You are on page 1of 8

Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar

Vol.5, No.1, Maret 2016

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA KONSUMSI DENGAN


KEJADIAN GASTRITIS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU JAMBI

Merita1, Wilpi Inda Sapitri2, Irawati Sukandar3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi1,2,3
E-mail:merita_meri@yahoo.com

Background: In the Indonesian incidenceof gastritis has a high prevalence.


Gastritisgenerally occurs due to stomach acid is high or eating too many foods that are
stimulatingwhom the food was spicy and sour. Therefore, this study aims to determine
therelationship of stress and food pattern with the incidence ofgastritis in Primary Health
Center of Pakuan Baru, Jambi City 2015.
Methods: The research is a qualitative with case control method. This research was
conducted on June 26 th - July 1st, 2015at the health center of Pakuan Baru Jambi. The
sampling technique used waspurposive sampling with a sample of 72 people. Data were
collected by interview withusing a questionnaire, collected data analyzed by univariate
and bivariate (chi-square).
Result: The chi-square analysis showed that there is asignificant relationship between
stress and the incidence of gastritis (p value = 0.000, OR = 9.416), between the pood
pattern witn to the incidence of gastritis (p value = 0.000, OR = 38.5).
Conclusion: There is relationship stress and food pattern withthe incidence of gastritis in
Primary Health Center of Pakuan Baru, Jambi City 2015.

Keywords : Stress, Food Patterns, Gastritis

PENDAHULUAN diatasi dengan cepat maka dapat


menimbulkan pendarahan (hemorha
Pembangunan kesehatan di gastritis) sehingga banyak darah yang
Indonesia saat ini dihadapkan pada dua keluar dan berkumpul di lambung, selain
masalah, di satu pihak penyakit menular itu juga dapat menimbulkan tukak
masih merupakan masalah kesehatan lambung ataupun kanker lambung hingga
masyarakat yang belum banyak dapat menyebabkan kematian
tertangani, di lain pihak telah terjadi (Megawati, 2014).
peningkatan kasus penyakit tidak Gastritis merupakan suatu istilah
menular (PTM) yang banyak disebabkan kedokteran untuk suatu keadaan
oleh gaya hidup karena urbanisani, inflamasi jaringan mukosa (jaringan
modernisasi, dan globalisasi lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih
(Kemenkes,2013) dikenal dengan maag berasal dari bahasa
Salah satu masalah kesehatan yang yunani yaitu gastro yang berarti perut
dihadapi sekarang ini adalah penyakit atau lambung dan itis yang berarti
saluran pencernaan seperti gastritis. inflamasi atau peradangan. Gastritis
Masyarakat pada umumnya mengenal bukan berarti penyakit tunggal, tetapi
gastritis dengan sebutan penyakit maag, terbentuk dari beberapa kondisi yang
yaitu penyakit yang menurut masyarakat kesemuanya itu mengakibatkan
bukan suatu masalah yang besar, peradangan pada lambung (Rizema,
misalnya jika merasakan nyeri perut 2013).
maka masyarakat cenderung akan Gastritis umumnya terjadi akibat
langsung mengatasinya dengan makan asam lambung yang tinggi atau terlalu
nasi. Penyakit gastritis ini bila tidak banyak makan makanan yang bersifat

51
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

merangsang di antaranya makanan yang 24.213 pasien dan pada tahun 2014
pedas dan asam. Selain itu juga di meningkat menjadi 25.934 pasien.
akibatkan oleh gangguan fungsional dari Kesehatan lambung sanggat erat
lambung yang tidak baik dan gangguan kaitannya dengan makanan yang
struktur anatomi. Gangguan fungsional dikonsumsi. Menurut Brunner dan
berhubungan dengan adanya gerakan dari suddarth (dalam Smeltzer & Bare, 2008)
lambung yang berkaitan dengan sistem gastritis adalah suatu penyakit yang
saraf di lambung atau hal-hal yang paling sering diakibatkan oleh ketidak
bersifat psikologis. Gangguan stuktur teraturan diet, misalnya makan terlalu
anatomi bisa berupa luka erosi atau juga banyak dan cepat atau makan makanan
tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga yang terlalu berbumbu. keteraturan
berpengaruh terhadap timbulnya makan, frekuensi makan, kebiasaan
serangan ulang penyakit gastritis makan pedas, kebiasaan makan asam,
(Sukarmin, 2011). dan frekuensi minuman iritatif
Pada kasus penyakit gastritis di merupakan salah satu pemicu terjadinya
berbagai negara memiliki angka yang gastritis. Dalam penelitian Yunita (2010)
cukup tinggi. Berdasarkan tinjauan yang terdapat hubungan antara penyakit
dilakukan oleh World Health gastritis dengan keteraturan makan,
Organization WHO (2011) terhadap frekuensi makan, kebiasaan makan
penyakit gastritis di beberapa negara pedas, kebiasaan makan asam, dan
dunia dengan persentase yaitu, Inggris frekuensi minuman iritatif. Selain itu
22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada stress juga merupakan pemicu terjadinya
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, gastritis tersebut.
insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari Stress yang berkepanjangan
jumlah penduduk setiap tahun. Insiden mengakibatkakan peningkatan produksi
terjadinya gastritis di Asia Tenggara asam lambung. Produksi asam lambung
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk akan meningkat pada keadaan stress,
setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang seperti beban kerja yang berlebihan,
dikonfirmasi melalui endoskopi pada cemas, takut, atau diburu-buru. Kadar
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang asam lambung yang meningkat akan
secara substansi lebih tinggi daripada menimbulkan ketidak nyamanan pada
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan lambung. Penelitian Karwati 2012
bersifat asimptomatik. penderita gastritis yang stress memiliki
Di Indonesia kasus penyakit resiko 3,370 kali lebih tinggi untuk
gastritis memiliki prevalensi yang cukup menderita gastritis dibandingkan dengan
tinggi yaitu dengan prevalensi 274,396 yang tidak stress.
kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Stress merupakan suatu respon
Menurut Zhaoshen L (2010), kasus fisiologis dan perilaku manusia yang
gastritis umumnya terjadi pada penduduk mencoba untuk mengadaptasi dan
yang berusia lebih dati 60 tahun. mengatur baik tekanan internal dan
Sementara itu, lebih lanjut Yunita (2010), eksternal (stressor). Stressor dapat untuk
menemukan bahwa 70% responden yang mempengaruhi semua bagian dari
mengalami gastritis adalah perempuan. kehidupan seseorang, menyebabkan
Dari data Dinas kesehatan Kota stress mental, perubahan perilaku
Jambi selama dua tahun terakhir , masalah-masalah dalam interaksi dengan
menunjukkan bahwa penyakit gastritis orang lain, dan keluhan-keluhan fisik
pada tahun 2013 dan 2014 penyakit salah satunya berpengaruh pada tingkat
gastritis meningkat yaitu pada tahun konsumsi makanan. Dalam kondisi
2013 jumlah kasus gastritis sebayak stress, tubuh memproduksi
hormonekortisol yang menguras habis

52
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

mineral dan vitamin B di dalam tubuh. Dengan cara pengisian 1 ya dan 0 tidak
Hal ini berarti perlindungan yang lebih kemudian dievaluasi sesuai dengan
sedikit untuk sel otak sehingga kekebalan keparahan-rating indeks yaitu:
tubuh pun melemah (Priyoto, 2014). ringan dengan jumlah 0-7, stres
Stress berhubungan dengan berat dengan jumlah 8-21.
peningkatan berat badan dan penurunan Data frekuensi konsumsi makanan
berat badan. Beberapa orang memilih dan minuman berisikoyaitu makanan
untuk mengkonsumsi garam, lemak, dan pedas dan makanan asam yang
gula untuk menghadapi ketegangan dan didapatkan dari tabel food frequency
kemudian mengalami penambahan berat questionnare (FFQ). Jika frekuensi
badan. Turunnya berat badan merupakan konsumsi makanan dan minuman
salah satu akibat yang paling non spesifik berisiko > 4-7 kali/minggu, maka akan di
dari keadaan stress kronis. Sistem beri skor 1 jika ≤ 3 kali/minggu, maka
pencernaan penderita stress kemungkinan akan diberi skor 0. Selanjutnya data akan
tidak berselera makan karena merasa dianalisa melalui analisa univariat dan
mual dan muntah-muntah (Tirta, 2006). analisa bivariat dengan menggunakan uji
Berdasarkan latar belakang di atas chi-square.
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Tingkat HASIL DAN PEMBAHASAN
Stress dan Pola konsumsi Dengan
Kejadian Penyakit Gastritis di Hasil
Puskesmas Pakuan Baru kota Jambi Karakteristik Umur
tahun 2015. Karakteristik umur responden dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut :
METODE PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik umur responden
Umur Kasus Kontrol
Penelitian ini merupakan penelitian (tahun) n % n %
kuantitatif dengan menggunakan metode 15-24 9 25.0 9 25.0
case control yang bertujuan untuk 24-49 23 63.9 23 63.9
mengetahui hubungan antara variabel >50 4 11.1 4 11.1
tingkat stress dan pola konsumsi serta Jumlah 36 100 36 100
kejadian penyakit gastritis. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif analitik Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat
dengan pengambilan data primer yang diketahui bahwa dari keseluruhan jumlah
berasal dari pasien yang dikumpulkan 72 responden diketahui karakteristik
dengan menggunakan lembar kuesioner responden yang berumur 15-24 tahun
dan data sekunder yang didapat dari hasil sebanyak 18 (25%) responden berumur
medical record Puskesmas Pakuan Baru 24-49 tahun sebanyak 46 (63,9%)
Kota Jambi yang dilakukan pada tanggal responden, dan > 50 tahun sebanyak 8
26 Juni – 01 Juli 2015. Populasi pada (11.1%) responden.
penelitian ini adalah semua pasienyang Karakteristik Jenis kelamin
yang berkunjung ke puskesmas pakuan
baru jambi dengan menggunakan metode Karakteristik jenis
purposive sampling dengan jumlah kelaminresponden dapat dilihat pada
sampel 36 responden dengan Tabel 2 berikut ini:
perbandingan kasus dan kontrol yaitu
1:1.
Data tingkat stress dikumpulkan
dengan mengisi kuisioner DASS
(Depression Anxiety Stress Scale).

53
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

Tabel 2. Karakteristik jenis kelamin Berdasarkan Tabek 4 di atas


responden diketahui bahwa 36 kelompok kasus
terdapat 33 (91.7%) responden
Jenis Kasus Kontrol mempunyai pola konsumsi beresiko
Kelamin menderita terjadinya penyakit gastritis
n % n %
Laki-laki 5 13.89 5 13.89 dan 3 (8.3%) responden mempunyai
perempuan 31 86.11 31 86.11 pola konsumsi yang tidak beresiko
Jumlah 36 100 36 100 menderita terjadinya penyakit gastritis.
Berdasarkan Tabel 2 di atas Sedangkan berdasarkan tabel 4.7
diketahui bahwa dari 36 responden kasus diketahui bahwa pada 36 kelompok
dan 36 responden control diketahui kontrol , terdapat 8 (22.2%) responden
karakteristik responden yang berjalan mempunyai pola konsumsi beresiko
kelamin laki-laki sebanyak 5 (13.89%) menderita terjadinya penyakit gastritis
responden, dan berjenis kelamin dan 28 (77.8%) responden mempunyai
perempuan sebanyak 31 (86.11%) pola konsumsi yang tidak beresiko
responden. menderita terjadinya penyakit gastritis.
Gambaran Tingkat Stres Hubungan Tingkat Stress dengan
Kejadian Gastritis
Gambaran tingkat stress pada
responden disajikan pada Tabel 3 sebagai Hasil analisis hubungan tingkat
berikut. stress dengan kejadian penyakit gastritis
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi
Stress tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5
berikut:
Tingkat Kasus Kontrol Tabel 5 Hubungan Tingkat Stress dengan
stress n % n % Kejadian Gastritisdi Puskesmas Pakuan
Stress berat 25 69.4 7 19.6 Baru Kota Jambi Tahun 2015
Stress ringan 11 30.6 29 80.4
Jumlah 36 100 36 100 Kejadian gastritis
Berdasarkan Tabel 3 diketahui Tingkat Kasus Kontrol p-
bahwa dari 36 responden kelompok stress n % n % value
kasus terdapat 25 (69.4%) responden Stress 25 30.6 7 19.6 0.000
mengalami stress berat, dan 11 (30.6%) berat (OR=
responden mengalami strss ringan, Stress 11 69.4 29 80.4 9.416
ringan
sedangkan pada tabel 4.5 diketahui
Jumlah 36 100 19 100
bahwa kontrol dari 36 responden
kelompok kontrol terdapat 7 (19.6%) Berdasarkan Tabel 5 dari 36
responden mengalami stress berat, dan 29 responden kelompok kasus terdapat 25
(80.4%) responden mengalami stress (69.4%) responden mengalami stress
ringan. berat, dan 11 (30.6%) responden
mengalami strss ringan, sedangkan pada
Gambaran Pola Konsumsi
tabel 4.5 diketahui bahwa kontrol dari 36
Gambaran pola konsumsi pada responden kelompok kontrol terdapat 7
responden disajikan pada Tabel 4 sebagai (19.6%) responden mengalami stress
berikut. berat, dan 29 (80.4%) responden
Tabel 4Distribusi Pola Konsumsi mengalami stress ringan.
Pola Konsumsi Kasus Kontrol Hasil analisis chi-square didapatkan
n % n % nilai p-value = 0.000 (p<0.05). Maka
Beresiko 33 91.7 8 22.2 dapat disimpulkan ada hubungan yang
Tidak Beresiko 3 8.3 28 77.8 signifikan/bermakna antara tingkat stres
Jumlah 36 100 36 100 dengan kejadian penyakit gastritis di

54
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Pembahasan


Tahun 2015. Kemudian dari hasil
Hubungan Stres dengan Kejadian
analisis diperoleh nilai OR = 9.416
Gastritis
artinya responden dengan pola konsumsi
beresiko mempunyai resiko 9.416 kali Stress merupakan reaksi fisik,
lebih besar dibandingkan dengan mental, dan kimia dari tubuh terhadap
responden yang mempunyai pola situasi yang menakutkan, mengejutkan,
konsumsi tidak beresiko. membingungkan, membahayakan dan
merisaukan seseorang. Definisi lain
menyebutkan bahwa stress merupakan
Hubungan Pola Konsumsi dengan ketidakmampuan mengatasi ancaman
Kejadian Gastritis yang dihadapi mental, fisik, emosional,
dan spiritual manusia, yang pada suatu
Tabel 6 Hubungan Pola Konsumsi
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
dengan Kejadian Gastritisdi Puskesmas
manusia tersebut (Potter, 2005).
Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2015
Hasil analisis pada penelitian ini
Kejadian gastritis menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Pola Kasus Kontrol p- yang signifikan antara tingkat stress
Konsumsi n % n % Value dengan kejadian penyakit gastritis di
Beresiko 29 80.4 8 22.2 Puskesmas Pakuan Baru kota Jambi
0.000
Tidak tahun 2015 (p-value=0.000; OR= 9.416).
7 19.6 28 77.8 (OR=
Beresiko Hasil ini sejalan dengan studi Srianti
38,5)
Total 36 100 36 100
(2014) bahwa terdapat hubungan yang
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bermakna antara stress dengan kejadian
bahwa dari 36 kasus dengan pola makan gastritis (p=0.007). Demikian pula studi
beresiko sebanyak 29 (80.4%) responden Fitri (2012) menunjukkan terdapat
mengalami penyakit gastritis, dan pola hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi tidak beresiko sebanyak 7 stress berat dengan kejadian gastritis
(19.6%) yang mengalami penyakit (p=0.025) dimana stres berat memiliki
gastritis sedangkan pada 36 kontrol resiko 1,758 kali untuk mengalami
dengan pola makan yang beresiko gastritis.
sebanyak 8 (22.2%) responden yang Hans Selye dalam Sumiati (2010)
tidak mengalami gastritis, sedangkan 28 mengatakan bahwa stress merupakan
(77.8%) responden yang mempunyai respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
pola konsumsi tidak beresiko. terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang
Hasil analisis chi-square didapatkan ada di dalam dirinya. Stresor psikososial
nilai p-value = 0.000 (p<0.05). Maka adalah setiap keadaan/ peristiwa yang
dapat disimpulkan ada hubungan yang menyebabkan perubahan dalam
signifikan/bermakna antara Pola kehidupan seseorang, sehingga seseorang
konsumsi dengan kejadian penyakit itu terpaksa mengadakan adaptasi/
gastritis di Puskesmas Pakuan Baru Kota penyesuaian diri untuk
Jambi Tahun 2015. Kemudian dari hasil menanggulanginya. Namun tidak semua
analisis diperoleh nilai OR=38.5 artinya orang mampu melakukan adaptasi dan
responden dengan pola konsumsi mengatasi stressor tersebut, sehingga
beresiko mempunyai resiko 38.5 kali timbulah keluhan-keluhan antara lain
lebih besar dibandingkan dengan stress.
responden yang mempunyai pola Produksi asam lambung akan
konsumsi tidak beresiko. meningkat pada keadaan stress, misalnya
pada beban kerja berat, panik dan
tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang

55
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

meningkat dapat mengiritasi mukosa Hubungan Pola Konsumsi dengan


lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama- Kejadian Gastritis
kelamaan dapat menyebabkan terjadinya
Menurut Ganong dan William
gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan
(2001) Kebiasaan makan tidak teratur ini
stres umumnya tidak dapat dihindari.
akan membuat lambung sulit untuk
Oleh karena itu, maka kuncinya adalah
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung
mengendalikannya secara efektif dengan
lama, produksi asam lambung akan
cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi,
berlebihan sehingga dapat mengiritasi
istirahat cukup, olah raga teratur dan
dinding mukosa pada lambung dan dapat
relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).
berlanjut menjadi tukak peptik. Hal
Berdasarkan hasil kuesioner DASS
tersebut dapat menyebabkan rasa perih
dapat diketahui bahwa pertanyaan
dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke
tentang gejala stress yang paling banyak
kerongkongan yang menimbulkan rasa
dijawab “ya” adalah pertanyaan no 12
panas terbakar.
dimana sebagian besar responden merasa
Hasil penelitian menunjukkan
sulit untuk beristirahat/bersantai sebesar
bahwa pola konsumsi makanan dan
77.8%.
minuman yang beresiko signifikan
Menurut Losyk (2007), stres akan
berhubungan dengan kejadian gastritis di
berdampak negatif terhadap sistem
Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi
pencernaan. Ketika sedang dilanda stres
tahun 2015 (p-value=0.000; OR= 38,5).
berat, kelenjar liur dapat menghentikan
Hasil ini juga didukung oleh studi Rahmi
aliran air liur, atau dalam kasus lain,
(2011) yang menunjukkan bahwa
mengalirkannya berlebihan. Lambung
terdapat hubungan konsumsi makanan
meningkatkan asamnya sehingga
dan minuman berisiko yang bersifat
menimbulkan zat asam, rasa mual dan
iritan dengan kejadian gastritis dengan
luka. Banyak juga orang yang
(p-value= 0.000).
mengeluhkan tentang kejang otot (kram)
Berdasarkan hasil kesioner food
di daerah perut. Sementara itu, menurut
frequensi questionnaire (FFQ) diketahui
Priyoto (2014) dalam kondisi stress,
bahwa jenis makanan beresiko gastritis
tubuh memproduksi hormonekortisol
yang paling sering dikonsumsi oleh
yang menguras habis mineral dan
kelompok kasus yaitu sambal (makanan
vitamin B di dalam tubuh. Hal ini berarti
pedas) sebanyak 24 (68%), asinan buah
perlindungan yang lebih sedikit untuk sel
(makanan asam) sebanyak18 (51.3%) ,
otak sehingga kekebalan tubuh pun
dan teh (minuman beresiko) sebanyak 24
melemah.
(75%).
Menurut peneliti, diperlukan
Mengkonsumsi makanan pedas
intervensi berupa konseling untuk pasien
secara berlebihan akan merangsang
yang datang. Konseling ini dapat
sistem pencernaan, terutama lambung
dilakukan oleh petugas kesehatan
dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
khususnya psikolog. Psikolog dapat
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di
memberikan konseling dengan
ulu hati yang disertai dengan mual dan
memotivasi pasien dan menjaga kondisi
muntah. Gejala tersebut membuat
psikologis pasien sehingga dapat
penderita makin berkurang nafsu
menekan stressor pada pasien. Stres yang
makannya. Bila kebiasaan
berkurang akan mengurangi keluhan dan
mengkonsumsi makanan pedas lebih dari
kejadian gastritis pada pasien.
satu kali dalam seminggu selama
minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung
yang disebut dengan gastritis (Okviani,
2011).Oleh karena itu, menurut peneliti

56
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

diharapkan kepada pasien untuk dapat Okvani (2011), kafein yang terkandung
mengurangi konsumsi makanan dan pada kopi dapat menyebabkan stimulasi
minuman berisiko yang dapat sistem saraf pusat sehingga dapat
menimbulkan gastritis. meningkatkan aktivitas lambung dan
Menurut Puspadewi dan Endang sekresi hormon gastrin pada lambung dan
(2012), pemilihan jenis makanan yang pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan
tepat juga merupakan perilaku dalam oleh lambung mempunyai efek sekresi
pencegahan gastritis. Menyusun getah lambung yang sangat asam dari
hidangan makanan yang terdiri dari nasi, bagian fundus lambung. Sekresi asam
ikan, sayur, buah dan susu. Seseorang yang meningkat dapat menyebabkan
dengan kebiasaan makan makanan yang iritasi dan inflamasi pada mukosa
digoreng, dikeringkan, mengandung lambung.
santan dan lemak hewani dapat memicu Menurut peneliti, diharapkan pihak
terjadinya gastritis. Pencegahan gastritis Puskesmas Pakuan Baru dapat
juga dapat dilakukan dengan tidak melakukan intervensi berupa konseling
mengkonsumsi minuman seperti : sirup, tentang diet yang tepat untuk penderita
teh, soda, alkohol dan kopi karena akan gastritis. Intervensi dapat juga dilakukan
memicu meningkatnya asam lambung. dengan pemberian poster/leaflet tentang
Menurut penelitian Zakaria (2013), pesan-pesan tentang makanan yang sehat
dengan hasil responden yang memiliki mencegah gastritis kepada warga yang
kebiasaan makan buruk mencapai 72,1%. berada di wilayah kerja Puskesmas
Hal ini disebabkan karena responden Pakuan Baru.
tidak menunjukkan perilaku baik untuk
SIMPULAN
mencegah gastritis dalam upaya menjaga
kesehatan. Perilaku dalam penelitian Berdasarkan analisis hasil dan
adalah kebiasan makan yang kurang baik pembahasan dari penelitian yang
yaitu konsumsi makanan dan minuman dilakukan di Puskesmas Pakuan Baru
yang bersifat iritasi bagi lambung. Kota Jambi tahun 2015 dapat
Menurut Okviani (2011), jika disimpulkan bahwa:
mengkonsumsi makanan pedas secara 1. Dari 36 responden pada kelompok
berlebihan akan merangsang sistem kasus gastritis terdapat 25 (69.4%)
pencernaan, terutama lambung dan usus responden mengalami stress berat,
untuk berkontraksi. Hal ini akan dan 11 (30.6%) responden mengalami
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di strss ringan.
ulu hati yang disertai dengan mual dan 2. Dari 36 responden kelompok kontrol
muntah. Gejala tersebut membuat yang tidak gastritis terdapat 7
penderita makin berkurang nafsu (19.6%) responden mengalami stress
makannya. Bila kebiasaan berat, dan 29 (80.4%) responden
mengkonsumsi makanan pedas lebih dari mengalami stress ringan
satu kali dalam seminggu selama 3. Dari 36 kelompok kasus terdapat 33
minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus (91.7%) responden mempunyai pola
dapat menyebabkan iritasi pada lambung konsumsi beresiko dan 3 (8.3%)
yang disebut dengan gastritis. responden mempunyai pola konsumsi
Sementara itu, menurut Warianto yang tidak beresiko menderita
(2011) selain makanan pedas kandungan terjadinya penyakit gastritis.
kafein seperti kopi diketahui dapat 4. Dari 36 kelompok kontrol , terdapat 8
merangsang lambung untuk (22.2%) responden mempunyai pola
memproduksi asam lambung sehingga konsumsi beresiko dan 28 (77.8%)
menciptakan lingkungan yang lebih asam responden mempunyai pola konsumsi
dan dapat mengiritasi lambung. Menurut

57
Jurnal Akademika Baiturrahim Merita, Wilpi Inda, Irawati sukandar
Vol.5, No.1, Maret 2016

yang tidak beresiko menderita 3. Kemenkes RI. 2013. Pedoman


terjadinya penyakit gastritis. Gizi Rumah Sakit. Jakarta:
5. Terdapat hubungan yang bermakna Kementerian Kesehatan RI
antara tingkat stress dengan kejadian 4. Losyk. 2007. Cara Mengatasi
penyakit gastritis di Puskesmas Stress dan Sukses Ditempat
Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2015 Kerja. Salemba Medika. Jakarta
dengan nilai p-value = 0.000 dengan 5. Priyoto, 2014. Konsep
OR : 9.416. menajemen Stress. Nuha medika,
6. Terdapat hubungan yang bermakna Yogyakarta
antara pola konsumsi dengan kejadian 6. Potter, P.A. 2005. Fundamentals
penyakit gastritis di Puskesmas of nursing: concepts, process,
Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2015 and practice. Mosby-Year Book
dengan nilai p-value = 0.000 dengan Inc.
OR : 38.5. 7. Rizema, P. 2013. Gizi dan Diet.
D-Medical, Yogyakarta.
8. Rahmi. 2011. Faktor-Faktor yang
SARAN
Berhubungan dengan Kejadian
Bagi Dinas kesehatan Kota Jambi Gastritis Pada Pasien Yang
diharapkan kepada kesehatan Institusi Berobat Jalan di Puskesmas
(UKS) agar dapat mengadakan program Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi.
yang bisa mengantisipasi terhadap http://repository.unand.ac.id,
pencegahan terjadinya penyakit gastritis 9. Sukarmin. 2011. Keperawatan
dengan mengadakan penyuluhan tentang pada sistem pencernaan. Pustaka
makanan yang sehat atau gizi Pelajar, Yogyakarta
seimbang.Disarankan kepada pihak 10. Smeltzer. S.C & Bare, B. 2002.
Puskesmas Pakuan Baru berkerjasama Keperawatan Medikal Bedah.
dengan Dinas Kesehatan Kota untuk Jakarta: EGC
dapat meningkatkan penyuluhan kepada 11. Srianti, D., Munawir. (2014).
masyarakat setempat tentang pencegahan Faktor-faktor yang Berhubungan
kejadian gastritis dan diet yang tepat Dengan Kejadian Gastritis Di
untuk penderita gastritis. Selain itu, RSUD Palagimata Kota Bau-
disarankan kepada petugas kesehatan di Bau. Jurnal ilmiah kesehatan
Puskesmas untuk dapat memberikan Diagnosis 4(6): 781-788
konseling tentang diet yang tepat untuk 12. WHO. (2011). World health
penderita gastritis serta menjaga kondisi statistics.
psikologis pasien sehingga dapat http://www.who.int/entity/whosis
menekan stressor pada pasien. /whostat/. Diakses pada 8
Februari 2016
DAFTAR PUSTAKA
13. Sumiati. 2010. Penanganan
1. Fitri, W. 2012.Ketepatan Waktu Stress Pada Penyakit Jantung
Makan, Asupan Kafein, Protein Koroner. CV Trans Info Media,
Dan Tingkat Stress Terhadap Jakarta Timur.
Kejadian Gastritis Pada 14. Zhaoshen L, et al. 2010.
Mahasiswa Strata 1 Fkm. Epidemiology of Peptic Ulcer
Skripsi. Makassar: Universitas Disease: Endoscopic Results of
Hasanuddin the Systematic Investigation of
2. Ganong, William F. 2001. Buku Gastrointestinal Disease in
Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, China. Am J 7(4): 42-58.
Jakarta

58

You might also like