Professional Documents
Culture Documents
26 Medokan Ayu drg. Siti Januarsih Jl. Medokan (031) 872 1. Spesialis
Asri Utara 0080 Anak
IV/31, Kec. 2. Pkm Santun
Rungkut Lansia
3. Poli Batra
4. Posyandu
Remaja
5. Pkm
Perawatan
(PONED)
6. Pkm Sore
7. UGD
27 Menur dr. Medyana Jl. Manyar Rejo (031) 594 1. Spesialis
Puspita I/35, Kec. 8677 Mata
Sukolilo 2. Pkm Sore
28 Mojo dr. Nurul Jl. Mojo (031) 593 PKM Sore
Atfianah Klanggru 2332
Wetan II/11,
Kec. Gubeng
29 Mulyorejo dr. Riana Restuti Jl. Mulyorejo (031) 381 1. Spesialis
Utara 201 Blk, 6885 Anak
Kec. Mulyorejo 2. Posyandu
remaja
3. Pkm Sore
30 Ngagel Rejo dr. Endang Jl. Ngagel Dadi (031) 504 1. PKM Sore
Susilowati III/17, Kec. 7055
Wonokromo
31 Pacar Keling drg. Suluh Jl. Jolotundo (031) 503 1. Poli Paliatif
Rahardjo Baru III/16, 2310
Kec.
Tambaksari
32 Pakis drg.Puspa Jl. Makam (031) 563 1. Spesialis
Karmila Kembang 2985 Anak, Obgyn,
Kuning No.6, Jantung, Paru.
Kec. Sawahan 2. Pkm
Perawatan
3. Pkm Sore
4. UGD
33 Pegirian drg. Anon Jl. Karang (031) 376 1. Spesialis
Wijayanti Tembok 39, 6179 Paru, THT
Kec. Semampir 2. Poli Batra
3. Posyandu
Remaja
34 Peneleh drg. Sri Jl. Makam (031) 534 1. Spesialis
Kadarwati Peneleh 35, 3473 Mata
Kec. Genteng 2. Poli Batra
3. Poli
Psikologi
4. Posyandu
Remaja
35 Perak Timur dr. Nurul Hidayah Jl. Jakarta No.9, (031) 352 1. Spesialis
Kec. Pabean 4247 Mata
Cantian 2. Pemeriksaan
CPNS
3. Pkm Sore
4. UGD
5. Poli STD
36 Pucang Sewu drg. Prasukma Jl. Pucang (031)501 1. Spesialis
Yogawati Anom Timur 72 8527 Anak
Surabaya 2. Pemeriksaan
CPNS
3. Pkm Sore
4. UGD
37 Putat Jaya dr. Hartati Jl. Kupang (031) 1. Spesialis
Gunung Raya 5687637 Mata
No. 5 Surabaya 2. Poli
Psikologi
3. Posyandu
Remaja
4. Pelayanan
IVA
5. Pkm Sore
6. UGD
7. Poli STD
Surabaya, eHealth. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi
sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari).
Akibatnya penderita Thalassemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka
pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalassemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan
untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya
zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi.
Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan
untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan
tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Thalassemia adalah sekelompok
penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidak seimbangan pembuatan salah satu dari
keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.
Thalassemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit
kelainan pembentukan sel darah merah. Gejala utama yang akan muncul adalah pucat, perut
tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik
akan terjadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi hitam.
PENYEBAB
Penyebab Thalassemia adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga
produksi hemoglobin berkurang. Hal itu dikarenakan oleh ketidakseimbangan dalam rantai
protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh
sebuah gen cacat yang diturunkan. Penderita penyakit ini, seseorang memiliki 2 gen dari kedua
orang tuanya. Jika hanya satu gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi
pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
1. Thalassemia Minor
Individu hanya membawa gen penyakit Thalassemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda
penyakit Thalassemia tidak muncul. Walau Thalassemia minor tak bermasalah, namun bila ia
menikah dengan Thalassemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka
menderita Thalassemia mayor.
Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit Thalassemia mayor dengan
berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering
mengalami pendarahan. Thalassemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di
sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang
hidupnya.
Penderita Thalassemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan
akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti
jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Facies cooley adalah ciri khas
Thalassemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol
akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin.
Penderita Thalassemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada
umumnya, penderita Thalassemia mayor harus menjalani transfusi darah dan
pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita Thalassemia
mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan.
Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya
penyakit. Semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi
darah.
GEJALA
Semua Thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-
Thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok),
batu empedu dan pembesaran limpa.
Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama
tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak
yang menderita Thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih
lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.
Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat
besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan
gagal jantung.
Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami Thalassemia atau tidak, dilakukan
dengan pemeriksaan darah. Gejala Thalassemia dapat dilihat pada anak usia 3 bulan hingga 18
bulan. Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita Thalassemia mayor ini hidup hingga
8 tahun saja.
Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah seumur hidup. Jika tidak diberikan tranfusi darah,
penderita akan lemas, dan berisiko besar meninggal dunia.
PENGOBATAN
Pada Thalassemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam
folat.
Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang
bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan
keracunan.
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi
genetik masih dalam tahap penelitian.
PENCEGAHAN
Pada keluarga dengan riwayat Thalassemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk
menentukan risiko memiliki anak yang menderita Thalassemia.
Pengidap Thalassemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup
layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam
tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine.
Penyakit Thalassemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri
merupakan pembawa sifat (carrier) Thalassemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan
sebesar 25 persen untuk menderita Thalassemia.(Ima)
ilustrasi : Seorang pegawai pengasapan ikan di daerah kenjeran surabaya, yang beresiko terhadap
kanker nasofaring
Surabaya, eHealth. Kanker Nasofaring (KNF) adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Penyebab KNF, dikatakan oleh Prof.
DR. dr. R. Sunaryadi Tejawinata, Sp. THT (K) dari RSUD Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran
Unair, disebabkan oleh adanya virus Epstein-barr.
Lanjut ia katakan bahwa KNF terbanyak di dunia terdapat pada daerah Tiongkok Selatan,
terutama Provinsi Guang Dong dan negara-negara Asia lainnya. Namun di Indonesia secara
nasional belum didapatkan data yang akurat. Namun, di RSUD Dr. Soetomo didapat data pada
Poli Onkologi THT pada tahun 2013 terdapat 254 pasien baru dengan rangking pertama KNF,
kedua Sinonasal dan ketiga laring.
Secara keseluruhan pada data di Poli Paliatif RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2013 terdapat 397
pasien baru, KNF menempati urutan keempat. Pertama Kanker Payudara, kedua Kanker Serviks,
ketiga Kanker Paru dan keempat Kanker Nasofaring.
Faktor Risiko
Prof. Sun, begitu ia disapa mengatakan bahwa faktor risiko KNF yaitu sering mengkonsumsi
makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk makanan yang diawetkan dengan cara
diasinkan atau diasap. Seperti ikan asin, karena pada pembuatan ikan asin terjadi proses
mikrosamin yang mengaktifkan virus Epstein-barr.
Selain makanan yang mengandung bahan pengawet, lanjutnya, sering mengonsumsi makanan
dan minuman yang panas atau bersifat panas dan merangsang selaput lendir, seperti yang
mengandung alkohol. Sering menghirup asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap
obat nyamuk, asap bahan bakar BBM atau asap candu juga mengaktifkan virus Epstein-barr.
Selain itu, juga sebabkan oleh faktor genetik, yakni seseorang yang mewarisi keturunan KNF
dari orang tuanya.
Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya KNF. Namun penyebaran kanker ini
dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak.
Disarankan jika yang berisiko tinggi terkena KNF, diharapkan untuk rajin memeriksakan diri ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini atau ada garis keturunan penderita KNF.
Gejala
Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut
menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun, biasanya pada
stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut.
Pertama di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit
sampai pendengaran berkurang. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat
terus-menerus, kemudian pilek.
Pada kondisi akut menunjukkan gejala sebagai berikut, kelenjar getah bening pada leher
membesar. Juga mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol keluar dan
sering timbul nyeri dan sakit kepala.
Pada tahap awal gejala pada sel-sel kanker masih berada dalam batas nasofaring, biasa disebut
dengan naso-pharynx in situ. Pada stadium pertama sel kanker menyebar di bagian nasofaring.
Kemudia pada stadium kedua sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasofaring ke rongga
hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher.
Pada stadium lanjut yaitu stadium ketiga yakni sel kanker sudah menyerang pada kelenjar getah
bening di semua sisi leher. Serta pada stadium ke empat, kanker sudah menyebar di saraf dan
tulang sekitar wajah.
Pengobatan
Pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, serta paliatif.
Selain itu juga ada kombinasi tambahan lainnya untuk pengobatan kanker ini. Tindakan operasi
tidak dilakukan untuk jenis kanker ini karena posisinya yang sulit dan dekat metastase kelenjar
getah bening. Tindakan operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk stadium awal kanker
ini jarang dilakukan biopsi.
Dalam pengobatan penderita kanker nasofaring, Prof. Sun mengajak semua tenaga kesehatan
yang tergabung dalam Surabaya Bebas Nyeri Kanker (SBNK) untuk bisa nememukan penderita
sedini mungkin agar prognesisnya lebih baik. (Ima)
Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Untuk hotline pengaduan kekerasan terhadap anak dan perempuan, hubungi Dinas Pengendalian
Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP4PA) pada nomor berikut:
Bu Risdiana: 081-3307-15100