Professional Documents
Culture Documents
184
Kelana Putra. Y. G. et al. 2021. Analisis Faktor Eksploitasi … (04): 184 - 191
185
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
Barito Utara provinsi Kalimantan Tengah di disebut limbah, karena itu 100% pohon yang
dalam pengelolaan hutan produksi lestari, bisa dimanfaatkan sama persentase limbah
selaku pemegang Izin Usaha Pemanfaatan sama. Prinsip dalam kegiatan utama
Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA). pemanenan hutan menurut Conway (1976)
ada empat yaitu penebangan kayu,
Topografi sebagai bentuk/rupa termaksuk
penyaradan, pemuatan dan pengangkutan.
semua bangunan yang dibuat oleh manusia
Keempat tahapan tersebut harus berjalan baik
yang dibuat oleh manusia di atas permukaan
dan berurutan agar operasi penebangan dapat
bumi ini merupakan bagian dari topografi.
berhasil dengan baik. Proses mengubah
Pekerjaan diberbagai bidang salah sataunya
pohon dari pohon berdiri hingga di angkut
seperti Teknik yang di mana sangat
keluar hutan untuk dimanfaatkan merupakan
memerlukan peta topografi sebagai dasar bagi
proses dari penebangan.
ahli teknik untuk menentukan pilihan
perencanaan agar menjadi pilihan lokasi yang
terbaik. Peta topografi sangat diperlukan
seawal mungkin sebelum memulai pekerjaan METODE PENELITIAN
perencanaan (Rais, 1978). Menurut Zuidam
dalam I Gede Sugiyanta (2006:24), kriteria Tempat dan Waktu Penelitian
kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam
satuan persen dan dikelompokkan ke dalam Penelitian ini dilaksanakan pada
tujuh kelas, yaitu: Datar atau hampir datar (0 – perusahaan kayu IUPHHK-HA PT Bina Multi
2%), Agak miring (3 – 7%), Miring (8 – 13%), Alam Lestari. Selama lebih satu bulan mulai
Agak curam (14 – 20%), Curam (21 – 55%), dari bulan Desember 2019 sampai dengan
Sangat curam (56 – 140%), dan Paling curam bulan Januari 2020. Kegiatan meliputi
(> 140%). Izin Usaha Pemanfaatan Hasil observasi lapangan, pengambilan data, dan
Hutan Kayu dalam Hutan Alam yang penyusunan laporan penelitian.
selanjutnya disebut IUPHHK-HA adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan Objek dan Alat Penelitian
hasil hutan kayu dalam hutan alam pada hutan
produksi melalui kegiatan pemanenan atau Objek penelitian ini yaitu pada bagian
penebangan, penanaman, pemeliharaan, rencana kegiatan kerja 2018 di PT Bina Multi
pengamanan, dan pemasaran. Peraturan Alam Lestari, Kalimantan tengah. Alat yang
menteri lingkungan hidup dan kehutanan digunakan dalam penelitian ini yaitu kalkulator,
Republik Indonesia Nomor: P.46/Menlhk- laptop, kompas, clinometer, parang, dan alat
setje/2015 Pedoman post audit terhadap tulis menulis. Pada petak tebang yang ada
pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan dipilih beberapa macam topografi datar, landai,
kayu. Arahan program kegiatan adalah agak curam dan curam. Setiap masing-masing
perwujudan dan komitmen kuat unit topografi diambil enam, tujuh atau delapan
manajemen PT. Bina Multi Alam Lestari dalam pohon yang ada untuk mewakili topografi
melaksanakan pengusahaan hutan yang tertentu tergantung kondisi yang terdapat di
berasaskan ramah lingkungan agar bisa lapangan.
terwujudnya suatu kelestarian dari produksi
melalui implementasi berbagai prinsip untuk Prosedur Penelitian
mengelola hutan produksi alam secara lestari
(PHAPL). Faktor eksploitasi ialah suatu Perlakuan yang dilakukan dengan
perbandingan batang yang dimanfaatkan berpedoman pada peta rencana operasional
maupun diharapkan tersebut. Memanfaatkan pemanenan kayu (ROPK) skala 1:50.000.
batang merupakan bagian di mana batang Setelah dilakukan inventarisasi tegakan
dapat sampai di logpond dan siap dipasarkan, sebelum penebangan (ITSP) pada tegakan
sedangkan untuk batang yang dapat berdiameter 20 cm ke atas untuk pohon
diharapkan adalah bagian batang dari atas komersil. Inventarisasi dilakukan guna
tunggak yang diizinkan sampai dengan cabang memvalidasi laporan dari hasil cruising (LHC)
awal atau pertama (Dulsalam, 1995), Sianturi kegiatan ITSP yang dilakukan perusahaan.
et al. (1984) mendefinisikan faktor eksploitasi Data yang ada meliputi data primer dan data
suatu indeks yang dapat menunjukkan volume sekunder kemudian dikumpulkan: Volume
pohon yang dimanfatkan dari volume pohon kayu yang dimanfaatkan dan volume kayu
yang ditebang dalam persentase. Pohon yang dimanfaatkan dan diharapkan
bebas cabang jika tidak bisa dimanfaatkan merupakan bagian dari data primer kegiatan
eksploitasi.
186
Kelana Putra. Y. G. et al. 2021. Analisis Faktor Eksploitasi … (04): 184 - 191
Analisis Data
V = 1/2 (B + b) x p
187
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
tanah, efisiensi kerja dan jumlah kayu yang loader kemudian diangkut ke Logyard volume
akan di sarad nantinya. batang tidak mengalami penyusutan atau
terjadi trimming sehingga tidak menyebabkan
Pengupasan kulit kayu dilakukan
volume berubah, volume batang tetap 211,24
menggunakan alat bantu linggis atau
m³. Bisa dilihat pada Gambar 3.
tembilang. Kayu yang telah terkumpul harus
segera dikupas kulitnya sebelum serangga Gambar 3. Proses bongkar muat sebelum
perusak berdatangan. Tujuannya tentu untuk
menjaga mutu dari log, dikarenakan kayu yang
rusak otomatis kualitasnyapun akan ikut
menurun. Turunnya kualitas akan berakibat
pada rendahnya nilai jual kayu itu sendiri.
Kegiatan pengupasan kulit juga menjadi hal
terbaik didalam kegiatan yang ada
dikarenakan jika pengupasan kulit tidak
dilakukan maka pengupasan kayu yang
disimpan dapat mengalami hal pelapukan
secara cepat yang hal itu disebabkan oleh
beberapa hewan seperti serangga dan cacing
tanah, kegiatan pengupasan kulit bisa dilihat
pada Gambar 2.
perakitan
188
Kelana Putra. Y. G. et al. 2021. Analisis Faktor Eksploitasi … (04): 184 - 191
189
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 04 No. 1 Edisi Februari 2021
Keterangan:
N.P = Nomor Pohon J.P = Jenis Pohon
J.V.P (m³) = Jumlah Volume Pohon(m³) FE = Faktor Eksploitasi
J.V di LHP = Jumlah Volume di Laporan Hasil Pemanenan
190
Kelana Putra. Y. G. et al. 2021. Analisis Faktor Eksploitasi … (04): 184 - 191
DAFTAR PUSTAKA
191