islam al-Gazzali’, 14
Ibid., h. 23, 24 dan h. 33
dalam Amin Abdullah (ed.), Antologi Studi Islam, 15
Teori dan Metodologi, (Cet. 1; Yogyakarta: Sunan Ibid, h.47.
Kalijaga Press, 2000), h. 273. 16
Ibid. h. 23, 38, dan 39
3
Yusdani, at-Tufi dan Teorinya tentang 17
Ibid.,h.25
Maslahat, h. 5 http://www.scribd.com/doc/
18
22686906/Maslahat-AL-THUFI (diakses tanggal Asy-Syatibi, op. cit., Juz II, h. 322
20 november 2011 19
Kategorisasi yang dilakukan al-Gazzali
4 tentang maqashid asy-Syariah tersebut dikem-
Ensiklopedi Hukum Islam. Abdul Azis
Dahlan (ed.), Jilid 6 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van bangkan asy-Syatibi dengan rumusan yang lebih
Hoeve, 1997), h. 1837. sistematis, yakni maqashid asy-syariah terdiri dari
5
empat unsure pokok yaitu: pertama, sesungguhnya
Ibid.,, Jilid 5, h. 1699. syariat agama diberlakukan dalam rangka meme-
6
Khalid Mas’ud, Filsafat Hukum islam dan lihara dan menjaga kepentingan dan kemaslahatan
Perubahan Sosial, ter. Yudian W. Asmin, umat manusia. Kemaslahatan manusia tersebut
(Surabaya: al-Ikhlas, 1995), h. 109. terdiri dari tiga tingkatan sebagaimana yang
7
dikategisasikan oleh al-Gazzali. Kedua, syariat
Ibid, h. 1700 agama diberlakukan untuk dipahami dan dihayati
8
Khalid Mas’ud, op. cit., h. 114. oleh umat manusia. Ketiga, taklif yaitu pem-
bebanan hukum-hukum agama kepada manusia.
9
Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Malik, Bahwa setiap hukum yang kalau tidak kuasa
Imam Ahmad. Al-Hakim menyebutkan bahwa dilakukan oleh mukallaf (obyek taklif), maka
hadis ini sahih berdasarkan kriteria Imam Muslim. secara syar’I tidak bisa dibebankan kepadanya
Lihat At-Tufi, Risalah fi Riayah al-Maslahah, hukum tersebut, meskipun dimungkinkan oleh
(Cet. 1; Kairo: Dar al-Misriyyah al-Lubaniyah, akal. Pertimbangannya, karena Allah tidak akan
1993), h. 23. membebani seseorang di luar kemampuannya.
Keempat, ialah melepaskan sang mukallaf dari
186 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 176-186

belenggu dorongan hawa nafsunya. Sehingga Teologis Konsep dalam Kitab al-Muwafaqat,
menjadi hamba yang kreatif, sebagaimana ia (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 83. Menurut Hamka,
menjadi hamba secara kodrati. Lihat Ibid., II, h. kesesuaian antara argument yang diberikan asy-
324 dst. Syatibi dengan argument filsuf menunjukkan
20 bahwa asy-syatibi cenderung berfikir secara
Ibid. II, 324
filosofis.
21 34
Ibid., 326. Asy-Syatibi, op. cit., h. 365
22 35
Lima unsur pokok ini, dalam literatur- Hal ini sejalan dalam QS. Saba (34): 28.
literatur hukum Islam lebih dikenal dengan ushul
al khamsah dan susunannya adalah agama, jiwa, ‫وما ارسلناك االكافة للناس بشرياونظريا‬
akal, keturunan dan harta. Lihat Asafri jaya bakri, 36
Konsep Maqashid Syariah Menurut asy-Syatibi, Asy-Syatibi, op. cit., edisi Abdullah ad-
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996), h. 71. Daraz, juz 3, h.14.
23 37
asy-Syathibi, Juz 2, h. 339. Ibid, h. 97.
24 38
Ibid, h. 351 Disebutkan dalam al-Qur.an QS. Asy-Syura
25
(42): 13.
Ibid. 39
26
Muhammad Muslehuddin, h. 127
Ibid., h. 469. 40
27
Asafri Jaya Bakri, op. cit, h.
Lihat Ibid., h. 469-471 41
28
Asy-Syatibi, I: h. 53
QS. Adz-Dzariat (51): 56 dan QS. Al- 42
Baqarah (20) : 21 Fatwa-fatwa yang dimaksud dapat dilihat
29
dalam tulisan Khalid Mas’ud yang menguraikan
QS. An-Naziat (79): 37-41) secara khusus dalam bab Fatawa. Muhammad
30
Ibid., h. 324 Khalid Mas’ud, op. cit., h. 125-150. Fatwa-fatwa
31
ini telah dikompilasi oleh Wahsharisi dalam al-
Ibid., h. 473 Mi’yar al-Mughrib, I. dikutip Wael B. Hallaq, A
32
Ibid., h. 350 dan h. 365 History Legal theories: An Introduction to Sunni
33
Usul al-Fiqh., (Cambridge: Cambridge University
Ibid, h. 350, Teori ini sejalan dengan Press, 1997), h. 308.
argument filosofis tentang keharmonisan tatanan 43
alam, yaitu bahwa jika dunia ini diamati, kita Di dalam kitabnya, al-I’tisham, asy-Syatibi
menemukan adanya hukum keteraturan universal. menceritakan bagaimana penyiksaan harus
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dihadapi karena tuduhan tersebut. Lihat asy-
perbuatan Tuhan mestilah menghendaki Syatibi, al-I’tisam, ed. Rasyid Rida (kairo:
keharmonisan dalam berbagai proses peristiwa di Mustafa Muhammad, 1915), h. 9. Dikutip
alam ini. Harold H. Titus, Living Issues in Muhammad Khalid Mas’ud, op. cit,, h. 114-115.
Philoshophy, h. 387. Dikutip Hamka Haq, Aspek

You might also like