Professional Documents
Culture Documents
51
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
merangsang di antaranya makanan yang 24.213 pasien dan pada tahun 2014
pedas dan asam. Selain itu juga di meningkat menjadi 25.934 pasien.
akibatkan oleh gangguan fungsional dari Kesehatan lambung sanggat erat
lambung yang tidak baik dan gangguan kaitannya dengan makanan yang
struktur anatomi. Gangguan fungsional dikonsumsi. Menurut Brunner dan
berhubungan dengan adanya gerakan dari suddarth (dalam Smeltzer & Bare, 2008)
lambung yang berkaitan dengan sistem gastritis adalah suatu penyakit yang
saraf di lambung atau hal-hal yang paling sering diakibatkan oleh ketidak
bersifat psikologis. Gangguan stuktur teraturan diet, misalnya makan terlalu
anatomi bisa berupa luka erosi atau juga banyak dan cepat atau makan makanan
tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga yang terlalu berbumbu. keteraturan
berpengaruh terhadap timbulnya makan, frekuensi makan, kebiasaan
serangan ulang penyakit gastritis makan pedas, kebiasaan makan asam,
(Sukarmin, 2011). dan frekuensi minuman iritatif
Pada kasus penyakit gastritis di merupakan salah satu pemicu terjadinya
berbagai negara memiliki angka yang gastritis. Dalam penelitian Yunita (2010)
cukup tinggi. Berdasarkan tinjauan yang terdapat hubungan antara penyakit
dilakukan oleh World Health gastritis dengan keteraturan makan,
Organization WHO (2011) terhadap frekuensi makan, kebiasaan makan
penyakit gastritis di beberapa negara pedas, kebiasaan makan asam, dan
dunia dengan persentase yaitu, Inggris frekuensi minuman iritatif. Selain itu
22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada stress juga merupakan pemicu terjadinya
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, gastritis tersebut.
insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari Stress yang berkepanjangan
jumlah penduduk setiap tahun. Insiden mengakibatkakan peningkatan produksi
terjadinya gastritis di Asia Tenggara asam lambung. Produksi asam lambung
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk akan meningkat pada keadaan stress,
setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang seperti beban kerja yang berlebihan,
dikonfirmasi melalui endoskopi pada cemas, takut, atau diburu-buru. Kadar
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang asam lambung yang meningkat akan
secara substansi lebih tinggi daripada menimbulkan ketidak nyamanan pada
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan lambung. Penelitian Karwati 2012
bersifat asimptomatik. penderita gastritis yang stress memiliki
Di Indonesia kasus penyakit resiko 3,370 kali lebih tinggi untuk
gastritis memiliki prevalensi yang cukup menderita gastritis dibandingkan dengan
tinggi yaitu dengan prevalensi 274,396 yang tidak stress.
kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Stress merupakan suatu respon
Menurut Zhaoshen L (2010), kasus fisiologis dan perilaku manusia yang
gastritis umumnya terjadi pada penduduk mencoba untuk mengadaptasi dan
yang berusia lebih dati 60 tahun. mengatur baik tekanan internal dan
Sementara itu, lebih lanjut Yunita (2010), eksternal (stressor). Stressor dapat untuk
menemukan bahwa 70% responden yang mempengaruhi semua bagian dari
mengalami gastritis adalah perempuan. kehidupan seseorang, menyebabkan
Dari data Dinas kesehatan Kota stress mental, perubahan perilaku
Jambi selama dua tahun terakhir , masalah-masalah dalam interaksi dengan
menunjukkan bahwa penyakit gastritis orang lain, dan keluhan-keluhan fisik
pada tahun 2013 dan 2014 penyakit salah satunya berpengaruh pada tingkat
gastritis meningkat yaitu pada tahun konsumsi makanan. Dalam kondisi
2013 jumlah kasus gastritis sebayak stress, tubuh memproduksi
hormonekortisol yang menguras habis
52
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
mineral dan vitamin B di dalam tubuh. Dengan cara pengisian 1 ya dan 0 tidak
Hal ini berarti perlindungan yang lebih kemudian dievaluasi sesuai dengan
sedikit untuk sel otak sehingga kekebalan keparahan-rating indeks yaitu:
tubuh pun melemah (Priyoto, 2014). ringan dengan jumlah 0-7, stres
Stress berhubungan dengan berat dengan jumlah 8-21.
peningkatan berat badan dan penurunan Data frekuensi konsumsi makanan
berat badan. Beberapa orang memilih dan minuman berisikoyaitu makanan
untuk mengkonsumsi garam, lemak, dan pedas dan makanan asam yang
gula untuk menghadapi ketegangan dan didapatkan dari tabel food frequency
kemudian mengalami penambahan berat questionnare (FFQ). Jika frekuensi
badan. Turunnya berat badan merupakan konsumsi makanan dan minuman
salah satu akibat yang paling non spesifik berisiko > 4-7 kali/minggu, maka akan di
dari keadaan stress kronis. Sistem beri skor 1 jika ≤ 3 kali/minggu, maka
pencernaan penderita stress kemungkinan akan diberi skor 0. Selanjutnya data akan
tidak berselera makan karena merasa dianalisa melalui analisa univariat dan
mual dan muntah-muntah (Tirta, 2006). analisa bivariat dengan menggunakan uji
Berdasarkan latar belakang di atas chi-square.
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Tingkat HASIL DAN PEMBAHASAN
Stress dan Pola konsumsi Dengan
Kejadian Penyakit Gastritis di Hasil
Puskesmas Pakuan Baru kota Jambi Karakteristik Umur
tahun 2015. Karakteristik umur responden dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut :
METODE PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik umur responden
Umur Kasus Kontrol
Penelitian ini merupakan penelitian (tahun) n % n %
kuantitatif dengan menggunakan metode 15-24 9 25.0 9 25.0
case control yang bertujuan untuk 24-49 23 63.9 23 63.9
mengetahui hubungan antara variabel >50 4 11.1 4 11.1
tingkat stress dan pola konsumsi serta Jumlah 36 100 36 100
kejadian penyakit gastritis. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif analitik Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat
dengan pengambilan data primer yang diketahui bahwa dari keseluruhan jumlah
berasal dari pasien yang dikumpulkan 72 responden diketahui karakteristik
dengan menggunakan lembar kuesioner responden yang berumur 15-24 tahun
dan data sekunder yang didapat dari hasil sebanyak 18 (25%) responden berumur
medical record Puskesmas Pakuan Baru 24-49 tahun sebanyak 46 (63,9%)
Kota Jambi yang dilakukan pada tanggal responden, dan > 50 tahun sebanyak 8
26 Juni – 01 Juli 2015. Populasi pada (11.1%) responden.
penelitian ini adalah semua pasienyang Karakteristik Jenis kelamin
yang berkunjung ke puskesmas pakuan
baru jambi dengan menggunakan metode Karakteristik jenis
purposive sampling dengan jumlah kelaminresponden dapat dilihat pada
sampel 36 responden dengan Tabel 2 berikut ini:
perbandingan kasus dan kontrol yaitu
1:1.
Data tingkat stress dikumpulkan
dengan mengisi kuisioner DASS
(Depression Anxiety Stress Scale).
53
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
54
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
55
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
56
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
diharapkan kepada pasien untuk dapat Okvani (2011), kafein yang terkandung
mengurangi konsumsi makanan dan pada kopi dapat menyebabkan stimulasi
minuman berisiko yang dapat sistem saraf pusat sehingga dapat
menimbulkan gastritis. meningkatkan aktivitas lambung dan
Menurut Puspadewi dan Endang sekresi hormon gastrin pada lambung dan
(2012), pemilihan jenis makanan yang pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan
tepat juga merupakan perilaku dalam oleh lambung mempunyai efek sekresi
pencegahan gastritis. Menyusun getah lambung yang sangat asam dari
hidangan makanan yang terdiri dari nasi, bagian fundus lambung. Sekresi asam
ikan, sayur, buah dan susu. Seseorang yang meningkat dapat menyebabkan
dengan kebiasaan makan makanan yang iritasi dan inflamasi pada mukosa
digoreng, dikeringkan, mengandung lambung.
santan dan lemak hewani dapat memicu Menurut peneliti, diharapkan pihak
terjadinya gastritis. Pencegahan gastritis Puskesmas Pakuan Baru dapat
juga dapat dilakukan dengan tidak melakukan intervensi berupa konseling
mengkonsumsi minuman seperti : sirup, tentang diet yang tepat untuk penderita
teh, soda, alkohol dan kopi karena akan gastritis. Intervensi dapat juga dilakukan
memicu meningkatnya asam lambung. dengan pemberian poster/leaflet tentang
Menurut penelitian Zakaria (2013), pesan-pesan tentang makanan yang sehat
dengan hasil responden yang memiliki mencegah gastritis kepada warga yang
kebiasaan makan buruk mencapai 72,1%. berada di wilayah kerja Puskesmas
Hal ini disebabkan karena responden Pakuan Baru.
tidak menunjukkan perilaku baik untuk
SIMPULAN
mencegah gastritis dalam upaya menjaga
kesehatan. Perilaku dalam penelitian Berdasarkan analisis hasil dan
adalah kebiasan makan yang kurang baik pembahasan dari penelitian yang
yaitu konsumsi makanan dan minuman dilakukan di Puskesmas Pakuan Baru
yang bersifat iritasi bagi lambung. Kota Jambi tahun 2015 dapat
Menurut Okviani (2011), jika disimpulkan bahwa:
mengkonsumsi makanan pedas secara 1. Dari 36 responden pada kelompok
berlebihan akan merangsang sistem kasus gastritis terdapat 25 (69.4%)
pencernaan, terutama lambung dan usus responden mengalami stress berat,
untuk berkontraksi. Hal ini akan dan 11 (30.6%) responden mengalami
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di strss ringan.
ulu hati yang disertai dengan mual dan 2. Dari 36 responden kelompok kontrol
muntah. Gejala tersebut membuat yang tidak gastritis terdapat 7
penderita makin berkurang nafsu (19.6%) responden mengalami stress
makannya. Bila kebiasaan berat, dan 29 (80.4%) responden
mengkonsumsi makanan pedas lebih dari mengalami stress ringan
satu kali dalam seminggu selama 3. Dari 36 kelompok kasus terdapat 33
minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus (91.7%) responden mempunyai pola
dapat menyebabkan iritasi pada lambung konsumsi beresiko dan 3 (8.3%)
yang disebut dengan gastritis. responden mempunyai pola konsumsi
Sementara itu, menurut Warianto yang tidak beresiko menderita
(2011) selain makanan pedas kandungan terjadinya penyakit gastritis.
kafein seperti kopi diketahui dapat 4. Dari 36 kelompok kontrol , terdapat 8
merangsang lambung untuk (22.2%) responden mempunyai pola
memproduksi asam lambung sehingga konsumsi beresiko dan 28 (77.8%)
menciptakan lingkungan yang lebih asam responden mempunyai pola konsumsi
dan dapat mengiritasi lambung. Menurut
57
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016
58