Professional Documents
Culture Documents
Jenny Sunariani(1)
ABSTARCT
Homeostatic changes in the body, such as fever caused
inflammation,wich impact a sense of bitterness inside mouth. It implies in
the reduction of appetite, which may finally result in the reduction of
physical condition due to inadequacy of food intake. It causes the inhibition
of healing process, which reduces working productivity. The objective of this
study was to identify the mechanism of bitterness due inflammation, as
proved locally in the taste buds of Wistar rats. This study was carried out
experimentally using post-only control design in experimental animals of
male Wistar strain Rattus norvegicus. The animals were divided into two
groups. First group as control, while the second group received treatment
with Salmonella typhimurium 0.5 mUkgBW. Blood sample and tongue
incision were taken from the animals. IL-1 was counted, and tongue incision
was used for and immunohisfochemical staining for the variables
Gusfducinc.
Data were analyzed using Kolmogorov-Smirnov test for data normality,
and Comparative test. The discriminant analysis was also done to find the
discriminant variable. From the result, it was found that there was an
increase of biological response of signaling transduction of bitterness in
taste buds, as indicated from the increase of these variables, Gustducin. in
treatment group or in inflammatory fever condition as compared to control
group (p<0.05). By unfolding its mechanism, further studies can be
recommended to find the way to inhibit this sense of bitterness. The results
are intended to overcome homeostatic disorder in the body to prevent loss of
appetite, so that physical endurance can be maintained.
Keywords: inflammation, taste buds, Gustducin, IL-1
159
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)
160
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167
161
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)
Tabel 1. Hasil penghitungan IL-1 dan GusAiucin tast bud Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kontrol 7 45.7275 22.5943 8.5398
IL1
Perlakuan 7 49.6536 29.9844 11.3330
Kontrol 7 .38095 .10516 3.97E-02
Gustducin
Perlakuan .69722 .12067 4.56E-02
Keterangan:
N : Jumlah sampel
X: Rerata konsentrasi IL-1 dan gustducin
162
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167
163
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)
katan temperatur (suhu) yang signi- tampak kurang bermagna. Selain itu
fikan, hal ini menunjukkan bahwa IL-1 merupakan sitokin inflamatori
tikus tersebut telah terinfeksi kuman yang dihasilkan makrofag dan
Salmonella typhimurium. Untuk merupakan satu satunya sitokin yang
membuktikan adanya perubahan mempunyai inhibitor alami. Inhibitor
ekspresi Gustducin, clan perubahan tersebut dikenal sebagai IL-1 receptor
konsentrasi IL-1 pada kedua antagonis (IL-1 ra.) yang merupakan
kelompok dilakukan uji beda dengan regulator endogen untuk aktivitas IL-1
“t” test dua sampel. Hasil penelitian dan juga ada faktor-faktor lain yang
yang difakukan pada binatang coba dapat menghambat produksi IL-1,
yang diberikan injeksi kuman misalnya pada keadaan tertentu yaitu
Salmonella typhimurium 0,5 cc/kgBB aktivitas sel CD8+ (Kresno, 2001).
setara dengan larutan McFaland IL-1, Dari hasil analisis data penelitian
yang ditandai dengan adanya demam didapatkan bahwa terjadi peningktan
pada inflamasi dapat berupa petanda biologik Gustducin (Gprotein
peningkatan sel-sel inflamasi akut sub unit α) terhadap indera rasa
yaitu polimorfonuklear terutama pengecap pahit pada kelompok
neutrofil (63%) melalui peme.riksaan perlakuan menunjukkan peningkatan
histopatologi (Gronert et al., 1998). yang bermakna pada p<0.05.
Dengan telah terbuktinya terjadi Peningkatan ekspresi Gustducin pada
inflamasi akut dengan gejala klinis TRCs ditandai dengan absorbsi bahan
berupa demam karena inflamasi maka imunohistokimia yang menyebabkan
dilakukan identifikasi selanjutnya wama taste buds menjadi kecoklatan.
terhadap variabel biologis lainnya Pada keadaan inflamasi terjadi
yaitu IL-1 serum dengan pemeriksaan peningkatan PGE2 (Gallin; 1990;
Elisa dan Gustducin. melalui Guyton & Hall, 2006), keadaan
pengecatan secara imunohistokimia. inflamasi ini mengaktifkan reseptor
Dari hasil penelitian menunjukkan EP3 yang merupakan reseptor PGE2,
bahwa pada keadaan inflamasi akan reseptor EP3 akan menerima
tampak gejala klinis berupa demam informasi panas yang akan memobi-
khususnya pada kondisi inflamasi lisasi Caz+ sahingga meningkatkan
akut, hal ini terbukti dengan adanya sensitivitas reseptor untuk merang-
peningkatan konsentrasi IL-1 pada sang adenilate siklase (Hatae, et al.,
serum yang merupakan sitokin 2002). Peningkatan ini menyebabkan
inflamatori yang dihasilkan makrofag pengikatan pada Gprotein yang
atau APC lainnya akibat invasi kuman mengaktifkan PLC, pengaktifan PLC
Salmonella typhimurium. Walaupun menyebabkan PIP dipecah menjadi IPs
ada peningkatan rerata konsentrasi dan DAG. Ikatan IP3 dengan reseptor
IL-1 pada kelompok perlakuan namun pada ER merangsang dikeluarkannya
tidak bermakna tetapi secara sistemik Caz+dari mitokhondria dan endo-
telah menunjukkan adanya pening- plasmik retikulum dan menyebabkan
katan suhu. Hal ini kemungkinan pembu-kaan saluran Ca2+ membran
disebabkan adanya faktor lain yang ER sehingga Caz+ ke luar menuju ke
menghambat ataupun ketepatan dari sitosol (Spielman, 1998).
pengambilan sampel serum yang tidak Ca2+ juga keluar dad endoplasmik
tepat waktu yaitu telah terjadi retikulum apabila terjadi rangsangan
penurunan kadar IL-1 tersebut, dan PGE2 sehingga menyebabkan
karena IL-1 adalah sitokin yang depolarisasi dan keadaan ini akan
sensitif sehingga kemungkinan menyebabkan transduksi rasa
pengukuran kadar IL-1 telah berada pengecap pahit ke otak.
pada level yang rendah sehingga
164
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167
165
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)
166
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167
167