Professional Documents
Culture Documents
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/302595717
CITATIONS READS
0 181
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Eko BUDI Lelono on 10 May 2016.
SARI
Analisis palinologi yang dilakukan terhadap percontoh serbuk bor yang diambil dari Sumur O
interval kedalaman 8100’-11850’ yang ditajak di Selat Makasar memperlihatkan keragaman
dan kelimpahan palinomorf rendah (bagian bawah interval) sampai sedang (bagian atas inter-
val). Palinomorf yang ditemukan mencirikan umur Eosen seperti Proxapertites operculatus,
Proxapertites cursus, Palmaepollenites kutchensis, Diporoconia iszkaszestgyorgyi dan
Cicatricosisporites eocenicus. Dibandingkan dengan Formasi Nanggulan di Yogyakarta,
kelimpahan dan keragaman palinomorf Sumur O relatif rendah. Palinomorf yang dijumpai melimpah
pada Formasi Nanggulan seperti aff. Beaupreadites matsuokae, Palmaepollenites kutchensis
dan Dicolpopollis malesianus memperlihatkan kelimpahan rendah di Sumur O. Hal ini dapat
terjadi karena percontoh sedimen di Sumur O interval 8100’-11850’ berada pada level stratigrafi
lebih muda dari pada Formasi Nanggulan yang berumur Eosen Tengah. Diperkirakan percontoh
sedimen yang diteliti berumur Eosen Akhir. Interpretasi ini didukung oleh kemunculan polen
Proxapertites operculatus (fine reticulate) yang juga muncul pada Formasi Bayah umur Eosen
Akhir di Jawa Barat. Selain itu, kelimpahan sedang polen Restioniidites punctulosus
mengindikasikan terbentuknya iklim kering yang menandai umur Eosen Akhir seperti terjadi di
Jawa, Eropa Barat dan Amerika Utara.
Kata kunci: palinomorf eosen dari Selat Makasar
ABSTRACT
Palynological analysis on cutting samples situated in the interval 8100’-11850’ of
well O drilled on the Makasar strait indicates low assemblage in the lower interval which
gradually increases to medium assemblage in the upper interval. Palynomorphs found in
the studied well section characterises Eocene age including Proxapertites operculatus,
Proxapertites cursus, Palmaepollenites kutchensis, Diporoconia iszkaszestgyorgyi and
Cicatricosisporites eocenicus. The palynological assemblage of the studied sediments is much
lower than that occurring in the Nanggulan Formation of the Central Java. In addition,
some selected palynomorphs appearing in the Middle Eocene Nanggulang Formation
with high occurrences such as aff. Beaupreadites matsuokae, Palmaepollenites kutchensis
and Dicolpopollis malesianus decrease significantly or even disappear from the studied
well. This can happen because the studied sediments are stratigraphically younger than
those of the Middle Eocene Nanggulan Formation. It is assumed that the studied sediment
belong to the Late Eocene age. This is supported by the occurrence of pollen Proxapertites
operculatus with fine reticulate which was also found in the Late Eocene Bayah Formation
of the West Java. More over, the appearance of the moderate abundance of pollen
Restioniidites punctulosus indicates the presence of dry climate during Late Eocene as oc-
curred in Java, West Europe and North America.
Key Words: palinomorf, eosen, selat makasar
1
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1- 10
2
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1 - 10
Tulisan ini disusun untuk mempublikasikan hasil standar. Teknik preparasi meliputi perendaman
penelitian palinologi pada sedimen umur Eosen yang perconto dalam HCl, HF dan HNO 3 untuk
terdapat di selat Makasar. Tujuannya adalah untuk memisahkan palinomorf dari sedimen sehingga didapat
melengkapi data tentang palinologi umur Eosen yang jumlah yang memadai untuk analisis yang bersifat
ada di kawasan barat Indonesia. Selain itu, hasil kuantitatif. Perendaman dalam HNO3 yang dikenal
penelitian ini dapat membuktikan hipotesis tentang sebagai proses oksidasi dilanjutkan dengan
kesamaan kondisi palinologi umur Eosen di kawasan perendaman dalam larutan KOH dengan konsentrasi
barat Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh 10%. Proses perendaman dalam KOH disebut proses
peneliti terdahulu. alkali yang bertujuan untuk membersihkan residu
Materi yang digunakan dalam tulisan ini berupa perconto akibat proses oksidasi. Tahap selanjutnya
data yang berasal dari sedimen umur Eosen yang adalah menyaring residu dengan saringan berukuran
ditembus sumur pemboran O yang terletak di Selat 5 mikron untuk memisahkan palinomorf dari material
Makasar (Gambar 1). Secara umum palinomorf yang lain berukuran debris (lebih kecil dari 5 mikron)
ditemukan cukup beragam dengan kelimpahan rendah sehingga mampu meningkatkan jumlahnya dalam
sampai sedang. Palinomorf umur Eosen yang residu. Terakhir, residu dipindahkan ke gelas preparat
ditemukan pada sedimen Eosen ini umumnya dijumpai untuk pembuatan slide dengan menggunakan poly-
pula pada sedimen Eosen lain yang pernah diteliti vinyl alcohol dan canada balsam. Pada tahapan
seperti pada Formasi Nanggulan, Formasi Bayah, ini, residu telah siap dianalisis di bawah mikroskop.
Formasi Ngimbang dan Formasi Toraja. Sangat Pengujian fosil polen dan spora dilakukan dengan
mungkin bahwa daerah penelitian di Selat Makasar menggunakan mikroskop transmisi untuk memberi
ini merupakan satu daratan dengan Jawa dan Sulawesi nama dan menghitung jumlahnya. Hasil pengujian ini
Selatan pada kala Eosen. Mengingat keterbatasan dicatat dalam lembar pencatatan yang selanjutnya
ruang, penulis hanya menampilkan data palinologi digunakan untuk berbagai analisis. Pekerjaan
berupa distribusi palinomorf pilihan yang terkait mikroskopis ini juga bertujuan untuk mendapatkan
dengan analisis umur, lingkungan purba dan perubahan palinomorf sebanyak 250 individu dalam setiap
iklim. perconto agar penerapan metode analisis kuantitatif
dianggap valid (Morley, pers. comm.). Selanjutnya,
II. KETERSEDIAAN DATA nama-nama fosil tersebut dan kelimpahannya
Percontoh batuan yang diproses untuk penelitian (jumlahnya) diplotkan dalam suatu diagram dengan
palinologi diambil dari sumur O pada interval menggunakan perangkat lunak StrataBugs.
kedalaman 8100’ sampai 11850’ yang ditajak di Selat Interpretasi umur sedimen ditentukan dengan merujuk
Makasar. Percontoh batuan yang dianalisis merupakan pada zonasi polen yang diusulkan oleh Rahardjo dkk.
perconto serbuk bor (cutting) dengan kriteria berbutir pada tahun 1995 (Gambar 2). Sedangkan analisis
halus dan berwarna gelap. Mengingat perconto batuan lingkungan pengendapan purba mengadaptasi
ini dimiliki oleh pengguna jasa LEMIGAS, maka klasifikasi lingkungan transisi-laut seperti yang
semua data yang dipakai dalam tulisan ini bersifat diterapkan pada Formasi Nanggulan (Lelono, 2000).
rahasia dan LEMIGAS wajib menjaga kerahasia-
IV. BIOSTRATIGRAFI
annya sebagaimana diamanatkan dalam dokumen
Sistem Mutu SNI 19-9001-2001 dan SNI 19-17025- Analisis palinologi batuan sedimen yang ditembus
2000 yang dianut LEMIGAS selama ini. Untuk sumur O pada interval 8100’-11850’ berhasil
menjaga kerahasiaan data ini maka digunakan nama menemukan 193 jenis palinomorf yang terdiri dari polen
samaran untuk penamaan sumur dengan tanpa dan spora. Dibandingkan dengan keragaman
menyebutkan lokasinya dengan pasti. palinomorf yang terdapat pada Formasi Nanggulan
yang mencapai sekitar 300 jenis spesies, tentunya
III. METODOLOGI keragaman palinomorf di daerah penelitian relatif
Pada penelitian ini digunakan perconto cutting rendah. Secara umum palinomorf indeks yang
yang berasal dari sumur O interval 8100’-11850’. terdapat di daerah penelitian banyak dijumpai pada
Semua perconto ini diproses di laboratorium Stratigrafi sedimen umur Eosen lainnya seperti pada Formasi
LEMIGAS dengan menggunakan teknik preparasi Bayah (Jawa Barat), Formasi Nanggulan (Jawa
3
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1- 10
Zonasi Polen Pulau Jawa yang diusulkan oleh Rahardjo Dkk. (1994)
Gambar 2
4
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1 - 10
Penyebaran palinomorf indeks di sumur O yang menentukan zonasi polen dan umur batuan
Gambar3
5
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1- 10
Tengah), Formasi Ngimbang (Jawa Timur) dan dari sedimen umur Eosen Akhir adalah kandungan
Formasi Toraja (Sulawesi Selatan). Palinomorf palinomorf yang menurun secara drastis, baik
tersebut antara lain adalah Cicatricosisporites keragaman maupun kelimpahannya, dibandingkan
eocenicus, Cupanieidites cf. C. flacidiformis, dengan sedimen Eosen Tengah seperti terlihat pada
Diporoconia iszkaszentgyorgyi, Dandotiospora Formasi Nanggulan (Lelono, 2000 dan 2003).
laevigata, Lakiapollis ovatus, Palmaepollenites Beberapa palinomorf yang muncul melimpah pada
kutchensis, Proxapertites operculatus dan Eosen Tengah menurun drastis pada Eosen Akhir,
Proxapertites cursus. Palinomorf yang muncul di seperti Palmaepollenites kuchensis, Proxapertites
daerah penelitian berasal dari lingkungan air payau operculatus, Proxapertites cursus, Cupanieidites
(mangrove dan back-mangrove) sampai air tawar cf. C. flacidiformis dan Dandotiospora laevigata.
(ratan swamp dan freshwater swamp). Selain itu Bahkan beberapa taksa menghilang, seperti aff.
dijumpai pula polen penciri iklim kering yang hadir Beaupreacidites matsuokae, Ruellia type dan
dengan kelimpahan sedang, yaitu Restioniidites Ixonanthes type. Selain itu, umur Eosen Akhir ditandai
punctulosus yang merupakan polen yang dihasilkan pula oleh kemunculan polen Proxapertites
oleh ilalang. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka operculatus dengan retikulasi lebih halus
dapat disusun zonasi polen dan umur sedimen serta dibandingkan dengan polen sejenis yang muncul pada
lingkungan pengendapan batuan sedimen. Palinomorf umur Eosen Tengah (Lelono, 2003). Polen
yang dijumpai selanjutnya dikelompokkan berdasarkan Proxapertites operculatus yang memiliki retikulasi
lingkungan di mana mereka tumbuh (ekologinya) halus ini terekam dengan baik di Formasi Bayah yang
dengan mengacu pada klasifikasi lingkungan transisi- tersingkap di Jawa Barat (Morley, pers. comm.),
laut yang diusulkan oleh Lelono (2000). Formasi Ngimbang di lepas pantai Jawa Timur Utara
(Lemigas Stratigraphy Group, 2006a dan b) dan
A. Zonasi polen
Formasi Toraja yang tersingkap di Kalumpang,
Berdasarkan kemunculan polen Proxapertites Sulawesi Selatan (Lelono, 2003).
operculatus sepanjang interval 8100’-11850’, maka Menurunnya keragaman dan kelimpahan
disimpulkan bahwa batuan sedimen yang terdapat palinomorf pada Eosen Akhir kemungkinan
pada interval tersebut termasuk dalam zona disebabkan oleh penurunan dasar cekungan diikuti oleh
Proxapertites operculatus (Rahardjo dkk., 1994). kenaikan muka laut yang mengakibatkan
Kumpulan palinomorf yang mencirikan keberadaan berkurangnya daratan tempat vegetasi penghasil
zona polen ini antara lain adalah Cicatricosisporites polen tumbuh. Selain itu, penurunan kandungan
eocenicus, Cupanieidites cf. C. flacidiformis, palinomorf berhubungan dengan pembentukan iklim
Diporoconia iszkaszentgyorgyi, Dandotiospora kering pada kala Eosen Akhir, terbukti dengan
laevigata, Lakiapollis ovatus, Palmaepollenites kemunculan polen rumput dengan kelimpahan
kutchensis, Proxapertites operculatus dan memadai yaitu Restioniidites punctulosus (Gambar
Proxapertites cursus (Gambar 3). Kumpulan 4). Indikasi iklim kering pada Eosen Akhir ditemukan
palinomorf ini dijumpai pula pada Formasi Bayah pula di Amerika Utara (Wolfe, 1992) dan Eropa Barat
(Jawa Barat), Formasi Nanggulan (Yogyakarta), (Collinson, 1992). Puncak dari iklim kering ini terjadi
Formasi Ngimbang (Jawa Timur) dan Formasi Toraja pada akhir Eosen Akhir yang dikenal dengan istilah
(Sulawesi Selatan) yang memiliki zona polen terminal Eocene cooling event, yang ditandai dengan
Proxapertites operculatus. menurunnya keragaman dan kelimpahan palinomorf
B. Umur sedimen secara drastis. Di sisi lain, polen penciri iklim kering
meningkat kelimpahannya secara signifikan.
Palinomorf indeks yang ditemukan pada batuan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umur
sedimen di sumur O interval 8100’-11850’ mempunyai
batuan sedimen di sumur O interval 8100’-11850’
keragaman yang sama dengan sedimen umur Eosen
adalah Eosen Akhir yang ditandai oleh penurunan
Akhir yang didapat dari Formasi Bayah (Jawa Barat),
drastis dari keragaman dan kelimpahan palinomorf
bagian atas Formasi Nanggulan (Yogyakarta),
yang semula melimpah pada Eosen Tengah dan
Formasi Ngimbang (Jawa Timur) dan Formasi Toraja
kehadiran polen Proxapertites operculatus dengan
(Sulawesi Selatan). Ciri umum yang mudah diamati
retikulasi halus.
6
EKO BUDI LELONO
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR
Gambar 4
Kelimpahan polen Restiolidites punctulosus (herbaceous swamp pollen) di sumur O
menandai pembentukan iklim lebih kering dari pada umur sebelumnya
LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1 - 10
7
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1- 10
8
EKO BUDI LELONO
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR
Gambar 5
Diagram palinologi kuantitatif sumur O yang memperlihatkan penyebaran vertikal
spesies tertentu sebagai penentu lingkungan
LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1 - 10
9
PALINOMORF EOSEN DARI SELAT MAKASAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
EKO BUDI LELONO VOL. 41. NO. 2, AGUSTUS 2007: 1- 10
10