Professional Documents
Culture Documents
598 1347 1 SM PDF
598 1347 1 SM PDF
ABSTRACT
Problems are often encountered in learning science Physics in class IX of MTsN Model Padang is
the process of learning science Physics is less meaningful because the matter is less related to
problems in daily life. This indicates that the behavior of character and critical thinking skills
students in grade IX is still low. In addition, variations in the model / learning methods are applied to
teachers in the classroom learning process is still lacked. The purpose of this study is to improve
character’s behavior and critical thinking skills of students in grade IX MTsN Model Padang on
Physics science use Problem Based Instruction model. This type of study is classroom action research.
The research was carried out in class IX. 9 MTsN Model Padang in two cycles that began in
November 2011 to December 2011. Data obtained through the research instrument, namely: the
behavior observation sheet character, character’s behavior is limited questionnaire given to students
each end of the cycle, and critical thinking skills test is conducted every meeting and analyzed by
percentage analyze techniques (%). The study found there was an increase of 15.39% characterized
the behavior of the criteria began to develop into 45.61% of students are on begins to develop criteria
(MB), and 21.84% on the custom criteria (MK). Analysis of the character’s behavior questionnaire
also showed that an increase of 38.71% criteria began to grow (MB) and 1.79% in the custom criteria
(MK) to 59.15% in the criteria began to grow (MB) and 7.84% the criteria into the habit (MK). The
analysis of critical thinking skills showed that there was an increase from 54.62 to 11.37 percentage
completeness with a percentage of 75.14% to 63.91% completeness. Based on the research results can
be concluded that the application of the model problem based instruction can improve students'
behavior that characterized the impact on critical thinking skills.
2 IX 7 75 25 41,03
3 IX 8 89 23 46,83
4 IX 9 50 10 24,60
5 IX 10 89 12 41,00
pelaksanaanya, siswa akan memperoleh
Dari Tabel 1, tergambar bahwa kelas IX kesempatan untuk melakukan penyelidikan
9 memiliki nilai rata-rata Tes EKAS dan inkuiri serta mengembangkan dan
terendah dari semua kelas yang diujikan menyajikan hasil karya. Melalui
sehingga dapat diartikan bahwa kelas IX 9 penyelidikan dan inkuiri siswa akan
memiliki keterampilan berpikir kritis yang dirangsang untuk berpikir secara analisis,
masih rendah. Hal ini karena tes yang berperilaku jujur, disiplin, kreatif, dan
dilaksanakan pada tanggal 6, 8, dan 10 mandiri sedangkan saat mengembangkan
September 2011 dirancang dari indikator dan menyajikan hasil karya akan
keterampilan berpikir kritis yang menimbulkan perilaku kreatif, menghargai
dikemukakan oleh Philips, Charles, Renae J. prestasi yang telah ada, bertanggung jawab
Chesnut dan Raylene M. Rospond. terhadap hasil karya, kemampuan
Bertolak dari permasalahan tersebut, bekerjasama dan berkomunikasi yang baik.
diperlukan sebuah model pembelajaran yang Pada tahap akhir siswa akan diajak
dapat membangkitkan minat dan motivasi menganalisis dan mengevaluasi proses
siswa sehingga nantinya diharapkan dapat pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa
meningkatkan perilaku berkarakter dan akan berpikir pada tingkat analisis dan
keterampilan berpikir kritis siswa. Motivasi evaluasi karena harus melakukan refleksi
sebenarnya dapat digali dengan terhadap proses yang mereka gunakan.
menghadapkan siswa pada suatu masalah Berdasarkan uraian di atas, terlihat
yang perlu dicarikan solusinya. Masalah betapa pentingnya PBI digunakan dalam
dapat dihadirkan dengan berpedoman dari pembelajaran di kelas, karena PBI dapat
pengetahuan awal yang dimiliki siswa. mengembangkan berbagai skill seperti
Pembelajaran hendaknya langsung keterampilan berpikir kritis (critical thinking
menghadapkan siswa pada kenyataan, dapat skill), keterampilan berkomunikasi
memberikan inisiatif untuk bertanya, mampu (communication skill), keterampilan
menjawab pertanyaan secara mandiri, siswa melakukan kerja sama dan penyelidikan
dapat menemukan konsep materi yang (research and collaboration skill) dan
diajarkan melalui serangkaian kegiatan perilaku berkarakter, karena pengalaman
penyelidikan dan penelaahan lebih lanjut, belajar yang diberikan dapat memenuhi
sehingga dapat menciptakan pembelajaran tujuan pendidikan dan bermanfaat bagi
bermakna. pemecahan masalah dan kehidupan nyata.
Salah satu cara untuk menciptakan Adapun tujuan yang ingin dicapai
pembelajaran yang bermakna dengan adalah untuk mengungkap informasi tentang
menerapkan model Problem Based strategi meningkatkan efektifitas
Instruction (PBI) di kelas. Di awal tahap PBI pembelajaran dan hasil belajar. Informasi
siswa diajak untuk ikut langsung dalam tersebut dapat diungkap melalui upaya:
memecahkan masalah yang ada sehingga 1. Meningkatkan perilaku berkarakter siswa
akan muncul pada siswa keterampilan kelas IX MTsN Model Padang pada mata
berpikir secara deduktif, induktif, pelajaran IPA-Fisika menggunakan
menginferensi masalah yang ada dalam model Problem Based Instruction.
bentuk rumusan masalah dan hipotesis, rasa 2. Meningkatkan keterampilan berpikir
peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu kritis siswa kelas IX MTsN Model
dan gemar membaca. Di dalam Padang pada mata pelajaran IPA-Fisika
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id
Tabel 3. Nilai dan Indikator Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai dan Deskripsinya Indikator
1. Religius: 1. Mengagumi kebesaran Tuhan melalui kemampuan
Sikap dan perilaku yang patuh manusia dalam melakukan sinkronisasi antara
dalam melaksanakan ajaran agama aspek fisik dan aspek kejiwaan.
yang dianutnya, toleran terhadap 2. Mengagumi kebesaran Tuhan karena kemampuan
pelaksanaan ibadah agama lain, dirinya untuk hidup sebagai anggota masyarakat.
dan hidup rukun dengan pemeluk 3. Mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah
agama lain. menciptakan berbagai alam semesta.
4. Mengagumi kebesaran Tuhan karena adanya
agama yang menjadi sumber keteraturan hidup
masyarakat.
5. Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai
pokok bahasan dalam berbagai mata pelajaran
berguna bagi masyarakat, dan 3. Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru,
mengakui, serta menghormati kepala sekolah, dan personalia sekolah lain.
keberhasilan orang lain. 4. Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.
5. Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat
sekitarnya.
6. Menghargai tradisi dan hasil kerja masyarakat.
13. Bersahabat/Komunikatif: 1. Bekerja sama dalam kelompok di kelas.
Tindakan yang memperlihatkan 2. Berbicara dengan teman sekelas.
rasa senang berbicara,bergaul, 3. Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat.
dan bekerja sama dengan orang 4. Bergaul dengan teman lain kelas.
lain 5. Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan
personalia sekolah lainnya.
14. Cinta Damai: 1. Melindungi teman dari ancaman fisik.
Sikap, perkataan, dan tindakan 2. Berupaya mempererat pertemanan.
yang menyebabkan oranglain 3. Ikut berpartisipasi dalam sistem keamanan sekolah
merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca: 1. Membaca buku atau tulisan keilmuan, sastra, seni,
Kebiasaan menyediakan waktu budaya, teknologi, dan humaniora.
untuk membaca berbagai bacaan 2. Membaca koran/majalah dinding.
yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan: 1. Merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan
Sikap dan tindakan yang selalu pencegahan kerusakan lingkungan.
berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17. Peduli Sosial: 1. Ikut dalam berbagai kegiatan sosial
Sikap dan tindakan yang selalu 2. Meminjamkan alat kepada teman yang tidak
ingin memberi bantuan pada membawa atau tidak punya.
orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung-jawab: -
Sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber: Puskur (2010: 9-10, 37-41)
dilengkapi alasan yang tegas tentang tentang nilai, kekuatan dan asumsi yang
suatu kepercayaan dan kegiatan yang mendasari perumusan masalah.
telah dilakukan.” 3. Keterampilan mengeksplorasi masalah
(Inference), dimana diperlukan
Keterampilan berpikir kritis tergantung pemahaman yang luas terhadap masalah
pada perilaku berkarakter yang dimiliki sehingga dapat mengusulkan sebuah ide
siswa. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, sebagai dasar hipotesis. Disamping itu
atau kepribadian yang terbentuk dari hasil juga diperlukan keterampilan kreatif
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) untuk memperluas kemungkinan dalam
yang diyakini dan digunakan sebagai mendapatkan pemecahan masalah.
landasan untuk cara pandang, berpikir, 4. Keterampilan mengevaluasi masalah
bersikap, dan bertindak (Puskur, 2010: 3). (Judgement), disini dibutuhkan
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, keterampilan membuat keputusan,
dan norma seperti: religius, jujur, disiplin, pernyataan, perhargaan, evaluasi, dan
dan lain sebagainya. Selain itu, keterampilan kritik dalam menghadapi masalah.
berpikir kritis tergantung juga pada faktor 5. Keterampilan mengintegrasikan masalah
nature dan nurture. Faktor nature (Strategy Formation), disini dituntut
berdasarkan daya nalar, logika dan analisis, keterampilan untuk bisa
sedangkan faktor nurture adalah berasal dari mengaplikasikan suatu solusi melalui
lingkungan yang memfasilitasi kesepakatan kelompok.
pengembangan dan pengungkapan pikiran
termasuk kemampuan mempertahankan dan Ennis (1996) mengungkapkan bahwa,
menerima argumen yang berbeda. Kalau ada 12 indikator berpikir kritis yang
kedua poin ini terpenuhi akan memberikan dikelompokkan dalam lima besar aktivitas
hasil yang luar biasa. Berpikir kritis sebagai berikut:
merupakan kemampuan dan kebiasaan yang 1. Memberikan penjelasan sederhana yang
sangat perlu dilatih sedini dan sesering berisi: memfokuskan pertanyaan,
mungkin. menganalisis pertanyaan dan bertanya,
Berdasarkan pada definisi yang serta menjawab pertanyaan tentang suatu
diungkapkan sebelumnya, terdapat beberapa penjelasan atau pernyataan.
perilaku yang mengindikasikan bahwa 2. Membangun keterampilan dasar, yang
perilaku tersebut merupakan kegiatan dalam terdiri dari mempertimbangkan apakah
berpikir kritis. Cara yang paling relevan sumber dapat dipercaya atau tidak dan
mengevaluasi proses berpikir kritis sebagai mengamati serta mempertimbangkan
suatu pemecahan masalah, menurut suatu laporan hasil observasi.
Garrison. D. R., Anderson, T. dan Archer, 3. Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan
W (2001) dapat dilakukan melalui lima mendeduksi atau mempertimbangkan
langkah: hasil deduksi, menginduksi atau
1. Keterampilan identifikasi masalah mempertimbangkan hasil induksi, untuk
(Elementary clarification), didasarkan sampai pada kesimpulan.
pada motivasi belajar, siswa 4. Memberikan penjelasan lanjut yang
mempelajari masalah kemudian terdiri dari mengidentifikasi istilah-istilah
mempelajari keterkaitan sebagai dasar dan definisi pertimbangan dan juga
untuk memahamimya. dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
2. Keterampilan mendefinisikan masalah 5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri
(In-depth clarification), siswa dari menentukan tindakan dan
menganalisa masalah untuk berinteraksi dengan orang lain.
mendapatkan pemahaman yang jelas
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id
B. Perkembangan Kemajuan
Keterampilan Berpikir Kritis dari
Siklus pertama ke Siklus kedua
Setelah dianalisis hasil keterampilan
berpikir kritis Siklus pertama dan Siklus
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id
kedua dapat dilihat perkembangan kemajuan menonjol muncul pada siklus 1 dan 2 adalah
nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis tanggung jawab dan perilaku yang kurang
dan persentase ketuntasan yang dimiliki menonjol adalah perilaku jujur. Hasil ini
siswa. membuktikan bahwa observasi yang
Berdasarkan hasil yang dicapai pada dilakukan guru dan observer dalam
siklus kedua, ada beberapa hal yang menjadi pembelajaran memiliki ketepatan yang lebih
catatan peneliti baik positif maupun negatif baik, karena didukung dengan hasil angket
sebagai konsekuensi dari diterapkannya yang tidak jauh berbeda.
model pembelajaran ini. Beberapa catatan Selanjutnya peningkatan yang terjadi
negatif yang belum teratasi pada siklus 1, dalam capaian hasil belajar IPA-Fisika pada
telah dilakukan perbaikan pada siklus 2 agar siklus 2 juga memperlihatkan bahwa
capaian hasil yang diperoleh lebih baik. perbaikan terhadap kebijakan pelaksanaan
Upaya perbaikan terhadap model problem tindakan telah berhasil dengan baik. Hasil
based instruction kelihatan semakin baik keterampilan berpikir kritis yang dimiliki
dan semakin nyata hasilnya. Hal ini siswa dengan rata-rata 51,17 dengan
kelihatan dari meningkatnya indikator persentase ketuntasan 11, 76 % pada siklus
kinerja baik terhadap perilaku berkarakter 1, meningkat menjadi 75,14 dengan
maupun keterampilan berpikir kritis yang persentase ketuntasan 63,91 %. Kenaikan
dicapai siswa. rata-rata dan persentase ketuntasan tentunya
Peningkatan persentase perilaku mengindikasikan bahwa pembelajaran
berkarakter siswa dari 15,39% berada pada dengan model problem based instruction,
kriteria mulai berkembang (MB) dan 0,00% disamping meningkatkan perilaku
berada pada kriteria menjadi kebiasaan berkarakter juga meningkatkan keterampilan
(MK) menjadi 45,61% berada pada kriteria berpikir kritis.
mulai berkembang (MB), dan 21,86 % pada Penelitian ini telah berhasil
kriteria menjadi kebiasaan (MK) meningkatkan perilaku berkarakter dan
memberikan arti bahwa perbaikan yang keterampilan berpikir kritis siswa dalam
telah dilakukan terhadap kelemahan yang mata pelajaran IPA-Fisika. Hal ini sejalan
ditemukan pada siklus 1 telah berhasil dengan pendapat yang dikemukakan Nur
mencapai sasaran dengan baik. Indikasi (2011: 5-6) bahwasannya penerapan model
persentase siswa yang terlihat pada kedua problem based instruction dengan 5 sintaks
kriteria menjadi penting artinya dalam yang dimiliki tidak dirancang untuk
melihat tingkat perilaku berakarakter yang membantu guru dalam menyampaikan
telah dicapai siswa dalam pembelajaran. sejumlah besar informasi kepada siswa
Semakin tinggi persentase siswa dalam tetapi model problem based instruction
kriteria mulai berkembang (MB) dan dirancang terutama untuk membantu siswa:
menjadi kebiasaan (MK) maka dapat (1) mengembangkan keterampilan berpikir,
diartikan semakin tinggi pula tingkat pemecahan masalah, dan intelektual; (2)
perilaku berkarakter yang dimiliki siswa. belajar perilaku peran-peran orang-orang
Tingkat persentase perilaku berkarakter dewasa dengan menghayati melalui situasi
yang berhasil dicapai siswa juga diperkuat nyata atau yang disimulasikan; dan (3)
dengan hasil angket yang diberikan kepada menjadi mandiri, maupun otonom.
siswa. Dari 27 pernyataan yang Dari uraian di atas dapat disimpulkan
mengindikasikan 9 perilaku berkarakter bahwa penelitian tindakan kelas dengan
yang menjadi fokus dalam angket tersebut menerapkan model problem based
menunjukkan bahwa persentase siswa yang instruction telah dapat memberikan
berada dalam kategori mulai berkembang sumbangan positif terhadap peningkatan
(MB) melebihi 60%. Perilaku yang paling perilaku berkarakter dan keterampilan
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id
berpikir kritis. Meskipun demikian ada nilai rata-rata 54,62 dengan persentase
beberapa hal yang perlu dikembangkan ketuntasan 11,37% menjadi 75,14
melalui penelitian lebih lanjut tentang dengan persentase ketuntasan 63,91%.
penerapan model problem based instruction
dan dampaknya terhadap pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN
Pengembangan lebih lanjut dapat pula
dilakukan pada tingkat SMA bahkan Arief, Achmad. 2007. Memahami Berpikir
perguruan tinggi. Sebab fenomena yang Kritis. (http://re-
terjadi sekarang adalah kuatnya keinginan searchengines.com/1007arief3.html,
guru dan siswa untuk menikmati diakses tanggal 18 Agustus 2011).
pembelajaran bersama yang lebih bermakna.
Akhsinudin. 2009. “Peningkatan Aktivitas
SIMPULAN dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa melalui Penerapan
Berdasarkan hasil analisis data dan Model Problem Based Instruction (PBI)
pembahasan dapat diambil kesimpulan di kelas X A SMA Negeri 7 Sorolangun”.
sebagai berikut ini. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program
1. Penerapan model Problem Based Pascasarjana UNP.
Instruction dalam pembelajaran IPA- Depdiknas. 2006. Model–Model
Fisika di kelas telah berhasil Pembelajaran yang
meningkatkan perilaku berkarakter Efektif.(http://125.160.17.21/speedyorari/
siswa. Keberhasilan ini dapat dilihat dari view.php?file=pendidikan/pelajaransekol
hasil analisis terhadap perilaku ah/ktsp-smk/14.ppt, diakses 30 Juli
berkarakter siswa selama model 2008).
Problem Based Instruction dilaksanakan
melalui observasi langsung yaitu dari -------------. 2006. Kurikulum Tingkat
15,39% pada kriteria mulai berkembang Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat
menjadi 45,61 % siswa berada pada Pendidikan Dasar dan Menengah
kriteria mulai berkembang (MB), dan Depdiknas.
21,84 % pada kriteria menjadi kebiasaan
(MK). Analisis terhadap angket perilaku Darmansyah. 2009. Penelitian Tindakan
berkarakter juga menunjukkan bahwa Kelas Pedoman Praktis bagi Guru dan
terjadi peningkatan dari 38,71 % kriteria Dosen. Padang: UNP Press.
mulai berkembang (MB) dan 1,79 %
dalam kriteria menjadi kebiasaan (MK) Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. New
menjadi 59,15% dalam kriteria mulai Jersey: Prentice-Hall.
berkembang (MB) dan 7,84% dalam
kriteria menjadi kebiasaan (MK). Emiliannur. 2010. “Perbedaan
2. Hasil Penelitian ini juga Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil
mengungkapkan bahwa model Problem Belajar Fisika antara Siswa yang diberi
Based Instruction dalam pembelajaran Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
IPA-Fisika selain dapat meningkatkan Konflik Kognitif dengan Pendekatan
perilaku berkarakter siswa, tetapi juga Ekspositori”. Tesis tidak diterbitkan.
mampu meningkatkan keterampilan Padang: Program Pascasarjana UNP.
berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisis tes keterampilan Garrison. D. R., Anderson, T. and Archer,
berpikir kritis yang dilakukan siswa tiap W. 2001. Critical Thinking and
pertemuan yaitu dari siswa memiliki Computer Conferencing: A Model and
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id