You are on page 1of 16

Jejak 6 (1) (2013): 64-79. DOI: 10.15294/ jejak.v6i1.

3749

JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

MODEL PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM


MENGEMBANGKAN JIWA WIRAUSAHA
SISWA SMK UNGGULAN
Rafika Bayu Kusumandari

Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v6i1.3749

Received: 2 January 2013; Accepted: 26 january 2013; Published: March 2013

Abstract
The concept of entrepreneurship education applied in SMK is expected to create new young entre-preneurs. The purposes of this study are to
describe the educational model formotivating the students to have entrepreneurial spirit in outstanding vocational schools in Semarang and
todescribe the effecti-veness of educational model in creating students’ entrepreneurship spirit. The study uses explanative descriptive
method which is for developing a teaching and learning model. Enterpreneurship teaching and learning for the students of XII class
majoring at technic of computer and software in SMKN 7 Semarang for the period of 2011/2012 has made good achievement. It shows that
39,44% students or 28 students’ achievement is good enough, 27 students (38,03%) received good academic achievement, 10 students
(14.08%) have less educational achievement., 5 students (7.04%) have very good learning achievement and only1 student (1.41 %) has poor
academic achievement. It can be concluded that the average academic achievement ofclass XII students majoring at computer and networks
in SMK Negeri Semarang 7 is categorized as good.

Keywords: Entrepreneur Education Models, outstanding vocational school


Abstrak
Konsep pendidikan wirausaha yang diterapkan di SMK diharapkan mampu mencetak wirausaha-wirausaha muda. Tujuan penelitian
sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan model pendidikan kewirausahaan dalam mencetak jiwa wirausaha siswa SMK Unggulan di Kota
Semarang dan 2) Mendeskripsikan efektivitas model pendidikan kewirausahaan dalam mencetak jiwa wirausaha siswa SMK Unggulan di
Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis studi eksplanatif yang diarahkan untuk
mengembangkan dan menghasilkan suatu model pembelajaran. Pembelajaran kewirausahaan pada siswa kelas XII jurusan teknik
komputer dan jaringan di SMK Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 dimana sebanyak 28 siswa (39,44%) memperoleh prestasi yang
cukup baik, sebanyak 27 siswa (38,03%) memperoleh prestasi belajar yang baik, sebanyak 10 siswa (14,08%) dengan prestasi belajar yang
kurang, sebanyak 5 siswa (7,04%) dengan prestasi belajar yang amat baik sedangkan yang termasuk dalam kategori sangat kurang
sebanyak 1 siswa (1,41%). Jadi rata-rata prestasi siswa pada pembelajaran kewirausahaan pada siswa kelas XII jurusan teknik komputer
dan jaringan di SMK Negeri 7 Semarang termasuk dalam kategori baik.

Kata Kunci: Model Pendidikan Kewirausahaan, SMK Unggulan


How to Cite: Kusumandari, R. (2013). Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa
Wirausaha Siswa SMK Unggulan. JEJAK Journal of Economics and Policy, 6(1). 64-79

© 2013 Semarang State University. All rights reserved

Corresponding author: ISSN 1979-715X


Address: Gedung A, Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes,
Kampus Sekaran Gunungpati
E-mail: mba_fika@yahoo.co.id
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 65

PENDAHULUAN SMK diharapkan mampu mencetak wira-


usaha-wirausaha muda baru.
Tantangan bangsa Indonesia ke depan
adalah mempersiapkan generasi penerus Penelitian ini bermaksud untuk
yang menguasai iptek serta mampu mengetahui sejauh mana efektivitas pendi-
mentransformasikan dalam tindakan, dikan kewirausahaan dalam mencetak jiwa
dengan penerapannya sebagai pengetahuan. wirausaha mencari model pendidikan
Dalam artian, pekerja tak harus memperoleh kewirausahaan yang tepat dalam mencetak
tempat. Tingginya jumlah penganggur jiwa wirausaha. Selain itu, penelitian ini
terdidik, khususnya sarjana, sebenarnya merupakan penelitian pemayungan skripsi
merupakan parameter kurang berhasilnya mahasiswa atas nama Sony Zulfikasari (NIM.
pendidikan. Meskipun demikian, faktor non 1102408035) yang berjudul Best Practice
pendidikan juga ikut berperan, seperti resesi Pendidikan Kewirausahaan di SMK N 1 Kota
ekonomi global dan sebagainya. Tetapi dunia Semarang dan Yesy Untari (NIM.
pendidikan justru menjadi kunci penye- 1102408034) yang berjudul Peran Pendidikan
lesaian untuk mengatasi berbagai persoalan Kewirausahaan dalam Rangka Peningkatan
yang saling terkait, termasuk peningkatan Potensi Wirausaha Pada Siswa SMKN 7
jumlah penganggur. Substansi persoalan Semarang.
pengangguran berada pada landasan Permasalahan yang akan di kaji dalam
karakter pendidikan kita yang akan penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian
melahirkan karakter generasi ke depan. yaitu pengembangan model pendidikan
Karenanya, penting adanya konsep pendi- kewirausahaan dalam mencetak jiwa
dikan dengan misi-visi jelas serta terukur. wirausaha siswa SMK Unggulan di Kota
Pendidikan berbasis kultural (terutama di Semarang. Pertanyaan penelitian dijabarkan
Jawa Tengah) guna melahirkan generasi menjadi: Bagaimanakah model pendidikan
wirausaha menjadi solusi yang perlu kewirausahaan dalam mencetak jiwa
mendapat dukungan. Konsepnya, pendidikan wirausaha siswa SMK Unggulan di Kota
bukan sekadar untuk mencetak generasi Semarang?; Bagaimanakah efektivitas model
terampil, memiliki kompetensi tinggi dan pendidikan kewirausahaan dalam mencetak
relevan, tetapi juga harus mampu mencetak jiwa wirausaha siswa SMK Unggulan di Kota
generasi entrepreneur, generasi dengan jiwa Semarang ?.
wirausaha. Ikon bahwa sekolah hanya Sesuai dengan fokus penelitian, secara
mencari ilmu, lantas mencari pekerjaan, umum tujuan yang ingin dicapai melalui
harus diubah menjadi ‘’mencari ilmu dan penelitian ini adalah menemukan sekaligus
mengaplikasikannya di lapangan’’. Dengan mendeskripsikan efektivitas model pendi-
demikian, selain mampu mengisi lapangan dikan kewirausaha dalam mencetak jiwa
kerja, pendidikan juga harus mampu wirausaha pada siswa SMK Unggulan di Kota
membawa generasi terdidik untuk mencip- Semarang. Tujuan umum tersebut dijabarkan
takan pekerjaan. Mendidik generasi wirausa- menjadi tujuan khusus sebagai berikut:
ha tidak sekedar wacana atau sebuah kenis- Mendeskripsikan model pendidikan kewira-
bian, andaikata kita memiliki komitmen usahaan dalam mencetak jiwa wirausaha
tinggi dan konsep terukur. Konsep pendi- siswa SMK Unggulan di Kota Semarang;
dikan wirausaha yang diterapkan di SMK- Mendeskripsikan efektivitas model pendi-
66 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

dikan kewirausahaan dalam mencetak jiwa unit ke arah tujuan yang ditetapkan. Logika
wirausaha siswa SMK Unggulan di Kota ini berarti bahwa itu berfokus pada tindakan
Semarang. dan bukan pada komunikasi dan monitoring)
Manfaat dalam penelitian ini adalah (Juha Kansikas, et all. 2012). Selain itu,
Memberikan gambaran model pendidikan Christope Estay (2013) menyatakan: The
kewirausahaan dalam mencetak jiwa wira- perception of entrepreneur also plays an
usaha siswa SMK Unggulan di Kota Sema- important role in the motivation which means
rang; Mendeskripsikan efektivitas model their perception that their actions lead to
pendidikan kewirausahaan dalam mencetak results and that these results reach or surpass
jiwa wirausaha siswa SMK Unggulan di Kota expectations (persepsi dari wirausaha juga
Semarang. memainkan aturan peraturan pada motivasi
dimana berarti persepsi mereka yang diambil
Istilah entrepreneur pertama kali
dari hasil yang mereka lakukan dan dimana
diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh
hasil ini meraih atau melebihi harapan).
ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menu-
Sedangkan Jean Baptista Say (1816) menya-
rutnya, entrepreneur adalah “agent who buys
takan bahwa: seorang wirausahawan adalah
means of production at certain prices in order
agen yang menyatukan berbagai alat-alat
to combine them”. Dalam waktu yang tidak
produksi dan menemukan nilai dari pro-
terlalu lama, ekonom Perancis lainnya- Jean
duksinya. Robert D. Hisrich (2011) menya-
Baptista Say menambahkan definisi Cantillon
takan: Entrepreneurship has been shown to
dengan konsep entrepreneur sebagai pemim-
have a significant impact on the employment,
pin. Say menyatakan bahwa entrepreneur
innovation, and the entire economy of a
adalah seseorang yang membawa orang lain
region or nation (Kewirausahaan telah
bersama-sama untuk membangun sebuah
terbukti memiliki dampak yang signifikan
organ produktif.
terhadap lapangan kerja, inovasi, dan seluruh
Pengertian kewirausahaan relatif ber-
perekonomian suatu wilayah atau bangsa).
beda-beda antar para ahli/sumber acuan
Sebelum memaparkan teori kewirausa-
dengan titik berat perhatian atau penekanan
haan, terlebih dahulu akan diulas pengertian
yang berbeda-beda, diantaranya adalah
“teori”. Kita biasanya menggunakan teori
penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988),
untuk menjelaskan sebuah fenomena.
menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru
Fenomena yang akan dijelaskan disini adalah
(Schumpeter, 1934), eksplorasi berbagai
kehadiran entrepreneurship yang mem-
peluang (Kirzner, 1973), menghadapi keti-
punyai kontribusi besar dalam pengem-
dakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan
bangan ekonomi. Teori tersebut terdiri dari
secara bersama faktor-faktor produksi (Say,
konsep dan konstruk. Teori adalah “sekum-
1803).
pulan konstruk (konsep), definisi, dan
Entrepreneurial leadership is based on a
proposisi yang saling berhubungan” yang
straight forward way of leading a unit toward
menunjukkan pandangan sistematis terha-
set goals. This logic means that it is focused
dap sebuah fenomena dengan merinci
on action rather than on communication and
hubungan antar variabel, dengan tujuan
monitoring (Kepemimpinan kewirausahaan
untuk menerangkan dan memprediksi
didasarkan pada cara langsung memimpin
fenomena. Beberapa teori yang menjelaskan
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 67

dan memprediksi fenomena mengenai yang terfragmentasi dan tersebar melalui


kewirausahaan. interaksi dari kegiatan para entrepreneur
Neo Klasik, teori ini memandang yang bersiang. Ada dua konsep utama disini
perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, yaitu pengetahuan tersembunyi (orang lain
dimana manajemen (individu-individu) belum tahu) yang dikaji oleh Hayek dan
hanya mengetahui biaya dan penerimaan kewirausahaan oleh Mises. Intinya mobilisasi
perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi sosial dari pengetahuan tersebut terjadi
matematis untuk menentukan nilai optimal melalui tindakan entrepreneurial. Seorang
dari variabel keputusan. Jadi pendekatan entrepreneur akan mengarahkan usahanya
neoklasik tidak cukup mampu untuk menje- untuk mencapai potensi keuntungan dan
laskan isu mengenai kewirausahaan. Neo dengan demikian mereka mengetahui apa
Klasik masih mengakui juga keberadaan yang mungkin atau tidak mungkin mereka
pihak manajemen atau individu-individu. lakukan. Seorang entrepreneur itu harus
Dan individu inilah yang nantinya berperan selalu mengetahui pengetahuan (atau
sebagai entrepreneur atau intrapreneur, yang informasi) baru (dimana orang banyak
akan dijelaskan pada teori-teori selanjutnya. belum mengetahuinya). Dan pengetahuan
atau informasi baru tersebut dimanfaatkan
Schumpeter’s entrepreneur, kajian
untuk memperoleh keuntungan. Penemuan
schumpeter lebih banyak dipengaruhi oleh
pengetahuan tersembunyi merupakan proses
kajian kritisnya terhadap teori keseimbangan
perubahan yang berkelanjutan. Dan proses
(equilibrium theory)-nya Walras. Menurut-
inilah yang merupakan titik awal dari
nya, untuk mencapai keseimbangan
pendekatan Austrian terhadap kewirausa-
diperlukan tindakan dan keputusan aktor
haan. Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian,
(pelaku) ekonomi yang harus berulang-ulang
proses tersebut kadang mengalami sukses
dengan “cara yang sama” sampai mencapai
dan gagal. Namun seorang entrepreneur
keseimbangan. Jadi kata kuncinya “berulang
selalu berusaha memperbaiki kesalahannya.
dengan cara yang sama”, yang menurut
Schumpeter disebut “situasi statis”, dan Kirzerian Entrepreneur, Kirzer
situasi tersebut tidak akan membawa peru- memakai pandangannya Misesian tentang
bahan. Schumpeter berupaya melakukan “human action” dalam menganalisis peranan
investigasi terhadap dinamika di balik peru- entrepreneural. Singkat kata, unsur entre-
bahan ekonomi yang diamatinya secara preneur dalam pengambilan keputusan
empiris. Singkat cerita, akhirnya beliau manusia dijemukan Kirzer. Menurut Kirzer,
menemukan unsur explanatory-nya yang “knowing where to look knowledge”. Dengan
disebut “inovasi“. Dan aktor ekonomi yang memanfaatkan pengetahuan yang superior
membawa inovasi tersebut disebut inilah seorang entrepreneur bisa mengha-
entrepreneur. Jadi entrepreneur adalah silkan keuntungan.
pelaku ekonomi yang inovatif yang akan Model pendidikan kewirausahaan yang
membuat perubahan. dimaksud disini adalah sebuah model
Austrian School, Mengutip Adaman pendidikan kewirausahaan yang mengangkat
dan Devine (2000), masalah ekonomi potensi keunggulan lokal. Model pendidikan
mencakup mobilisasi sosial dari pengetahuan disini diterapkan di sekolah-sekolah mene-
yang tersembunyi (belum diketahui umum) ngah atas, untuk membekali siswa kemam-
68 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

puan wirausaha sehingga dia mampu Berdasarkan penelitian di Harvard


mandiri dan bersaing di pasar bebas dengan University Amerika Serikat (Ali Ibrahim
jalan mengangkat keunggulan lokal. Model Akbar, jumlah penduduk. Pada tahun 2007,
pendidikan kewirausahaan berbasis keung- jumlah wirausaha di Singapura ada sebesar
gulan lokal ini dilaksanakan dengan menjalin 7,2%,2000), ternyata kesuksesan seseorang
kerjasama antara pihak sekolah dengan UKM tidak ditentukan semata-mata oleh pengeta-
dan Pemda untuk mengoptimalkan potensi huan Amerika Serikat 2,14%, Indonesia yang
keunggulan lokal. mana jumlah penduduknya kurang lebih dan
Pada model pendidikan kewirausahaan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi
ini, akan diberikan teori (25%) dan praktek lebih oleh kemampuan mengelola diri sebe-
(75%) dengan kegiatan praktek ini akan sar 220 juta, jumlah wirausahanya sebanyak
melibatkan perusahaan/ industri rumah 400.000 orang (0,18%), yang dan orang lain
tangga/UKM yang mempunyai usaha yang (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,
mengangkat kekhasan masing-masing kesuksesan hanya ditentukan seharusnya
daerah. Seperti Kota Semarang dikenal sebesar 4.400.000 orang. Berarti jumlah
sebagai kota lunpia, bandeng presto dan wirausaha di Indonesia sekitar 20% oleh hard
wingko babat. Namun sebenarnya, selain skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan
makanan, ada potensi lain yang belum diga- orang-orang kekurangan sebesar 4 Juta orang
rap secara optimal, yaitu batik semarangan. tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan
Saat ini usaha batik semarangan sudah mulai lebih banyak didukung kemampuan soft
menjamur, namun masih kalah dengan batik Berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan
Pekalongan. Kemudian kota Tegal yang kewirausahaan di Indonesia masih skill dari
terkenal satenya, megono, pilus, tahu aci, pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan
peralatan rumah tangga, industri knalpot. bahwa mutu pendidikan karakter kurang
Namun sebenarnya ada potensi hasil laut memperoleh perhatian yang cukup
yang belum dikembangkan dengan maksi- memadai, baik oleh dunia pendidikan
mal. Kabupaten Wonosobo mempunyai termasuk karakter kewirausahaan peserta
banyak potensi pertanian yang masih belum didik sangat penting untuk mencetak jiwa
digarap secara baik. Kabupaten Cilacap, yang wirausaha.
mempunyai potensi jamu tradisional, namun Penelitian Rafika Bayu Kusumandari
di kalangan nasional, jamu Cilacap tidak yang berjudul Pengembangan Model Pendi-
dikenal secara bagus. Potensi-potensi ini dikan Kewirausahaan Bagi Siswa Sekolah
yang harus dikembangkan agar dapat meng- Menengah Atas Berbasis Keunggulan Lokal
angkat citra masing-masing daerah dengan di Kota Semarang menunjukkan hasil bahwa
keunggulannya masing-masing. SMAN 12 Semarang merupakan salah satu
Hal ini dilakukan karena keunggulan sekolah di Kota Semarang yang dalam
lokal selama belum banyak dioptimalkan, kurikulumnya menyelenggarakan Mata Pela-
kalah dengan produk-produk dari luar jaran Muatan Lokal (Mapel Mulok) dengan
negeri. Padahal jika potensi ini dikembang- membidik keunggulan lokal yang ada di
kan, tidak kalah dengan produk lain dari luar lingkungan sekolah. SMAN 12 Semarang.
negeri. Mapel Mulok yang ada dalam kurikulum
SMAN 12 Semarang adalah Mulok Pengo-
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 69

lahan Buah Pasca Panen. Mulok Pengolahan variabel terikatnya diukur dalam bentuk
Buah Pasca Panen diberikan kepada semua angka-angka, dan kemudian dicari ada
mulai dari siswa kelas XI dan XII dari tidaknya pengaruh antara kedua variabel
semester 5 sampai 6 dimana ada 2 JP per tersebut dan dikemukakan seberapa besar
minggu untuk seluruh jurusan yang ada baik pengaruhnya.
itu jurusan IPA, IPS maupun Bahasa dan Penelitian ini juga memayungi dua
durasi waktu 12 jam untuk masing-masing skripsi mahasiswa yaitu Sony Zulfikasari
pokok bahasan. dengan judul Best Practices Perakitan Mobil
Concentrating on the mobilisation of dan Sepeda Motor di Sekolah Menengah
action rather than on 'successful' social Kejuruan Negeri 1 Semarang dan Yesy Untari
entrepreneurs, typical of case studies, dengan judul Mengembangkan Minat
accomplishes two things. It moves the Berwirausaha Melalui Proses Pembelajaran
social entrepreneur literature dialog away Kewirausahaan Siswa Kelas XII Jurusan
from a 'great person' discussion to a dialog
Teknik Komputer dan Jaringan di SMK
surrounding established theoretical frames,
Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.
and broadens the study of social
entrepreneurs to include those who Populasi yang digunakan dalam pene-
potentially could seek to make social litian ini adalah siswa SMK Negeri 1
change. This is accomplished by exploring Semarang jurusan Teknik Mekanik Otomotif,
the role of developmental psychology and pada program keahlian Teknik Kendaraan
social construction in contributing to the Ringan (TKR) dan siswa SMK Negeri 7
potential change agent's mobilisation via a Semarang tahun ajaran 2011/2012. Sampel
dialectic process (Kenneth Wm. Kury,
penelitian ada 5 siswa di SMK Negeri 1
2012)
Semarang pada jurusan Teknik Mekanik
METODE PENELITIAN Otomotif, 2 orang guru pada program
keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR),
Pada penelitian ini jenis penelitian
Kepala Sekolah dan Wakasek Bidang
yang digunakan adalah metode deskriptif,
Kurikulum. Sedangkan sampel SMK Negeri 7
dengan jenis studi eksplanatif. Pendekatan
Semarang terdapat dua kelas dan jumlah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswanya kurang dari 100 sehingga sampel
pendekatan kuantitatif. Ekplanatif dimak-
penelitian di ambil dari semua populasi,
sudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi
dengan begitu penelitian ini merupakan
sampel terhadap populasinya atau menjelas-
penelitian populasi.
kan hubungan, perbedaan atau pengaruh
satu variabel dengan variabel lain (Bungin, HASIL DAN PEMBAHASAN
2005:38). Sukmadinata (2008:54) menjelas-
SMK N 1 Semarang yang terletak di
kan bahwa “penelitian deskriptif (descriptive
Jalan Dr. Cipto No. 93 Semarang pada bulan
research) adalah suatu metode penelitian
Februari 2012 yang lalu ramai diberitakan
yang ditujukan untuk menggambarkan feno-
oleh media elektronik maupun media cetak
mena-fenomena yang ada, yang berlangsung
yang melaporkan mengenai keberhasilan
pada saat ini atau saat yang lampau. Pende-
siswa SMK N 1 Semarang dalam perakitan
katan yang digunakan adalah pendekatan
mobil sejenis pick up. Jurusan yang berhasil
kuantitatif karena variabel bebas dan
merakit mobil tersebut adalah jurusan
70 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

Teknik Mekanik Otomotif, pada program dipasang dengan tulisan “Euriga Esemka”.
keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR). Semua sepeda motor tersebut sudah terjual
Sebenarnya program keahlian TKR habis dengan harga Rp 8.000.000 per unit.
sebelumnya sudah memproduksi kendaraan Berawal dari SMK N 1 Semarang yang
yaitu sepeda motor Euriga Esemka atas selalu aktif dalam pengusulan dan program
kerjasama dengan PT Kanzen. SMK N 1 pemerintah yang sudah menyelesaikan
Semarang tidaklah memproduksi pembuatan perakitan sepeda motor dan hasilnya baik
kendaraan, namun hanya merakitnya saja. maka SMK N 1 Semarang ditunjuk oleh
Perakitan sepeda motor bekerja sama Pemerintah untuk dijadikan tempat pera-
dengan PT Kanzen. SMK N 1 Semarang kitan mobil pick up. Bapak Joko Sutrisno
mendapatkan komponen 25 unit sepeda mantan ketua PSMK yang menunjuk SMK N
motor untuk dirakit di bengkel otomotif 1 Semarang sebagai tempat perakitan,
SMK N 1 Semarang. Sebelum komponen- dengan pertimbangan tempat dan kompe-
komponen itu dirakit, guru yang mengajar di tensi yang cukup di jurusan otomotif.
jurusan otomotif diberikan pelatihan Kemudian setelah itu keluarlah Memoran-
mengenai cara perakitan kendaraan di dum of Understanding atau MoU yang
Karawang, yaitu di kantor Kanzen dan juga tertuliskan SMK N 1 Semarang sebagai
diberikan Standar Operasional (SOP) untuk tempat perakitan mobil pick up. Komponen-
dijadikan panduan dalam perakitannya. komponen mobil didatangkan dari Dong
Pelaksanaan perakitan sepeda motor ini Feng, China. Mengenai sarana prasarana,
sudah lama dilakukan dan sudah berakhir pembiayaan, dan lain-lain sudah tertulis di
sekitar bulan Desember 2011. Perakitan satu lembar MoU tersebut.
sepeda motor bisa diselesaikan oleh 2 orang Pada awal mulanya mendapatkan
siswa. Dengan pembagian tugas satu siswa di informasi guru-guru khususnya di jurusan
sisi sebelah kanan, dan satu siswa lagi Otomotif banyak yang tidak sepakat. Jumlah
disebelah kiri. guru yang mengajar di otomotif adalah 15
Perakitan sepeda motor dapat disele- orang, dari 15 orang itu yang sepakat hanya 2
saikan dalam sehari. Jadi kurang lebih dalam orang saja. Alasan dari guru-guru yang tidak
satu bulan, 25 unit sepeda motor sudah sepakat adalah selain karena tempat pera-
dalam bentuk sepeda motor secara utuh. kitan akan dipakai dan menghabiskan space
Setelah semua sepeda motor terakit dan juga karena perakitan itu akan mengganggu
sudah diuji dasar di jurusan otomotif SMK N jalannya proses pembelajaran siswa. Sedang-
1 Semarang, kemudian akan diuji ulang oleh kan alasan dari guru yang sepakat adalah
final checker dari pihak PT. Kanzen. dengan mempertimbangkan sisi baiknya,
Pengawas akhir atau final checker sejumlah 6 yaitu adanya program ini akan meningkatkan
orang datang langsung ke sekolah untuk sarana di jurusan otomotif. Perlengkapan
pengecekan kontrol, pemberian aksesoris, jurusan otomotif tidaklah murah jika
surat-surat dan lain-lain. Seluruh sepeda mengadakan pengadaan barang dari pihak
motor yang sudah diuji dan dinyatakan lolos sekolah akan lama dan memakan banyak
uji dan bisa on the road atau bisa digunakan anggaran, program ini sebagai program
dijalan raya. Kemudian setelah dinyatakan pemerintah pastinya sudah dianggarkan
lolos uji barulah sticker di sisi sepeda motor
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 71

untuk sarana jadi sekolah akan diuntungkan Sehingga dalam pelaksanaannya tidak meng-
dengan hal itu. gunakan Rencana Program Pembelajaran
Setelah rapat dengan guru-guru (RPP) maupun Silabus. Pada awal pelaksana-
jurusan kemudian hasil rapat itu dilaporkan annya guru-guru otomotif menemui kendala
ke pihak Sekolah dalam hal ini Kepala lagi yaitu tidak adanya panduan perakitan
Sekolah Bapak Darmanto dan Waka. Kuri- (SOP), yang ada hanyalah panduan pemilik
kulum yaitu Bapak Arif Subiakto. Berbagai masih dalam bahasa China. Walaupun seba-
pertimbangan yang digunakan dalam meng- gian guru sudah ada yang pernah mengikuti
ambil keputusan yang akhirnya diperoleh pelatihan perakitan mobil tapi masih meng-
hasil yaitu perakitan tetap dilaksanakan di alami kesulitan dalam perakitan mobil pick
SMK N 1 Semarang dan respon dari siswa- up ini, hal itu disebabkan karena komponen
siswa cenderung senang karena nama mobil yang dipakai dalam pelatihan tidak
Sekolah akan menjadi baik dan mereka akan sama dengan mobil komponen pick up.
terlibat di dalam perakitannya. Kendala yang Learning by doing yang menjadi point
dihadapi adalah masalah tempat dan sarana. inti ketika pembelajaran. Sejumlah guru
Ketika tempat dalam perakitan dan pembe- berusaha menyelesaikan satu pick up terlebih
lajaran siswa dijadikan dalam satu ruangan dahulu yang memakan waktu selama 2 hari,
maka pembelajaran siswa akan terganggu. setelah guru-guru itu berhasil barulah
Alternatif sebagai solusi dari masalah ini mereka mengajarkannya kepada siswa untuk
adalah dengan menggunakan ruang lain di dijadikan bahan pembelajaran.Pada awalnya
sebelah bengkel untuk dijadikan ruang pelaksanaan perakitan dilaksanakan dengan
perakitan mobil. Untuk pelaksanaan pera- beberapa siswa pilihan, namun melihat
kitan dijadwal ketika bengkel tidak diguna- situasi dan kondisi dan juga khawatir terjadi
kan untuk pembelajaran. Selain masalah kesenjangan sosial maka akhirnya perakitan
tempat, pihak jurusan juga terhambat oleh melibatkan seluruh siswa pada kelas XI di
sarana yang kurang memadai. Bersedianya Tehnik Keahlian TKR. Pelaksanaan pem-
jurusan untuk merakit mobil berarti ang- belajaran perakitan dilakukan dengan sistem
garan untuk biaya pembuatan digunakan bergilir antara pemasangan dan pembong-
untuk pengadaan sarana dan prasarana. karan. Cara guru dalam membuka dan
setelah permasalahan teratasi barulah 2 unit menutup pembelajaran pada umumnya sama
komponen pick up itu dirakit oleh guru dan ketika perakitan sepeda motor dan mobil,
siswa jurusan otomotif. yaitu membuka dengan salam kemudian
Tujuan dari perakitan ini adalah untuk presensi untuk mengecek kehadiran siswa.
memberikan wawasan kepada siswa menge- Kemudian memberikan pengarahan menge-
nai perakitan kendaraan, yaitu mobil dan nai pembelajaran hari ini, apakah pembong-
sepeda motor. Siswa diharapkan bisa karan atau pemasangan mobil atau sepeda
mengerti dan paham mengenai dasar-dasar motor setelah itu siswa yang telah dibagi
perakitannya, sehingga ketika terjun ke sesuai pembagian diminta segera menyiap-
perusahaan mereka sudah memiliki penga- kan perlengkapannya dan menuju ke kenda-
laman sebelumnya. Perakitan ini adalah raan (mobil atau sepeda motor) yang akan
kegiatan tambahan saja, tidak termasuk dibongkar atau dirakit. Ketika proses merakit
dalam kurikulum maupun pelajaran. guru mengawasi jalannya perakitan dan
72 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

memberikan arahan ketika ada siswa yang prestasi belajar yang amat baik sedangkan
mengalami kesulitan. Setelah pembelajaran yang termasuk dalam kategori sangat kurang
berakhir, guru memberikan kesimpulan atas sebanyak 1 siswa (1,41%). Jadi rata-rata pres-
hasil kerja mereka, serta pemberitahuan tasi siswa pada pembelajaran kewirausahaan
untuk persiapan pada materi pertemuan pada siswa kelas XII jurusan teknik
berikutnya. Akhir pembelajaran diakhiri komputer dan jaringan di SMK Negeri 7
dengan salam dan berdoa. Semarang tahun ajaran 2011/ 2012termasuk
Variabel proses pembelajaran kewira- dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya
usahaan diukur dengan menggunakan dapat dilihat pada Gambar 1.
instrumen ini berupa tes dengan jumlah soal Variabel minat berwirausaha terdiri
32 butir dan responden diberikan alternatif dari 40 butir pernyataan yang tersebar dalam
pilihan jawaban sebanyak5 alternatif dan indikator (keinginan/motif, perasaan senang,
memilih salah satu jawaban dengan perhatian, lingkungan dan pengalaman).
memberikan tanda silang (X) pada jawaban Hasil analisis deskriptif minat berwirausaha
yang dianggap paling benar. Skorsing atas pada siswa kelas XII jurusan teknik kompu-
jawaban ini menggunakan skor 1 untuk ter dan jaringan di SMK Negeri 7 Semarang
jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada
Berikut disajikan hasil test kewirausahaan lampiran dan terangkum dalam tabel 2.
yang dapat dilihat pada lampiran dan Tabel 2, tampak minat berwirausaha
terangkum dalam tabel 1. pada siswa kelas XII jurusan teknik
Dari tabel 1,tampak bahwa hasil test komputer dan jaringan di SMK Negeri 7
pembelajaran kewirausahaan pada siswa Semarang tahun ajaran 2011/2012sebanyak 34
kelas XII jurusan teknik komputer dan siswa (47,89%) termasuk dalam kategori
jaringan di SMK Negeri 7 Semarang tahun tinggi, sebanyak 23 siswa (32,39%) termasuk
ajaran 2011/2012 dimana sebanyak 28 siswa dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 10
(39,44%) memperoleh prestasi yang cukup siswa (14,08%) termasuk dalam kategori
baik, sebanyak 27 siswa (38,03%) memper- rendah dan sebanyak 4 siswa (5,63%)
oleh prestasi belajar yang baik, sebanyak 10 termasuk dalam kategori sangat rendah. Jadi
siswa (14,08%) dengan prestasi belajar yang rata-rata minat berwirausaha pada siswa
kurang, sebanyak 5 siswa (7,04%) dengan siswa kelas XII jurusan teknik komputer dan

Tabel 1.Hasil test kewirusahaan pada Siswa


Hasil test Kewirausahaan
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Amat baik 5 7.04% 7,02 Baik
2 Baik 27 38.03%
3 Cukup baik 28 39.44%
4 Kurang 10 14.08%
5 Sangat Kurang 1 1.41%
Jumlah 71 100%
Sumber: Data primer, diolah
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 73

Sumber: Data Primer


Gambar 1. Kategori Prestasi Siswa Pada Pembelajaran Kewirausahaan

Tabel 2.Hasil Analisis Deskriptif Variabel Minat Berwirausaha


Minat Berwirausaha
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Sangat Tinggi 23 32.39 73.0% Tinggi
2 Tinggi 34 47.89
3 Rendah 10 14.08
4 Sangat Rendah 4 5.63
Jumlah 71 100%
Sumber: Data Primer, diolah

jaringan di SMK Negeri 7 Semarang tahun Hasil dari masing-masing sub variabel
ajaran 2011/2012 termasuk dalam kategori tentang minat berwirausahaan dapat dija-
tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat barkan sebagai berikut:
grafik pada Gambar 2. Hasil analisis deskriptif persentase
keinginan (motif) pada siswa kelas XII
jurusan teknik komputer dan jaringan di
SMK Negeri 7 Semarang tahun ajaran
2011/2012 dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan tabel 3, sebanyak 53,52%
menyatakan bahwa keinginan (motif) untuk
berwirausaha siswa kelas XII jurusan teknik
komputer dan jaringan di SMK Negeri 7
Semarang tahun ajaran 2011/2012 termasuk
Gambar 2. Grafik Minat Berwirausaha dalam kategori tinggi, sebanyak 19,72%
74 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

termasuk dalam kategori sangat tinggi, Hasil analisis deskriptif persentase


sebanyak 16,90% termasuk dalam kategori perasaan senang pada siswa kelas XII jurusan
rendah, sebanyak 9,86% responden termasuk teknik komputer dan jaringan di SMK Negeri
dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih 7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 dapat
jelasnya dapat dilihat dalam grafik pada dilihat pada tabel 4.
Gambar 3.

Tabel3.Tanggapan responden tentang Keinginan (Motif)


Keinginan (motif)
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Sangat Tinggi 14 19.72 70.7% Tinggi
2 Tinggi 38 53.52
3 Rendah 12 16.90
4 Sangat Rendah 7 9.86
Jumlah 71 100
Sumber: Data Primer, diolah

Gambar 3. Grafik indikator keinginan pada Minat Berwirausaha

Gambar4. Grafik indikator perasaan Senang pada Minat Berwirausahan


JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 75

Tabel4.Tanggapan responden tentangPerasaan Senang


Perasaan Senang
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Sangat Tinggi 34 47.89 78.3% Tinggi
2 Tinggi 25 35.21
3 Rendah 7 9.86
4 Sangat Rendah 5 7.04
Jumlah 71 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4., sebanyak 47,89% Hasil analisis deskriptif persentase


siswa menyatakan bahwa perasaan senang perhatian pada siswa kelas XII jurusan teknik
untuk berwirausaha siswa kelas XII jurusan komputer dan jaringan di SMK Negeri 7
teknik komputer dan jaringan di SMK Negeri Semarang tahun ajaran 2011/2012 dapat
7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 termasuk dilihat pada tabel 5.
dalam kategori sangat tinggi, sebanyak Berdasarkan tabel tersebut sebanyak
25,21% termasuk dalam kategori tinggi, 42,25% menyatakan bahwa perhatian siswa
sebanyak 9,86% termasuk dalam kategori untuk berwirausaha siswa kelas XII jurusan
rendah, sebanyak 7,04% responden termasuk teknik komputer dan jaringan di SMK Negeri
dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih 7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 termasuk
jelasnya dapat dilihat dalam grafik pada dalam kategori sangat tinggi dan tinggi,
Gambar 4. sebanyak 9,86% termasuk dalam kategori

Tabel 5.Tanggapan responden tentangPerhatian


Perhatian
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Sangat Tinggi 30 42.25 77.4% Tinggi
2 Tinggi 30 42.25
3 Rendah 7 9.86
4 Sangat Rendah 4 5.63
Jumlah 71 100

Tabel6. Tanggapan Responden tentangLingkungan


Lingkungan
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Sangat Tinggi 10 14.08 68.4% Tinggi
2 Tinggi 36 50.70
3 Rendah 19 26.76
4 Sangat Rendah 6 8.45
Jumlah 71 100
Sumber: Data Primer, diolah
76 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

rendah dan sebanyak 5,63% termasuk dalam teknik komputer dan jaringan di SMK Negeri
kategori sangat rendah. Untuk lebih jelasnya 7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 dapat
dapat dilihat Gambar 5. dilihat pada tabel 7.
Berdasarkan tabel tersebut sebanyak
39,44% menyatakan bahwa pengalaman
untuk berwirausahaan siswa kelas XII
jurusan teknik komputer dan jaringan di
SMK Negeri 7 Semarang tahun ajaran
2011/2012 termasuk dalam kategori tinggi,
sebanyak 26,76% termasuk dalam kategori
tinggi, sebanyak 23,94% responden termasuk
dalam kategori sangat tinggi, dan sebanyak
Grafik 5.Grafikindikator perhatian pada Minat 9,86% responden termasuk dalam kategori
Berwirausahaan sangat rendah
Hasil analisis deskriptif persentase
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lingkungan pada siswa kelas XII jurusan
teknik komputer dan jaringan di SMK Negeri Perencanaan awal perakitan SMK N 1
7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 dapat Semarang tidak didasari atas rencana
dilihat pada tabel 6. pembelajaran yang jelas. Hal itu tidak sejalan
dengan konsep dari kurikulum yang ada
Berdasarkan tabel 6 sebanyak 50,70%
yaitu yang tertuang dalam UU No. 20 Th.
menyatakan bahwa lingkungan dalam
2003 mengatakan bahwa kurikulum sepe-
berwirausahaan siswa kelas XII jurusan
rangkat rencana dan pengaturan mengenai
teknik komputer dan jaringan di SMK Negeri
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
7 Semarang tahun ajaran 2011/2012 termasuk
yang digunakan sebagai pedoman penye-
dalam kategori tinggi, sebanyak 26,76%
lenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan
termasuk dalam kategori rendah, sebanyak
pendidikan. Sedangkan dalam fakta pelak-
14,08% termasuk dalam kategori sangat
sanaannya tidak ada seperangkat rencana,
tinggi, sebanyak 8,45% responden termasuk
bahan pelajaran yang bisa dijadikan suatu
dalam kategori sangat rendah.
pedoman, sehingga perakitan itu memang
Hasil analisis deskriptif persentase lebih cenderung disebut dengan kegiatan
pengalaman pada siswa kelas XII jurusan tambahan saja. Kurikulum bukan hanya

Tabel 7.Tanggapan responden tentangPengalaman


Pengalaman
No Jumlah Rata-rata
Kriteria
Frekuensi Persen Skor Kriteria
1 Sangat Tinggi 17 23.94 70.3% Tinggi
2 Tinggi 28 39.44
3 Rendah 19 26.76
4 Sangat Rendah 7 9.86
Jumlah 71 100
Sumber: Data Primer, diolah
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 77

sejumlah mata pelajaran, tetapi juga semua mencapai tujuan pendidikan yang telah
kegiatan siswa dan semua pengalaman bela- ditetapkan. Pelaksanaan perakitan dikatakan
jar siswa di sekolah, yang mempengaruhi efektif ketika tujuan dapat dicapai sesuai
pribadi siswa sepanjang menjadi tanggung dengan perencanaan, sedangkan efisien bah-
jawab sekolah, karena hal itulah menurut wa tugas yang ada dilaksanakan dengan
Sudjana (2009) tidak ada pemisahan antara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
kegiatan intrakurikuler dengan kegiatan jadwal. Secara tidak langsung pembelajaran
ekstrakurikuler. Keduanya termasuk kuri- tersebut telah menerapkan manajemen seba-
kulum. gai sebuah seni. Walaupun tanpa peren-
Pada pengertian di atas dikatakan canaan yang matang namun proses perakitan
belajar yang diniati, sebab program belajar bisa berjalan dengan lancar.
itu baru merupakan rencana, patokan, Monitoring dan evaluasi perakitan
gagasan, i’tikad, rambu-rambu yang nantinya mobil dan sepeda motor akan didasari dari
harus dicapai, atau dimiliki oleh para siswa evaluasi program. Evaluasi perakitan yang
melalui proses pengajaran. Sejalan dengan berlangsung dalam perakitan tidak mende-
pendapat Sudjana bahwa kurikulum adalah tail sama halnya dalam pembelajaran
program belajar atau dokumen yang beri- normal. Evaluasi hanya dijadikan cara untuk
sikan hasil belajar. Dalam hal ini menurut membuktikan keberhasilan atau kegagalan
peneliti dokumen tersebut bisa berupa apa suatu program. Hal tersebut terlihat dari
saja, termasuk juga berupa dokumen kerja- penilaian akhir yang bukan merupakan nilai
sama atau MoU. dalam bentuk angka, namun hanya sekedar
Pelaksanaan perakitan kendaraan pengawasan bahwa perakitan yang dilakukan
mobil dan sepeda motor di jurusan otomotif oleh siswa telah seperti yang diinginkan
SMK N 1 Semarang tidak sepenuhnya melalui dalam perakitannya.
tahapan pengembangan kurikulum. Walau- Untuk mengembangkan minat berwi-
pun terdapat perencanaan yang singkat, rausaha memerlukan beberapa tahapan
serta implementasi yang berjalan dengan dalam proses pembelajaran kewirausahaan di
baik akan tetapi tidak ada evaluasi yang sekolah. Minat dapat timbul dari dalam diri
dirancang secara khusus di dalamnya. sendiri ataupun pengaruh dari luar. Proses
Pembelajaran tidak ada penilaian, hanya ada pembelajaran kewirausahaan di sekolah
pengawasan itupun di laksanakan pada sangat penting dalam menumbuhkan kei-
proses pembelajaran perakitan, di situlah ngintahuan tentang berwirausaha sehingga
terjadi evaluasi dalam proses perakitan. menimbulkan minat untuk berwirausaha.
Pelaksanaan pembelajaran serta pera- Sekolah Menengah Kejuruan sangat efektif
kitan dilakukan dengan learning by doing. karena di samping siswa mendapat pembe-
Tidak adanya panduan perakitan yang jelas lajaran kewirausahaan juga mendapat
sehingga guru menyampaikan materi dengan pelajaran sesuai dengan bidang kejuruannya.
langsung diikuti oleh siswa. Guru membim- Di SMK Negeri 7 Semarang sendiri siswa
bing serta mengarahkan siswa dalam pelak- belajar selama empat tahun, tiga tahun
sanaan perakitan, hal itu menggambarkan dianggap selesai untuk pelajaran normatif
rangkaian kegiatan yang menunjuk kepada dan adaptifnya, satu tahun berikutnya untuk
usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk
78 Rafika Bayu Kusumandari, Model Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Jiwa Wirausaha…

menyelesaikan dan memantapkan mata PENUTUP


pelajaran produktif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
Pembelajaran kewirausahaan adalah disimpulkan bahwa: Best Practices Perenca-
proses belajar dan mengajar yang memben- naan Perakitan Mobil dan Sepeda Motor
tuk siswanya dalam segi tingkah laku, SMK N 1 Semarang: Perakitan kendaraan
memberikan kesempatan kepada si belajar mobil dan Sepeda Motor di SMK N 1
untuk berfikir agar memahami apa yang Semarang termasuk ke dalam kurikulum,
dipelajari, Memberikan kebebasan kepada si yaitu kurikulum ekstrakurikuler, Pelaksa-
belajar untuk mengetahui seorang inovator naan perakitan hanya berdasar MoU, dan
yang mengimplementasikan perubahan- Aktif dalam program pemerintah dan
perubahan di dalam pasar melalui kombi- pengusulan.
nasi-kombinasi baru. Mata pelajaran kewira-
Pembelajaran kewirausahaan diharap-
usahaan di SMK di harapkan akan semakin
kan akan dapat menumbuhkan keinginan,
menambah pengetahuan kewirausahaan
motivasi dan dorongan untuk berinteraksi
siswa SMK tentang wirausaha. Sehingga akan
dan melakukan segala sesuatu dengan
semakin menumbuhkan minat berwirausaha
perasaan senang untuk mencapai tujuan
siswa. Dengan diajarkan mata pelajaran
dengan bekerja keras atau berkemauan keras
kewirausahaan dan ketrampilan, diharapkan
berdasarkan ketrampilan yang dimiliki.
siswa mampu menciptakan lapangan peker-
Materi pelajaran kewirausahaan tidak
jaan sendiri sesuai dengan ketrampilan
hanya teori saja yang diajarkan kepada siswa,
masing-masing. Pengetahuan dan keteram-
akan tetapi siswa juga di terjunkan ke
pilan siswa yang diperoleh selama di bangku
lapangan dan lebih baik lagi di tambah
sekolah merupakan modal dasar dan awal
materi praktek.
yang dapat digunakan untuk berwirausaha.
Minat berwirausaha akan menjadikan sese- Tingginya motivasi siswa dalam
orang untuk lebih menggali dan meman- perakitan kendaraan demi meningkatkan
faatkan peluang usaha dengan mengopti- kompetensi mereka, maka pihak sekolah
malkan potensi yang dimiliki. Minat tidak hendaknya dibuat perencanaan yang lebih
dibawa sejak lahir tetapi tumbuh dan mempersiapkan kepada dokumen atau
berkembang sesuai dengan faktor-faktor pedoman, sehingga siswa bisa belajar secara
yang mempengaruhinya. Dengan pembe- mandiri tanpa harus bergantung dengan
lajaran kewirausahaan diharapkan akan arahan guru.
dapat menumbuhkan keinginan, motivasi DAFTAR PUSTAKA
dan dorongan untuk berinteraksi dan
Burhan, Bungin. (2001). Metode Penelitian Kualitatif:
melakukan segala sesuatu dengan perasaan Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian
senang untuk mencapai tujuan dengan Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
bekerja keras atau berkemauan keras, untuk Persada
berdikari membuka suatu peluang dengan Christophe, Estay., François Durrieu., dan Manzoom
Akhter. (2013). Entrepreneurship: From moti-
ketrampilan, serta keyakinan yang dimiliki
vation to start-up. Journal of International
tanpa merasa takut untuk mengambil resiko, Entrepreneurship. ISSN: 1570-7385 (Print) 1573-
serta bisa belajar dari kegagalan dalam hal 7349 (Online). September 2013, Volume 11, Issue
berwirausaha. 3, pp 243-267
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 64-79 79

http://westaction.org/definitions/def_entrepreneurshi 10/pengertian-minat.html pada tanggal 8 Juli


p_1.html diunduh tanggal 11 April 2010 pukul 2010.
10.00 Nasution. (1980). Metode Penelitian Naturalistik Kua-
Hisrich, Robert. (2011). International Entrepreneurship: litatif. Bandung: Tarsito
Where Do We Go From Here?International Sikhondze, Wilson B. (1999). The Role of Extension in
Review of Enterpreneurship. IRE Vol 11, Issue 1: Farmer Education and Information Disse-
2013 mination in Swaziland.Journal: Edult Education
Kansikas, Juha., Anne Laakkonen., Ville Sarpo., dan and Development. No. 53/1999, Institute for
Tanja Kontinen. (2012). Entrepreneurial Leader- International Cooperation of The German Adult
ship And Familiness As Resources For Strategic Education Association, Bonn: 112/DVV.
Entrepreneurship.International Journal of Soekardi, Yuliardi. (2005). Perawatan dan Perbaikan
Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 18 Mobil Bensin. Bandung: CV.M2S Bandung.
Iss: 2, pp.141 - 158 Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar
Kasmir. (2007). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Grafindo Persada. Offset.
Kenneth, Wm. Kury. (2012). A Developmental and Suryabrata, Sumadi. (1990). Metodologi Penelitian.
Constructionist Perspective on Social Enter- Cetakan Kelima. Jakarta: Rajawali
preneur Mobilisation. International Journal of Syaefudin, Udin. (2006). Perencanaan Pendidikan.
Entrepreneurial Venturing. Volume 6, Number Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
1/2012.
Thoha, Chabib. (2001).Teknik Evaluasi Pendidikan.
Lexy. J. Moleong. (2001). Metodologi Penelitian Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun. (2003). Undang-undang Otonomi
Mardiyatmo. (2008). Kewirausahaan untuk Kelas X. Daerah. Jakarta: Balai Pustaka.
Surakarta: Yudistira.
Matedhu. (2009). Pengertian Minat. Artikel. Diakses
dari http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/

You might also like