You are on page 1of 4

Bukti kalau Kuman tidak mampu melawan Madu

Tayang pada 15 January 2010.

Ini merupakan judul sebuah artikel yang dimuat majalah Dis Lancet Infect edisi Februari 2003
yang ditulis oleh seorang Dr. Dixon, ia mengatakan: madu sangat kuat menguasai kuman.
Sehingga tidak ada satu kuman pun yang sanggup berhadapan dengan madu.

Dr Dixon, merupakan seorang dari sekian banyak para ilmuwan yang diberi anugerah oleh Allah
dapat mengkaji manfaat madu.

Yang menarik, penderita kencing manis, yang oleh para dokter diminta untuk tidak
mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, termasuk madu. Karena, dianggap bisa
menaikkan kadar gula dalam tubuh. Ternyata, menurut penelitian, anjuran itu tidak berlaku.

*Madu*, justru mampu menurunkan kadar gula di dalam darah orang yang terkena sakit gula.
Beberapa penemuan membuktikan bahwa di dalam madu terdapat unsur oksidasi yang menjadi
pengurai gula di dalam darah lebih mudah, yang tidak membuat kadar gula semakin bertambah
tinggi.. Madu yang kaya dengan vitamin B1, B5 dan G, justru sangat diperlukan bagi penderita
kencing manis. Karena, madu mengandung sekitar 100 unsur berbeda yang dianggap sangat
urgen bagi tubuh manusia, khususnya bagi penderita diabtesi tersebut.

Seorang filsuf dan penulis Yunani, Athenaeus, menyatakan bahwa siapa saja yang rajin
mengonsumsi madu setiap hari akan bebas dari penyakit selama hidupnya. Dia tidak mengada-
ada karena di dalam madu memang termuat rupa-rupa nutrisi yang unik dan potensial untuk
memelihara kesehatan dan kecantikan. Madu memiliki kekuatan menyembuhkan yang hebat..
Berbagai nutrisi yang dikandungnya telah lama dimanfaatkan untuk mengatasi luka bakar,
menambah stamina, menaikkan gairah seksual, bahkan dapat mencegah kanker. Cairan berwarna
keemasan ini pun merupakan perawat keindahan kulit yang bermutu.

Seorang ilmuwan dari Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, menulis dalam Journal of
Apicultural Research bahwa khasiat masing-masing madu bisa saja berbeda, namun semua jenis
madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan vitamin C, yang sama kadarnya.
Antioksidan tersebut diyakini mampu mencegah terjadinya kanker, penyakit jantung, dan
penyakit lainnya.
Secara lebih rinci Prof. DR. H. Muhilal, pakar gizi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi
Bogor, menguraikan tentang kandungan gizi madu. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa
jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap sel-sel tubuh. Asam
amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan
pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak.
Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen
penyebab penyakit infeksi.

Karbohidrat madu termasuk tipe sederhana. Rata-rata komposisinya adalah 17,1 persen air; 82,4
persen karbohidrat total; 0,5 persen protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Karbohidrat
tersebut utamanya terdiri dari 38,5 persen fruktosa dan 31 persen glukosa. Sisanya, 12,9 persen
karbohidrat yang terbuat dari maltose, sukrosa, dan gula lain. Sebagai karbohidrat, satu sendok
makan madu dapat memasok energi sebanyak 64 kalori.

Berkat kekayaan zat gizinya, tak heran jika madu sejak zaman baheula digunakan sebagai obat.
Bangsa Mesir kuno misalnya sudah memanfaatkan madu untuk mengobati luka bakar dan luka
akibat benda tajam. Dalam penelitian ribuan tahun kemudian ditemukan sifat antiseptik ringan
dan antimikrobial dari madu. Karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah, madu
mampu mempercepat penyembuhan luka.

“Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi
antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada
proses penyembuhan, ” kata Dr. Peter Molan dari University of Waikato, New Zealand , melalui
situs kesehatan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat
penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.

Sebuah studi terbaru menemukan kandungan antioksidan di dalam cairan mujarab tersebut. Itu
artinya madu ampuh untuk menangkal radikal bebas. Kita tahu bahwa radikal bebas menjadi
penyebab terjadinya berbagai penyakit yang sulit dikontrol, salah satunya kanker.

Temuan tersebut mendorong para peneliti untuk mencari tahu lebih jauh tentang zat-zat
antikanker yang dikandung madu. Diharapkan berbagai penelitian terkini akan semakin
mengukuhkan khasiat madu yang sangat potensial untuk menghentikan penyebaran penyakit
ganas. Reputasi madu untuk mengatasi gangguan pernapasan masih tetap diakui. Terutama untuk
mengusir dahak atau cairan yang menyumbat saluran pernapasan. Masyarakat Yunani dan
Romawi percaya khasiat madu sebagai dekongestan (pelega hidung saat pilek).

Madu juga memiliki sifat sedatif (penenang) yang ringan. Maka itu masyarakat tradisional sering
membubuhkan madu pada segelas susu untuk diminum sebelum tidur. Minuman ini membuat
mereka rileks dan bisa segera tidur nyenyak.

Hampir semua makanan manis akan merangsang otak untuk memproduksi endorfin atau
pembunuh nyeri alami di dalam tubuh. Tak terkecuali rasa manis alami yang dihasilkan madu.
Berkaitan dengan kadar fruktosanya yang tinggi, membuat madu mempunyai efek laksatif atau
pencahar yang ringan.
Efek lain dari madu yang dipercaya sejak lama, yakni sebagai aprodisiak atau pembangkit gairah
seksual. Istilah honeymoon (bulan madu) berasal dari tradisi kuno masyarakat Eropa Utara,
ketika pasangan pengantin baru diharuskan mengonsumsi madu dan mead (minuman sejenis
wine yang dibuat dari fermentasi madu) yang diyakini bersifat aprodisiak tadi.

Madu juga memiliki aktivitas sebagai disinfektan ringan, sehingga mampu menyembuhkan
radang tenggorokan. Cairan manis ini juga bisa meningkatkan produksi saliva atau cairan ludah
yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teriritasi. Para penyanyi opera
pun gemar memanfaatkan madu untuk memelihara kondisi tenggorokan mereka, supaya tetap
bisa melantunkan lagu-lagu merdu. Segelas air hangat dicampur lemon dan madu merupakan
ramuan tradisional yang biasa digunakan untuk mengikis radang tenggorokan.

Jika Anda ingin awet muda, tetap segar dan bugar walau sudah berusia tua, selalu makan madu
secara rutin. Demikian pesan pionir ilmu kedokteran modern sekaligus filsuf Islam, Dr. Ibnu
Sina.

Kaum perempuan di Mesir, Yunani, dan Rusia memang sudah memanfaatkan madu sejak lama
untuk memelihara kecantikan kulit muka agar tetap cantik dan bersih. Juga untuk menghilangkan
noda dan bintik-bintik hitam (hiperpigmentasi) , serta mencegah keriput. Ramuan berupa 100
gram madu dicampur 25 ml alkohol dan 25 ml air bersih bisa dicoba untuk merawat keindahan
kulit Anda.

Rasa madu sangat dipengaruhi oleh jenis bunga yang dikunjungi lebah untuk diambil nektarnya
(bahan pembuat madu). Saat ini bisa dijumpai berbagai madu, seperti madu randu, madu
klengkeng, madu asam, madu mangga, madu apel, madu ceri, madu jeruk, madu peer, dan
banyak lagi.

Apabila bunga yang dihinggapi lebah memiliki zat-zat racun, kemungkinan besar madunya pun
beracun. Lebah yang mengambil nektar dari bunga pohon rhododendron misalnya, bisa
memproduksi madu beracun. Bila dikonsumsi, madu ini bisa menyebabkan kelumpuhan.

Beberapa tanaman, selain rhododendron, mengandung senyawa beracun dalam nektarnya, antara
lain azalea, andromeda, agave, atropa, datura, euphorbia, kalmia, gelsemium, dan melaleuca.
Madu beracun ini biasanya merupakan madu liar.

Saat ini madu sudah banyak diproduksi yang tentunya mengembil jenis-jenis tanaman yang
selain tidak beracun juga bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu keunikan dari madu, meski
memiliki rasa manis, tidak begitu berbahaya dibanding gula.

Meski efeknya ringan dalam menaikkan gula darah dibanding sumber karbohidrat lain, bagi
diabetesi dianjurkan untuk tetap berkonsultasi ke dokter bila mengonsumsinya. Manis alami
madu telah digunakan di Inggris hingga pertengahan abad ke-17, untuk menambah nikmat rasa
makanan dan minuman. Sayang kebiasaan ini kemudian berubah ketika orang mulai
memproduksi gula. Butiran putih ini dianggap lebih berkelas dan hanya golongan berstatus sosial
tinggilah yang mampu menjangkaunya.
Namun, di akhir abad ke-17 gula semakin meluas pemakaiannya, tak hanya terbatas pada
kalangan atas. Keluarga kerajaan pun kembali pada kebiasaan semula, yakni menyantap roti
yang diolesi madu berkualitas tinggi tentunya. Tak ada salahnya bila kita mencontoh gaya hidup
ala Ratu Inggris, sarapan madu setiap hari.

You might also like