You are on page 1of 9

J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No.

3, Des 2009: 159-167

PERUBAHAN KONSENTRASI IL-1 DAN GUSTDUCIN TERHADAP


RASA PENGECAP PAHIT PADA DEMAM

CONSENTRATION IL-1 AND GUSTDUCIN CHANGING


TO BITTER TASTE ON FEVER

Jenny Sunariani(1)

ABSTARCT
Homeostatic changes in the body, such as fever caused
inflammation,wich impact a sense of bitterness inside mouth. It implies in
the reduction of appetite, which may finally result in the reduction of
physical condition due to inadequacy of food intake. It causes the inhibition
of healing process, which reduces working productivity. The objective of this
study was to identify the mechanism of bitterness due inflammation, as
proved locally in the taste buds of Wistar rats. This study was carried out
experimentally using post-only control design in experimental animals of
male Wistar strain Rattus norvegicus. The animals were divided into two
groups. First group as control, while the second group received treatment
with Salmonella typhimurium 0.5 mUkgBW. Blood sample and tongue
incision were taken from the animals. IL-1 was counted, and tongue incision
was used for and immunohisfochemical staining for the variables
Gusfducinc.
Data were analyzed using Kolmogorov-Smirnov test for data normality,
and Comparative test. The discriminant analysis was also done to find the
discriminant variable. From the result, it was found that there was an
increase of biological response of signaling transduction of bitterness in
taste buds, as indicated from the increase of these variables, Gustducin. in
treatment group or in inflammatory fever condition as compared to control
group (p<0.05). By unfolding its mechanism, further studies can be
recommended to find the way to inhibit this sense of bitterness. The results
are intended to overcome homeostatic disorder in the body to prevent loss of
appetite, so that physical endurance can be maintained.
Keywords: inflammation, taste buds, Gustducin, IL-1

PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh


Rongga mulut merupakan tempat tergantung oleh nafsu makan yang
awal masuknya makanan dan rasa dipengaruhi sistem saraf pusat dan
makanan ditentukan oleh rasa sistem saraf perifer. Pada sistem saraf
pengecap, yaitu reseptor indera rasa pusat dipengaruhi beberapa hal
pengecap pada rongga mulut antara lain memori terhadap
terutama pada lidah. Rasa makanan makanan, sedangkan pada sistem
juga ditentukan oleh persepsi individu saraf perifer ditentukan oleh reseptor
terhadap makanan tersebut. Nutfti indera rasa pengecap (Carlson, 2000;
merupakan salah satu kebutuhan Guyton & Hall, 2006).
dasar manusia setiap hari yang Gangguan homeostasis tubuh
dipakai sebagai energi tubuh. misalnya pada kondisi infeksi dapat

(1) Bagian Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

159
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)

menimbulkan penurunan nafsu dan diteruskan ke memori di dalam


makan. Penurunan nafsu makan otak (Ganong, 2001; Vander, 2001).
dapat terjadi pada tingkat pusat pada Salah satu manifestasi gangguan
otak atau tingkat perifer/reseptor homeostasis adalah adanya inflamasi
indera rasa pengecap pada taste buds. yang disertai demam, baik endogen
Perubahan predominan rasa pahit maupun eksogen. Demam merupakan
dapat menurunkan nafsu makan, salah satu gejala klinis dari infeksi
sehingga dapat juga menurunkan yang disebabkan oleh kuman
ketahanan tubuh. Penurunan misalnya demam thypoid, dengan
ketahanan tubuh mengakibatkan pula didapatkannya gejala khas pada lidah
penurunan ketahanan tubuh yang disebut thypoid tongue. Pada
imunologis. Penurunan ketahanan pemeriksaan histopatologi tampak
tubuh imunologis ini akan adanya peningkatan sel radang
memperberat kondisi infeksi (Kresno, polimorfonuklear (PMN) yaitu neutrofil
2001). Oleh karena itu keadaan yang merupakan ciri khas kondisi
demam mengakibatkan penurunan inflamasi akut (Ganong, 2001) Pada
ketahanan tubuh dan produktivitas keadaan demam yang merupakan
kerja penderita.(Mandel et al., 1995) manifestasi klinis dari infeksi
Mekanisme penurunan nafsu makan didapatkan juga gejala yang menonjol
pada reseptor indera pengecap di berupa peningkatan rasa pahit pada
taste buds melalui transduksi signal lidah.
pada inflamasi yang disertai demam, Kajian reseptor indera rasa
sampai saat ini belum diketahui. pengecap secara fisiobiologis
Ada beberapa rasa pengecap pada diperankan oleh taste buds.
rongga mulut yaitu: rasa asin, rasa Mekanisme terjadinya rangsangan
asam, rasa manis, rasa pahit dan rasa indera rasa pengecap dimulai dengan
umami.(Adler, 2000; Jacob, 2005) adanya rasa primer di dalam rongga
Timbulnya rasa pahit akibat adanya mulut oleh taste buds sebagai
ikatan antara bahan kimia sebagai reseptor sel syaraf rasa kecap yang
perangsang rasa pengecap pahit pada merupakan bagian tubuh untuk
reseptor.(Ogura et al., 1997; Zald, menimbulkan respons biologi (Purves
2002; Yan et al., 2003) Reaksi ini et al., 1997). Respons tersebut dapat
mengakibatkan Gprotein melepaskan dipicu oleh pemaparan kuman
unit α, yang pada reseptor indera rasa sebagai initiation signaling. (Steward
pengecap pahit ini disebut sebagai et al., 1997; Goldsby et al., 2000).
Gustducin (Kusakabe et al., 2002; Mekanisme perubahan tingkat
Jansen, 2002) Gustducin mengaktifasi seluler pada keadaan inflamasi
ensim sehingga pada keadaan ini disertai demam yang terjadi pada
menyebabkan tertutupnya saluran reseptor indera rasa pengecap
K+, kemudian merangsang PLC terhadap perubahan molekuler intra
(phospholipase C) untuk mengaktivasi seluler, dapat terjacli melalui signal
PIP (fosfo inositol fosfat) menjadi IP3 transducing oleh ion-ion antara lain
(inositol trifosfat). IP3 menyebabkan K+, Caz', Mg+. Sampai saat ini
Ca2+ dikeluarkan dari endoplasmik mekanisme perubahan biologis taste
retikulum dan mitokondria sehingga buds akibat modulasi infeksi kuman
menimbulkan depolarisasi.(Ogura, belum pernah dikaji dan belum
1999; Akopian & Withowsky et al., terungkap secara jelas. Atas dasar
2001; Ando, 2003) Peningkatan gejala klinis adanya rasa pahit pada
konsentrasi Ca2+ di dalam sel inflamasi disertai demam dan
reseptor rasa pengecap pahit perubahan tingkat sel dan dinamika
menyebabkan peningkatan rasa pahit fisiobiologis terhadap perubahan

160
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167

predominan rasa pengecap pahit di laik etik. Pada kelompok binatang


tingkat perifer yang betum jelas ini, coba diinjeksi dengan aquades, dan
maka perlu dikaji secara rinci. Penelitian pada binatang coba kelompok 2 diberi
dilakukan pada hewan coba tikus pedakuan (demam) diukur dulu suhu
Wistar (Rattus Novergicus) yang telah awalnya kemudian diinjeksi dengan
diberi paparan kuman Salmonella kuman Salmonella thypimurium
fyphimurium dengan pengamatan sebesar 0,5 ml/kgBB. Setelah 6 jam
pada preparat potongan lidah diukur suhu tubuh akhir, kemudian
terhadap perubahan konsentrasi IL-1, di sacrified dan diambil darah serta
jumlah Gustducin melalui peme- lidahnya. Pada serum darah diukur
riksaan Elisa dan histopatologi konsentrasi IL-1 dan pada lidah di
dengan pengecatan secara imuno- blok parafin kemudian dilakukan
histokimia. pengecatan immunohistokimia untuk
Dari latar belakang di atas dihitung ekspresi Gustducin taste
dapatlah dirumuskan apakah pada buds.
kondis demam dapat terjadi Pada binatang coba yang diberi
peningkatan konsentrasi IIL-1 serum perlakuan kondisi inflamasi adalah
dan peningkatan jumlah Gustducin bila binatang yang dibuat demam oleh
taste buds serum? kuman Salmonella thypimurium dan
mengalami peningkatan suhu diatas
METODE PENELITIAN suhu normal (36°C), b. IL-1 adalah
Jenis penelitian ini adalah true sitokin yang dihasilkan oleh
eksperimental mumi dengan hipotalamus yang diukur pada serum
rancangan peneli6an post test only darah yang diambil dari jantung yang
control group. Bahan yang digunakan diukur dengan Elisa dan Gustducin
adalah serum dan potongan lidah adalah Gprotein sub unit α yang
tikus Rattus Novergicus strain wistar diekspresikan oleh TRCs taste buds
yang di invasi kuman dengan cara papila sirkumvalata pada jaringan
diinjeksi dengan kuman S lidah bagian posterior pada keadan
thypimurium. dari yang diukur inflamasi clan kontrol, diukur
konsentrasi IL-1 dengan metode Elisa berdasarkan jumlah TRCs yang
dan potongan lidah dicat secara berwarna kecoklatan pada pengecatan
imunohistokimia dengan meng- imunohistokimia dengan pengamatan
gunakan antibodi monoklonal. mikroskop cahaya pada pembesaran
Penelitian ini dilakukan di labora- 400 kali.
torium Biokimia, laboratorium
Mikrobiologi, laboratorium Patologi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Anatomi, dan Gramik Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Dari hasil analisa statistik
laboratorium Imunologi Veteriner didapatkan nilai rerata dan simpang
Fakultas Kedokteran Hewan baku seperti pada Tabel 1.
Universitas Airlangga dan Lab. Kes. Pada kelompok perlakuan nilai rerata
Da. Surabaya. IL-1 tidak ada perbedaan yang
Cara kerja penelitian ini dengan bermakna sedangkan pada dad uji
cara binatang coba dibagi dalam dua beda antara kelompok perlakuan dan
kelompok yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol ternyata ada
kelompok kontrol dan kelompok perbedaan yang bermakna (p < 0.001)
perlakuan yang dibuat demam. gustducin pada kelompok perlakuan,
Binatang coba dipilih secara random sedangkan IL-1 ada perbedaan tetapi
(random allocation), diperlakukan tidak bermakna.
dengan layak dan telah dinyatakan

161
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)

Tabel 1. Hasil penghitungan IL-1 dan GusAiucin tast bud Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kontrol 7 45.7275 22.5943 8.5398
IL1
Perlakuan 7 49.6536 29.9844 11.3330
Kontrol 7 .38095 .10516 3.97E-02
Gustducin
Perlakuan .69722 .12067 4.56E-02
Keterangan:
N : Jumlah sampel
X: Rerata konsentrasi IL-1 dan gustducin

Gambar 3. Graft konsentrasi IL-1


Gambar 5.
Hasil analisis univariat masing- Hasil Pengecatan Imunohistokimia dengan
masing variabel IL-1, hasil analisis memakai monokbnal antibodi terhadap
univariat pada kelompok variabel Gustducin produk dad Santa Cruz
perlakuan clan kontrol dengan uji "t" Biotechnology, Inc. Pada taste buds papila
sirkumvalata pada kelompok normal,
menunjukkan tak ada perbedaan yang
tampak TRCs yang berwama biru (´);
bermakna dan variabel penelitian pembesaran 400 kali
pada kelompok perlakuan.

Gambar 4. Graft konsentrasi Gustducin

Hasil analisis univariat masing- Gambar 6.


masing variabel IL-1, Gustducin pada Hasil Pengecatan Imunohistokimia dengan
kelompok perlakuan dan kontrol memakai monoklonal antibodi terhadap
Gustducin produk dad Santa Cruz
dengan uji “t” menunjukkan ada Biotechnology, Inc. Pada taste buds papila
perbedaan yang bermakna dan sirkumvalata pada kelompok perlakuan,
variabel penelitian pada kelompok tampak TRCs yang berwama kecoklatan(´);
perlakuan. Hal ini menunjukkan tikus pembesaran 400 kaG
pada keadaan inflamasi setelah ter-
papar kuman Salmonella typhimu- Bermacam gangguan homeostasis
rium, akan mengakibatkan pe- dalam tubuh dapat terjadi melalui
ningkatan variabel penelitian terha- berbagai penyebab, misalnya adanya
dap rasa pahit. inflamasi yang akan menyebabkan
dengan gejala klinis berupa demam,
juga dapat menyebabkan perubahan
rasa pada indra pengecap saraf perifer
pada taste buds. Hal tersebut dapat
juga menyebabkan perubahan biologis

162
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167

sel berupa perubahan signaling intra berian kuman Salmonella typhimurium


seluler. Keadaan ini dapat dimaksudkan pertama untuk mem-
berpengaruh terhadqp nafsu makan berikan kondisi yang sama seperti
yang merupakan manifestasi klinis demam typhoid pada manusia
adanya inflamasi. Penurunan nafsu (Faucher et al., 2004). Penyakit ini
makan dapat berupa perubahan rasa merupakan penyakit yang banyak
pengecap terutama adanya didapatkan pada penduduk tropis
peningkatan rasa pahit. Kualitas rasa seperti Indonesia dengan keluhan
makanan dapat berubah yang berasal terjadi penurunan nafsu makan
dad dua faktor, pertama dari bahan akibat terjadinya peningkatan rasa
makanan itu sendiri dan yang kedua pengecap pahit. Dipakainya kuman
karena adanya perubahan sistemik Salmonella typhimurium karena
dalam tubuh di luar sel pengecap. apabila diberikan kuman Salmonella
Persepsi rasa pengecap makanan typhimurium seperti yang menginvasi
selain tergantung dari reseptor manusia, tidak akan terjadi demam
pengecap pada taste buds, juga karena tikus termasuk binatang yang
dipengaruhi oleh co stimulus lain hidup ditempat kotor (Hill, 2001).
karena rangsangan pada reseptor rasa Untuk mengetahui apakah sampel
somas terhadap makanan tersebut mempunyai distribusi normal maka
serta adanya memori terhadap dilakukan uji analisis dengan
makanan tersebut pada susunan menggunakan Kolmogorov Smirnov
saraf pusat sampai diteruskannya test, dan hasil analisa statistik
persepsi makanan melalui lintasan menunjukkan bahwa distribusi data
pengecap. Untuk mendukung ide adalah normal (p>0,05). Penelitian
penelitian tersebut telah dilakukan dilakukan pada dua kelompok,
peneliGan pendahuluan dengan kelompok pertama adalah kelompok
menggunakan kuisioner terhadap 63 kontrol untuk mendapatkan data
responden penderita demam. Dari kondisi sampel yang sehat, clan pada
hasil penelitian tersebut kelompok dua yang dilakukan invasi
menunjukkan bahwa: 96,82% terjadi kuman Salmonella typhimurium agar
peningkatan rasa pahit pada dapat timbul demam. Banyak faktor
mulutnya hanya 3 orang (3,18%) yang yang berpengaruh pada keadaan
merasakan peningkatan rasa asam. demam inflamasi antara lain
Atas dasar penelitian awal ini maka terbentuknya prostaglandin E2 yang
ingin diketahui bagaimana meka- mempunyai reseptor EP3 yang
nisme gangguan homeostasis pada berhubungan dengan panas, nitrik
inflamasi disertai demam dengan rasa oksida (NO) yang mempunyai peran
pengecap pahit dari beberapa variabel penting pada inflamasi saat infiltrasi
molekuler di dalam sel tersebut eosinophil (Hatae et al., 2002; Hull et
antara lain IL-1 clan Gustducin. al., 2004; Nguyen et al., 2002).
Penelitian yang telah dilakukan Untuk mengempirikan variabel
ini merupakan penelitian respons respons biologik tersebut maka
biologik pada taste buds yang dilakukan analisis statistik, clan
didasari atas penurunan nafsu makan analisis statistik yang dipakai adalah
penderita yang sedang mengalami uji komparasi dengan uji t. Untuk
infeksi yang disertai demam, dengan membuktikan telah terjadi inflamasi,
memakai hewan coba tikus Rattus maka dilakukan pengukuran tempe-
Novergicus strain Wistar yang ratur dan pengambilan sampel darah
diberikan invasi kuman Salmonella untuk diperiksa konsentrasi IL-1
typhimurium untuk memberikan serum. Ternyata pada pemeriksaan
homogenitas penyebab demam. Pem- menunjukkan bahwa terjadi pening-

163
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)

katan temperatur (suhu) yang signi- tampak kurang bermagna. Selain itu
fikan, hal ini menunjukkan bahwa IL-1 merupakan sitokin inflamatori
tikus tersebut telah terinfeksi kuman yang dihasilkan makrofag dan
Salmonella typhimurium. Untuk merupakan satu satunya sitokin yang
membuktikan adanya perubahan mempunyai inhibitor alami. Inhibitor
ekspresi Gustducin, clan perubahan tersebut dikenal sebagai IL-1 receptor
konsentrasi IL-1 pada kedua antagonis (IL-1 ra.) yang merupakan
kelompok dilakukan uji beda dengan regulator endogen untuk aktivitas IL-1
“t” test dua sampel. Hasil penelitian dan juga ada faktor-faktor lain yang
yang difakukan pada binatang coba dapat menghambat produksi IL-1,
yang diberikan injeksi kuman misalnya pada keadaan tertentu yaitu
Salmonella typhimurium 0,5 cc/kgBB aktivitas sel CD8+ (Kresno, 2001).
setara dengan larutan McFaland IL-1, Dari hasil analisis data penelitian
yang ditandai dengan adanya demam didapatkan bahwa terjadi peningktan
pada inflamasi dapat berupa petanda biologik Gustducin (Gprotein
peningkatan sel-sel inflamasi akut sub unit α) terhadap indera rasa
yaitu polimorfonuklear terutama pengecap pahit pada kelompok
neutrofil (63%) melalui peme.riksaan perlakuan menunjukkan peningkatan
histopatologi (Gronert et al., 1998). yang bermakna pada p<0.05.
Dengan telah terbuktinya terjadi Peningkatan ekspresi Gustducin pada
inflamasi akut dengan gejala klinis TRCs ditandai dengan absorbsi bahan
berupa demam karena inflamasi maka imunohistokimia yang menyebabkan
dilakukan identifikasi selanjutnya wama taste buds menjadi kecoklatan.
terhadap variabel biologis lainnya Pada keadaan inflamasi terjadi
yaitu IL-1 serum dengan pemeriksaan peningkatan PGE2 (Gallin; 1990;
Elisa dan Gustducin. melalui Guyton & Hall, 2006), keadaan
pengecatan secara imunohistokimia. inflamasi ini mengaktifkan reseptor
Dari hasil penelitian menunjukkan EP3 yang merupakan reseptor PGE2,
bahwa pada keadaan inflamasi akan reseptor EP3 akan menerima
tampak gejala klinis berupa demam informasi panas yang akan memobi-
khususnya pada kondisi inflamasi lisasi Caz+ sahingga meningkatkan
akut, hal ini terbukti dengan adanya sensitivitas reseptor untuk merang-
peningkatan konsentrasi IL-1 pada sang adenilate siklase (Hatae, et al.,
serum yang merupakan sitokin 2002). Peningkatan ini menyebabkan
inflamatori yang dihasilkan makrofag pengikatan pada Gprotein yang
atau APC lainnya akibat invasi kuman mengaktifkan PLC, pengaktifan PLC
Salmonella typhimurium. Walaupun menyebabkan PIP dipecah menjadi IPs
ada peningkatan rerata konsentrasi dan DAG. Ikatan IP3 dengan reseptor
IL-1 pada kelompok perlakuan namun pada ER merangsang dikeluarkannya
tidak bermakna tetapi secara sistemik Caz+dari mitokhondria dan endo-
telah menunjukkan adanya pening- plasmik retikulum dan menyebabkan
katan suhu. Hal ini kemungkinan pembu-kaan saluran Ca2+ membran
disebabkan adanya faktor lain yang ER sehingga Caz+ ke luar menuju ke
menghambat ataupun ketepatan dari sitosol (Spielman, 1998).
pengambilan sampel serum yang tidak Ca2+ juga keluar dad endoplasmik
tepat waktu yaitu telah terjadi retikulum apabila terjadi rangsangan
penurunan kadar IL-1 tersebut, dan PGE2 sehingga menyebabkan
karena IL-1 adalah sitokin yang depolarisasi dan keadaan ini akan
sensitif sehingga kemungkinan menyebabkan transduksi rasa
pengukuran kadar IL-1 telah berada pengecap pahit ke otak.
pada level yang rendah sehingga

164
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167

Diversitas struktur dan kimia Masuknya Ca2+ ke dalam sitosol


tastants menyebabkan mekanisme pada kerusakan membran biasanya
transduksi melalui berbagai cara. Hal terjadi akibat suatu rudapaksa (Repo
ini berbeda sekali dengan yang terjadi and Finlav, 1977; Jeffrey et al., 1995)
pada indera rasa penglihatan maupun atau peristiwa keracunan, hal ini
indera rasa pembau yang rang- berakibat berubahnya konsentrasi
sangannya hanya melalui lintasan Ca2+ di dalam sitosol dan
umum rangsangan dengan adanya menyebabkan kematian sel. (Blanco et
foton atau molekul volatile kecil yang al., 1998). Sebagian besar Ca2+ sitosol
ditransduksi melalui satu mekanisme tersimpan terutama di dalam reti-
dasar (Katz, 2000). kulum endoplasmik dan mitokondria
Penelitian ini hanya di6njau dad serta vesikel-vesikel lainnya dengan
peran sel signaling di saraf perifer jumlah yang lebih kecil. Ca2+ ATPase
dengan membuktikan perubahan memompa Ca2+ di dalam sitosol
biologik yang terjadi pada elemen melintasi membran plasma menuju
yang menjalankan transduksi rasa keluar atau ke tempat penyimpanan
pengecap yang kompleks, dalam taste di dalam retikulum endoplasmik dan
buds terdapat elemen Gustducin yang mitokondria. Peningkatan yang kecil
berperan dalam lintasan indera dad jumlah yang normal Ca2+ di
pengecap ini dan mekariisme untuk dalam sitosol akan menyebabkan
masing masing rasa mempunyai berbagai macam respon seluler
spesifikasi sendiri. Reseptor 7- berupa rangsangan terhadap rasa
transmembran heliks berperan untuk pengecap pahit pada Gustducin.
memulai cascade signaling dengan Terjadinya kemungkinan peningkatan
mengikat Gproteins.(Ueda et al., 2003, yang berlebihan dan terus menerus
Ganong, 2001; Boron, 2005). Ca2+ di dalam sitosol bisa menjadi
Rasa pengecap dalam rongga toksin pada sel, khususnya pada
mulut dapat berubah apabila keadaan ini yaitu inflamasi disertai
didapatkan perubahan homeostasis demam (Ganong, 2001).
dalam tubuh, misalnya pada keadaan
kekurangan ion natrium maka SIMPULAN
reseptor rasa pengecap yang ber- Dari penelitian ini dapat
hubungan dengan saluran ion disimpulkan bahwa tidak ada
natrium menurun kepekaannya peningkatan konsentrasi IL-1 serum
terhadap rasa asin, demikian juga pada kondisi demam tetapi terjadi
dengan reseptor lain. Transduksi dan peningkatan Gustducin taste buds
coding tergantung pada input TRCs pada kondisi secara bermakna.
melalui serabut saraf aferent, Perlu penelitian lebih lanjut di
informasinya mengkode kwalitas rasa bidang tentang peran Gustducin
yang tergantung pada pola komparasi secara seluler terhadap faktor-faktor
di antara serabut tersebut. Masing- lain yang berperan tertiadap signaling
masing serabut saraf mempunyai transducing taste buds baik pada
spesifikasi menurut kepekaan keadaan homeostasis ataupun pada
terhadap rasa tertentu, misalnya yang keadaan adanya gangguan
peka terhadap rasa asin, maka homeostasis.
serabut sarafnya mempunyai
kepekaan tinggi terhadap rasa asin DAFTAR PUSTAKA
tetapi juga dapat merasakan rasa lain Akao M, Ohler A, O'Rourke B, Marban E,
dengan kepekaan lebih rendah 2001. Mitochondrial ATP-sensitive
(Kandel, 2000; Guyton & Hall, 2006). potassium channels Inhibit apoptosis

165
Konsentrasi Il-1 dan Gustducin pada Demam (Jenny Sunariani)

Induced by Oxydative stress I Cardiac Kusabake Y, Yasuoka A, Asano-Miyoshi M,


Cell. Circ, Res. 88:1267-1275. Iwabuchi K, Matsumoto I, Arai S,
Akopian A and Withowsky P, 2001. Emori Y and Abe K. 2000,
Intracellular calcium reduces light- Comprehensive study on G protein a-
induced excitatory postsynaptic Subunits in taste Bud cells, with
responses in salamander retinal Special reference to the Occurance of
ganglion cells. J of Phys 532. (1): pp Gai2 as a Major Ga Species. Chem.
43-53. Senses, 25: 525-31.
Ando H, Mizutami A, Matsu-Ura, Miyazaki Si, 1993. IP3 Receptor-Mediated
Mikoshiba K, 2003. IRBIT, a Novel Spatial and temporal Ca2+ Signalling
Inositol 1,4,5-Triphosphate (IP3) of the cell. Japan: J of Physiol 41:
receptor-binding protein, is released 409-434.
from the IP3 receptor upon IP3 Ogura T, Kinnamon SC, 1999. IP3-
Binding to the receptor. The J of Biol Independent Release of Ca2+ From
Chem. 278 (12): pp. 10602-10612. Intracellular Stores: A Novel
Boughter JD, Pumplin DW, Yu C, Christy Mechanism for Transduction of Bitter
RC, and Smith DV, 1997. Differential Stimuli. The J of Neurophys. 82 (5):
Expression of aGustducin in Taste pp 2657-2666.
Bud Populations of the Rat and Oh JW, Lee HB, Park IK, Kang JO, 2002.
Hamster. J of Physiol 17 (8): pp 2852 Interleukin-6, intedeukin-8,
-2858. interieukin-11, and interferongamma
Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, levels in nasopharyngeal aspirates
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. from wheezing children with
Harrison's, 2001. Principles of respiratory syncytial virus or
Internal Medicine. 15th. Washington influenza A virus infection. Pediatr
DC, McGraw Hill Pub1.1125-1130. Allergy Immunol 13 (5): 350-356.
Caicedo A, Jafri MS, Roper SD, 2000. In Rasschaert J, Malaisse WJ, 2005.
Situ Caz+ Imaging Reveals Expression of the a-Gustducin, a
Neurotransmitter Receptors for taste-cell-specific Gprotein, in islet B-
Glutamate in Taste Receptor Cells. J cells. Brussels, Belgium.
of Neurosci. 20 (21): 7978-7985, Rosenzweig S, Yan W, Dasso M, and
Clemens MJ, 1996. Cytokines, Oxford, Spielman Al, 1999. Possible Novel
Bios Scien Publ, 1-10. Mechanism for Bitter Taste Mediated
Cohen S, Bums RC, 1994. Pathways of the Through cGMP. The J of Neurophys.
pulp, 6th ed, St Louis. Missouri, 81 (4): pp 1661-1665.
Mosby ; 297-329. Suryohudoyo P, 2000. Kapita Selekta.
Cotran RS, Kumar V, and Collins Tucker, Ilmu Kedokteran Molekuler, cetakan
1999. Pathologic basic of disease. pertama, Jakarta; 1-10. 31-47.
Philadelphia W.B. Saunders company. Tanimura S, Shibuya T, Ishibashi T, 1994.
Davis LE, Komfeld M, 2001. Experimental Neural responses of the
influenza B viral myositis. J Neurol glossopharyngeal nerve to several
Sci. (1-2): 61-67. bitter stimuli in mice. Comp Biochem
Fagni L, Chavis P, Ango F, Bockaert J, Phys, 108: 189-194.
2000. Complexs Interactions Between Tymianski M, Tator CH, 1996. Normal and
mGluRs, intracellular Cazr stores and abnormal Calcium Homeostasis in
ion channels in neurons. TRENDS In Neurons: A Basis for the
Neurosc. 23 (2): 280-288. Pathofisiology of Traumatic and
Kaufman SHE, Sher A and Ahmed R, Ischemic Central Nervous System
2002. Immonology of Infectious Injury. Neurosurg 30: 1176-1195.
diseases. Immunology of infections Van Lenten BJ, Wagner AC, Nayak DP,
Diseases, ASM Press Washington, Hama S, Navab M, Fogelman AM,
D.C. 798-845. 2001. High-density lipoprotein loses
Kelly R W, King AE, Critchley HOD, 2001. its anti-inflammatory properties
Cytokine control in human during acute influenza a infection.
endometrium. Reprod. 121: 3-19. Circulation.103 (18): 2283-2288.
Krizhanovsky V, Agamy O, Naim M, 2000. Vander A, Sherman J, Luciano D, 2001.
Sucrose-stimulated subsecond Human Physiology. The Mechanism of
transient increase in cGMP level in Body Function. 8"1 ed. New York: Mc
rat intact circumvallate taste bud Graw Hill, pp 262-270.
cells. 279 (1): C120-C125.

166
J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167

Verkhratsky A, Toescu EC, 2003. Endo- Production of interferongamma by


plasmic reticulum Ca2+ homeostasis influenza hemagglutinin-specific CD8
and neuronal death. J. Cell. Mol. Med. effector T cells influences the
7 (4): pp 351-361. development of pulmonary immuno-
Wedel BJ, Vazquez G, McKay RR, Bird pathology. Am J Pathol 158 (1):119-
GSJ, Putney JWJ, 2003. A 130.
Calmodulin/lnositol 1,4,5 Trisphos- Yan W, Sunavala G, Rosenzweig S, Dasso
phate (IP3) Receptor-binding Region M, Brand JG, Spielman Al, 2001.
Targets TRPC3 to the Plasma Bitter taste transduced by PLC-β2-
Membrane in a Calmodulin/IP3 dependent rise in IP3 and a-
Receptor-independent Process. J Biol gustducin-dependent fall in cyclic
Chem 278 (28): 25758-25765. nucleotides. AJP Cell Physiol 280 (4):
Wiley JA, Cerwenka A, Harkema JR, C742-C751.
Dutton RW, Harmsen AG, 2001.

167

You might also like