You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu
dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita
kanker ini umumnya di diagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi
dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang
dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan
wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan
biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35
tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker
payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama
terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan
menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 - 60% (Aditya, 2015).
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari
sel epitel. Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur). (Smeltzer & Bare, 2016).
Kanker ovarium bisa menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya
dan melalui sistem getah bening bisa menyebar ke bagian lain dari panggul dan
perut. Melalui pembuluh darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sebenarnya merupakan sekelompok tumor yang berbeda yang
timbul dari beragam jenis jaringan yang terkandung dalam ovarium . Jenis yang
paling umum kanker ovarium muncul dari epitel sel (lapisan luar sel) dari
permukaan ovarium. Kasus lainnya adalah jenis yang jarang terjadi dari kanker
ovarium yaitu kanker yang berkembang dari sel – sel pembentuk telur kuman atau
dari jaringan pendukung (stroma) dari organ jinak (non-kanker) tumor dan kista
juga ditemukan di ovarium dan jauh lebih umum daripada kanker ovarium.
(Smeltzer & Bare, 2016).

1
Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang
ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di
seluruh dunia dan 125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium
merupakan penyebab utama kematian wanita karena kanker dan merupakan
penyebab kelima kematian karena kanker di Amerika Serikat (AS). Satu diantara
78 wanita di AS (1.3%) diperkirakan akan mengalami kanker ovarium selama
hidupnya. Delapan puluh persen dari 14.000 kasus kanker ovarium di Amerika
Serikat yang terdiagnosis pertahunnya berasal dari sel epitel (Gubbels, 2010).
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada
satu atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu organ
reproduksi yang sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini
dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi
pembuahan (kehamilan). Indung telur juga merupakan sumber utama penghasil
hormon reproduksi perempuan, seperti hormon estrogen dan progesteron.
(Smeltzer & Bare, 2016).
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang
dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker
ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini
bisa berkembang sangat cepat, bahkan dari stadium awal hingga stadium lanjut
bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Di Indonesia kanker ovarium banyak
dijumpai dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah kanker serviks dan
kanker payudara, padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini
tidak banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. kanker ovarium
ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh ginekologi. Kanker ini dapat
terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu
sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih
muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus
dengan gambaran histopatologi antara neoplasma ovarian jinak dan ganas,
diklasifikasikan sebagai neoplaasma ovarium borderline yang penanganannya
masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,2% dari seluruh
keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka ketahanan

2
hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan kematian
dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena neoplasma
kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke organ–organ jauh diluar
genitalia interna (Priyanto, 2011).
Berdasar data Departemen Kesehatan (Depkes,2015), di Indonesia terdapat
90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi
200.000 kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan
pada waktu telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium tidak khas,
lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut.
Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada perempuan
yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
kanker ovary adalah jenis kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini
diakibatkan karena pada tahap awalnya kanker ovary menunjukkan sedikit sekali
gejala atau bahkan tidak ada gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan
mereka yang terkena penyakit ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah
berada pada tahap lanjutan sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya
lebih tinggi. Salah satu pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi.
(Smeltzer & Bare, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang didapat adalah bagaimana
konsep asuhan keperawatan pada penderita kanker ovarium?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami :
1) Apa pengertian kanker ovarium?
2) Apa saja etiologi kanker ?
3) Apa saja tanda dan gejala kanker ovarium?
4) Apa saja faktor resiko kanker ovarium?
5) Bagaimana efidemiologi kanker ovarium?
6) apa saja klasifikasi dari kanker ovarium?
7) Apa saja komplikasi kanker ovarium ?

3
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari kanker ovarium
2) Mahasiswa mampu mengetahui penyebab dari kanker ovarium
3) Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala dari kanker ovarium
4) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari kanker
ovarium
5) Mahasiswa mampu mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada
kanker ovarium.
1.4 Manfaat
a. Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan komunikasi dan
penyampaian permasalahan mengenai kanker ovarium.
2) Bagi Penulis
Meningkatkan pemahaman, daya analisis, dan kemampuan dalam
mengaplikasikan teori yang ada tentang kanker ovarium .
b. Manfaat Teoritis
1) Bagi Mahasiswa Keperawatan
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memahami tentang penyakit
kanker ovarium.

2) Bagi Penulis
Makalah ini dapat menjadi landasan sebagai media pembelajaran untuk
selanjutnya tentang penyakit kanker ovarium.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh pada indung telur atau
ovarium. Penyakit ini menduduki posisi ketujuh di antara jenis-jenis kanker yang
paling umum menyerang wanita. Setiap tahunnya, ada sekitar 250.000 kasus kanker
ovarium di seluruh dunia, yang menyebabkan 140.000 kematian per tahun. (Smeltzer
& Bare, 2016).
Kanker ovarium adalah jenis kanker yang dimulai di ovarium. Perempuan
memiliki dua indung telur, satu di setiap sisi rahim. Masing-masing sebesar almond
yang menghasilkan telur (ova) serta hormon estrogen dan progesteron. Kanker
ovarium sering berkembang dan tidak terdeteksi sampai menyebar ke dalam panggul
dan perut. Pada tahap ini berarti sudah terlambat, kanker ovarium lebih sulit untuk
diobati dan sering fatal. Tahap awal kanker ovarium, di mana penyakit terbatas pada
indung telur, lebih cenderung berhasil. Operasi dan kemoterapi umumnya digunakan
untuk mengobati kanker ovarium. Kanker ini dapat muncul pada segala kelompok
usia, tapi umumnya terjadi pada wanita yang sudah masuk masa menopause atau
berusia di atas 50 tahun. (Wiknjosastro, 2015).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy
atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto,
2010). Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada
stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 2015).

5
2.2 Etiologi
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan
dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: (Wiknjosastro, 2015).
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa
gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika
lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka
terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di
luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor
lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-
sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses
transformasi menjadi sel-sel tumor. (Sarwono, 2010 ).
b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
Sedangkan faktor resiko yang dapat memicu terjadinya, antara lain:
(Wiknjosastro,2015).
1) Masalah infertilitas atau nuliparitas
2) Hidup membujang
3) Usia >50 tahun
4) Pajanan terhadap asbes dan bedak.
5) Riwayat kanker payudara atau kanker rahim
6) Riwayat kanker ovarium pada keluarga (genetik)
7) Diet tinggi lemak jenuh
8) Mutasi gen BRCA (Breast Cancer) 1 dan BRCA 2

6
2.3 Manifestasi Klinis
Hal-hal yang menjadi tanda dan gejala serta sering muncul pada kasus
kanker ovarium adalah: (Wiknjosastro, 2015).
a. Kembung
b. Peningkatan ukuran perut
c. Nyeri pelvis atau abdomen
d. Sulit makan atau merasa cepat kenyang
e. Urgensi atau sering berkemih
f. Untuk stadium lanjut ditemukan perubahan pola buang air besar atau salah
pencernaan dan penurunan berat badan yang drastis.
2.4 Faktor Resiko
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko kanker ovarium:
a. Usia, Kanker ovarium dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering
terjadi pada wanita usia 50-60 tahun.
b. Mutasi gen warisan, Persentase kecil dari kanker ovarium disebabkan oleh
mutasi gen warisan. Gen yang dikenal meningkatkan risiko kanker ovarium
disebut gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen Kanker payudara 2
(BRCA2). Gen ini awalnya diidentifikasi dalam keluarga dengan beberapa
kasus kanker payudara, yang adalah bagaimana mereka mendapat nama
mereka, tetapi wanita dengan mutasi-mutasi ini juga memiliki secara
signifikan peningkatan risiko kanker ovarium. Mutasi-mutasi gen yang
menyebabkan Lynch syndrome, yang dikaitkan dengan kanker usus besar,
juga meningkatkan risiko kanker ovarium wanita.
c. Estrogen terapi penggantian hormon, terutama penggunaan jangka panjang
dan dengan dosis besar.
d. Usia ketika menstruasi mulai dan berakhir. Jika Anda mulai menstruasi
sebelum usia 12 atau mengalami menopause setelah usia 52, atau keduanya,
risiko kanker ovarium mungkin lebih tinggi.
e. Pernah hamil.
f. Perawatan kesuburan.
g. Merokok.

7
h. Penggunaan perangkat intrauterine.
i. Sindrom ovarium polikistik.
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan
kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh liga
mentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi
yaitu pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek,
maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel. Ovarium mempunyai 3
fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum, Memproduksi hormone estrogen,
Memproduksi hormone progesterone.
2.5 Anatomi dan fisiologi ovarium
Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan
bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovariumini hanya terdapat
pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk,
mengembang serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan,
misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi. Bentuk ovarium
bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut medulla ovary di buat di
jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler
saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-
kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum. Kelenjar ovarika
terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus, menghasilkan hormon
estrogen dan progesterone. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan
mempengaruhi sifat -sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul
sempit dan lain-lain. Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan
darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari
dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum tumbuh
terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak di buahi maka korpus
luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi
berikutnya, korpus luteum menjadi atropi. Siklus menstruasi, perubahan yang
terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira
5 hari, selama masa ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi

8
sedikit perdarahan. Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan
pertumbuhan yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui,
tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan pengendalian estrogen
dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon) terjadi pada hari ke-14,
kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di kendalikan oleh progesterone.

2.6 Jenis kanker ovarium


Jenis sel adalah kanke menentukan jenis kanker ovarium Anda. Jenis
kanker ovarium meliputi:

(a) Tumor epitel, yang dimulai pada lapisan tipis jaringan yang meliputi bagian
luar ovarium. Sekitar 90 persen dari kanker ovarium adalah tumor epitel.
(b) Tumor stroma, yang mulai dalam jaringan yang berisi sel-sel yang
memproduksi hormon ovarium. Tumor ini biasanya didiagnosis pada tahap
awal dari tumor ovarium lainnya. Sekitar 7 persen dari ovarium tumor stroma.
(c) Tumor sel Germ, yang dimulai pada sel-sel yang memproduksi telur. Kanker
ovarium langka ini cenderung terjadi pada wanita yang lebih muda.

2.7 Patofisiologi
Kanker ovarium cepat menyebar per intraperitoneum melalui pertambahan
ukuran setempat atau penyebaran benih permukaan, dan terkadang melalui aliran
limfe dan aliran darah. Metastasis ke ovarium dapat terjadi dari kanker payudara,
kolon, lambung, dan pankreas. (Wiknjosastro, 2015).
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada
usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia
lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi
dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan
asites (Brunner dan Suddarth, 2002).

9
Kanker di ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Hal ini
akan menjadi sulit dalam hal menentukan histogenesisnya. Kanker yang
berasal dari epitel, dimulai dengan adanya inklusi epitel permukaan pada
stroma yang berkembang menjadi kista. Selain itu, letak tumor yang
tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi
besar tanpa disadari oleh penderita, makanya diperlukan stadium kanker agar
kita mengetahui seberapa jauh penyebaran kanker tersebut. (Wiknjosastro, 2015).

Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah


laparatomi. Penentuan stadium dengan laparatomi lebih akurat, oleh karena
perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi (
sitologi atau histopatologi ), sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih
akurat. (Wiknjosastro, 2015).
Banyak kanker ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor
ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas
hormonal dan komplikasinya. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa
menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor
dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan
tidak nafsu makan dan rasa sakit. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
(Wiknjosastro, 2015).
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah
yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).

10
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah sebagai berikut: (Wiknjosastro, 2015).
a. Asites: kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke
struktur-stuktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui
penyebaran benih tumor mealui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan
rongga panggul.
b. Efusi Pleura: dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui
saluran limfe menuju pleura.
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
d. Edema pada kaki
e. Obstruksi usus
f. Kakeksia berat

2.9 Klasifikasi
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2013):
a. Stadium I: Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
b. Stadium II: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluas pelvis.
c. Stadium III: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif.
d. Stadium IV: Pertumbuhan mencakup satu/kedua ovarium dengan metastasis
jauh.
Sedangkan pembagian stadium kanker ovarium menurut International
Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000 sebagai berikut:

11
Stadium kanker
ovarium primer Kategori
(FIGO, 2011)
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak
ada asites yang berisi sel ganas, tidak ada
pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak
ada asites berisi sel ganas, tidak ada tumor di
permukaan luar, kapsul intak.
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada
tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium,
atau dengan kapsul pecah, atau dengan asites
berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium
dengan perluasan ke panggul.
Iia Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau
tuba.
Iib Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.
Iic Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor
pada permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul
pecah, atau dengan asites yang mengandung sel
ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium,
dengan bukti mikroskopik metastasis kavum
peritoneal di luar pelvis, dan/atau metastasis ke
kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologik dan
dikonfirmasi secara mikroskopik adanya

12
pertumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum
abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant di permukaan peritoneum dan terbukti
secara mikroskopik, diameter tidak melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm
dan/atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau
inguinal positif.
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium
dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan
hasil sitologinya positif dimasukkan dalam
stadium IV. Begitu juga metastasis ke parenkim
liver.

2.10 Epidemiologi
Setelah kanker paru, payudara, dan kolon, kanker ovarium primer
merupakan penyebab tersering kematian akibat kanker diantara wanita di Amerika
Serikat (sekita 40% bertahan hidup selama 5 tahun). Lebih sering terjadi setelah
usia 50 tahun. Wanita di negara industri lebih berisiko. Kanker ovarium metastatik:
lebih sering terjadi dibandingkan kanker di area lain pada wanita yang sebelumnya
mengalami kanker payudara yang telah diobati. (Wiknjosastro, 2015).
Temuan kasus kanker epitel ovarium di Amerika Serikat terdapat 22.220
kasus baru dan 16.210 kematian; Ingrris: 6734 kasus baru dan 4687 kematian.
Jumlah pasien yang meninggal akibat keganasan ini di negara-negara industri
Barat lebih besar dibandingkan jumlah semua kematian yang diakibatkan kanker
ginekologis lain jika jumlahnya disatukan. (Wiknjosastro, 2015).

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KANKER OVARIUM

Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan


yang dalam pelaksanaannya dibagi beberapa yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

3.1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penderita sindroma polikistik ovarium yang kadar estrogennya tinggi
ternyata pada penelitian kohort mempunyai risiko yang tinggi untuk
mengalami kanker ovarium. Jadi, berdasarkan hipotesis ini menurunnya
risiko terjadinya kanker ovarium pada wanita yang memakai pil kontrasepsi
dapat dijelaskan yaitu dengan terjadinya penekanan kadar androgen (Aziz,
2006).
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Gangguan haid
2) Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
3) Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
4) Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
5) Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
(Varney, 2007).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dengan kanker ovarium juga termasuk faktor risiko
kanker ovarium (Varney, 2007). Sekitar 5-10% kanker ovarium
berhubungan dengan faktor genetik, misalnya mutasi gen BRCA atau
sindroma Lynch untuk kelainan payudara familial, kanker kolorektal, dan
kanker ovarium (Santoso, 2015).
d. Riwayat obstetri dan menstruasi
Menarche, siklus, lama, nyeri haid, warna perlu dikaji karena endometriosis
adalah faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Gangguan menstruasi juga
termasuk gejala stadium awal pada kanker ovarium (Varney, 2007).

14
e. Riwayat KB
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita
pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium,
sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan
risikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi akan menurunkan
risiko kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan risiko
terjadinya kanker ovarium. Demikian juga pil yang hanya mengandung
progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan risiko kanker ovarium.
Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak
menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium (Aziz, 2006).
f. Pemeriksaan fisik

1) Kepala
Kemoterapi Paclitaxel akan menyebabkan alopesia (Santoso, 2015).
2) Abdomen
Tahap akhir kanker ovarium dikaitkan dengan gangguan pencernaan
menetap, kemungkinan pembesaran abdomen akibat asites, nyeri abdomen
atau panggul (Varney, 2007). Gejala pada stadium lanjut perut membuncit
dan kembung (Aziz, 2006)
3) Genetalia
Tahap akhir kanker ovarium dikaitkan dengan perdarahan pervaginam
(Varney, 2007).

15
3.2 Pathway
Ca Ovarium

Mutagen, makanan, wanita mandul, primatara tua> 45 th, Genetik

Ingkulsi epitelstoma

Kista

Perangsan hormon esterogen meningkat

Profielasi kista
Metastase jaringan
Terapiradiasi sekitar
Maligna

Efek samping Penurunan fungsi organ


Pembesaran massa

Kerusakan sel sekitar


Kompresi serabut saraf Berduka Perubahan pola
rambut rontok sexsual

Penurunan hemotopoetik Nyeri


Anemia

Penurunan produksi
Resiko gangguan integritas
Eritripsit
Menekan daerah peritontan
Status kesehatan

Usus tertekan
Penurunan motolitas usus
Koping individu tidak
Gangguan konsep
efektif sekitar
diri Mual muntah
Vesika urinaria dan
rectum tertekan Asupan nutrisi
Ansietas inadekuat

16
Gangguan eliminasi BAB BAK Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3.2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (NANDA, 2015)
a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah
akibatkanker metastasis.
b. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan produksi darah (anemia)
c. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya
d. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah
(anemia tromositopeni kemoterapi)

17
3.3. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan

1. Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan - Comfort level Pain Management
dengan penekanan - Pain control 1. Lakukan pengkajian
perut bagian bawah - Pain level nyeri secara
akibat kanker Setelah dilakukan komprehensif termasuk
metastasis lokasi, karakteristik,
tindakan keperawatan
durasi, frekuensi,
selama 2x24 nyeri akut
kualitas dan faktor
pasien berkurang dengan
presipitasi
kriteria hasil:
2. Kontrol lingkungan yang
1. Tidak ada gangguan dapat mempengaruhi
tidur nyeri seperti suhu

2. Tidak ada gangguan ruangan, pencahayaan

konsentrasi dan kebisingan


3. Ajarkan tentang teknik
3. Tidak ada gangguan
non farmakologi: napas
hubungan
dala, relaksasi, distraksi,
interpersonal
kompres hangat/ dingin
4. Tidak ada ekspresi
4. Berikan analgetik untuk
menahan nyeri dan
mengurangi nyeri:
ungkapan secara
……...
verbal
5. Tingkatkan istirahat
5. Tidak ada tegangan 6. Berikan informasi
otot tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa

18
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Circulation status Peripheral Sensation
perifer Prefusion cerebral Management (Manajemen
berhubungan sensasi perifer)
dengan penurunan 1. Monitor adanya daerah
Setelah dilakukan tindakan
produksi darah tertentu yang hanya peka
keperawatan selama ….
(anemia) terhadap
Perfusi jaringan perifer
panas/dingin/tajam/tump
pasien efektif dengan
ul
kriteria hasil :
2. Monitor adanya paretese
1. Mendemonstrasikan
3. Instruksikan keluarga
status sirkulasi yang
untuk mengobservasi
ditandai dengan :
kulit jika ada lsi atau
a. Tekanan systole
laserasi
dan diastole
4. Gunakan sarung tangan
dalam rentang
untuk proteksi
yang diharapkan
5. Batasi gerakan pada
b. Tidak ada kepala, leher dan
ortostatik punggung
hipertensi 6. Monitor kemampuan
c. Tidak ada tanda BAB
tanda 7. Kolaborasi pemberian

19
peningkatan analgetik
tekanan 8. Monitor adanya
intrakranial (tidak tromboplebitis

lebih dari 15 9. Diskusikan menganai

mmHg) penyebab perubahan


sensasi
2. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai
dengan:
a. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan dengan
benar
3. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter

20
Ansietas NOC : NIC :
3.
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan stres akibat (penurunan kecemasan)
Setelah dilakukan asuhan
kurangnya selama 2x24 klien 1. Berikan informasi
pengetahuan kecemasan teratasi dgn faktual mengenai
tentang penyakit kriteria hasil: diagnosis, tindakan
dan 1. Klien mampu prognosis
penatalaksanaannya mengidentifikasidan 2. Libatkan keluarga untuk
mengungkapkan gejala mendampingi klien

cemas 3. Instruksikan pada pasien

2. Mengidentifikasi, untuk menggunakan

mengungkapkan dan tehnik relaksasi.

menunjukkan tehnik 4. Dengarkan dengan

untuk mengontol penuh perhatian.

cemas 5. Identifikasi tingkat

3. Vital sign dalam batas kecemasan.

normal 6. Dorong pasien untuk

4. Postur tubuh, ekspresi mengungkapkan

wajah, bahasa tubuh perasaan, ketakutan,

dan tingkat aktivitas persepsi.

menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko perdarahan NOC : NIC :


berhubungan - Blood lose severity Bleeding precautions
dengan penurunan - Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-
volume darah Setelah dilakukan tindakan tanda perdarahan
(anemia, keperawatan selama …. 2. Catat nilai Hb dan HT

21
tromositopeni, Tidak ada perdarahan pada sebelum dan sesudah
kemoterapi) pasien dengan kriteria terjadinya perdarahan
hasil: 3. Monitor nilai lab
1. Tidak ada hematuria (koagulasi) yang
dan hemaremesis meliputi PT, PTT,
Trombosit
2. Tidak ada kehilangan
4. Monitor TTV ortostatik
darah yang terlihat
5. Kolaborasi dalam
3. Tekanan darah dalam pemberian produk darah
batas normal (sistol 6. Lindungi pasien dari
dan diastole) trauma yang dapat
menyebabkan
4. Tidak ada perdarahan
perdarahan
pervagina
7. Anjurkan pasien untuk
5. Tidak ada distensi meningkatkan intake
abdominal makanan yang banyak
mengandung vitamin K
6. Hemoglobin dan
8. Hindari terjadinya
hematocrit dalam batas
konstipasi dengan
normal
menganjurkan untuk
7. Plasma, PT, PTT mempertahankan intake
dalam batas normal cairan yang adekuat dan
pelembut feses

22
3.4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/
aktivitas yang telah ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu
pasien atau orang terdekat menerima stress situasi atau prognosis,
mencegah komplikasi, membantu program rehabilitas individu,
memberikan informasi tentang penyakit, prosedur, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
3.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan.
Semua tahap proses keperawatan (diagnose, tujuan dan intervensi)
harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota lain
kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam
perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan
perkajian ulang. Jika tindakan belum berhasil, ada 3 alternatif yang
dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapun
alternative tersebut adalah tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian,
tujuan tidak tercapai (Budi Anna Keliat, 2009).

23
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur.dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya
Hipotesis incessant ovulation, Hipotesis androgen, Faktor Risiko.
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik, Stadium Awal dan
Stadium lanjut. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang
tidak pernah menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker
ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi
mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur
mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit.
4.2. Saran

Dengan adanya makalah ini, pembaca bisa memahami masalah


tentang Ca. Ovarium agar dapat dicegah sedini mungkin dan agar berhati hati
dalam pemakaian alat kontrasepsi KB dan menjaga pola makan dan
mengurangi pengonsumsian makanan jenis karsinogenik yang menjadi
pemicu kanker.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aziz,dkk. 2006. Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Brunner and Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8

Volume 2. Jakarta: EGC

Marylin E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC

Wiknjosastro, H. 2015. Dalam Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo Jakarta

25

You might also like