You are on page 1of 108
PENERIIT ANDI ) SZ ae ani Dilengkapi dengan Contoh Soal Matlab Matius Sau TRANSMISI DAYA ELEKTRIK dilengkapi dengan Contoh Soal Matlab Oleh: Matius Sau Hak Cipta ©2015 pada Penulis. Editor : Monica Bendatu Setting : Yulius Basuki Desain Cover: Dan_dut Korektor rang Risanto Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secaraelektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis Penerbit dan Percetakan CV. ANDI OFFSET (Penerbit ANDI, Anggota IKAPI) Jl. Beo 38-40, telp (0274) 561881, Fax (0274) 588282 Yogyakarta 55281 Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Sau, Matius TRANSMISI DAYA ELEKTRIK/ Matius Sau ~ Ed. I. - Yogyakarta: ANDI; 24-23-22-21-20 - 19 - 18-17-16-15 him viii + 120 ; 16 x 23 Cm. 109 8765 4 3 2 1 ISBN: 978 -979 - 29 - 5438-8 I. judul 1. Transmission Engineering DDC’23 : 621.3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... SATA IS Tis eee eeu el ee BAB 1 PENDA AN i 4 wl 1.1 Umum... 1.3 Pembangkitan : SFéaenisi BAB 2 TINJAUAN UMUM JARINGAN TRANSMISI 2.1 Umum 2.2 Tegangan Transmisi.. aN aa 2.3 Komponen-Komponen Utama Saluran Transmisi . ii BAB 3 PARAMETER (KOMPONEN-KOMPONEN) SALURAN TRANSMISL.... 3.1 Parameter Saluran Transimisi .... 3.2 Resistansi Daftar Isi 3.3 Induktansi Saluran Transmisi 3.4 Kapasitansi... BAB 4 REPRESENTASI SALURAN TRANSMIS... 4.1 Rangkaian Pengganti.... a s = z Fs @ J eS 5 faa © = oe 4.2 Regulasi Tegangan... 4.3 Rugi-Rugi Daya Saluran Transmisi BAB 5 PERENCANAAN SALURAN TRANSMIS1......... 5.2 Karakteristik Umum Beban Listrik... 5.3 Klasifikasi Beban ............0.4. 5. 4 Faktor Beban (load factor)... 5.5 Beban Harian 5.6 Metode Perkiraan Beban 5.7 Analisis Regresi dan Korelasi..... 5.8 Dasar-Dasar Perencanaan Transmisi...... DAFTAR PUSTAKA...... BIODATA PENULIS..... vi a ‘ . Mahasiswa mampu mengetahui perubahan tegangan. . Mahasiswa mampu menjelaskan komponen Saluran Transmisi. . Mahasiswa mampu menjelaskan representase Saluran Transmisi. . Mahasiswa mampu merencanakan Saluran Transmisi. TIK: Mahasiswa dapat mengetahui perubahan tegangan sistem pada sistem tenaga listrik. jPendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama yaitu : pu- sat-pusat pembangkit, saluran transmisi, dan saluran distribusi serta beban. Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversikan sum- a s = z Fs @ J eS 5 faa z oe ber energi primer seperti air, gas, panas bumi, nuklir menjadi energi listrik. Melalui transformator penaik tegangan, daya listrik tersebut dikirimkan lewat saluran transmisi tegangan tinggi menuju pusat- pusat beban (gardu induk sisi beban). Dari gardu induk tersebut, kemudian daya listrik dikirimkan lewat saluran distribusi ke transfor- mator distribusi. Pada transformator distribusi, tegangan diturunkan menjadi tegangan rendah dan akhirnya diterima pihak konsumen. Salah satu komponen penting dalam sistem tenaga listrik adalah transformator yang terdiri dari transformator daye dan trans- formator distribusi. Transformator daya tersebut ada yang ditem- patkan pada pust-pusat pembangkit dan ada pula yang ditempatkan pada pusat-pusat beban. Untuk penulisan lebih lanjut, akan diarah- kan pada transformator daya yang berada pada pusat pembangkit. Pemakaian tegangan pada saluran transmisi tergantung dari daya yang disalurkan pada panjang saluran itu. Sebenarnya untuk daya dan penghantar yang sama, pemakaian tegangan yang lebih tinggi lebih baik sehingga kerugian lebih kecil. Walaupun dengan menaikkan tegangan transmisi menyebabkan naiknya biaya peralatan, namun langkah menaikkan tegangan ini tetap lebih ekonomis daripada mentransmisikan daya listrik dengan tegangan rendah Pendahuluan [Pusat | |PEMBANGKIT| x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg TRANSMIS] ISTRIBUS Gambar 1.1 Model Perubahan Tegangan Sistem 1.2 Perubahan tegangan sistem Dalam sistem tenaga listrik, daya listrik yang dihasilkan oleh sistem pembangkitan berupa arus dan tegangan sehingga dalam penyaluran daya dibutuhkan perubahan tegangan. Perubahan tegangan dari pembangkit dinaikkan pada suatu Gardu Induk yang berada di dekat pembangkit menggunakan transformator step- up untuk kemudian disalurkan melalui sistem transmisi, kemudian diturunkan ke saluran distribusi dengan menggunakan tranformator step down. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah, maka saluran transmisi kebayakan berupa saluran udara. Kerugian saluran Pendahuluan transmisi menggunakan kabel udara adalah adanya gangguan petir, tertimpa pohon tumbang, dan lain-lain. Setelah tenaga listrik dis- alurkan melalui saluran transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transforma- a s = z Fs @ J eS 5 faa z St tor step-down menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang digunak- an pada saat ini adalah tegangan 20 kV. Jaringan antara beban ke GI disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara pusat listrik dengan Gl disebut jaringan transmisi 1.3 Pembangkitan Sumber energi dalam sistem tenaga didapatkan dari pem- bangkitan yang umum dikenal adalah generator. Namun sebenarnya istilah tersebut tidak mewakili pembangkitan Pembangkitan merupakan gabungan peralatan antara lain pengerak mula dan generator. Karena itu, pembangkitan dapat di bedakan berdasarkan bahan bakar yang digunakan. Misalkan BBM yang digunakan adalah solar, ini unumnya disebut dengan pem- bangkit listrik tenaga diesel, demikian hal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas, bahan bakar yang digunakan adalah gas. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah salah satu je- nis pembangkit listrik yang menggunakan turbin gas sebagai peng- gerak mulanya dengan gas sebagai luida. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya, PLTG merupakan pembangkit yang cukup sederhana yang terdiri atas empat komponen utama yaitu: Pendahuluan a. Kompressor. b. Ruang Bakar. c. Turbin Gas. d. Generator. x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg Diagram Alir Turbine Gas PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses pem- bakaran dalam (internal combustion). Bahan bakar berupa minyak atau gas alam dibakar didalam ruang pembakaran (combustor). Udara yang memasuki kompressor setelah mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan bakar disemprotkan ke ruang pemba- karan. Gas panas ini berfungsi sebagai fluida kerja yang memutar roda turbin besudu yang terkopel dengan generator sinkron kemu- dian mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. BAHAN BAKAR RUANG BAKAR ——Fronranasux cas euanc Gambar 1.2 Diagram alir turbin gas Temperatur turbin gas sekitar 10000C, dengan efesiensi kon- versi thermalnya mencapai 20% - 30%. Pendahuluan Siklus Turbin Gas Sesuai dengan teori, bahwa turbin gas mengikuti siklus Brayton. Pada siklus yang sederhana, proses pembakaran atau suatu proses pembuangan gas bekas terjadi pada tekanan konstan a s = z Fs @ J eS 5 faa z oe sedangkan proses kopresi dan ekspansi terjadi secara kontinu. Gambar di bawah ini menunjukkan proses secara sistematis dan berlangsung kontinu. 2 prossre 3 V volume ' \ as | i \ ‘ by. \ P 1 | —een i. - > v A Bran ye 6 Fundam Gas Turbine Air Gambar 1.3 Siklus Brayton turbin gas Dari siklus Brayton dapt dijelaskan lebih lanjut sebagai beri- kut : Pada titik 1 udara dihisap masuk kedalam Kompressor (C) terjadi penempatan udara tersebut bertekanan tinggi. Udara bertekanan tinggi tersebut dialirkan ke titik 2 dan dicampur dengan bahan bakar di dalam ruang bakar B (Combustion chamber). Hasil dari pemba- karan tersebut gas panas yang bertekanan tinggi dialirkan ke titik 3, untuk selanjutnya menuju turbin (T) dan memutar rotor turbin dikeluarkan ke titik 4 (Exhaust) Proses Pembangkitan Energi Listrik Pada PLTG Secara garis besar urutan kerja dari proses pengoperasian PLTG tersebut sebagai berikut: Pendahuluan Bahan Bakar “~ ell a bese J scanpressor tri J ccs Proses Proses Transformasi Transformasi Starting Kompresi Termis ke Mekanik ke Mekanik Listrk Gambar 1.4 Proses Pembangkit energi listrik PLTG A. Proses Starting Pada proses start awal, untuk memutar turbin dignakan me- sin diesel sampai putaran poros turbin mencpai poros putaran 3400 rpm yang selanjutnya secara otomati diesel akan dilepas dan akan mati. Selanjutnya turbin akan mengakselerasi dennan daya dirinya sendiri hingga Full Speed No Load B. Proses kompresi Udara dari luar kemudian dihisap melalui air inlet oleh kom- presor dan masuk ke ruang bakar bersama bahan bakar yang telah dikabutkan melalui nozzle secara terus-menerus dengan tekanan tinggi. C. Transformasi energi thermis ke energi mekanik Kemudian udara dan bahan bakar dalam ruang bakar diberi pengapian (ignition) oleh busi (spark plug) pada saat permulaa pem- x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg Pendahuluan bakaran. Pembakaran selanjutnya terjadi terus menerus dan hasil pembakarannya berupa gas bertemperatur dan bertekanan tinggi dialirkan ke dalam cakram melalui sudut-sudut yang yang kemudian diubah menjadi tenaga mekanik pada pemutaran porosnya. a s = z Fs @ J eS 5 faa z oe D. Transformsai enegi mekanik keenergi listrik. Poros turbin berputar hingga 5.100 rpm, yang sekaligus me- mutar poros generator (rotor). Putaran turbin 5.100 rpm diturunkan oleh load gear menjadi 3000 rpm. Kecepatan putaran turbin ini di- gunakan untuk memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik, Siklus udaranya sebagai berikut: Udara luar yang dihisap masuk kompresor, kemudian di- mampatkan hngga pada sisi keluarannya menghasilkan tekanan yang cukup tinggi.Bersama dengan udara yang bertekanan tinggi, bahan bakar dikabut secara terus menerus dan hasil dari pemba- karan tersebut dengan suatu kecepatan yang tinggi mengalir dengan perantaran transistion piece menuju nozzle dan udut-sudut turbin dan pada akhirnya keluar melalui exhaust dan dibuang ke udara be- bas. Pendahuluan Eo o ira} g s i S fa = g e FS Transtormator Jaringan transmist Gambar 1.5 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Gambar 1.7 proses Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN) Pendahuluan Fy s = 2 Fs cy J eS 5 faa z oe cna Gambar 1.8 proses Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD ) Yo _* solar call Gambar 1.9 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) wo Gt r Gambar 1. 10 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Angin 10 Pendahuluan 1.4 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan penghubung antara gardu in- duk dengan gardu induk (antara tower dengan tower] berfungsi un- tuk menyalurkan daya dari pembangkit ke beban x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg Saluran transmisi dibutuhkan untuk penyaluran daya yang besar dengan tegangan 70 kV, 150 kV, 225 kV. Menurut besaran tegangan, saluran dibedakan atas : a. Saluran tegangan rendah (380 V, 220V). b. Saluran tegangan menengah (20 kV). c. Saluran tegangan tinggi (70, 150, 225 kV) a . Saluran tegangan ektra tinggi (275 , 500 kV). e. Saluran tegangan ultra tinggi { 750 kV). Peralatan Saluran Transmisi a. Menara atau tiang transmisi b. Isolator-isolator. c. Kawat penghantar (conductor). d. Kawat tanah (ground wiresah, Tugas: Buatlah makalah mengenai proses terjadinya tegangan pada pembangkit! Pendahuluan Referensi Nagrath, |.J. D. P. Khothari. 1999. Modern Power System Analysis. New Delhi: McGraw-Hill. Fy 5 = z Fs @ J eS 5 faa © = oe Saahat, Hadi, 1999. Power System Analysis, WBC. Singapore: Mc- Graw-Hill. S. Rao. 1999. EHV Transmission Line. New Delhi: McGraw-Hill. ee + . Mahasiswa mampu mengetahui perubahan tegangan. . Mahasiswa mampu menjelaskan komponen Saluran Transmisi. . Mahasiswa mampu menjelaskan representase Saluran Transmisi. . Mahasiswa mampu merencanakan Saluran Transmisi. . Mahasiswa dapat mengetahui bentuk- bentuk tower transmisi. . Mampu mengetahui peralatan pada saluran transmisi. TINJAUAN UMUM JARINGAN TRANSMISI Tujuan Umum Jaringan Transmisi 2.1 Umum Jaringan transmisi adalah salah satu bagian sistem tenaga listrik yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban. Berdasarkan media tempat saluran, jaringan a s = z Fs @ J eS 5 faa z oe transmisi dibedakan atas dua macam saluran yaitu saluran udara dan saluran bawah tanah. Sedangkan menurut jenis arusnya, sistem saluran transmisi terdiri dari sistem arus bolak-balik (AC) dan sistem arus searah (DC). Pada umumnya, penyaluran tenaga listrik menggunakan sistem arus bolak-balik karena pengaturan tegangan lebih mudah dilakukan, yaitu dengan menggunakan transformator. Penggunaan arus searah (DC) sangat terbatas, disebabkan tingginya biaya pada peralatan konversi (inverter dan konverter). 2.2 Tegangan Transmi Tegangan jaringan transmisi mempengaruhi efisiensi daya guna penyaluran. Untuk daya yang sama, tegangan jaringan transmisi yang lebih tinggi memiliki daya guna penyaluran yang lebih besar. Namun, pemakaian tegangan yang lebih tinggi berarti pula penaikan kapasitas peralatan dan isolator. Oleh karena itu, diperlukan suatu penentuan tegangan jaringan transmisi dengan menghitungkan daya yang disalurkan, konfigurasi saluran, keadaan, jarak penyaluran, standarisasi tegangan peralatan yang ada, dan biaya peralatan. Secara empiris, tegangan kerja saluran transmisi ganda dapat dihitung dengan rumus Alfred Still sebagai berikut : penerrerrren V=55 (4 + ) scene (1,609 ~ inct00 } (L Tujuan Umum Jaringan Transmisi dimana: P = Daya yang disalurkan (KW) | = Panjang saluran (Km) V = Tegangan saluran (KV) x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg = 1 (satu) untuk saluran tunggal dan 2 (dua) untuk saluran ganda Hasil perhitungan ini kemudian disesuaikan dengan standari- sasi dan tegangan peralatan yang ada. Di Indonesia, standarisasi tegangan dan te- gangan peralatan dapat dilihat dalam tabel 2.1 di bawahini : Tabel 2.1 Standarisasi Tegangan dan Tegangan Tertinggi Peralatan ‘Tegangan Nominal Sistem | Tegangan Tertinggi Pera- (kv) latan (KV) 30 36 66 72,5 150 170 220 245 380 420 500 525 2.3 Komponen-Komponen Utama Saluran Transmisi Komponen-komponen utama saluran transmisi udara adalah : (1) Menara atau tiang transmisi. (2) Isolator-isolator. (3) Kawat penghantar (conductor). (4) Kawat tanah (ground wires). Tujuan Umum Jaringan Transmisi = Menara atau Tiang Saluran Transmisi i 9 Menara saluran transmisi adalah suatu bangunan penopang 2 saluran transmisi yang terdiri dari : z (1) Menara baja. a (2) Tiang baja. (3) Tiang beton bertulang. (4) Tiang kayu. a. Menara baja Menara baja pada umumnya digunakan untuk saluran udara tegangan tinggi atau ekstra tinggi. Tiang beton bertulang, tiang kayu, dan tiang baja biasa digunakan pada saluran udara tegangan rendah (di bawah 70 KV). Menurut bentuk, sifat, dan konstruksinya, menara baja terdiri : menara persegi, menara persegi panjang, menara jenis korset, menara gantry, menara atas MC, dan menara bertali (Gam- bar.2.1). Menara baja dapat dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu: menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan, dan menara transposisi. b. Tiang baja Tiang baja terbagi atas : tiang persegi, tiang segi tiga, tiang pipa, dan tiang panser (Gambar.2.2). Tiang baja kurang kuat jika dibandingkan dengan menara baja sehingga penggunaannya hanya pada kawat-kawat beban ringan. c. Tiang beton bertulang Tiang beton mempunyai daya tahan permanen lebih besar jika dibandingkan dengan tiang jenis lain. Namun, karena beratnya se- hingga pengangkutannya lebih sulit jika dipasang pada daerah-dae- Tujuan Umum Jaringan Transmisi rah yang sukar dijangkau oleh kendaraan. Tiang kayu mudah dibuat dan harganya relatif murah jika dibandingkan tiang jenis lain d. Tiang kayu. Klasifikasi tiang kayu berdasarkan konstruksinya dibedakan atas: tiang tunggal, jenis H, jenis AB, dan jenis gerbang kuil (Gam- bar.2.3). x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg tia) oO Oo persed segi tiga pipe baia penser Gambar 2.2. Jenis-Jenis Tiang Baja image not available image not available image not available Tujuan Umum Jaringan Transmisi a [vay g ES i a Ee = a ez o FS (9) Seis Clevis (th) Jen all & Socket Gambar 2.4 Isolator Gantung 250 mm reo) Gambar 2.5 Isolator Jenis Pasak dan Pos Saluran 2) image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available Tujuan Umum Jaringan Transmisi Jenis kawat penghantar dapat dipilih dari tabel A.1 (analisa sistem tenaga listrik, Stevenson Jr, 1994) berdasarkan nilai yang memenuhi arus pada sisi beban tersebut. Kapasitas Hantar Arus x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg Kawat penghantar memiliki batas kemampuan dalam meng- antar arus. Arus yang dialirkan oleh kawat penghantar tidak boleh melebihi kapasitas hantar arus dari penghantar tersebut. Sebab bila lebih, panas yang terjadi dapat meleburkan penghantar sehingga penghantar putus. Bila kapasitas hantar arus dari kawat penghantar lebih kecil dari arus beban, maka harus dipilih penampang yang lebih besar. Kapasi- ‘an dengan menggunakan persamaan: 8 0e ao) J ( i Hrs g) (2.5) R Dimana: 0,00572 W = ah Pe 2(273 +7 +9/2 dD zag) (21a : 100) ~~, 100 Hr =0,00576 * R =R, {1+ (t-20)} é =t-T(°C) = Kenaikan suhu (°C) T =Temperatur sekeliling (°C) | =Rating termis konduktor (Amp) Hw = Koefisien disipasi panas konveksi (W/°C-cm’) 29 image not available image not available image not available Tujuan Umum Jaringan Transmisi T = Kenaikan suhu yang diizinkan pada kawat tanah. Untuk kawat baja diambil 1535°C, untuk kawat tembaga diambil 1000°C Besarnya sudut perlindungan yang dibentuk kawat tanah dapat dinyatakan dengan persamaan : @ x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg 6 =arc tan(a/b).... (2.11) Dimana : 6 = Sudut perlindungan kawat tanah terhadap kawat fasa a =Jarak horisontal kawat tanah dengan kawat fasa (m) b = Jarak vertikal kawat tanah dan kawat fasa (m) Tugas : (1) Buatiah makalah mengenai peralatan saluran transmisi! (2)Carilah bentuk-bentuk tower transmisi yang digunakan di Indonesia! Referensi Nagrath, |.J., D. P. Khothari. 1999. Modern Power System Analysis. New Delhi: McGraw-Hill. Saahat, Hadi. 1999. Power System Analysis, WBC. Singapore: Mc- Graw-Hill. S. Rao. 1999. EHV Transmission Line. New Delhi: McGraw-Hill. 33 image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Perencanaan Saluran Transmisi 4 Tabel 5.4 Perhitungan Prakiraan Beban Puncak S x? n x, | Y,(MW) XY, (VA) x? rs 1999 1 1 40,20 40,20 1 o 2000 2 2 45,40 90,80 4 = 2001 3 3 50,60 151,80 9 2002 4 4 55,37 222,80 16 2003 5 5 60,30 301,50 25 2004 | 6 6 65,40 392,40 36 jumlah | N=6 | $X=21 | E¥i=317,6 | S(Xi¥i)=1199,5 | 5x?=91 Maka : __ (317, 6x91) -(21x1195,5) (6x91)-(21)" = 35,3MW b = (6x1199,5)-(21-317,6) (6x91) -(21) = 5,02MW sehingga pertumbuhan beban puncak tahun 2005 menurut prakiraan adalah (Xi = atbXi = 35,3+5,02.X, =7 = 35,3+5,02.(7) = 70,44 MW Dari hasil pengolahan data diatas diketahui bahwapertumbuhan rata-rata beban puncak tiap tahun untuk pusat beban puncak Jeneponto memperlihatkan suatu grafik pendekatan linier dengan persamaan : £ (Xi) =a+bXi 90 image not available image not available image not available a s = z Fs @ J eS 5 faa © = oe 94 Perencanaan Saluran Transmisi b. Pemilihan Kawat Penghantar Perencanaan saluran udara tegangan tinggi Takalar-Jenepon- to menggunakan kawat penghantar ACSR, karena memiliki kekua- tan mekanis yang lebih tinggi dan juga lebih ringan dibandingkan dengan tembaga. Berdasarkan tabel 5.6 maka ukuran kawat penghantar ACSR. Tabel 5.6 Penentuan Ukuran Kawat Penghantar ACSR Tegangan sistim | Ukuranpenghantar | _Jumlah kawat (susunan) (KV) (mm’) Aluminium Baja 20 16/2,5 6 1 36/6 6 1 95/15 26 7 120/20 26 7 66 95/15 26 7 120/20 26 7 185/30 26 7 240/40 26 7 150 185/30 26 7 240/30 26 7 305/40 54 7 380/50 54 1 image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Perencanaan Saluran Transmisi Tegangan fasa maksimum 2 =168 x= v3 = 58,7877 kV Daya isolasi yang diperlukan adalah : Vlosnay =, isolasi) ~ maks 1 ik = 452,666 x 1,2 = 543,199 kV Dari tabel 11.5 terlihat bahwa dengan 11 buah isolator gantung sudah cukup aman, karena besar tegangan surja, tegangan fasa maksimum, serta daya isolasi yang diperlukan tidak melebihi apa yang ada pada tabel tersebut. Dimana dengan 11 buah isolator gan- tung cukup aman karena kedua tegangan lompatan apinya melebihi tegangan surja hubung, yaitu 640 kV dalam keadaan kering dan 455 kV dalam keadaan basa (tabel |I.6). C. Faktor Surja Petir Surja petir merupakan salah satu faktor yang sangat berpen- garuh dalam penentuan jumlah isolator. Besarnya tegangan yang timbul antara menara pada saat menara atau kawat tanah terkena sambaran petir dapat diketahui dengan menggunakan persamaan II.4 Sebagai berikut : Vo = IxR(1-Ch)a+ | = 100kA x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg 105 image not available image not available image not available Perencanaan Saluran Transmisi ITEM _| DESCRIPTION 5 __| SUSPENSION INSULATOR 1 ANCHOR SHACKLE 6 _ | SOCKET CLEVIS 2 YOKE 7__| ARCHING HORN 3 ARCHING HORN 8 | CLEVIS EYE 4 BALL-CLEVIS 9 | SUSPENSION CLAM Gambar 5.5 Gandengan isolator tunggal dan ganda yang dilengkapi dengan tanduk api (arcing Horn) F. Pemilihan Saluran Udara x x fray Fo ES fa (ai a = a 2 e rg Berdasarkan jenis saluran udara yang akan digunakan pada saluran udara tegangaan tinggi Takalar — Jeneponto yaitu saluran ganda, maka penopang yang dipilih adalah menara baja rangkaian ganda. Ukuran menara yang akan digunakan adalah : c, =a ff+i+or (m) dimana: Cc, = jarak mendatar antara kawat dengan menara (m) a = konstanta 0,5-1,0 f = andongan kawat (m) | = panjang gandengan isolator dan pengikatnya (m) b = konstanta 0,012 — 0,0007 Vv = tegangan kawat (kV) = 150 kv Andongan minimum (20°C) = 7,79m Andongan maksimum suhu (90°C) = 10m Dengan menggunakan nilai minimum masing-masing konstanta : a = 0,5 b = 0,0007 109 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book.

You might also like