You are on page 1of 17

ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF

Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

PENINGKATAN PERILAKU BERKARAKTER DAN KETERAMPILAN BERPIKIR


KRITIS SISWA KELAS IX MTsN MODEL PADANG PADA MATA PELAJARAN
IPA-FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION

Renol Afrizona), Ratnawulanb), dan Ahmad Fauzib)


a. Guru IPA-Fisika MTsN Model Padang dan Alumni S2 Pendidikan Fisika PPs
UNP
Jl. Gunung Pangilun Padang, Telp/Fax.(0751)7051334, e-mail:
renol.afrizon@yahoo.com
a. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang,
Jl. Prof Dr. Hamka Air Tawar Padang, 25131, Telp (0751)7057420,Fax
(0751)7058772,
e-mail: afz_id@yahoo.com, ratna_unp@yahoo.com

ABSTRACT

Problems are often encountered in learning science Physics in class IX of MTsN Model Padang is
the process of learning science Physics is less meaningful because the matter is less related to
problems in daily life. This indicates that the behavior of character and critical thinking skills
students in grade IX is still low. In addition, variations in the model / learning methods are applied to
teachers in the classroom learning process is still lacked. The purpose of this study is to improve
character’s behavior and critical thinking skills of students in grade IX MTsN Model Padang on
Physics science use Problem Based Instruction model. This type of study is classroom action research.
The research was carried out in class IX. 9 MTsN Model Padang in two cycles that began in
November 2011 to December 2011. Data obtained through the research instrument, namely: the
behavior observation sheet character, character’s behavior is limited questionnaire given to students
each end of the cycle, and critical thinking skills test is conducted every meeting and analyzed by
percentage analyze techniques (%). The study found there was an increase of 15.39% characterized
the behavior of the criteria began to develop into 45.61% of students are on begins to develop criteria
(MB), and 21.84% on the custom criteria (MK). Analysis of the character’s behavior questionnaire
also showed that an increase of 38.71% criteria began to grow (MB) and 1.79% in the custom criteria
(MK) to 59.15% in the criteria began to grow (MB) and 7.84% the criteria into the habit (MK). The
analysis of critical thinking skills showed that there was an increase from 54.62 to 11.37 percentage
completeness with a percentage of 75.14% to 63.91% completeness. Based on the research results can
be concluded that the application of the model problem based instruction can improve students'
behavior that characterized the impact on critical thinking skills.

Keywords: Problem Based Instruction model, Character’s Behavior and Critical


Thinking Skills.

PENDAHULUAN IPA-Fisika bukan hanya memiliki


sumbangan nyata terhadap perkembangan
IPA-Fisika sebagai salah satu bagian teknologi, tetapi IPA-Fisika juga mendidik
mata pelajaran IPA yang dikembangkan siswa di dalam pembelajarannya untuk
melalui pendekatan induktif, telah banyak bertindak atas dasar pemikiran kritis,
memberikan kontribusi dalam analitis, logis, rasional, cermat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan sistematis, serta menanamkan kebiasaan
teknologi. Banyak ditemukan produk berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis,
teknologi baru yang merupakan penerapan kreatif dan mandiri (Permendiknas No. 22
ilmu IPA-Fisika dalam kehidupan sehari– tahun 2006 tentang Standar Isi). Hal ini
hari, seperti: listrik, komputer, televisi, radio sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang
dan lain sebagainya. diamanatkan dalam UU Sisdiknas No. 20
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

tahun 2003,“mengembangkan kemampuan secara bersamaan sehingga suaranya


dan membentuk watak serta peradaban tidak jelas;
bangsa yang bermartabat dalam rangka 7. masih terdapatnya siswa yang suka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh mengetawakan temannya jika disuruh ke
karena itu, peserta didik akan menjadi warga depan kelas;
negara Indonesia yang memiliki wawasan, 8. saat mengerjakan latihan yang terdapat
cara berpikir, cara bertindak, dan cara dalam buku sumber, masih terdapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan norma siswa yang mengerjakannya dengan
dan nilai ciri ke-Indonesiaannya sehingga menebak saja tanpa mau membacanya
dapat meningkatkan martabat bangsa dan terlebih dahulu;
mutu pendidikan di Indonesia. 9. jika ditanya contoh dalam kehidupan
Pemerintah telah melakukan berbagai sehari-hari, maka siswa akan
upaya dan kebijakan dalam rangka memberikan jawabannya sesuai dengan
meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya: yang diberikan oleh guru;
menyempurnakan kurikulum, menggratiskan 10. masih adanya siswa yang mengerjakan
biaya sekolah untuk siswa SD dan SMP, tugas secara asal-asalan;
melakukan kegiatan yang dapat 11. kemampuan guru dalam merancang dan
meningkatkan keterampilan berpikir, melaksanakan pembelajaran yang
melengkapi sarana dan prasarana seperti: menantang masih kurang;
laboratorium IPA, laboratorium komputer, 12. pembelajaran yang dilaksanakan kurang
perpustakaan, dan masih banyak lagi sarana bermakna dibuktikan dengan
dan prasarana yang menunjang, ketidaksiapan dalam kuis di akhir
memperbaharui model dan metode pembelajaran.
pembelajaran, mengadakan sertifikasi,
penataran dan seminar guru. Selain itu, tahun Berdasarkan pengamatan terhadap
2010 pemerintah gencar melakukan kegiatan proses pembelajaran IPA-Fisika di atas,
Pendidikan Berkarakter. dapat disimpulkan bahwa perilaku
Berdasarkan pengamatan dalam proses berkarakter yang dimiliki siswa kelas IX
pembelajaran IPA-Fisika di kelas IX MTsN masih rendah. Guru telah melakukan
Model Padang yang terungkap bahwa: berbagai upaya untuk mengatasi hal tersebut,
1. pembelajaran yang masih bersifat diantaranya: 1) melaksanakan penilaian
teacher centered (terpusat pada guru); kognitif, afektif, dan psikomotor dari setiap
2. masih banyaknya siswa yang membuat kegiatan yang dilakukan, 2) setiap siswa
PR dengan cara menyontek; harus memiliki minimal 2 buku sumber di
3. kurangnya inisiatif siswa untuk bertanya setiap proses pembelajaran IPA-Fisika, dan
kepada guru; 3) memberikan bonus untuk setiap aktivitas
4. masih banyak yang kurang teliti dalam pembelajaran yang dilakukan siswa. Namun
mengerjakan tugas; hasilnya masih belum memuaskan,
5. kecenderungan siswa hanya menerima dibuktikan dengan hasil tes Eksplorasi
materi yang diajarkan, tanpa mau Kemampuan Awal Siswa (EKAS) yang
menelaah lebih dalam dan berkelanjutan; diberikan pada siswa kelas IX 6, IX 7, IX 8,
6. apabila ditanya guru, tidak ada yang mau IX 9, dan IX 10 seperti yang tertera pada
menjawab tetapi mereka menjawab Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Tes EKAS pada Kelas IX 6 sampai dengan IX 10


No Kelas Mata Pelajaran IPA-Fisika
Nilai Maksimum Nilai Minimum Rata-Rata
1 IX 6 70 20 39,31
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

2 IX 7 75 25 41,03
3 IX 8 89 23 46,83
4 IX 9 50 10 24,60
5 IX 10 89 12 41,00
pelaksanaanya, siswa akan memperoleh
Dari Tabel 1, tergambar bahwa kelas IX kesempatan untuk melakukan penyelidikan
9 memiliki nilai rata-rata Tes EKAS dan inkuiri serta mengembangkan dan
terendah dari semua kelas yang diujikan menyajikan hasil karya. Melalui
sehingga dapat diartikan bahwa kelas IX 9 penyelidikan dan inkuiri siswa akan
memiliki keterampilan berpikir kritis yang dirangsang untuk berpikir secara analisis,
masih rendah. Hal ini karena tes yang berperilaku jujur, disiplin, kreatif, dan
dilaksanakan pada tanggal 6, 8, dan 10 mandiri sedangkan saat mengembangkan
September 2011 dirancang dari indikator dan menyajikan hasil karya akan
keterampilan berpikir kritis yang menimbulkan perilaku kreatif, menghargai
dikemukakan oleh Philips, Charles, Renae J. prestasi yang telah ada, bertanggung jawab
Chesnut dan Raylene M. Rospond. terhadap hasil karya, kemampuan
Bertolak dari permasalahan tersebut, bekerjasama dan berkomunikasi yang baik.
diperlukan sebuah model pembelajaran yang Pada tahap akhir siswa akan diajak
dapat membangkitkan minat dan motivasi menganalisis dan mengevaluasi proses
siswa sehingga nantinya diharapkan dapat pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa
meningkatkan perilaku berkarakter dan akan berpikir pada tingkat analisis dan
keterampilan berpikir kritis siswa. Motivasi evaluasi karena harus melakukan refleksi
sebenarnya dapat digali dengan terhadap proses yang mereka gunakan.
menghadapkan siswa pada suatu masalah Berdasarkan uraian di atas, terlihat
yang perlu dicarikan solusinya. Masalah betapa pentingnya PBI digunakan dalam
dapat dihadirkan dengan berpedoman dari pembelajaran di kelas, karena PBI dapat
pengetahuan awal yang dimiliki siswa. mengembangkan berbagai skill seperti
Pembelajaran hendaknya langsung keterampilan berpikir kritis (critical thinking
menghadapkan siswa pada kenyataan, dapat skill), keterampilan berkomunikasi
memberikan inisiatif untuk bertanya, mampu (communication skill), keterampilan
menjawab pertanyaan secara mandiri, siswa melakukan kerja sama dan penyelidikan
dapat menemukan konsep materi yang (research and collaboration skill) dan
diajarkan melalui serangkaian kegiatan perilaku berkarakter, karena pengalaman
penyelidikan dan penelaahan lebih lanjut, belajar yang diberikan dapat memenuhi
sehingga dapat menciptakan pembelajaran tujuan pendidikan dan bermanfaat bagi
bermakna. pemecahan masalah dan kehidupan nyata.
Salah satu cara untuk menciptakan Adapun tujuan yang ingin dicapai
pembelajaran yang bermakna dengan adalah untuk mengungkap informasi tentang
menerapkan model Problem Based strategi meningkatkan efektifitas
Instruction (PBI) di kelas. Di awal tahap PBI pembelajaran dan hasil belajar. Informasi
siswa diajak untuk ikut langsung dalam tersebut dapat diungkap melalui upaya:
memecahkan masalah yang ada sehingga 1. Meningkatkan perilaku berkarakter siswa
akan muncul pada siswa keterampilan kelas IX MTsN Model Padang pada mata
berpikir secara deduktif, induktif, pelajaran IPA-Fisika menggunakan
menginferensi masalah yang ada dalam model Problem Based Instruction.
bentuk rumusan masalah dan hipotesis, rasa 2. Meningkatkan keterampilan berpikir
peduli terhadap lingkungan, rasa ingin tahu kritis siswa kelas IX MTsN Model
dan gemar membaca. Di dalam Padang pada mata pelajaran IPA-Fisika
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

menggunakan model Problem Based menghindari jawaban sederhana dan


Instruction. memberikan berbagai macam solusi.
2. Berfokus pada interdisplin. Meskipun
HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA- PBI berpusat pada satu mata pelajaran,
FISIKA masalah yang diselidiki hendaknya
benar–benar nyata agar dalam
Depdiknas (2006: 377) menjelaskan pemecahannya siswa meninjau masalah–
bahwa pembelajaran IPA-Fisika sebaiknya masalah tersebut dari banyak mata
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk pelajaran (kalau memungkinkan).
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja 3. Penyelidikan otentik. PBI mengharuskan
dan bersikap ilmiah serta siswa untuk melakukan penyelidikan
mengkomunikasikannya sebagai aspek autentik untuk mencari penyelesaian
penting kecakapan hidup. Pembelajaran terhadap masalah nyata.
IPA-Fisika di SMP/MTs menekankan pada 4. Menghasilkan produk/karya dan
pemberian pengalaman belajar secara memamerkannya. PBI menuntut siswa
langsung dan penekanan salingtemas (sains, untuk menghasilkan produk tertentu
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) dalam bentuk karya nyata yang
melalui penggunaan keterampilan proses dan menjelaskan atau mewakili bentuk
sikap ilmiah. Oleh karena itu, perlunya penyelesaian masalah yang mereka
penerapan model pembelajaran yang sesuai temukan.
dengan proses pembelajaran IPA-Fisika 5. Kolaborasi. Bekerja sama memberikan
seperti model pembelajaran Problem Based motivasi untuk secara berkelanjutan
Instruction. terlibat dalam tugas–tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi
MODEL PROBLEM BASED inkuiri dan dialog serta mengembangkan
INSTRUCTION keterampilan berfikir siswa.

Pembelajaran berdasarkan masalah atau Model pembelajaran PBI dirancang


Problem Based Instruction (PBI) merupakan untuk membantu siswa mengembangkan
suatu pembelajaran yang diawali dengan kemampuan berfikir, pemecahan masalah,
penyajian suatu masalah yang autentik dan dan keterampilan intelektual. Adapun tujuan
bermakna kepada siswa sehingga siswa dari hasil belajar yang dicapai dengan model
dapat melakukan penyelidikan dan pembelajaran PBI menurut Nur (2011: 6)
menemukan penyelesaian masalah oleh adalah:
mereka sendiri. Model ini juga dikenal 1. Keterampilan berfikir dan pemecahan
dengan nama lain seperti project-based masalah. PBI memungkinkan siswa
teaching (Pembelajaran Projek), experienced mencapai keterampilan berfikir yang
based education (Pendidikan Berdasarkan lebih tinggi.
Pengalaman), authentic learning (Belajar 2. Pemodelan peranan orang dewasa. PBI
Authentic), dan anchored instruction membantu siswa untuk berkinerja dalam
(Pembelajaran Berakar pada Kehidupan situasi kehidupan nyata dan belajar
Nyata) (Nur, 2011: 2). pentingnya orang dewasa.
Nur (2011: 3-5) mengemukakan lima 3. Pembelajaran yang otonom dan mandiri.
ciri–ciri khusus yang dimiliki oleh model PBI memungkinkan siswa menjadi
pembelajaran PBI yaitu: pelajar yang otonom dan mandiri melalui
1. Mengajukan pertanyaan atau masalah. bimbingan guru dalam mengajukan
Masalah yang disajikan berupa situasi pertanyaan, mencari penyelesaian
kehidupan nyata autentik yang terhadap masalah nyata oleh siswa
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

sendiri, dan belajar untuk menyelesaikan 19) mengemukakan bahwa: “Perkembangan


tugas secara mandiri. intelektual terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman baru dan
Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, menantang, ketika mereka berusaha untuk
maka didalam pelaksanaannya model PBI memecahkan masalah yang dimunculkan
harus memiliki tiga landasan yaitu: oleh pengalaman ini”. Jadi, pada kelas PBI
1. Dewey dan Kelas Demokratis siswa diberikan masalah nyata yang dalam
Dewey dan Kill Patrick (dalam Nur, pemecahannya memanfaatkan pengetahuan
2011: 18) mengemukakan bahwa: siswa sebelumnya sehingga siswa dapat
“Pembelajaran di sekolah seharusnya lebih mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
memiliki manfaat dari pada abstrak dan 3. Bruner dan Pembelajaran Penemuan
pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik Menurut Bruner, pembelajaran
dapat dilakukan oleh siswa dalam penemuan menekankan pengalaman–
kelompok–kelompok kecil untuk pengalaman pembelajaran berpusat pada
menyelesaikan proyek masalah dan pilihan siswa menemukan ide–ide mereka sendiri
mereka sendiri”. Pada kelas PBI, siswa dan menurunkan makna oleh mereka sendiri.
memecahkan masalah yang nyata dengan Pada kelas PBI siswa juga dibimbing untuk
berpasangan atau berkelompok. mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
2. Piaget, Vigotsky, dan Konstruktivisme tetapi lebih memusatkan pembelajaran pada
Menurut pandangan kontruktivis- masalah kehidupan nyata yang bermakna
kognitif, siswa dalam segala usia secara aktif bagi siswa. PBI juga bergantung pada
terlibat dalam proses perolehan informasi konsep lain dari Bruner, yaitu scaffolding.
dan membangun pengetahuan mereka Bruner (dalam Nur, 2011: 26) menyatakan
sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi terus “Scaffolding sebagai suatu proses dimana
menerus tumbuh pada saat siswa guru membantu siswa untuk menuntaskan
menghadapi pengalaman baru yang suatu masalah yang melampaui batas tingkat
memaksa mereka membangun dan pengetahuannya pada saat itu”.
memodifikasi pengetahuan awal mereka. PBI terdiri dari 5 tahap utama (sintaks)
Disamping itu, Vigotsky (dalam Nur, 2011: yang terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sintaks PBI


No Fase atau Tahap Tingkah Laku Guru
1 Mengorientasikan siswa Guru menginformasikan tujuan-tujuan
kepada masalah pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-
kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah
yang mereka pilih sendiri.
2 Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa menentukan dan mengatur
untuk belajar tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah itu.
3 Membantu penyelidikan Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi
mandiri dan kelompok yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari
penjelasan, dan solusi.
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan hasil karya yang sesuai sepeti laporan,
serta memamerkannya poster, rekaman video, dan model, serta membantu
mereka berbagi karya mereka.
5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

mengevaluasi proses atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka


pemecahan masalah gunakan.
Sumber: Nur (2011: 57)

Berdasarkan sintaks diatas, maka manusia dan warga negara yang


dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
kelima tahap tersebut. Dalam pelaksanaanya bangsa;
perlu dirancang perangkat pembelajaran 2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku
yang mewakili kelima sintaks model PBI, siswa yang terpuji dan sejalan dengan
sehingga dapat membantu peserta didik nilai-nilai universal dan tradisi budaya
dalam memecahkan masalah yang diberikan bangsa yang religius;
kepada kelompoknya dan dapat merangsang 3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan
keterampilan berpikir kritis dan perilaku tanggung jawab siswa sebagai penerus
berkarakter pada diri siswa. bangsa;
4. mengembangkan kemampuan siswa
PERILAKU BERKARAKTER menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan
Karakter adalah nilai-nilai yang khas- 5. mengembangkan lingkungan kehidupan
baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, sekolah sebagai lingkungan belajar yang
nyata berkehidupan baik, dan berdampak aman, jujur, penuh kreativitas dan
baik terhadap lingkungan) yang terpateri persahabatan, serta dengan rasa
dalam diri dan terejawantahkan dalam kebangsaan yang tinggi dan penuh
perilaku. Karakter secara koheren memancar kekuatan.
dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga,
serta olah rasa dan karsa seseorang atau Berdasarkan tujuan pendidikan budaya
sekelompok orang. Karakter merupakan ciri dan karakter bangsa, dapat dikembangkan
khas seseorang atau sekelompok orang yang nilai-nilai yang diidentifikasi dari sumber-
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas sumber berikut ini.
moral, dan ketegaran dalam menghadapi 1. Agama, yang memuat nilai-nilai berasal
kesulitan dan tantangan. dari agama karena masyarakat Indonesia
Puskur (2010: 3) menjelaskan bahwa adalah masyarakat yang beragama.
“karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau 2. Pancasila, yang memuat nilai yang
kepribadian seseorang yang terbentuk dari terkandung dalam Pancasila yang dapat
hasil internalisasi berbagai kebajikan mempertahankan keutuhan negara
(virtues) yang diyakini dan digunakan kesatuan Republik Indonesia.
sebagai landasan untuk cara pandang, 3. Budaya, yang memuat nilai-nilai budaya
berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan yang diakui masyarakat itu sendiri. Nilai-
ini terdiri dari sejumlah nilai, moral, dan nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
norma seperti jujur, berani bertindak, dapat pemberian makna terhadap suatu konsep
dipercaya dan hormat kepada orang lain”. dan arti dalam komunikasi antar anggota
Agar karakter bangsa tercipta dengan baik, masyarakat.
maka perlu pengembangan karakter 4. Tujuan Pendidikan, yang memuat nilai
individu. kemanusiaan yang harus dimiliki warga
Puskur (2010: 7) mengemukakan tujuan negara Indonesia.
pendidikan budaya dan karakter bangsa Berdasarkan keempat sumber nilai itu,
adalah: teridentifikasi sejumlah nilai untuk
1. mengembangkan potensi pendidikan budaya dan karakter bangsa
kalbu/nurani/afektif siswa sebagai seperti terlihat pada Tabel 3.
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

Tabel 3. Nilai dan Indikator Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai dan Deskripsinya Indikator
1. Religius: 1. Mengagumi kebesaran Tuhan melalui kemampuan
Sikap dan perilaku yang patuh manusia dalam melakukan sinkronisasi antara
dalam melaksanakan ajaran agama aspek fisik dan aspek kejiwaan.
yang dianutnya, toleran terhadap 2. Mengagumi kebesaran Tuhan karena kemampuan
pelaksanaan ibadah agama lain, dirinya untuk hidup sebagai anggota masyarakat.
dan hidup rukun dengan pemeluk 3. Mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah
agama lain. menciptakan berbagai alam semesta.
4. Mengagumi kebesaran Tuhan karena adanya
agama yang menjadi sumber keteraturan hidup
masyarakat.
5. Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai
pokok bahasan dalam berbagai mata pelajaran

Nilai dan Deskripsinya Indikator


2. Jujur: 1. Tidak menyontek ataupun menjadi plagiat dalam
Perilaku yang didasarkan pada mengerjakan setiap tugas.
upaya menjadikan dirinya sebagai 2. Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu
orang yang selalu dapat dipercaya pokok diskusi.
dalam perkataan, tindakan, dan 3. Mengemukakan rasa senang atau tidak senang
pekerjaan. terhadap pembelajaran.
4. Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi
kelas.
5. Membayar barang yang dibeli di toko sekolah
dengan jujur.
6. Mengembalikan barang yang dipinjam atau
ditemukan ditempat umum.
3. Toleransi: 1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat.
Sikap dan tindakan yang 2. Menghormati teman yang berbeda adat-istiadatnya.
menghargai perbedaan agama, 3. Bersahabat dengan teman dari kelas lain.
suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.
4. Disiplin: 1. Selalu teliti dan tertib dalam mengerjakan tugas.
Tindakan yang menunjukkan 2. Tertib dalam berbahasa lisan dan tulis.
perilaku tertib dan patuh pada 3. Menaati prosedur kerja laboratorium dan prosedur
berbagai ketentuan dan peraturan. pengamatan permasalahan sosial.
4. Menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam
sebuah diskusi kelas
5. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk
karya tulis
5. Kerja Keras: 1. Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik
Perilaku yang menunjukkan upaya pada waktu yang telah ditetapkan.
sungguh-sungguh dalam 2. Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar.
belajar dan tugas, serta 3. Selalu fokus pada pelajaran.
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

menyelesaikan tugas dengan


sebaik-baiknya.
6. Kreatif: 1. Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan
Berpikir dan melakukan sesuatu suatu pokok bahasan.
untuk menghasilkan cara atau 2. Bertanya mengenai penerapan suatu
hasil baru dari sesuatu yang telah hukum/teori/prinsip dari materi lain ke materi yang
dimiliki. sedang dipelajari.
7. Mandiri: 1. Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi
Sikap dan perilaku yang tidak tanggung jawabnya.
mudah tergantung pada orang lain 2. Mencari sendiri di kamus terjemahan kata bahasa
dalam menyelesaikan tugas-tugas. asing untuk bahasa indonesia atau sebaliknya.
8. Demokratis: 1. Memilih ketua kelompok berdasarkan suara
Cara berfikir, bersikap, dan terbanyak.
bertindak yang menilai sama hak 2. Memberikan suara dalam pemilihan di kelas dan
dan kewajiban dirinya dan orang sekolah.
lain. 3. Mengemukakan pikiran teman-teman sekelas.
4. Ikut membantu melaksanakan program ketua kelas.
9. Rasa Ingin Tahu: 1. Bertanya atau membaca di luar buku teks tentang
Sikap dan tindakan yang selalu materi yang terkait dengan pembelajaran.
berupaya untuk mengetahui lebih 2. Bertanya kepada guru tentang gejala alam yang
mendalam dan meluas dari baru terjadi.
sesuatu yang dipelajarinya, 3. Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang
dilihat, dan didengar didengar dari ibu, bapak, radio, atau televisi
10. Semangat Kebangsaan 1. Turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan
Cara berpikir, bertindak, dan dan proklamasi kemerdekaan.
berwawasan yang menempatkan 2. Mengemukakan pikiran dan sikap mengenai
kepentingan bangsa dan negara di ancaman dari negara lain terhadap bangsa dan
atas kepentingan diri dan negara Indonesia
kelompoknya. 3. Mengemukakan sikap dan tindakan yang akan
dilakukan mengenai hubungan antara bangsa
Indonesia dengan negara bekas penjajah Indonesia

Nilai dan Deskripsinya Indikator


11. Cinta Tanah Air: 1. Menyenangi keunggulan geografis dan kesuburan
Cara berfikir, bersikap, dan tanah wilayah Indonesia.
berbuat yang menunjukkan 2. Menyenangi keragaman budaya dan seni di
kesetiaan, kepedulian, dan Indonesia.
penghargaan yang tinggi terhadap 3. Menyenangi keberagaman suku bangsa dan bahasa
bahasa, lingkungan fisik, sosial, daerah yang dimiliki Indonesia.
budaya, ekonomi, dan politik 4. Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian,
bangsa. perikanan, flora, dan fauna Indonesia.
5. Mengagumi dan menyenangi produk, industri, dan
teknologi yang dihasilkan bangsa Indonesia.
12. Menghargai Prestasi: 1. Mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik-
Sikap dan tindakan yang baiknya.
mendorong dirinya untuk 2. Berlatih keras untuk berprestasi dalam olah raga
menghasilkan sesuatu yang dan kesenian
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

berguna bagi masyarakat, dan 3. Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru,
mengakui, serta menghormati kepala sekolah, dan personalia sekolah lain.
keberhasilan orang lain. 4. Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.
5. Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat
sekitarnya.
6. Menghargai tradisi dan hasil kerja masyarakat.
13. Bersahabat/Komunikatif: 1. Bekerja sama dalam kelompok di kelas.
Tindakan yang memperlihatkan 2. Berbicara dengan teman sekelas.
rasa senang berbicara,bergaul, 3. Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat.
dan bekerja sama dengan orang 4. Bergaul dengan teman lain kelas.
lain 5. Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan
personalia sekolah lainnya.
14. Cinta Damai: 1. Melindungi teman dari ancaman fisik.
Sikap, perkataan, dan tindakan 2. Berupaya mempererat pertemanan.
yang menyebabkan oranglain 3. Ikut berpartisipasi dalam sistem keamanan sekolah
merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca: 1. Membaca buku atau tulisan keilmuan, sastra, seni,
Kebiasaan menyediakan waktu budaya, teknologi, dan humaniora.
untuk membaca berbagai bacaan 2. Membaca koran/majalah dinding.
yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan: 1. Merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan
Sikap dan tindakan yang selalu pencegahan kerusakan lingkungan.
berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17. Peduli Sosial: 1. Ikut dalam berbagai kegiatan sosial
Sikap dan tindakan yang selalu 2. Meminjamkan alat kepada teman yang tidak
ingin memberi bantuan pada membawa atau tidak punya.
orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung-jawab: -
Sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber: Puskur (2010: 9-10, 37-41)

Dari 18 perilaku berkarakter yang penelitian. Perilaku berkarakter yang


dikemukakan puskur, tidak semuanya yang diamati dalam penelitian ini adalah jujur,
diamati karena terbatas pada masalah disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

menghargai prestasi, gemar membaca, dikembangkan dalam pendidikan budaya


peduli lingkungan dan tanggung jawab. dan karakter bangsa ke dalam KTSP dan
Indikator dari setiap perilaku berkarakter proses pembelajaran sehingga dapat
ada yang ditambah dan dikurangi karena berdampak pada keterampilan berpikir kritis
disesuaikan dengan deskripsi perilaku dan siswa.
karakteristik mata pelajaran IPA-Fisika.
Puskur (2010: 11-13) mengemukakan KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan budaya dan Proses belajar diperlukan untuk
karakter bangsa adalah: meningkatkan pemahaman terhadap materi
1. berkelanjutan, mengandung makna yang dipelajari. Dalam proses belajar
bahwa proses pengembangan nilai-nilai terdapat pengaruh perkembangan mental
budaya dan karakter bangsa merupakan yang digunakan dalam berpikir atau
suatu proses yang panjang; perkembangan kognitif dan konsep yang
2. melalui semua mata pelajaran, digunakan dalam belajar. Beberapa
pengembangan diri, dan budaya sekolah; pengertian mengenai berpikir kritis
3. nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; diantaranya:
4. proses pendidikan dilakukan siswa 1. Menurut Beyer (dalam Yuniar) berpikir
secara aktif dan menyenangkan. kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin
yang digunakan seseorang untuk
Penilaian pencapaian perilaku mengevaluasi validitas sesuatu
berkarakter didasarkan pada indikator nilai (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen,
karakter. Dari hasil pengamatan, catatan dan penelitian).
lapangan, tugas, laporan dan sebagainya, 2. Menurut Screven dan Paul serta Angelo
guru dapat memberikan kesimpulan atau (dalam Yuniar) memandang berpikir
pertimbangan tentang pencapaian suatu kritis sebagai proses disiplin cerdas dari
indikator perilaku berkarakter. Kesimpulan konseptualisasi, penerapan, analisis,
atau pertimbangan ini dapat dinyatakan sintesis dan evaluasi aktif dan
dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut berketerampilan yang dikumpulkan dari,
ini. atau dihasilkan oleh observasi,
1. BT (Belum Terlihat) – jika peserta didik pengalaman, refleksi, penalaran, atau
belum memperlihatkan perilaku yang komunikasi sebagai sebuah penuntun
tertera dalam indikator menuju kepercayaan dan aksi.
2. MT (Mulai Terlihat) – jika peserta didik 3. Rudinow dan Barry (dalam Yuniar)
mulai memperlihatkan perilaku yang berpendapat bahwa berpikir kritis adalah
tertera dalam indikator, tetapi belum sebuah proses yang menekankan sebuah
konsisten basis kepercayaan-kepercayaan yang
3. MB (Mulai Berkembang) – jika peserta logis dan rasional, dan memberikan
didik mulai konsisten memperlihatkan serangkaian standar dan prosedur untuk
perilaku yang tertera dalam indikator) menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
4. MK (Menjadi Kebiasaan/Membudaya – 4. Menurut Halpern (dalam Yuniar)
jika peserta didik terus mendefinisikan critical thingking as
menerus/konsisten memperlihatkan „...the use of cognitive skills or strategies
perilaku yang tertera dalam indikator that increase the probability of desirable
(Puskur, 2010: 23) outcome.‟
5. Sedangkan menurut Ennis (1996)
Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu “Berpikir kritis adalah sebuah proses
mengintegrasikan nilai-nilai yang yang dalam mengungkapkan tujuan yang
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

dilengkapi alasan yang tegas tentang tentang nilai, kekuatan dan asumsi yang
suatu kepercayaan dan kegiatan yang mendasari perumusan masalah.
telah dilakukan.” 3. Keterampilan mengeksplorasi masalah
(Inference), dimana diperlukan
Keterampilan berpikir kritis tergantung pemahaman yang luas terhadap masalah
pada perilaku berkarakter yang dimiliki sehingga dapat mengusulkan sebuah ide
siswa. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, sebagai dasar hipotesis. Disamping itu
atau kepribadian yang terbentuk dari hasil juga diperlukan keterampilan kreatif
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) untuk memperluas kemungkinan dalam
yang diyakini dan digunakan sebagai mendapatkan pemecahan masalah.
landasan untuk cara pandang, berpikir, 4. Keterampilan mengevaluasi masalah
bersikap, dan bertindak (Puskur, 2010: 3). (Judgement), disini dibutuhkan
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, keterampilan membuat keputusan,
dan norma seperti: religius, jujur, disiplin, pernyataan, perhargaan, evaluasi, dan
dan lain sebagainya. Selain itu, keterampilan kritik dalam menghadapi masalah.
berpikir kritis tergantung juga pada faktor 5. Keterampilan mengintegrasikan masalah
nature dan nurture. Faktor nature (Strategy Formation), disini dituntut
berdasarkan daya nalar, logika dan analisis, keterampilan untuk bisa
sedangkan faktor nurture adalah berasal dari mengaplikasikan suatu solusi melalui
lingkungan yang memfasilitasi kesepakatan kelompok.
pengembangan dan pengungkapan pikiran
termasuk kemampuan mempertahankan dan Ennis (1996) mengungkapkan bahwa,
menerima argumen yang berbeda. Kalau ada 12 indikator berpikir kritis yang
kedua poin ini terpenuhi akan memberikan dikelompokkan dalam lima besar aktivitas
hasil yang luar biasa. Berpikir kritis sebagai berikut:
merupakan kemampuan dan kebiasaan yang 1. Memberikan penjelasan sederhana yang
sangat perlu dilatih sedini dan sesering berisi: memfokuskan pertanyaan,
mungkin. menganalisis pertanyaan dan bertanya,
Berdasarkan pada definisi yang serta menjawab pertanyaan tentang suatu
diungkapkan sebelumnya, terdapat beberapa penjelasan atau pernyataan.
perilaku yang mengindikasikan bahwa 2. Membangun keterampilan dasar, yang
perilaku tersebut merupakan kegiatan dalam terdiri dari mempertimbangkan apakah
berpikir kritis. Cara yang paling relevan sumber dapat dipercaya atau tidak dan
mengevaluasi proses berpikir kritis sebagai mengamati serta mempertimbangkan
suatu pemecahan masalah, menurut suatu laporan hasil observasi.
Garrison. D. R., Anderson, T. dan Archer, 3. Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan
W (2001) dapat dilakukan melalui lima mendeduksi atau mempertimbangkan
langkah: hasil deduksi, menginduksi atau
1. Keterampilan identifikasi masalah mempertimbangkan hasil induksi, untuk
(Elementary clarification), didasarkan sampai pada kesimpulan.
pada motivasi belajar, siswa 4. Memberikan penjelasan lanjut yang
mempelajari masalah kemudian terdiri dari mengidentifikasi istilah-istilah
mempelajari keterkaitan sebagai dasar dan definisi pertimbangan dan juga
untuk memahamimya. dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
2. Keterampilan mendefinisikan masalah 5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri
(In-depth clarification), siswa dari menentukan tindakan dan
menganalisa masalah untuk berinteraksi dengan orang lain.
mendapatkan pemahaman yang jelas
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat perkembangan kemajuan perilaku


diketahui bahwa bahwa evaluasi terhadap berkarakter yang dimiliki siswa. Hasilnya
berpikir kritis secara umum dapat dilakukan dapat dilihat berdasarkan kriteria perilaku
melalui tahap kerja ilmiah. Philips, Charles, berkarakter yang sudah ditetapkan.
Renae J. Chesnut dan Raylene M. Rospond a. Kriteria Belum Terlihat (BT)
(2004) menjabarkan alat ukur atau tes untuk Perkembangan perilaku berkarakter
mengukur keterampilan berpikir kritis yang diamati dalam tindakan siklus pertama
dikembangkan dari lima subskala sebagai dan siklus kedua dan berada pada kriteria
berikut ini. belum terlihat dapat dilihat pada Gambar 1.
1. Analisis (analysis), subskala analisis
mengukur apakah seseorang dapat
memahami dan menyatakan maksud atau
arti dari suatu data yang bervariasi,
pengalaman, dan pertimbangan.
2. Evaluasi (evaluation), subskala evaluasi
mengukur kemampuan seseorang untuk
melihat informasi dan kekuatan nyata
atau relasi kesimpulan, kemampuan
untuk menyatakan hasil pemikiran
seseorang. Gambar 1.Perkembangan Perilaku
3. Kesimpulan (inference), subskala Berkarakter Siswa melalui
kesimpulan mengukur kemampuan observasi setelah Tindakan
seseorang untuk mengidentifikasi dan Siklus pertama dan Siklus
mengamankan informasi yang diperlukan kedua dalam Kriteria Belum
untuk menggambarkan kesimpulan. Terlihat
4. Pemikiran deduktif (deductive Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa
reasoning), subskala pemikiran deduktif persentase siswa yang belum
mengukur kemampuan seeorang dimulai memperlihatkan perilaku berkarakternya
dari hal yang bersifat umum atau premis sudah mengalami penurunan yang cukup
yang dianggap benar, sampai pada signifikan walaupun masih ada perilaku
kesimpulan yang bersifat khusus. mengalami peningkatan yaitu tanggung
5. Pemikiran induktif (inductive reasoning), jawab.
subskala pemikiran induktif mengukur b. Kriteria Mulai Terlihat (MT)
kemampuan seseorang dimulai dari Perkembangan perilaku berkarakter
premis dan aplikasi yang terkait dengan yang diamati dalam tindakan siklus pertama
pengetahuan dan pengalaman, dan siklus kedua dan berada pada kriteria
menjangkau kesimpulan yang umum. mulai terlihat dapat dilihat pada Gambar 2.

Hasil penelitian adalah perkembangan


perilaku berkarakter dan keterampilan
berpikir kritis.
A. Perkembangan Perilaku berkarakter
dari Siklus pertama ke Siklus kedua
1. Berdasarkan hasil observasi perilaku
berkarakter
Setelah dianalisis hasil observasi
perilaku berkarakter selama siklus pertama
dan siklus kedua dapat dilihat
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

Gambar 2. Perkembangan Perilaku


Berkarakter Siswa melalui
observasi setelah Tindakan
Siklus pertama dan Siklus kedua
dalam Kriteria Mulai Terlihat
Gambar 4. Perkembangan Perilaku
Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa Berkarakter Siswa melalui
persentase siswa yang mulai observasi setelah Tindakan
memperlihatkan perilaku berkarakternya Siklus pertama dan Siklus
sudah mengalami penurunan yang cukup kedua dalam Kriteria
signifikan. Menjadi Kebiasaan
c. Kriteria Mulai Berkembang (MB)
Perkembangan perilaku berkarakter yang Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa
diamati dalam tindakan siklus pertama dan persentase siswa yang sudah membiasakan
siklus kedua dan berada pada kriteria mulai perilaku berkarakternya mengalami
berkembang dapat dilihat pada Gambar 3. peningkatan yang signifikan.
2. Berdasarkan hasil angket siswa
Setelah dianalisis hasil angket perilaku
berkarakter selama siklus pertama dan siklus
kedua dapat dilihat perkembangan kemajuan
perilaku berkarakter yang dimiliki siswa.
Hasilnya dapat dilihat berdasarkan kriteria
perilaku berkarakter yang sudah ditetapkan.
a. Kriteria Belum Terlihat (BT)
Perkembangan perilaku berkarakter
Gambar 3. Perkembangan Perilaku yang diperoleh melalui angket yang
Berkarakter Siswa melalui disebarkan dalam tindakan siklus pertama
observasi setelah Tindakan dan siklus kedua dan berada pada kriteria
Siklus pertama dan Siklus kedua belum terlihat dapat dilihat pada Gambar 5.
dalam Kriteria Mulai
Berkembang

Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa


persentase siswa yang mulai
memperlihatkan perilaku berkarakternya
sudah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.
d. Kriteria Menjadi Kebiasaan (MK)
Perkembangan perilaku berkarakter
yang diamati dalam tindakan siklus pertama Gambar 5. Perkembangan Perilaku
dan siklus kedua dan berada pada kriteria Berkarakter Siswa melalui
menjadi kebiasaan dapat dilihat pada angket setelah Tindakan Siklus
Gambar 4. pertama dan Siklus kedua dalam
Kriteria Belum Terlihat

Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa


persentase siswa yang belum
memperlihatkan perilaku berkarakternya
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

sudah mengalami penurunan yang cukup Gambar 7. Perkembangan Perilaku


signifikan walaupun masih ada perilaku Berkarakter Siswa melalui
mengalami peningkatan yaitu gemar angket setelah Tindakan Siklus
membaca. pertama dan Siklus kedua dalam
Kriteria Mulai Berkembang
b. Kriteria Mulai Terlihat (MT)
Perkembangan perilaku berkarakter Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa
yang diperoleh melalui angket yang persentase siswa yang sudah
disebarkan dalam tindakan siklus pertama mengembangkan perilaku berkarakternya
dan siklus kedua dan berada pada kriteria sudah mengalami peningkatan yang cukup
mulai terlihat dapat dilihat pada Gambar 6. signifikan.
b. Kriteria Menjadi Kebiasaan (MK)
Perkembangan perilaku berkarakter
yang diperoleh melalui angket yang
disebarkan dalam tindakan siklus pertama
dan siklus kedua dan berada pada kriteria
menjadi kebiasaan dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 6. Perkembangan Perilaku


Berkarakter Siswa melalui
angket setelah Tindakan Siklus
pertama dan Siklus kedua dalam
Kriteria Mulai Terlihat

Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa


persentase siswa yang mulai
memperlihatkan perilaku berkarakternya
sudah mengalami penurunan yang cukup Gambar 8. Perkembangan Perilaku
signifikan. Berkarakter Siswa melalui
c. Kriteria Mulai Berkembang (MB) angket setelah Tindakan Siklus
Perkembangan perilaku berkarakter pertama dan Siklus kedua dalam
yang diperoleh melalui angket yang Kriteria Menjadi Kebiasaan
disebarkan dalam tindakan siklus pertama
dan siklus kedua dan berada pada kriteria Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa
mulai berkembang dapat dilihat pada persentase siswa yang sudah membiasakan
Gambar 7. perilaku berkarakternya mengalami
peningkatan yang signifikan, walaupun
perilaku peduli lingkungan mengalami
penurunan.

B. Perkembangan Kemajuan
Keterampilan Berpikir Kritis dari
Siklus pertama ke Siklus kedua
Setelah dianalisis hasil keterampilan
berpikir kritis Siklus pertama dan Siklus
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

kedua dapat dilihat perkembangan kemajuan menonjol muncul pada siklus 1 dan 2 adalah
nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis tanggung jawab dan perilaku yang kurang
dan persentase ketuntasan yang dimiliki menonjol adalah perilaku jujur. Hasil ini
siswa. membuktikan bahwa observasi yang
Berdasarkan hasil yang dicapai pada dilakukan guru dan observer dalam
siklus kedua, ada beberapa hal yang menjadi pembelajaran memiliki ketepatan yang lebih
catatan peneliti baik positif maupun negatif baik, karena didukung dengan hasil angket
sebagai konsekuensi dari diterapkannya yang tidak jauh berbeda.
model pembelajaran ini. Beberapa catatan Selanjutnya peningkatan yang terjadi
negatif yang belum teratasi pada siklus 1, dalam capaian hasil belajar IPA-Fisika pada
telah dilakukan perbaikan pada siklus 2 agar siklus 2 juga memperlihatkan bahwa
capaian hasil yang diperoleh lebih baik. perbaikan terhadap kebijakan pelaksanaan
Upaya perbaikan terhadap model problem tindakan telah berhasil dengan baik. Hasil
based instruction kelihatan semakin baik keterampilan berpikir kritis yang dimiliki
dan semakin nyata hasilnya. Hal ini siswa dengan rata-rata 51,17 dengan
kelihatan dari meningkatnya indikator persentase ketuntasan 11, 76 % pada siklus
kinerja baik terhadap perilaku berkarakter 1, meningkat menjadi 75,14 dengan
maupun keterampilan berpikir kritis yang persentase ketuntasan 63,91 %. Kenaikan
dicapai siswa. rata-rata dan persentase ketuntasan tentunya
Peningkatan persentase perilaku mengindikasikan bahwa pembelajaran
berkarakter siswa dari 15,39% berada pada dengan model problem based instruction,
kriteria mulai berkembang (MB) dan 0,00% disamping meningkatkan perilaku
berada pada kriteria menjadi kebiasaan berkarakter juga meningkatkan keterampilan
(MK) menjadi 45,61% berada pada kriteria berpikir kritis.
mulai berkembang (MB), dan 21,86 % pada Penelitian ini telah berhasil
kriteria menjadi kebiasaan (MK) meningkatkan perilaku berkarakter dan
memberikan arti bahwa perbaikan yang keterampilan berpikir kritis siswa dalam
telah dilakukan terhadap kelemahan yang mata pelajaran IPA-Fisika. Hal ini sejalan
ditemukan pada siklus 1 telah berhasil dengan pendapat yang dikemukakan Nur
mencapai sasaran dengan baik. Indikasi (2011: 5-6) bahwasannya penerapan model
persentase siswa yang terlihat pada kedua problem based instruction dengan 5 sintaks
kriteria menjadi penting artinya dalam yang dimiliki tidak dirancang untuk
melihat tingkat perilaku berakarakter yang membantu guru dalam menyampaikan
telah dicapai siswa dalam pembelajaran. sejumlah besar informasi kepada siswa
Semakin tinggi persentase siswa dalam tetapi model problem based instruction
kriteria mulai berkembang (MB) dan dirancang terutama untuk membantu siswa:
menjadi kebiasaan (MK) maka dapat (1) mengembangkan keterampilan berpikir,
diartikan semakin tinggi pula tingkat pemecahan masalah, dan intelektual; (2)
perilaku berkarakter yang dimiliki siswa. belajar perilaku peran-peran orang-orang
Tingkat persentase perilaku berkarakter dewasa dengan menghayati melalui situasi
yang berhasil dicapai siswa juga diperkuat nyata atau yang disimulasikan; dan (3)
dengan hasil angket yang diberikan kepada menjadi mandiri, maupun otonom.
siswa. Dari 27 pernyataan yang Dari uraian di atas dapat disimpulkan
mengindikasikan 9 perilaku berkarakter bahwa penelitian tindakan kelas dengan
yang menjadi fokus dalam angket tersebut menerapkan model problem based
menunjukkan bahwa persentase siswa yang instruction telah dapat memberikan
berada dalam kategori mulai berkembang sumbangan positif terhadap peningkatan
(MB) melebihi 60%. Perilaku yang paling perilaku berkarakter dan keterampilan
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

berpikir kritis. Meskipun demikian ada nilai rata-rata 54,62 dengan persentase
beberapa hal yang perlu dikembangkan ketuntasan 11,37% menjadi 75,14
melalui penelitian lebih lanjut tentang dengan persentase ketuntasan 63,91%.
penerapan model problem based instruction
dan dampaknya terhadap pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN
Pengembangan lebih lanjut dapat pula
dilakukan pada tingkat SMA bahkan Arief, Achmad. 2007. Memahami Berpikir
perguruan tinggi. Sebab fenomena yang Kritis. (http://re-
terjadi sekarang adalah kuatnya keinginan searchengines.com/1007arief3.html,
guru dan siswa untuk menikmati diakses tanggal 18 Agustus 2011).
pembelajaran bersama yang lebih bermakna.
Akhsinudin. 2009. “Peningkatan Aktivitas
SIMPULAN dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa melalui Penerapan
Berdasarkan hasil analisis data dan Model Problem Based Instruction (PBI)
pembahasan dapat diambil kesimpulan di kelas X A SMA Negeri 7 Sorolangun”.
sebagai berikut ini. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program
1. Penerapan model Problem Based Pascasarjana UNP.
Instruction dalam pembelajaran IPA- Depdiknas. 2006. Model–Model
Fisika di kelas telah berhasil Pembelajaran yang
meningkatkan perilaku berkarakter Efektif.(http://125.160.17.21/speedyorari/
siswa. Keberhasilan ini dapat dilihat dari view.php?file=pendidikan/pelajaransekol
hasil analisis terhadap perilaku ah/ktsp-smk/14.ppt, diakses 30 Juli
berkarakter siswa selama model 2008).
Problem Based Instruction dilaksanakan
melalui observasi langsung yaitu dari -------------. 2006. Kurikulum Tingkat
15,39% pada kriteria mulai berkembang Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat
menjadi 45,61 % siswa berada pada Pendidikan Dasar dan Menengah
kriteria mulai berkembang (MB), dan Depdiknas.
21,84 % pada kriteria menjadi kebiasaan
(MK). Analisis terhadap angket perilaku Darmansyah. 2009. Penelitian Tindakan
berkarakter juga menunjukkan bahwa Kelas Pedoman Praktis bagi Guru dan
terjadi peningkatan dari 38,71 % kriteria Dosen. Padang: UNP Press.
mulai berkembang (MB) dan 1,79 %
dalam kriteria menjadi kebiasaan (MK) Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. New
menjadi 59,15% dalam kriteria mulai Jersey: Prentice-Hall.
berkembang (MB) dan 7,84% dalam
kriteria menjadi kebiasaan (MK). Emiliannur. 2010. “Perbedaan
2. Hasil Penelitian ini juga Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil
mengungkapkan bahwa model Problem Belajar Fisika antara Siswa yang diberi
Based Instruction dalam pembelajaran Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
IPA-Fisika selain dapat meningkatkan Konflik Kognitif dengan Pendekatan
perilaku berkarakter siswa, tetapi juga Ekspositori”. Tesis tidak diterbitkan.
mampu meningkatkan keterampilan Padang: Program Pascasarjana UNP.
berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisis tes keterampilan Garrison. D. R., Anderson, T. and Archer,
berpikir kritis yang dilakukan siswa tiap W. 2001. Critical Thinking and
pertemuan yaitu dari siswa memiliki Computer Conferencing: A Model and
ISSN: 2252-3014 Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16 JPPF
Februari 2012 http://ejournal.unp.ac.id

Tool to Assess Cognitive Presence. Puskur. 2010. Pengembangan Pendidikan


(http://communityofinquiry.com/sites/co Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:
mmunityofinquiry.com/files/CogPres_Fi Puskur Balitbang Kementerian
nal.pdf, diakses tanggal 18 Agustus Pendidikan Nasional.
2011).
Safari. 2008. Penulisan Butir Soal
Mahmudi, Rosyid. 2009. “Peningkatan Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Pendidikan (KTSP). Jakarta: APSI
Masalah Matematika Siswa melalui Depdiknas.
Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Instruction) di kelas VII 1 SMP Negeri 5 Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Batusangkar”. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Alfabeta.
Padang: Program Pascasarjana UNP.
Tim Penyusun. 2011. Buku Panduan
Mills, Geoffrey. 2000. Action Research: a Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang:
Guide for The Teacher Researcher. New Program Pascasarjana UNP.
Jersey: Merrill, an Imprint of Prentice
Hall. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem
Muhfahroyin. 2009. “Memberdayakan Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta:
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Diundangkan oleh Sekretaris Negara
melalui Pembelajaran Konstruktivistik”. Republik Indonesia.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
Vol 16, No. 1(2009). Yuniar, Ratna HB. 2010. Keterampilan
Berpikir Kritis. (http://IPA-Fisikasma-
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat online.blogspot.com/2010/12/keterampila
Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja n-berpikir-kritis.html, diakses tanggal 18
Rosda Raya. Agustus 2011).

Nur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi


Berdasarkan Masalah. Surabaya: Penelitian. Padang: UNP Press.
UNESA.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. 2006. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Philips, Charles, Renae J. Chesnut and


Raylene M. Rospond. 2004. “The
California Critical Thinking Instrumen
for Benchmarking, Program Assessment,
and Directing Curricular Change”.
American Journal of Pharmaceutical
Education 2004; 36 (4) Article 101.

You might also like