You are on page 1of 9

EFISIENSI KEBUTUHAN …..

(26):119-127

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN


INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT
Oleh/By
SONA SUHARTANA1), YUNIAWATI1) & RAHMAT2)
1) Peneliti Pusat Litbang Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Bogor.
2) Teknisi Litkayasa Pusat Litbang Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Bogor

ABSTRACT

Mechanization of logging is much chosen by the company because of its benefit, i.e.
produce high productivity. In its utilization needs some aspects, i.e. it is possible
technically, benefit able economically, and ecologically is causing a minimum
disturbance to their environment. So, it is required the efficient of logging tools
utilization. Study was carried out at PT. Finnantara Intiga, in West Kalimantan in
2007. This paper presents the use of efficient logging tools which analyzed based
on maximum AAC, production target, and production realization .The result shows
that: (1) The use of efficient tool depends on production target, i.e.44 unit of
chainsaw for felling, 7 unit of forwarders for skidding, 8 unit of excavators for
loading , 85 unit of trucks for transportation, and 4 unit of wheel loaders for
unloading; (2) The use of logging tools in field for felling is more than analyzes
result, however for skidding, loading, unloading and transportation are less than
analyzes result based on maximum AAC, production target and production
realization. This condition indicated that the use of logging tools in this company is
not efficient.
Keywords: Number of tools, logging , efficient, production target.
Penulis untuk korespondensi : sona@forda-mof.org & ssuhartana@yahoo.com

PENDAHULUAN

Peralatan pemanenan pemanenan kayu terutama


berperan penting terhadap penebangan maka penggunaan
kelangsungan kegiatan pemanenan peralatan yang tepat sangat
karena dapat meningkatkan diperlukan.
produktivitas dan pendapatan Hutan Tanaman Industri (HTI)
perusahaan. Penggunaan peralatan merupakan salah satu program untuk
sangat bervariasi seperti sistem meningkatkan potensi hutan produksi
motor, manual dan mekanis. Untuk sebagai sumber penyediaan bahan
saat ini sistem pemanenan yang baku bagi industri perkayuan dan
dipakai menggunakan alat mekanis perluasan lapangan kerja.
seperti Harvester, Feller buncher, Penyediaan bahan baku tersebut
Forwarder, Skidder dan sistem kabel, tidak terlepas dari kegiatan
tetapi tidak menutup kemungkinan pemanenan hutan salah satu di
pada kegiatan pemanenan di hutan antaranya penebangan. Penebangan
skala kecil masih menggunakan merupakan kegiatan merobohkan
peralatan manual seperti : gergaji pohon yang kemudian memotong
tangan, kapak, gergaji rantai, sapi dan menjadi bagian batang yang layak
kerbau. Dengan demikian dapat sarad dan sebagai langkah awal
dikatakan bahwa untuk kelangsungan dalam proses pemanfaatan kayu
dan kelancaran pelaksanaan kegiatan

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009


EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

secara komersial (Suhartana dan dengan biaya sarad rata-rata sebesar


Yuniawati, 2005). Rp 14.574/m3hm. Produktivitas rata-
Penggunaan peralatan dalam rata traktor pertanian John Deer 2400
kegiatan pemanenan kayu turut untuk penyaradan kayu adalah 7,162
mempengaruhi nilai efisiensi m3hm/jam dan biaya sarad rata-rata
pemanfaatan kayu. Dewasa ini telah Rp 14.055/m3hm. Penggunaan traktor
banyak digunakan peralatan mekanis tersebut pada kegiatan penyaradan
untuk kelancaran tugas dan disebabkan karena permintaan kayu
cenderung kepada mesin yang lebih yang selalu meningkat, dan jika tidak
ringan, lebih mobile dan computerized menggunakan alat tersebut
yang secara otomatis mengoptimasi dikhawatirkan tidak bisa memenuhi
nilai pohon yang dipanen. permintaan pasar dan susahnya
Penggunaan peralatan tersebut dapat mencari tenaga yang memiliki
memberikan keuntungan pengguna keahlian di bidangnya.
serta kerusakan lingkungan yang Alat pemuatan mekanis
ditimbulkannya relatif tidak berarti. membutuhkan biaya yang besar
Chainsaw telah banyak dengan produktivitas setiap jenis
digunakan pada penebangan di HTI berbeda. Kegiatan pemuatan di TPn
karena berbagai keuntungan yang dapat dilakukan dengan
didapat, salah satunya pekerjaan menggunakan Crawler tractor, wheel
lebih cepat selesai. Suhartana dan loader dan excavator. Sistem kerja
Yuniawati (2005) menyebutkan bahwa alat tersebut harus secepat mungkin
produktivitas penebangan dengan supaya alat angkut berupa truk dapat
menggunakan chainsaw STIHL tipe segera berjalan dan alat pemuat ini
070 dengan teknik penebangan harus kuat serta ulet dengan
serendah mungkin (TPSM) dan konstruksi yang juga kuat.
penebangan konvensional (PK) Pengangkutan merupakan
masing-maisng sebesar 15,445 kegiatan tahap akhir dalam
m3/jam dan 12,810 m3/jam. Dari hasil pemanenan. Kegiatan tersebut
penelitian tersebut menunjukkan memiliki 2 tahap yaitu pengangkutan
bahwa penggunaan chainsaw dapat pada jarak dekat dan jauh. Pekerjaan
meningkatkan produktivitas pengangkutan dapat dikatakan lebih
penebangan yang berarti produksi mudah dalam pelaksanaannya
kayu meningkat serta diharapkan dibandingkan penyaradan. Hal ini
dapat meningkatkan nilai efisiensi disebabkan jalur-jalur jalan yang akan
pemanfaatan kayu. dilalui sudah dipersiapkan terlebih
Penyaradan merupakan dahulu. Pada umumnya
kegiatan memindahkan kayu dari pengangkutan menggunakan truk
tunggak ke tempat pengumpulan kayu memiliki keuntungan yaitu : dapat
sementara (TPn) dengan bergerak dengan lincah, pembuatan
menggunakan alat sarad mekanis jalan untuk truk lebih mudah dan
seperti traktor. Penggunaan traktor waktu pengoperasian truk lebih
tersebut dibedakan dalam tiga ukuran panjang yang dapat dilihat dari lama
yaitu dolok berukuran pendek (short waktu muat dan bongkar.
wood system), dolok panjang (tree Dengan semakin banyaknya
length system) dan pohon utuh (full jumlah alat yang ada, maka semakin
tree system). Penggunaan traktor saat banyak pula pilihan yang dapat
penyaradan tidak terlepas dari dilakukan perusahaan. Pemilihan alat
efisiensi dan efektivitas alat. Dulsalam tersebut harus disesuaikan dengan
dan Tinambunan (2001) menyebutkan kondisi hutan yang dipanen. Peralatan
bahwa produktivitas rata-rata yang dipilih adalah secara teknis
penyaradan kayu dengan traktor memungkinkan, secara ekonomis
FORD 25610 adalah 6,08 m3hm/jam menguntungkan dan secara ekologis

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 120
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

menimbulkan gangguan lingkungan menutup biaya produksi yang


yang minimal. Penggunaan peralatan dikeluarkan. Bertolak dari latar
dan jumlah alat yang tepat guna belakang tersebut maka tulisan ini
dalam pemanenan kayu sangat mengetengahkan penggunaan
diperlukan. peralatan pemanenan kayu yang
Penggunaan jumlah peralatan efisien di HTI yang dianalisis
pemanenan kayu perlu disesuaikan berdasarkan AAC maksimum,
dengan rencana produksi yang rencana produksi dan realisasi
ditetapkan sehingga memungkinkan produksi.
dihasilkan produksi kayu yang dapat

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada pohonnya sebagian besar tidak


bulan Agustus 2007 di areal kerja memiliki banir.
HPHTI PT. Finnantara Intiga , Petak Dalam RKT tahun 2007,
tebang 10031, Distrik Mengkiang. perusahaan memungut kayu dari
Areal ini termasuk ke dalam wilayah areal seluas 9.849 ha dengan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan rencana produksi kayu 1.222.013 m3
Kabupaten Sanggau, Dinas terdiri dari jenis kayu mangium. AAC
Kehutanan Propinsi Kalimantan Barat. maksimum sebesar 1.933.575 m3 .
Berdasarkan letak geografisnya, Sedangkan rata-rata produksi kayu
kelompok hutan ini terletak di antara per tahun adalah 1.082.802 m3.
0o – 0o 50’ LU dan 114o 52’- 111o40’ Harga kayu ini di pasaran lokal adalah
BT. Rp 280.000/m3 (Anonim, 2007).
Keadaan areal penelitian Penelitian dilakukan dengan
memiliki kemiringan lapangan antara mengumpulkan data primer dan
0-25 % dengan ketinggian tempat sekunder. Data primer diperoleh
antara 11-300 meter dari permukaan dengan melakukan pengamatan
laut. Jenis tanah berupa organosol langsung di lapangan berupa data
gley humus, alluvial, podsolik, litosol. teknis seluruh alat pemanenan kayu
Tipe iklim menurut Schmith & yang digunakan, jumlah alat, lama
Ferguson termasuk type A dengan kerja serta prestasi kerja alat. Data
curah hujan tahunan 2.962 mm. sekunder diperoleh dengan mengutip
Keadaan tegakan pada areal data dari perusahaan dan wawancara
penelitian berupa jenis pohon dengan karyawan meliputi data
mangium dengan kerapatan antara produksi kayu per tahun, luas areal
600-900 pohon/ha (untuk pohon hutan (Ha), potensi hutan (m3/tahun)
berdiameter 10 cm ke atas). Keadaan serta data produksi HPHTI.

Produktivitas kerja alat dihitung dengan rumus :


V
P=
W
di mana : P = produktivitas alat (m3/tahun) ; V = volume kayu yang dipanen
(m3); W = waktu kerja (jam).

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 121
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

Kebutuhan jumlah alat tebang (Suhartana & Yuniawati, 2006) :


a. Berdasarkan AAC maksimum
AAC maksimum
Jat AAC = ______________________________________
Produktivitas kerja/hari x waktu kerja/tahun
b. Berdasarkan rencana produksi
Rencana produksi
Jat R = _____________________________________
Produktivitas kerja/hari x waktu kerja/tahun
c. Berdasarkan realisasi produksi
Realisasi produksi
Jat S = _____________________________________
Produktivitas kerja/hari x waktu kerja/tahun
di mana : Jat AAC = Jumlah alat pemanenan berdasarkan AAC maksimum (unit) ;
Jat R = Jumlah alat pemanenan berdasarkan rencana produksi (unit) ;
Jat S = Jumlah alat pemanenan berdasarkan realisasi produksi (unit).

Kebutuhan jumlah alat penyaradan, pengangkutan, muat dan


bongkar (SK Menhut No.428/Kpts-II/2003).

a. Berdasarkan AAC maksimum


AAC maksimum
JACC = ___________________________________
12 bulan x hari kerja/bulan x trip hari x Kp

b. Berdasarkan rencana produksi


Rencana produksi
JR = ___________________________________
12 bulan x hari kerja/bulan x trip hari x Kp
c. Berdasarkan realisasi produksi
Realisasi produksi
JR = ___________________________________
12 bulan x hari kerja/bulan x trip hari x Kp
di mana : JAAC = Jumlah alat pemanenan berdasarkan AAC maksimum (unit) ;
JR = Jumlah alat pemanenan berdasarkan rencana produksi (unit) ;
JS = Jumlah alat pemanenan berdasarkan realisasi produksi (unit) ;
Kp = Kapasitas alat (m3/trip/unit).

Analisis biaya peralatan mekanis


BP + BA + BB + Pj + BBB + BO + BPr + UP H x 0,9
Bam = ; BP =
Pam UPA

H x 0,6 x 3% H x 0,6 x 18% H x 0,6 x 2%


BA = ; BB = ; Pj = _____________;
JT JT JT
BBB1 =0,20 x HP x 0,54 x HBB;
BBB2 = 0,12 x HP x HBB; BPr = 1,0 x BP; BO = 0,1 x BBB
di mana : Bam = Biaya alat mekanis (Rp/m3); BO = Biaya oli/pelumas (Rp/jam) ;
H = Harga alat (Rp); Bp = Biaya penyusutan (Rp/jam); Pam = produktivitas alat
mekanis (m3/jam); BA = Biaya asuransi (Rp/jam); Up = Upah pekerja
(Rp/jam); BB = Biaya bunga (Rp/jam); Pj = Biaya pajak (Rp/jam); BBB = Biaya

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 122
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

bahan bakar (Rp/jam); Bpr = Biaya pemeliharaan (Rp/jam); HBB = Harga


bahan bakar (Rp/liter); UPA = Umur pakai alat (jam); JT = Jam kerja alat
per tahun (jam); BBB1 =Biaya bahan bakar Penebangan, penyaradan,
muat bongkar; BBB2 =Biaya bahan bakar Pengangkutan; HP = Besar
daya.

Data lapangan, berupa dibandingkan dengan hasil


produktivitas, kebutuhan alat, waktu perhitungan berdasarkan rencana
penyelesaian pekerjaan, produksi produksi kayu dari perusahaan.
kayu, dan biaya peralatan mekanis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas kerja peralatan pemanenan kayu


Produktivitas kerja alat produktivitas terendah (3,333 m3/jam).
pemanenan kayu dapat dilihat pada Hal ini disebabkan kondisi jalan yang
Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat rusak menuju log-pond, di mana jika
dilihat produktivitas tertinggi dicapai hujan turun truk tidak dapat
pada kegiatan bongkar menggunakan beroperasi. Di samping itu
wheel loader, yaitu 56,250 m3/jam. pengerasan pada jalan angkutan
Hal ini terjadi karena alat yang hanya seadanya, sehingga
digunakan memiliki daya mesin besar menyulitkan truk melewatinya.
(180 HP). Dengan daya mesin yang Dari Tabel 1 dapat dilanjutkan
tinggi untuk menghitung jumlah kebutuhan
Tabel 1 menunjukkan tingkat alat yang efisien. Hasil analisis
kemampuan alat untuk beroperasi terhadap efisiensi penggunaan
juga tinggi. Kapasitas alat yang besar peralatan pemanenan kayu
menyebabkan produktivitas bongkar berdasarkan AAC maksimum,
pun menjadi besar. Sedangkan pada rencana produksi dan realisasi
pengangkutan menghasilkan produksi. dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Produktivitas kerja peralatan pemanenan kayu


Aspek Nama Alat Jam kerja Daya Produktivitas
(HP) (m3/jam)
Penebangan Chainsaw Stihl MS 8 jam/hr, 20 3,5 14,418
270 hr/bl,12 bl.
Penyaradan Forwarder MF 390 12 jam/hr; 5 trip/hr, 80 16,500
20 hr/bl, 12 bl.
Muat Excavator Komatsu 15 jam/hr, 2 trip/hr, 180 30,000
PC 200 20 hr/bl, 12 bl.
Pengangkutan Truk Hino HD 135 12 jam/hr, 2 trip/hr, 180 3,333
20 hr/bl, 12 bl.
Bongkar Wheel loader 16 jam/hr, 2 trip/hr 180 56,250
20 hr/bl, 12 bl.

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 123
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

Tabel 2. Jumlah kebutuhan alat (unit)


Aspek Jumlah Selisih
AAC Rencana Realisasi Lapangan AAC Rencana Realisasi
maks produksi produksi maks produksi produksi

Penebangan 70 44 39 69 -1 +25 +30


Penyaradan 11 7 6 4 -7 -3 -2
Muat 12 8 7 3 -9 -5 -4
Pengangkutan 134 85 75 60 -74 -25 -15
Bongkar 6 4 4 2 -4 -2 -2

Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw MS 270. Jumlah yang beroperasi di


lapangan sebanyak 69 unit memiliki selisih dengan hasil analisis berdasarkan AAC
maksimum (-1unit), rencana produksi (+25 unit) dan realisasi produksi (+30 unit).
Kondisi kelebihan jumlah chainsaw menunjukkan ketidakefisienan terhadap
penggunaan alat tersebut. Ketidakefisienan tersebut lebih dikhawatirkan lagi bila
produksi kayu yang dihasilkan melebihi jatah tebang yang telah ditetapkan,
akibatnya dikhawatirkan telah terjadi over cutting. Akan tetapi realisasi produksi
(1.082.802 m3) pada perusahaan ini ternyata masih di bawah rencana produksinya
(1.222.013 m3). Untuk jumlah alat yang memiliki kekurangan juga merupakan
ketidakefisienan penggunaan alat di mana produksi kayu yang dihasilkan tidak
tercapai sesuai dengan jatah tebang yang ditetapkan dan kerugian biaya untuk
menutupi semua biaya tetap.
Pada kegiatan pengangkutan memiliki kekurangan dibandingkan dengan
hasil analisis berdasarkan AAC maksimum, rencana produksi dan realisasi produksi
masing-masing sebanyak -74, -25 dan -15 unit. Kurangnya jumlah alat tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan truk di perusahaan ini tidak efisien yang
diperparah dengan keadaan jalan angkutan yang rusak yang menyebabkan
produktivitas menjadi rendah.

Produksi kayu
Berdasarkan hasil analisis alat yang ditunjukkan pada Tabel 2, maka dapat
dihitung produksi kayu dari penggunaan jumlah alat pemanenan yang dianalisis dan
ditunjukkan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat bahwa pada kegiatan penebangan
yang memiliki jumlah chainsaw yang berlebih berdasarkan rencana produksi dan
realisasi produksi berakibat pada jumlah produksi kayu yang dihasilkan melebihi
rencana produksi perusahaan (1.222.013 m3/tahun) dan realisasi produksi
perusahaan (1.082.802 m3/tahun), yaitu 1.910.096,6 m3/tahun (jumlah alat di
lapangan). Dengan selisih kelebihan produksi kayu yang ditebang tidak seimbang
dengan kegiatan pemanenan selanjutnya terutama pengangkutan. Kelebihan
produksi kayu sebagian besar tidak dapat terangkut truk sehingga menumpuk di
TPn. Hal ini terjadi karena kapasitas alat yang kecil dan jumlah alat yang kurang.
Akibatnya kualitas kayu menurun dan merugikan perusahaan.
Jumlah chainsaw yang berlebihan dan jumlah truk yang kurang,
menunjukkan adanya ketidakefisienan dari penggunaan peralatan pemanenan.
Jumlah alat yang berlebihan menyebabkan produksi kayu melimpah. Jumlah alat
yang kurang menyebabkan tidak tercapainya rencana produksi yang ditetapkan.
Jika penggunaan alat disesuaikan dengan jumlah hasil analisis, terutama
berdasarkan rencana produksi, maka kekhawatiran terhadap kelebihan atau
kekurangan produksi kayu yang dihasilkan tidak akan terjadi. Hal ini dapat terjadi
karena dengan perencanaan yang matang dapat diharapkan perolehan hasil yang
baik.

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 124
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

Waktu produksi

Dengan telah diketahui jumlah alat berdasarkan AAC maksimum, rencana


produksi dan realisasi produksi maka dapat diketahui lamanya waktu
menyelesaikan pekerjaan yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa lama waktu menyelesaikan pekerjaan
adalah beragam. Hasil analisis berdasarkan AAC maksimum, rencana produksi dan
realisasi produksi, kegiatan penebangan membutuhkan waktu penyelesaian paling
cepat. Untuk mencapai produksi kayu berdasarkan AAC maksimum (1.933.575
m3/tahun), rencana produksi (1.222.013 m3/tahun), dan realisasi produksi
(1.080.802 m3/tahun) masing-masing memerlukan waktu 12,15; 7,67; dan 6,8 bulan.
Cepatnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penebangan dikarenakan
jumlah chainsaw di lapangan berlebih. Pada kegiatan muat memerlukan waktu
paling lama. Lamanya waktu ini dikarenakan kekurangan alat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa jumlah alat yang banyak di satu sisi dapat mempercepat
pekerjaan tetapi cepatnya waktu tersebut menjadi tidak efisien jika tidak diikuti
pekerjaan selanjutnya.

Biaya mesin penggunaan alat


Biaya mesin penggunaan alat pemanenan dapat dihitung melalui biaya
kepemilikan dan pengoperasian alat seperti pada Tabel 5. Dari data biaya tersebut
dapat dihitung biaya mesin masing-masing kegiatan seperti disajikan pada Tabel 6.
Besarnya biaya penggunaan alat mekanis menunjukkan bahwa dengan
jumlah alat yang banyak, membutuhkan biaya mesin yang besar pula seperti dilihat
pada jumlah chainsaw 69 unit sebesar Rp 3.523.802,4/jam sedangkan dengan
jumlah alat yang sedikit seperti pada alat bongkar biaya mesin yang dikeluarkan
lebih kecil yaitu Rp 910.608/jam. Dengan demikian dari segi biaya mesin, jumlah
alat yang berlebihan merupakan ketidakefisienan terhadap produktivitas kerja alat
karena tidak sesuai dengan produksi kayu yang diharapkan.
Dilihat dari hasil analisis berdasarkan rencana produksi dan realisasi
produksi, menghasilkan selisih biaya besar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
dari jumlah alat yang ada di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan efisiensi
penggunaan jumlah alat yang tepat sehingga tidak ada pemborosan biaya akibat
jumlah yang berlebihan.

Tabel 3. Produksi kayu (m3/tahun)


Aspek Produksi kayu (m3/tahun)
1 unit AAC Rencana Realisasi lapangan
maks produksi produksi
Penebangan 27.682,56 1.937.779,2 1.218.032 1.079.619,8 1.910.096,6
Penyaradan 178.200 1.960.200 1.247.400 1.069.200 712.800
Muat 162.000 1.944.000 1.286.000 1.134.000 486.000
Pengangkutan 14.398,56 1.929.407,04 1.223.877,6 1.079.892 863.913,6
Bongkar 324.000 1.944.000 1.296.000 1.296.000 648.000

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 125
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

Tabel 4. Waktu produksi (Bulan)


Kegiatan Jumlah alat (Unit) Waktu produksi (Bulan)
AAC Rencana Realisasi Lapangan AAC Rencana Realisasi
maks produksi produksi maks produksi produksi
Penebangan 70 44 39 69 12,15 7,67 6,8
Penyaradan 11 7 6 4 24,41 15,42 13,67
Muat 12 8 7 3 35,8 22,63 20,05
Pengangkutan 134 85 75 60 20,14 12,73 11,28
Bongkar 6 4 4 2 26,86 16,97 15,04

Tabel 5. Komponen biaya penggunaan peralatan pemanenan kayu


Komponen Aspek
biaya Tebang Sarad Muat Angkut Bongkar
Harga 1 alat (x Rp 5.500 1.000.000 700.000 400.000 1.000.000
1000,-)
Umur pakai alat 1.000 10.000 10.000 15.000 10.000
(jam)
Jam kerja alat 1.000 1.000 1.000 1.500 1.000
(jam/tahun)
Asuransi (%/th) 3 3 3 3 3
Bunga bank (%/th) 18 18 18 18 18
Pajak (%/tahun) 2 2 2 2 2
Harga bensin 7.000 - - - -
(Rp/liter)
Harga solar (Rp/liter) - 6.000 6.000 6.000 6.000
Upah operator + 300 156 135 156 144
pembantu (x Rp
1.000/hari)
Jam kerja (jam/hari) 8 12 15 12 16
Daya mesin (HP) 3,5 80 180 180 180

Tabel 6. Biaya mesin penggunaan alat (Rp/jam)


Aspek Biaya mesin ,Rp/jam
1 unit AAC Rencana Realisasi lapangan
maks produksi produksi
Penebangan 51.069,6 3.574.872 2.247.062 1.991.714,4 3.523.802,4
Penyaradan 388.024 4.268.264 2.716.168 2.328.144 1.552.096
Muat 359.904 4.318.848 2.879.232 2.519.328 1.079.712
Pengangkutan 240.360 32.208.240 20.430.600 18.027.000 14.421.600
Bongkar 455.304 2.731.824 1.821.216 1.821.216 910.608

KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini adalah (1) penggunaan peralatan pemanenan kayu yang
efisien adalah berdasarkan rencana produksi, yaitu untuk penebangan sebanyak 44
unit chainsaw, penyaradan 7 unit forwarder, muat 8 unit excavator, pengangkutan
85 unit truk, dan bongkar 4 unit wheel loader; (2) terdapat kelebihan alat
penebangan dan kekurangan alat penyaradan, muat, bongkar, dan pengangkutan
antara alat yang beroperasi di lapangan dengan hasil analisis berdasarkan AAC
maksimum, rencana produksi dan realisasi produksi. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa penggunaan peralatan pemanenan kayu di perusahaan ini tidak efisien.

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 126
EFISIENSI KEBUTUHAN …..(26):119-127

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Cost Control in forest harvesting and road contruction FAO Foresting
Paper No.99. FAO of the UN. Rome.
______, 2007. Rencana Kerja Tahunan Tahun 2007. PT. Finnantara Intiga.
Pontianak.
Dulsalam & D. Tinambunan. 2001. Teknik pemanenan hutan tanaman. Prosiding
Diskusi Teknologi Pemanfaatan Kayu Budidaya untuk Mendukung Industri
Perkayuan yang Berkelanjutan, tanggal 7 Nopember 2001 di Bogor. Hlm. 91-
113. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Keputusan Menteri Kehutanan No.428/Kpts-II/2003 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Alat-alat Berat. Tanggal 18 Desember 2003.
Suhartana, S & Yuniawati. 2005. Meningkatkan produksi kayu pinus melalui
penebangan serendah mungkin: Studi kasus di KPH Sumedang, Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat. Info Hasil Hutan 11(2):87-96. Pusat Penelitian
dan Pengambangan Hasil Hutan. Bogor.
Suhartana, S & Yuniawati. 2006. Effisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan
penebangan: studi kasus di PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(1):63-76, Februari 2006. Pusat Penelitian
dan Pengambangan Hasil Hutan. Bogor.

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009 127

You might also like