You are on page 1of 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN

TERHADAP PERAWATAN DIRI PENDERITA KUSTA DI


PUSKESMAS GRATI TAHUN 2016

Alif Farkhanan Nur Laili


Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Alif Farkhanan Nur Laili
Email: aliffarkhanannurlaili@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia is the country with the third highest number of leprosy with 16131 patients in 2014 in
disability prevalence rate of 6,82 per 1 million inhabitants (MoH RI,2014). East Java is the province
with the most cases of leprosy in Indonesia (Ministry of Health, 2014). Pasuruan is one of the areas with
high leprosy burden with the number of cases reached 175 cases and 16.57% of them have disabilities
level 2 (DHO Pasuruan, 2015). Prevention of disability can be done with self-care measures. Factors
that support the successful self-care of leprosy patients including the support of family and knowledge
of leprosy patients. The purpose of this study to determine the relationship between family support
and knowledge with self-care of lepers. This study using cross sectional study design. The sampling
technique using simple random sampling and obtained a sample of 46 people. Data were collected by
interview. Data analysis using Pearson correlation test. Showed no relationship between family support
with self-care of leprosy patients with p value of 0.00 < 0.5 with correlation coefficient 0.690. There is
a relationship between knowledge and self-care with a 0.00 p value < 0.05 with correlation coefficient
0.691. The need for an optimization program based self-care group families to improve family support,
especially in terms of information support.

Keywords: self-care of leprosy, family support, knowledge

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan peringkat ketiga terbanyak penderita kusta. Tahun 2014
prevalensi kusta mencapai 16.131 dengan angka prevalensi kecacatan sebesar 6,82 per 1.000.000
penduduk (Kemenkes RI, 2014). Jawa Timur merupakan provinsi dengan kasus terbanyak kusta di
Indonesia (Kemenkes,2014). Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu daerah dengan beban kusta
tinggi dengan jumlah kasus mencapai 175 kasus dan 16,57% diantaranya mengalami kecacatan
tingkat 2 (Dinkes Kabupaten Pasuruan, 2015). Upaya pencegahan kecacatan bisa dilakukan dengan
tindakan perawatan diri. Faktor yang menunjang keberhasilan perawatan diri penderita kusta diantaranya
adalah dukungan dari keluarga dan pengetahuan penderita kusta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dan pengetahuan dengan perawatan diri penderita kusta. Penelitian
ini menggunakan disain study cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling dan diperoleh sampel sebesar 46 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson. Didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan perawatan diri penderita kusta dengan p value sebesar 0,00 < 0,5 dengan nilai koefisien
korelasi 0,690. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perawatan diri dengan p value 0,00 < 0,05
dengan nilai koefisien korelasi 0,691. Perlu adanya pengoptimalan program kelompok perawatan diri
berbasis keluarga untuk meningkatkan dukungan keluarga terutama pada aspek dukungan informasi.

Kata kunci: perawatan diri kusta, dukungan keluarga, pengetahuan

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.13-26


Received 3 January 2017, received in revised form 31 January 2017, Accepted 2 February 2017, Published online:
3 Desember 2017
14 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

PENDAHULUAN penemuan kasus baru kusta di Indonesia


Kusta atau disebut juga Morbus Hansen memang mengalami penurunan, namun
merupakan penyakit yang menyerang kulit penurunan yang terjadi belum signifikan
maupun saraf yang disebabkan oleh infeksi dan dari tahun ketahun masih ditemukan
microbacterium leprae. Kusta berasal dari kasus baru.
bahasa sansekerta yaitu Kusta yang artinya Menur ut Kemen kes Republik
kumpulan gejala penyakit kulit secara Indonesia (2014) terdapat 14 provinsi (42,4%)
umum (Kemenkes RI, 2015). Kusta yang termasuk dalam beban kusta tinggi, salah
tidak memperoleh penanganan secara tepat satu diantaranya adalah Provinsi Jawa Timur
dan tidak terdeteksi akan secara progresif dengan Crude Death Rate (CDR) 10,68 yang
menyerang kulit, saraf anggota gerak dan artinya pada 100.000 penduduk terdapat
mata yang selanjutnya akan menimbulkan lebih dari 10 orang penderita kusta. Angka
kecacatan. ini melibihi target pemerintah yang hanya 10
Kecacatan yang dialami oleh penderita per 100.000 penduduk. Kabupaten Pasuruan
kusta menyebabkan berbagai macam dampak merupakan salah satu daerah dengan angka
sosial maupun psikologis. Dampak sosial kasus kusta tinggi di Jawa Timur dengan
yang dialami diantaranya adalah penderita jumlah kasus mencapai 175 kasus dan 16,57%
tidak dapat melakukan fungsi sosial dalam diantaranya mengalami kecacatan tingkat 2.
masyarakat, terisolasi dari pergaulan dalam Angka ini jauh melebihi target kecacatan
keluarga maupun masyarakat sekitar serta yang ditetapkan pemerintah yaitu hanya 5%
dalam segi psikologis akan menurunkan (Dinkes Kabupaten Pasuruan, 2015).
harga diri penderita akibat kecacatan yang Grati merupakan salah satu wilayah
ditimbulkan. (Soedarjatmi, dkk, 2009) di Kabupaten Pasuruan dengan angka kusta
Menurut WHO (2016), angka tertinggi kedua di Kabupaten Pasuruan
penemuan kasus baru kusta diseluruh dunia dengan prevalensi sebesar 5,56 per 10.000
mulai tahun 2011 hingga 2015 mengalami penduduk (Dinas Kesehatan Kabupaten
penurunan yang tidak signifikan. Pada tahun Pasuruan, 2016). Prevalensi tersebut masih
tersebut ditemukan 226.626 kasus pada tahun jauh diatas target yang ditetapkan oleh
2011, 232.857 pada tahun 2012, 215.656 kasus pemerintah yaitu sebesar 1 per 10.000
pada tahun 2013, 213.899 kasus pada tahun penduduk. Jumlah penderita kusta yang
2014 dan 201.758 pada tahun 2015. Asia tercatan di puskesmas grati mulai tahun
Tenggara merupakan regional dengan jumlah 2014–2015 yaitu sebanyak 74 orang dan
penderita kusta terbanyak di dunia pada 10 atau 13,5% diantaranya mengalami
tahun 2015 dengan angka kejadian sebesar kecacatan tingkat 2. Angka ini melebihi
156.118 kasus dan 14.059 per 1.000.000 target pemerintah yang hanya 5%.
mengalami kecacatan tingkat 2 di mana Tingginya angka kecacatan serta
penderita mengalami kelainan anatomis. dampak yang ditimbulkan oleh kecacatan
Jumlah penemuan kasus baru kusta di maka perlu adanya upaya pencegahan yang
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 17.012 adekuat. Upaya pencegahan tidak cukup
kasus, meningkat pada tahun 2011 menjadi hanya dengan pengobatan Multi Drug
20.023 kasus. Tahun 2012 menurun menjadi Theraphy (MTD) saja karena pengobatan
18.994 kasus dan terus menurun pada tahun hanya dapat membunuh kuman kusta, namun
2013 menjadi 16.856. Tahun 2014 jumlah kecacatan yang dialami oleh penderita
kasus baru kusta kembali meningkat menjadi kusta akan terus ada seumur hidup. Upaya
17.025 kasus dan terus meningkat pada yang dapat dilakukan untuk pencegahan
tahun 2015 menjadi 17.202 kasus dengan bertambah parahnya kecacatan yang diderita
angka kecacatan tipe 2 mencapai 1.687 per oleh penderita kusta yaitu dengan melakukan
1.000.000 penduduk (WHO,2016). Angka perawatan diri (Depkes, 2012). Hal ini
Alif Farkhanan Nur Laili, Hubungan Dukungan Keluarga dan… 15

sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada permasalahan tentang kusta, semakin
oleh Santoso pada tahun 2006 di Kabupaten banyak informasi yang didapat akan semakin
Sukoharjo Jawa Tengah yang menyatakan baik pengetahuan penderita kusta dalam
bahwa kecacatan pada penderita kusta dapat hal ini adalah perawatan diri dalam upaya
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya pencegahan kecacatan. Hal ini sejalan dengan
adalah usia, lama mengidap penyakit kusta, penelitian yang dilakukan oleh Solikhah
ketaatan dalam berobat serta perawatan diri (2016) yang menunjukkan hasil bahwa
pasien kusta. terdapat hubungan yang signifikan antara
Keberhasilan perawatan diri yang tingkat pengetahuan dengan perawatan diri
dilakukan oleh penderita kusta dapat penderita kusta.
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya Melihat pentingnya upaya pencegahan
adalah dukungan dari keluarga serta kecacatan melalui tindakan perawatan diri
pengetahuan penderita kusta. Salah satu maka peneliti tertarik untuk melakukan
faktor pendukung keberhasilan penderita penelitian mengenai hubungan antara
kusta yaitu dukungan dari keluarga penderita keikutsertaan kelompok perawatan diri
kusta. Menurut Friedman (2010), dukungan (KPD), dukungan keluarga dan pengetahuan
keluarga menjadi faktor penting dalam proses dengan perawatan diri pasien Kusta di
penyembuhan seseorang, keluarga dapat Wilayah Kerja Puskesmas Grati Kabupaten
memberikan dorongan baik dari segi fisik Pasuruan tahun 2016. Penelitian ini bertujuan
maupun psikologis bagi penderita. Dukungan untuk menggambarkan karakteristik
dari keluarga berdampak pada kecepatan penderita kusta, menganalisis hubungan
penyembuhan seseorang serta meningkatkan dukungan keluarga dan pengetahuan dengan
fungsi kognitif maupun emosi seseorang perawatan diri penderita kusta.
(Setiadi, 2008). Ketika penderita kusta
mendapatkan dukungan yang cukup maka METODE PENELITIAN
penyembuhan akan semakin cepat, serta akan Penelitian ini adalah penelitian analitik
lebih giat dalam mencari dan melakukan dengan disain studi cross sectional. Penelitian
upaya-upaya penyembuhan bagi dirinya ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
dalam hal ini adalah upaya pencegahan cacat Grati, Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan
dengan melakukan perawatan diri. Hal ini pada bulan Desember 2016. Populasi dalam
sejalan dengan penelitian yang dilakukan penelitian ini adalah seluruh penderita kusta
Mahanani (2013), di Puskesmas Kunduran yang tercatat pada register di Puskesmas
Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Grati pada tahun 2014 hingga 2016 yang
Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa masih memerlukan perawatan diri yaitu
ada hubungan antara dukungan keluarga sebanyak 52 orang.
dengan perawatan diri penderita kusta. Besar sampel dalam populasi ini
Faktor lain yang berperan dalam dihitung dengan menggunakan rumus
perawatan diri penderita kusta adalah Lameshow (1997), dan didapatkan sampel
dari aspek pengetahuan penderita sebesar 46 orang. Teknik pengambilan sampel
kusta. Pengetahuan adalah hasil tahu menggunakan simple random sampling.
manusia terhadap suatu objek melalui Langkah pertama pengambilan sampel
pengindraan yang dimiliki oleh manusia yaitu mendaftar nama seluruh populasi yang
(Notoatmodjo, 2012). Menurut Blum (1974) telah ditetapkan yaitu sebanyak 52 orang.
pengetahuan adalah domain penting yang Selanjutnya membuat tabel random untuk
memengaruhi kesehatan individu. Semakin menentukan sampel, dari tabel random
baik pengetahuan seseorang akan suatu tersebut didapatkan sampel yang dibutuhkan
permasalahan kesehatan maka semakin sesuai perhitungan yang dilakukan yaitu
baik pula upaya peningkatan kesehatan sebanyak 46 orang.
yang dilakukan oleh seseorang. Begitupula
16 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Jumlah %


Karakteristik di Wilayah Kerja Responden
Puskesmas Grati Tahun 2016 Kepemilikan BPJS
Karakteristik Jumlah % Punya,digunakan 32 69,6
Responden Punya,tidak digunakan 2 4,3
Umur Tidak Punya 12 26,1
17–25 tahun 4 8,7 Total 46 100
26–35 tahun 3 6,5 Keikutsertaan KPD
36–45 tahun 6 13 Ikut 21 45,6
46–55 tahun 16 34,8 Tidak ikut 25 54,4
56–65 tahun 12 26,1 Total 46 100
> 65 tahun 5 10,9
Total 46 100
Jenis Kelamin Variabel tergantung dalam penelitian
Laki-laki 25 54,3 ini adalah perawatan diri penderita kusta.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Perempuan 21 45,7
dukungan keluarga serta pengetahuan
Total 46 100
penderita kusta.
Pendidikan Data yang digunakan dalam penelitian
PT/AKADEMI 0 0 ini seluruhnya menggunakan data primer
SMA 2 4,3 yang diambil dengan metode wawancara
SMP 1 2,2 dengan panduan kuesioner yang dilakukan
SD 14 30,4 secara door to door. Kuesioner terdiri dari
Tidak Sekolah 29 63 5 kelompok pertanyaan yaitu mengenai
Total 46 100
karakteristik atau data umum responden,
akses pelayanan kesehatan, dukungan
Pekerjaan
keluarga yang terdiri dari 4 komponen
PNS/TNI/POLRI 0 0 dukungan yaitu dukungan pengharapan,
Wiraswasta 4 8,7 dukungan nyata, dukungan informasi dan
Swasta 5 10,9 dukungan emosional, pertanyaan terakhir
Buruh tani 22 47,8 mengenai perawatan diri penderita kusta.
Tidak Bekerja 15 32,6 Masing-masing pertanyaan diberi
Total 46 100 bobot nilai yang kemudian total skor
Pendapatan dikategorikan. Data yang telah diperoleh
diolah menggunakan program Ecxel dan
≥ UMR 1 2,2
SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel
< UMR 45 97,8
dan narasi. Analisis data yang dilakukan
Total 46 100 terdiri dari dua analisis yaitu analisis
Jenis Kusta univariate untuk mengetahui distribusi
Pausi Basiler 3 6,5 frekwensi karakteristik responden, akses
Multi Basiler 43 93,5 pelayanan kesehatan, dukungan keluarga
Total 46 100 dan pengetahuan. Analisi yang kedua yaitu
analisis bivariate menggunakan uji korelasi
Alif Farkhanan Nur Laili, Hubungan Dukungan Keluarga dan… 17

pearson untuk mengetahui hubungan antara Dilihat dari tipe kusta yang diderita
variable bebas dan tergantung. responden sebagian besar responden
mengidap kusta tipe Multi Basiler (MB)
HASIL dengan jumlah 43 orang atau sebesar
Penelitian yang dilakukan selama 93,5% dari total keseluruhan responden.
dua minggu ini menghasilkan informasi Sebagian besar responden memiliki kartu
mengenai beberapa variabel, diantaranya jaminan kesehatan dan memanfaatkan kartu
adalah karakteristik responden (umur, jenis jaminan kesehatan tersebut yaitu sejumlah
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, 32 orang atau 69,6% dari total keseluruhan.
jenis kusta, kepemilikan BPJS dan Responden terbanyak tidak mengikuti
keikutsertaan dalam kelompok perawatan kelompok perawatan diri yaitu sebanyak 25
diri), dukungan keluarga, pengetahuan orang atau sebesar 54,6%. Hanya setengah
responden serta tindakan perawatan diri dari responden yang mengikuti kelompok
responden. perawatan diri.
Usia responden dikelompokkan
menjadi 6 kategori berdasarkan klasifikasi Dukungan Keluarga Responden
Depkes RI tahun 2009 yaitu kelompok Berikut adalah data yang diperoleh
remaja akhir di mana rentang usia 17–25 mengenai dukungan keluarga responden
tahun, dewasa awal dengan rentang usia secara ke seluruah mencakup 4 komponen
26–35 tahun, dewasa akhir dengan rentang dukungan keluarga yaitu dukungan
usia 36–45 tahun, lansia awal dengan rentang pengharapan, dukungan nyata, dukungan
usia 46–55 tahun, lansia akhir dengan informasi dan dukungan emosional.
rentang usia 56–65 tahun dan manula yaitu
usia diatas 65 tahun. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Dukungan Keluarga di Wilayah
Karakteristik responden Kerja Puskesmas Grati Kabupaten
Berdasarkan hasil penelitian Pasuruan Tahun 2016
didapatkan bahwa responden terbanyak
Kategori Jumlah %
berada pada rentang usia 46–55 tahun, usia
ini masuk dalam kelompok usia lansia awal Baik 7 15,3
dengan persentase 34,8%. Jenis kelamin Cukup 8 39,1
responden terbanyak adalah laki-laki, namun Kurang 21 45,6
jumlah ini tidak berbeda secara signifikan Total 46 100
dengan jenis kelamin perempuan.
Sebagian besar responden dalam
segi pendidikan tidak pernah mengenyam Kategori baik pada dukungan keluarga
pendidikan formal persentasenya mencapai ini didapatkan apabila responden memiliki
63%. Responden yang menyelesaikan wajib skor lebih dari 48, dikategorikan cukup
belajar 12 tahun atau sampai SMA hanya apabila skor 36-48 dan kurang jika skor
2 orang atau 4,3% dari total keseluruhan. kurang dari 36 dengan skor total keseluruhan
Pekerjaan responden sebagian besar adalah yaitu 64. Kuesioner meliputi 4 komponen
menjadi buruh tani yaitu sebanyak 22 dukungan keluarga yang masing-masing
orang atau sebesar 47,8%. Sebagian besar berisi 4 pertanyaan untuk masing-masing
responden memiliki pendapatan kurang dari komponen dukungan.
UMR kabupaten Pasuruan yaitu sebesar Setiap komponen dukungan terdiri
Rp. 3. 037.500,00 per bulan dengan dari 4 pertanyaan yang dinilai dengan skala
persentase responden sebanyak 97,8% dari likert. Komponen dukungan pengharapan,
total keseluruhan. dukungan nyata, dukungan informasi dan
18 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

dukungan emosional dikategorikan baik Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan


yaitu responden memiliki skor lebih dari 12, Pengetahuan tentang Perawatan
cukup jika skor 9–12 dan kurang apabila Diri di Wilayah Kerja Puskesmas
skor kurang dari 9 dari skor keseluruhan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun
yaitu 16. 2016
Kategori Jumlah %
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Baik 4 8,7
4 Komponen Dukungan Keluarga Cukup 16 34,8
di Wilayah Kerja Puskesmas Grati Kurang 26 56,5
Kabupaten Pasuruan Tahun 2016 Total 46 100
Kategori Jumlah %
Dukungan Pengharapan
Baik 2 4,3 bisa menjawab 0–8 pertanyaan saja dari totsl
Cukup 26 56,6 keseluruhan pertanyaan yaitu 16 soal.
Kurang 18 39,1
Perawatan Diri Responden
Total 46 100
Perawatan diri responden dikatakan
Dukungan Nyata
baik jika responden melakukan perawatan
Baik 13 28,2 diri lebih dari 75% dari seluruh rangkaian
Cukup 11 24 perawatan dirinya. Dikatakan cukup apabila
Kurang 22 47,8 responden mampu melakukan perawatan
Total 46 100 diri 56–75% dari rangkaian perawatan diri
Dukungan Informasi yang seharusnya dilakukan. Dikategorikan
Baik 3 6,5 kurang apabila responden hanya melakukan
perawatan diri kurang dari 56% dari
Cukup 16 34,8
keseluruhan rangkaian perawatan diri yang
Kurang 27 58,7
harus dilakukan.
Total 46 100
Dukungan Emosional Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Baik 20 43,4 Perawatan Diri Responden
Cukup 18 39,2 Berdasarkan tabel 6 didapatkan nilai
Kurang 8 17,4 p value < 0,05 dengan tingkat kepercayaan
Total 46 100 95%. Hal itu menunjukkan ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan perawatan

Pengetahuan Responden tentang


Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
Perawatan Diri
Tindakan Perawatan Diri di
Berikut ini hasil yang diperoleh dari
Wilayah Kerja Puskesmas Grati
kuesioner mengenai pengetahuan responden
Kabupaten Pasuruan Tahun 2016
tentang perawatan diri:
Pengetahuan responden dikatakan Kategori Jumlah %
baik yaitu responden mampu menjawab Baik 8 19,7
13–16 pertanyaan dengan benar. Kategori
Cukup 9 17,3
cukup yaitu responden mampu menjawab
9–12 pertanyaan dengan benar sedangkan Kurang 29 63
kategori kurang berarti responden hanya Total 46 100
Alif Farkhanan Nur Laili, Hubungan Dukungan Keluarga dan… 19

Tabel 6. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perawatan diri Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Grati Kabupaten Pasuruan Tahun 2016
Perawatan Diri
Total Koefisien
Dukungan Keluarga Baik Cukup Kurang p value
Korelasi
n % n % n % Jumlah %
Baik 6 13,1 0 0 1 2,1 7 15,2 0,00 0,690
Cukup 1 2,2 9 19,6 8 17,4 18 39,2
Kurang 1 2,1 0 0 20 43,4 21 45,6

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Dengan Perawatan Diri Responden di Wilayah Kerja


Puskesmas Grati Kabupaten Pasuruan Tahun 2016
Perawatan Diri
Total p Koefisien
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
value Korelasi
n % n % N % Jumlah %
Baik 4 8,7 0 0 0 0 4 8,7 0,00 0,691
Cukup 2 4,3 9 19,5 5 10,9 16 34,8
Kurang 2 4,3 0 0 24 52,2 26 56,5

diri responden. Koefisien korelasi didapatkan sehingga rentan terhadap infeksi penyakit dan
sebesar 0,690 yang artinya kekuatan sedikit-demi sedikit kehilangan fungsinya
hubungan yang dimiliki adalah kuat. untuk memperbaiki kerusakan pada jaringan
(Keliat, 2011). Hal ini tidak sejalan dengan
Hubungan Pengetahuan dengan Depkes RI (2007) yang menyatakan bahwa
Perawatan Diri Responden penyakit kusta bisa menyerang semua
Berdasarkan tabel 7 didapatkan kelompok umur, dengan penderita terbanyak
p value < 0,05 dengan tingkat kepercayaan kelompok usia produktif. Perbedaan ini
95%. Hal itu menunjukkan ada hubungan terjadi karena responden yang diambil adalah
antara pengetahuan dengan perawatan diri penderita kusta yang masih memerlukan
responden. Koefisien korelasi didapatkan perawatan diri, bukan penderita kusta secara
sebesar 0,691 yang artinya kekuatan keseluruhan. Pada usia produktif fungsi
hubungan yang dimiliki kuat. jaringan untuk memperbaiki diri cenderung
lebih baik daripada lansia. Oleh karena itu
PEMBAHASAN kelompok usia lansia masih memerlukan
Gambaran Karakteristik Responden perawatan diri.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Responden pada penelitian ini antara
bahwa usia responden terbanyak berada perempuan dan laki-laki memiliki proporsi
pada rentang 46–55 tahun yang merupakan yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan
kategori kelompok usia lansia awal. Saat teori yang dikemukakan Harahap (2000),
menginjak usia lansia tubuh akan mengalami bahwa penyakit kusta dapat menyerang
prosen penuaan di mana pada proses ini siapa saja baik laki-laki maupun perempuan.
jaringan akan sedikit demi sedikit kehilangan 63% responden dalam penelitian ini tidak
kemampuannya untuk meregenerasi diri dan pernah bersekolah. Menurut Notoatmodjo
mempertahankan fungsi normal jaringan (2012), pendidikan merupakan salah
20 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

satu faktor penentu tingkat pengetahuan Berdasarkan status kepemilikan BPJS


seseorang. Apabila pengetahuan seseorang diketahui bahwa belum seluruh responden
tentang suatu penyakit tinggi maka individu memiliki kartu jaminan kesehatan. 4,3%
akan berupaya dalam kesembuhan dirinya responden sudah memiliki kartu BPJS
maupun terhadap upaya pencegahan suatu namun ada yang tidak memanfaatkannya
penyakit terhadap dirinya. Sehingga dalam dengan alasan perbedaan pelayan yang
tingkat pendidikan sangat penting kaitannya diberikan. Jaminan kesehatan nasional
dengan terjadinya suatu penyakit maupun memiliki fungsi yang salah satunya adalah
proses penyembuhan suatu penyakit. Hal ini menjamin ketersediaan pelayanan dalam
sejalan dengan penelitian yang dilakukan upaya preventif serta promotif (Kemenkes,
oleh Tamsuri (2010) yang menyatakan bahwa 2014). Kepemilikan jaminan kesehatan ini
terdapat hubungan yang signifikan antara diharapkan dapat meningkatkan derajat
pengetahuan dengan pencegahan penyakit kesehatan masyarakat dengan terjaminnya
kusta dengan p value 0,00 dan koefisien pelayanan kesehatan bagi masyarakat
korelasi 0,616. yang memilikinya. Pada penelitian ini
47,8% responden dalam penelitian ini responden sebagian besar memiliki kartu
memiliki mata pencaharian sebagai buruh jaminan kesehatan. Hal ini dapat disebabkan
tani dengan pendapatan keluarga kurang karena walaupun responden memiliki
dari UMR kabupaten pasuruan yaitu sebesar jaminan kesehatan tetapi pemanfaatan
Rp.3.037.500,00. Pendapatan merupakan fasilitas kesehatan yang mereka lakukan
salah satu tolak ukur dalam kesanggupan kurang. Responden belum sepenuhnya
individu atau keluarga dalam memperoleh memanfaatkan kartu jaminan kesehatan. Hal
pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Individu dengan pendapatan yang tinggi oleh Littik (2008) yang menyatakan bahwa
akan dengan mudah mampu memenuhi walaupun masyarakat memiliki kartu
kebutuhannya dalam memperoleh pelayanan jaminan kesehatan namun masyarakat
kesehatan yang memadai untuk dirinya, enggan memanfaatkan fasilitas kesehatan,
sebaliknya orang dengan pendapatan kurang hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
akan lebih sulit memenuhi kebutuhan akan masyarakat tentang dampak kesehatan yang
pelayanan kesehatan yang memadai. diakibatkan oleh suatu penyakit.
Responden pada penelitian ini hampir Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
seluruhnya memiliki tipe kusta MB. bahwa 54,4% responden tidak mengikuti
Kusta tipe MB cenderung lebih banyak kelompok perawatan diri. Puskesmas grati
menimbulkan kecacatan daripada tipe PB memiliki 2 kelompok perawatan diri yang
karena memiliki penyebaran basil lebih berada di 2 desa yaitu Desa Rebalas dan
cepat. Hal ini sejalan dengan penelitian Desa Plososari. Kelompok perawatan diri
yang dilakukan oleh Witama (2014) yang ini merupakan program Puskesmas Grati
menyatakan bahwa penderita kusta dengan untuk pencegahan kecacatan penderita
tipe MB lebih banyak menderita cacat tingkat kusta. Menurut penelitian yang dilakukan
2 dari pada tipe PB. Penelitian ini didukung oleh Eldiansyah, dkk (2016) diperoleh hasil
pula oleh penelitian yang dilakukan oleh bahwa penderita kusta yang aktif mengikuti
Ogbeiwi (2005) yang menyatakan bahwa kelompok perawatan diri memiliki tingkat
terdapat hubungan antara tipe kusta dengan kecacatan yang lebih rendah daripada
kecacatan yang dialami oleh penderita kusta. penderita kusta yang tidak aktif mengikuti
hal inilah yang menyebabkan responden kelompok perawatan diri. Penelitian lain
sebagian besar adalah penderita kusta tipe yang dilakukan oleh Wulandari, dkk (2013)
MB karena perawan diri dibutuhkan oleh menyebutkan bahwa pelatihan perawatan
penderita dengan kecacatan. diri pada kelompok perawatan diri efektif
Alif Farkhanan Nur Laili, Hubungan Dukungan Keluarga dan… 21

dalam meningkatkan dukungan emosional Pengetahuan Responden tentang


dan dukungan instrumental keluarga. Oleh Perawatan Diri
karena itu sangat penting bagi penderita Tingkat pengetahuan responden dalam
kusta untuk mengikuti kelompok perawatan penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu
diri. baik, cukup dan kurang. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa 56,sebagian
Dukungan Keluarga Responden besar responden memiliki pengetahuan yang
Komponen dukungan keluarga kurang tentang perawatan diri. Kurangnya
dalam penelitian ini meliputi dukungan pengetahuan responden kemungkinan
Pengharapan, dukungan nyata, dukungan disebabkan oleh faktor pendidikan yang
Informasional dan dukungan emosional. rendah, dukungan informasional keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tentang yang kurang serta kurangnya partisipasi
dukungan keluarga diketahui bahwa sebagian responden dalam kelompok perawatan
besar dukungan keluarga responden kurang. diri. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Dukungan keluarga responden apabila dilihat bahwa responden dengan pengetahuan yang
dari ke empat komponen dukungan keluarga kurang sebagian besar tidak mengikuti
diketahui bahwa dukungan informasi kelompok perawatan diri. Hal ini sejalan
responden merupakan komponen dukungan dengan pendapat Notoatmodjo (2012),
yang memiliki persentase dengan kategori yang menyatakan bahwa faktor-faktor
kurang yang paling tinggi dibandingkan yang memengaruhi pengetahuan seseorang
komponen dukungan lainnya. Menurut diantaranya adalah pendidikan, informasi,
Friedman (2010) keluarga berperan sebagai pekerjaan, sosial budaya dan ekonomi,
penyedia informasi serta pencari informasi. lingkungan, pengalaman serta usia.
Aspek dukungan informasi yang masih Kelompok perawatan diri merupakan
kurang adalah dalam hal pencarian informasi wadah bagi penderita kusta ataupun
oleh keluarga dari berbagai sumber seperti mantan penderita kusta yang dibentuk
media cetak maupun online. untuk meningkatkan kemandirian para
Kelu a rg a r e s p ond e n h a nya anggotanya dalam perawatan diri maupun
mendapatkan informasi dari petugas dalam menjalani aktivitas sehari-harinya
kesehatan saja. Kurangnya dukungan (Pribadi, 2013). Kegiatan yang dilakukan
informasi respondan juga disebabkan dalam kelompok perawatan diri meliputi
karena keluarga tidak mengetahui kondisi pengobatan, penyuluhan, serta pelatihan
responden yang sebenarnya, bahkan keluarga perawatan diri. Penyuluhan dan pelatihan
tidak mengetahui tentang penyakit yang yang dilakukan dalam kelompok perawatan
diderita oleh responden sehingga tidak ada diri dapat memberikan wawasan baru bagi
upaya pencarian informasi oleh keluarga penderita kusta mengenai kondisi mereka
sehubungan dengan penyakit responden. sehingga diharapkan pengetahuan penderita
Kemungkinan lain yang menjadi penyebab kusta akan bertambah.
kurangnya dukungan informasi responden
adalah penyakit kusta apabila penderita Perawatan Diri Responden
belum mengalami cacat tingkat 2 maka Perawatan diri responden dalam
kondisi penderita kusta secara fisik sama penelitian ini sebagian besar masih kurang.
seperti orang normal pada umumnya, Tindakan perawatan diri responden yang
sehingga keluarga menganggap responden kurang kemungkinan responden tidak
dalam kondisi sehat. mengikuti kelompok perawatan diri.
22 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

Kelompok perawatan diri merupakan wadah Hal ini sejalan dengan teori Maslow
yang baik untuk meningkatkan tindakan (2003) yang menyatakan bahwa keluarga
perawatan diri penderita kusta karena dalam merupakan unit terdekat yang dapat
kelompok perawatan diri para anggota akan memberikan perawatan sesuai dengan
saling bertukar pengalaman yang dialami keadaan seseorang. Keluarga sebagai support
sehingga pengetahuan para anggota akan sistem diharapkan mampu memberikan
semakin bertambah (Depkes RI, 2004). dukungan penuh dalam upaya perawatan
diri penderita kusta dalam wujud dukungan
Hubungan Dukungan Keluarga dengan pengharapan, dukungan nyata, dukungan
Perawatan Diri Responden informasi maupun dukungan emosional.
Berdasarkan uji korelasi pearson yang Dukungan keluarga yang adekuat
dilakukan, didapatkan p value sebesar 0,00 dalam perawatan diri responden akan
dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai membantu penderita menaati peraturan
koefisien korelasi sebesar 0,690. Hal ini yang ditetapkan sehubungan dengan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara perawatan diri penderita kusta, mulai
dukungan keluarga dengan perawatan diri masalah frekuensi hingga tata cara yang
responden dengan kekuatan hubungan tepat dalam melakukan perawatan diri. Hal
kuat. Menurut Mubarok (2006) keluarga ini dikarenakan keluarga adalah orang yang
merupakan anggota dalam suatu rumah pertama kali dituju oleh penderita kusta
tangga yang memiliki hubungan darah, hasil untuk mendapat nasehat ataupun pendapat.
adopsi maupun perkawinan (Laili, 2017). Adanya dukungan keluarga yang baik maka
Keluarga merupakan unit terkecil sekaligus keluarga akan berperan aktif dalam upaya
terdekat bagi individu yang memiliki penyembuhan penderita kusta salah satunya
fungsi memberikan dukungan dalam proses dalam hal mengingatkan jadwal minum obat
penyembuhan seseorang, tak terkecuali (Zakiyyah, dkk, 2015).
bagi penderita kusta. Hal ini sejalan dengan Hal ini berlaku pula dalam hal
penelitian Susanto (2013) yang menyatakan perawatan diri yang harus dilakukan oleh
bahwa keluarga adalah kelompok yang dapat penderita kusta. Penelitian ini didukung oleh
menyebabkan suatu permasalahan kesehatan penelitian yang dilakukan oleh Astutik dan
namun juga sebagai pemberi solusi atas suatu Kiptiyah (2016), penelitian ini memperoleh
permasalahan kesehatan. hasil bahwa penderita kusta yang memiliki
Menurut Friedman (2010), dukungan dukungan keluarga yang baik cenderung
keluarga merupakan suatu bentuk hubungan melakukan tindakan perawatan diri dengan
interpersonal yang terdiri dari sikap, tepat dan sesuai kondisinya. Penderita kusta
tindakan dan penerimaan terhadap anggota dengan dukungan keluarga yang kurang
keluarga sehingga tercipta kondisi di mana tidak melakukan perawatan diri secara
setiap anggota keluarga merasa diperhatikan. tepat dan benar. Penelitian lain yang juga
Dukungan keluarga dibagi menjadi 4 mendukung penelitian ini adalah penelitian
komponen yaitu dukungan pengharapan, yang dilakukan oleh Mahanani (2013)
dukungan nyata, dukungan informasi dan tentang hubungan antara dukungan keluarga
dukungan emosional. Berdasarkan hasil dengan perawatan diri, dalam penelitian
penelitian diketahui bahwa dukungan ini didapatkan p value sebesar 0,023 yang
keluarga memiliki andil yang signifikan artinya terdapat hubungan antara dukungan
dalam perawatan diri penderita kusta. keluarga dengan perawatan diri penderita
Semakin baik dukungan keluarga yang kusta.
dimiliki oleh responden berdampak pada Proporsi dukungan keluarga terendah
semakin baik pula perawatan diri yang dalam penelitian ini terdapat pada komponen
dilakukan responden. dukungan informasi. Dukungan informasi
Alif Farkhanan Nur Laili, Hubungan Dukungan Keluarga dan… 23

adalah dukungan berupa penyediaan antara pengetahuan dengan perawatan diri


informasi, saran, sugesti serta jejaring penderita kusta dengan kekuatan hubungan
informasi (Friedman, 2010). Dukungan kuat. Pengetahuan merupakan hasil tau dari
informasi paling minim yang dimiliki oleh suatu objek melalui pengindraan baik mata,
responden berasal dari keluarga yang tidak hidung, telinga maupun alat indra lainnya,
mencari informasi tambahan dari media lain. namun sebagian besar diperoleh dari indra
Keluarga tersebut hanya bergantung pada penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo,
informasi yang diberikan oleh petugas. 2012).
Sayangnya, tidak semua penderita rutin Berdasarkan hasil penelitian diketahui
kontak dengan petugas kesehatan. Hal ini bahwa 56,5% pengetahuan responden
mengakibatkan informasi yang didapat kurang. Penelitian ini menunjukkan bahwa
keluarga menjadi minim yang berdampak ada hubungan positif antara pengetahuan
pula pada rendahnya dukungan informasi dengan perawatan diri, di mana semakin
yang didapatkan responden dari keluarga. tinggi pengetahuan responden maka semakin
Keluarga mer upakan kolektor baik pula perawatan diri responden dan
sekaligus desiminator informasi berupa sebaliknya, semakin rendah pengetahuan
pemberi saran, nasehat, sugesti serta tempat responden semakin rendah juga perawatan
berkeluh kesah di dalam fungsinya sebagai diri responden. Temuan ini sejalan dengan
pemberi dukungan informasional (Astutik teori Green (2005) yang menyatakan bahwa
dan Kiptiyah, 2016). Jika penderita kusta pengetahuan merupakan faktor penting
memperoleh dukungan informasi yang dalam perubahan perilaku dan berkorelasi
baik maka pengetahuan penderita kusta positif terhadap perilaku seseorang. Hal ini
akan semakin baik sehingga berdampak dapat disebabkan karena beberapa faktor
pada proses penyembuhan mereka, tidak diantaranya adalah pendidikan responden
terkecuali perawatan diri penderita kusta. yang rendah disertai dengan status ekonomi
semakin baik pengetahuan penderita kusta menengah kebawah dan pekerjaan yang
semakin baik pula perawatan dirinya. Upaya hanya sebagai buruh tani mengakibatkan
peningkatan dukungan informasi ini dapat kurangnya akses terhadap informasi serta
diwujudkan dengan program perawatan merupakan suatu faktor minimnya akses
diri berbasis keluarga di mana keluarga terhadap masyarakat. Selain faktor sosial
ikut terlibat pada saat kelompok perawatan ekonomi, faktor lain yang berperan adalah
diri diselenggarakan sehingga peningkatan keaktifan responden dalam mengikuti
pengetahuan tidak hanya terjadi pada kelompok perawatan diri serta dukungan
penderita kusta namun diharapkan pula informasi yang minim dari keluarga.
terjadi pada keluarga penderita. Berdasarkan Menurut Laoming, dkk (2016)
penelitian yang dilakukan oleh Kusumadewi menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
(2015) diketahui bahwa pelatihan perawatan suatu domain penting dalam pembentukan
diri dengan melibatkan keluarga efektif perilaku seseorang. Orang dengan
untuk meningkatkan kemandirian perawatan pengetahuan yang baik cenderung akan lebih
diri penderita kusta. bertanggung jawab atas kondisi kesehatannya
daripada orang yang memiliki pengetahuan
Hubungan Pengetahuan dengan yang kurang tentang suatu permasalahan
Perawatan Diri Responden kesehatan. Seseorang yang memiliki
Berdasarkan uji korelasi pearson pengetahuan yang kurang terhadap suatu
yang dilakukan didapatkan p value dengan permasalahan kesehatan cenderung akan
tingkat kepercayaan 95% sebesar 0,00 < 0,05 mengabaikan upaya pencegahan terhadap
dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,691. satu penyakit. Hal ini berlaku pula dalam
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan permasalahan perawatan diri penderita
24 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

kusta. semakin tinggi pengetahuan penderita sekolah yaitu sebesar 63%, sebagian besar
kusta tentang perawatan diri maka akan responden bermata pencaharian sebagai
bertambah baik pula perawatan diri yang buruh tani dengan persentase sebesar 47,8%,
ia lakukan, dan sebaliknya jika penderita pendapatan keluarga responden sebagian
kusta tidak memiliki cukup pengetahuan besar > UMR kabupaten pasuruan yaitu
tentang perawatan diri maka tindakan sebesar Rp 3.037.500,00 dengan persentase
perawatan dirinyapun akan kurang baik. Hal sebesar 97,8%, sebagian besar responden
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan adalah penderita kusta jenis MB dengan
oleh Wibowo dkk (2013), mengenai personal persentase sebesar 93,5%, sebagian besar
hygiene penderita kusta. Pada penelitian responden memiliki kartu jaminan kesehatan
tersebut dijelaskan bahwa semakin tinggi dan dipergunakan yaitu dengan persentase
pengetahuan penderita kusta maka semakin sebesar 69,6%, sebagian besar responden
baik tindakan personal hygiene penderita tidak mengikuti kelompok perawatan diri
kusta. penelitian lain menyebutkan bahwa dengan persentase 54,5%, sebagian besar
terdapat hubungan yang signifikan antara responden memiliki dukungan keluarga yang
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kurang dengan persentase 45,6%. Komponen
koefisien korelasi 0,715 yang artinya terdapat dukungan keluarga yang paling rendah yaitu
hubungan yang kuat antara pengetahuan dan pada komponen dukungan informasi, tingkat
perawatan diri penderita kusta. pengetahuan responden sebagian besar
Penelitian ini tidak sejalan dengan adalah kurang dengan persentase sebesar
penelitian yang dilakukan oleh Astutik 56,5%, perawatan diri responden sebagian
dan Kiptiyah (2016) yang memperoleh besar kurang yaitu sebesar 63%.
hasil bahwa tidak ada hubungan antara Terdapat hubungan antara dukungan
pengetahuan dengan tindakan perawatan keluarga dengan perawatan diri penderita
diri eks kusta di panti rehabilitasi dengan kusta dengan p value 0,00 < 0,05 dengan
p value sebesar 0,10 > 0,05. Perbedaan ini tingkat kepercayaan 95% dan nilai koefisien
disebabkan karena responden yang dipakai korelasi sebesar 0,690 yang artinya terdapat
memiliki karakteristik yang berbeda serta hubungan yang kuat. Terdapat hubungan
kondisi responden yang berbeda. Responden antara pengetahuan dengan perawatan
yang digunakan dalam penelitian Astutik diri penderita kusta dengan p value 0,00 <
adalah mantan penderita kusta yang tinggal 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95% dan
di panti rehabilitasi, secara otomatis mereka nilai koefisien korelasi sebesar 0,691 yang
melakukan kebiasaan perawatan diri dan artinya terdapat hubungan yang kuat antara
kegiatan yang sama sehingga penderita pengetahuan dan perawatan diri.
yang memiliki pengetahuan baik maupun Saran yang dapat diberikan kepada
responden yang berpengetahuan kurang dinas kesehatan Kabupaten Pasuruan
akan melakukan kegiatan perawatan diri yaitu meningkatkan media penyuluhan ke
yang relative sama. puskesmas, meningkatkan advokasi untuk
membentuk kelompok perawatan diri
SIMPULAN baru. Bagi Puskesmas Grati hendaknya
Kesimpulan yang dapat ditarik melakukan sosialisasi tentang manfaat
dalam penelitian ini adalah sebagian besar keikutsertaan kelompok perawatan diri dan
responden adalah kelompok umur lansia melakukan penyuluhan tentang dampak
awal dengan persentase sebesar 34,8%, penyakit kusta serta perawatan diri yang
responden berdasarkan jenis kelamin tepat. Bagi penderita kusta diharapkan
memiliki proporsi yang hampir sama antara ikut dalam kelompok perawatan diri.
laki-laki dan perempuan. Sebagian besar Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil
responden tidak pernah mengenyam bangku penelitian ini dapat dijadikan reverensi untuk
Alif Farkhanan Nur Laili, Hubungan Dukungan Keluarga dan… 25

menggembangkan penelitian tentang faktor Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan


lain yang berhubungan dengan perawatan Indonesia 2014, Departemen Kesehatan
diri kusta. Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2014
Astutik. E., Kiptiyah. N. 2016. Faktor-faktor tentang pedoman Pelaksanaan Program
yang Berhubungan dengan Perilaku Jaminan Kesehatan Nasional.
Perawatan Diri Eks-Penderita Kusta di Kemenkes RI. 2015. Ifodatin Kusta 2015,
Unit Pelaksanaan Teknis Rehabilitasi Departemen Kesehatan Republik
Sosial Eks-Penderita Kusta Ngaget, Indonesia, Jakarta.
Tuban, Jawa Timur. Jurnal Epidemiologi Kusumadewi, C. 2015. Efektivitas
Kesehatan Indonesia. vol 1 No.1 hal: Pendampingan Perawatan Diri Berbasis
15-21. http://journal.fkm.ui.ac.id/epid/ K e l u a rg a t e r h a d a p K e m a n d i r i a n
article/view/1312 (diakses 23/12/2016 Perawatan Diri Penderita Cacat Kusta.
pukul 5.50 WIB) Skripsi. UNNES. http://lib.unnes.
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia ac.id/20406/1/6411410097-S.pdf
2007, Departemen Kesehatan Republik Lameshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J.,
Indonesia, Jakarta. Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel dalam
Depkes RI. 2012. Buku Pedoman Nasional Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah
Pemberantasan Kusta, Jakarta: Direktorat Mada University Press.
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Laoming, K., Umbah, J., Kepel, B. 2016.
Penyehatan Lingkungan. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dinkes Kabupaten Pasuruan. 2016. Sistem Kecacatan Pada Penderita Kusta di
Informasi dan Pelaporan Program P2 Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal
Kusta Provinsi Jawa Timur (2). Sub Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No. 2. Hal
Bagian Pengendalian Penyakit Menular. 101-114.www.ejournalhealth.com/index.
Dinkes Kabupaten Pasuruan. 2015. Profil php/paradigma/article/view/30 (diakses
Kesehatan Kabupaten Pasuruan. 22/12/2016 pukul 15.00 WIB)
Departemen Kesehatan Kabupaten Laili, A.F.N. 2017. Hubungan Akses
Pasuruan. Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga
Eldiansyah, E., Wantiah., Siswoyo. 2016. dan Pengetahuan Penderita Kusta
Perbedaan Tingkat Kecacatan Klien Kusta dengan Perawatan Diri Penderita Kusta
yang Aktif dan tidak Aktif Mengikuti (Studi di Puskesmas Grati Kabupaten
Kegiatan Kelompok Perawatan Diri Pasuruan Tahun 2016. Skripsi. Universitas
(KPD) di Kabupaten Jember. Jurnal Airlangga.
Pustaka Kesehatan. Vol. 4 No. 2. Hal: Littik, S., 2008. Hubungan Antara
286–292. jurnal.unej.ac.id/index.php/ Kepemilikan Asuransi Kesehatan dan
JPK/article/download/3204/2549 Akses Pelayanan Kesehatan di Nusa
Friedman, M. 2010. Keperawatan Keluarga, Tenggara Timur. Jurnal Magiter Kesehatan
Teori dan Praktik. Jakarta: EGC. Masyarakat. Vol. 3 No. 1 hal: 52–61.
Green,W.L. and Kreuter, M. 2005. Health https://mediakesehatanmasyarakat.files.
Program Planning an Educational and wordpress.com/2012/06/jurnal-7.pdf
Ecological Approadh Fourth Edition. Mahanani. 2013. Faktor-faktor yang
New York: McGrew-Hill Companies. Berhubungan dengan Perawatan Diri
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit, Kusta pada Penderita Kusta di Puskesmas
Jakarta: Hipokrates. Kunduran Kecamatan Kunduran
Keliat, B. 2011. Keperawatan Kesehatan Kabupaten Blora. Skripsi. Universitas
Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta. Negeri Semarang.
26 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Desember 2016: 13–226

Maslow, A. 2003. Motivasi dan Kepribadian. Penyakit Kusta di Wilayah Kerja


Jakarta: Midas Surya Grafindo. Puskesmas Tanjunganom.
Mubarok. 2006. Buku Ajar Keperawatan Kabupaten Nganjuk. Jurnal AKP Vol 1 No 1
Komunitas 2. Jakarta: CV Sagung Seto. Hal: 8-12. http://ejournal.akperpamenang.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan ac.id/index.php/akp/article/view/5/2
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka (diakses pada 25/12/2016 pukul 15.00
Cipta. WIB)
Ogbeiwi, Ol,. 2005. Progress towards the WHO. 2016. Global Leprocy Update 2015:
Elimination of Leprosy in Nigeria: a review Time for action, accountability and
of the role of policy Implementation and Inclusion no. 35. Hal. 405–420. Apps.
operational factors. Leprosy Review, who.int/iris/bitsream/10665/249601/1/
Volume 76 (1): 65–76. WER9135.pdf.
Pribadi, DW. Perbedaan Aktivitas Perawatan Witama, A. 2014. Karakteristik Penderita
Diri Klien Kusta yang Aktif dan Tidak Kusta dengan Kecacatan Derajat 2 di RS
Aktif Mengikuti Kelompok Perawatan Kusta Alverno Singkawang Tahun 2010–
Diri di Kabupaten Jember. Jember: 2013. Skripsi. Universitas Tanjungpura.
Skripsi. Lembaga Penelitian Universitas Wibowo, E. Semakin Tinggi Pengetahuan
Jember; 2013. Tentang Penyakit Kusta Semakin Baik
Setiadi. 2008. Keperawatan Keluarga. Perilaku Personal Hygyene Penderita
Jakarta: EGC. Kusta di Puskesmas Padas. Prosiding
Soedarjatmi.S., Istiarti.T., Widagdo, L. 2009. Nasional APIKES-AKBID Citra Medika
Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Surakarta.: 99–104. ISBN: 978-602-
Persepsi Penderita terhadap Stigma 73865-4-9.
Penyakit Kusta. Jurnal Promosi Kesehatan Wulandari, L., Suwardani, D., Firmawati,
Indonesia. Vol4 no 1. Hal. 18–24. A. 2011. Efektivitas pelatihan perawatan
E-journal.undip.ac.id/index.php/JPKI/ diri terhadap dukungan emosional
article/view/2409/2134 dan instrumental keluarga penderita
Solikhah. A, 2016. Hubungan Tingkat kusta. Jurnal Keperawatan Soedirman.
Pengetahuan tentang Kusta (Leprosy) Volume 6 No. 2. 62–71.
dengan Perawatan Diri Pada Penderita Jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/
Kusta di Wilayah Kabupaten Sukoharjo. articecle/view/329 (diakses pada
Skripsi. Universitas Muhammadiyah 21/12/2016)
Surakarta. http://eprints.ums. Zakiyyah, N., Budiono, I., Zainafree, I.
ac.id/42362/ 2015. Faktor-faktor yang berhubungan
Susanto, N. 2006. Faktor-Faktor yang dengan tingkat kepatuhan minum obat
Berhubungan dengan Tingkat Kecacatan penderita kusta di kabupaten brebes.
Penderita Kusta, Tesis. Universitas Jurnal Kesehatan Masyarakat. ISSN
Gadjah Mada. 2252–6528. Hal: 58–66. http://journal.
Tamsuri, A. 2010. Hubungan Pengetahuan unnes.ac.id/sju/index.php/ujph (diakses
dengan Perilaku Pencegahan Penularan pada tanggal 25/12/2016 pukul 20.30
WIB)

You might also like