You are on page 1of 12

MAKALAH FARMAKOKINETIK TERAPAN

“FARMAKOKINETIK LORAZEPAM PADA PASIEN


PEDIATRI”

Disusun Oleh:

1. Aprilia Handayani 1041511018


2. Bella Angela 1041511027
3. Dewi Soraya 1041511044
4. Nancy Alesia Rizkian 1041511120

SEKOLAH TINGGI FARMASI “YAYASAN PHARMASI SEMARANG”


SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
anugrahNya kami dapat menyelesaikan makalah Farmakokinetik Terapan tentang
farmakokinetik lorazepam pada pasien pediatri. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis telah menerima banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang membantu, yaitu
kepada :

1. Dr. Endang Diyah I.,M.Si., Apt selaku Kepala Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi “Yayasan Pharmasi“ Semarang.
2. Ika Puspitaningrum, M.Sc.,Apt selaku Ketua Prodi Strata 1 Farmasi.
3. Ika Puspitaningrum, M.Sc.,Aptselaku dosen pengampu mata kuliah
Farmakokinetk Terapan.
4. Kedua orangtua kami yang selalu memberikan dukungan moral dan
materil kepada kami.

Demikian makalahini dibuat, Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca


maupun penulis sendiri. Dan semoga dapat memberi masukan akademis bagi yang
membutuhkan.Atas segala kekurangan yang ada penulis mohon maaf sebesarnya.
Terimakasih.

Semarang , Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2

1.3 Tujuan ...................................................................................................3

BAB II : ISI

2.1 Tinjauan Umum ....................................................................................4

2.2 Tinjauan Khusus....................................................................................7

2.2.1 Parameter farmakokinetik pemberian Lorazepam secara


intravena pada pasien dewasa……………………………………..7
2.2.2 Parameter farmakokinetik pemberian Lorazepam secara
intravena pada pasien pediatri, umur 3 bulan sampai <18 tahun….8

BAB III : PEMBAHASAN..........................................................................9

BAB IV: PENUTUP

4.1 Kesimpulan..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pediatri berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos yang berarti anak dan iatrica
yang berarti pengobatan. Secara etiologi pediatri berarti ilmu pengobatan anak
Pengobatan anak yang dimaksudkan di sini adalah pengobatan penyakit anak.
Pediatri adalah ilmu yang berhubungan dengan kesehatan anak mengenai
pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak dan remaja. Di setiap rumah sakit, (di
sana) akan dengan mudahnya diketemukan bangsal atau unit penyakit anak. Pada
unit ini semua penyakit anak mulai dari usia neonatal sampai dengan usia remaja
yang diperiksa akan mendapatkan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan
penyakit yang diderita anak. Bangsal atau unit penyakit anak ini berarti telah
menerapkan pediatri di lingkungan rumah sakit.

Berkaitan dengan pandangan dan wawasan pediatri yang luas ada konsep yang
memberi sekurang-kurangnya tingkat pelayanan dasar untuk memajukan
kesehatan dan perawatan bagi yang sakit sehingga merupakan hak bagi setiap
orang. Kegagalan pelayanan dan pemanfaatan kesehatan untuk dicapai semua
yang membutuhkannya mendorong ditinjaunya kembali desain sistem pelayanan
kesehatan di banyak negara, tetapi masalah yang tidak terpecahkan tetap ada
dalam kebanyakan sistem pelayanan kesehatan, seperti tidak meratanya
penyebaran dokter, ketidakperdulian institusi terhadap kebutuhan mendesak
individu, kegagalan pelayanan kesehatan untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan
kenyamanan penderita, dan kekurangan pendidikan kesehatan.

Terapi obat pada pediatri berbeda dengan terapi obat pada orang dewasa karena
perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik ini akan mempengaruhi
farmakokinetika – farmakodinamika obat yang pada akhirnya akan mempengaruhi
efikasi dan/ atau toksisitas obat.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Hal-hal apa saja yang dapat digunakan sebagai parameter farmakokinetik


pada pasien pediatri?
2. Apa pengaruh kondisi pasien pediatri pada farmakokinetika obat status
epileptikus lorazepam?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui hal-hal apa saja yang dapat digunakan sebagai parameter
farmakokinetik pada pasien pediatri.
2. Mengetahui pengaruh kondisi pasien pediatri pada farmakokinetika obat
status epileptikus lorazepam.

BAB II

ISI

2.1 TINJAUAN UMUM

Status epileptikus (SE) merupakan keadaan emergensi medis berupa


kejang (seizure) persisten atau berulang yang dikaitkan dengan mortalitas tinggi
dan kecacatan jangka panjang (Abend NS.,et al, 2008). SE ini ditandai dengan
kejang terus-menerus selama paling sedikit 30 menit atau lebih tanpa pemulihan
kesadaran (Sirven JI., et al,2003).

Lorazepam merupakan pilihan golongan benzodiazepin untuk pengobatan


SE. Obat ini kurang larut dalam lemak dengan waktu paruh dua hingga tiga jam,
sehingga mempunyai durasi lebih lama. Lorazepam juga mengikat reseptor
GABAergic lebih kuat, sehingga durasi aksinya lebih lama. Efek antikonvulsan
lorazepam berlangsung 6-12 jam pada rentang dosis 4-8 mg. Agen ini
berspektrum luas dan berhasil menghentikan kejang pada 75-80% kasus. Efek
samping termasuk depresi pernapasan, hipotensi, sedasi, iritasi jaringan lokal.
Sangat berpotensi hipotensi dan depresi napas jika diberikan bersamaan obat
antiepilepsi lain, khususnya barbiturat. Oleh karena itu, lorazepam juga
merupakan pilihan untuk manjemen SE (Sirven JI., et al,2003).

Mekanisme kerja lorazepam dapat menimbulkan efek farmakologi dengan


cara memfasilitasi aksi Gamma Aminobutryc Acid (GABA), ini merupakan suatu
neurotransmitter inhibitor utama, di SSP benzodiazepine tidak mengaktivasi
GABA namun memperkuat reseptor untuk GABA. Akibat adanya peningkatan
afinitas reseptor GABA untuk neurotransmitter inhibisi yang terinduksi oleh
benzodiazepine, maka terjadi peningkatan saluran klorida yang terbuka sehingga
meningkatkan konduktansu klorida, ini akan menghasilkan hiperpolarisasi
membrane sel postsynaptic, dan mengubah neuron postsybaptic sehingga menjadi
lebih resisten terhadap eksitasi. Restensi terhadap eksitasi dan dianggap sebagai
mekanismeyang berperan pada benzodiazepine (lorazepam) dan menimbulkan
efek sedasi, antikonvulsan dan relaksasi (Gunawan,dkk, 2007).

Kinetika obat dalam tubuh anak-anak berbeda dengan dewasa sesuai


dengan pertambahan usianya. Beberapa perubahan farmakokinetika terjadi selama
periode perkembangan dari masa anak-anak sampai masa dewasa. Hal ini perlu
menjadi pertimbangan dalam penetapan dosis untuk pediatri. Berikut merupakan
uraian farmakokinetik lorazepam yang meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi.
1. Absorpsi
Absorpsi obat melalui rute oral dan parenteral pada anak sebanding
dengan pasien dewasa. Pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum
sebanyak pada dewasa, sehingga pH lambung menjadi lebih alkalis. Hal
tersebut akan menurunkan absorbsi obat – obat yang bersifat asam lemah
seperti fenobarbital dan fenitoin, sebaliknya akan meningkatkan absorbsi
obat – obat yang bersifat basa lemah seperti penisilin dan eritromisin.
Waktu pengosongan dan pH lambung akan mencapai tahap normal pada
usia sekitar tiga tahun. Waktu pengosongan lambung pada bayi baru lahir
yaitu 6-8 jam sedangkan dewasa 3-4 jam. Oleh karena itu harus
diperhatikan pada pemberian obat yang di absorbsi di lambung.
Peristaltik pada neonatus tidak beraturan dan mungkin lebih lambat
karena itu absorbsi obat di usus halus sulit diprediksi. Absorpsi perkutan
meningkat pada bayi dan anak-anak terutama pada bayi prematur karena
kulitnya lebih tipis, lebih lembab, dan lebih besar dalam ratio luas
permukaan tubuh per kilogram berat badan. Absorpsi obat pada pemberian
secara intramuskular bervariasi dan sulit diperkirakan. Perbedaan masa
otot, ketidakstabilan vasomotor perifer, kontraksi otot dan perfusi darah
yang relatif lebih kecil dari dewasa, kecuali persentase air dalam otot bayi
lebih besar dibandingkan dewasa. Efek total dari faktor-faktor ini sulit
diperkirakan, misalnya fenobarbital akan diabsorpsi secara cepat sedang
absorpsi diazepam memerlukan waktu lebih lama. Oleh karena itu,
pemberian secara intramuskular jarang dilakukan pada neonatus kecuali
pada keadaan darurat atau tidak dimungkinkannnya pemberian secara intra
vena.
Pemberian obat secara rektal umumnya berguna untuk bayi dan anak
yang tidak memungkinkan menggunakan sediaan oral seperti pada kondisi
muntah, kejang. Namun demikian, seperti halnya pada pasien dewasa, ada
kemungkinan terjadinya variasi individu pada suplai darah ke rektum yang
menyebabkan variasi dalam kecepatan dan derajat absorpsi pada
pemberian secara rektal (Depkes RI, 2009)

2. Distribusi
Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa,
karena adanya perbedaan volume cairan ekstraseluler, total air tubuh,
komposisi jaringan lemak, dan ikatan protein. Volume cairan ekstraselular
relatif lebih tinggi dibandingkan orang orang dewasa, volume ini akan
terus menurun seiring bertambahnya usia; pada neonatus 50%, pada bayi
berusia 4-6 bulan 35%, pada usia satu tahun 25% sedangkan pada orang
dewasa sebanyak 20-25% dari total berat badan. Hal lain yang lebih
penting adalah total cairan alam tubuh akan lebih tinggi pada bayi yang
dilahirkan secara prematur (80-85% dari total berat badan) dibandingkan
pada bayi normal (75% dari total berat badan) dan pada bayi usia 3 bulan
60% dan pada orang dewasa (55% dari total berat badan). Besarnya
volume cairan ekstra sel dan total air tubuh akan menyebabkan volume
distribusi dari obat-obat yang larut dalam air contoh fenobarbital Na,
penisillin dan aminoglikosida, akan meningkat sehingga dosis mg/kg BB
harus diturunkan.
Hal sebaliknya terjadi berupa lebih sedikitnya jaringan lemak pada
bayi dibandingkan pada orang dewasa. Pada bayi prematur 1-2%
sedangkan pada bayi lahir cukup bulan 15% sedangkan pada orang dewasa
sekitar 20%. Sebagai konsekuensinya volume distribusi obat yang larut
lemak pada bayi dan anak lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa
sehingga diperlukan penurunan dosis dan/atau penyesuaian interval.
Afinitas ikatan obat dengan protein plasma pada bayi dan anak lebih
rendah dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini ditambah pula dengan
terjadinya kompetisi untuk tempat ikatan obat tertentu oleh senyawa
endogen tertentu seperti bilirubin. Ikatan protein plasma seperti
fenobarbital, salisilat dan fenitoin pada neonatus lebih kecil daripada
orang dewasa sehingga diperlukan dosis yang lebih kecil atau interval
yang lebih panjang.

3. Metabolisme
Rendahnya metabolisme obat di hati pada neonatus disebabkan oleh
rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati, kapasitas enzim
hati dan ekskresi empedu. Sistem enzim di hati pada neonatus dan bayi
belum sempurna, terutama pada proses oksidasi dan glukoronidase,
sebaliknya pada jalur konjugasi dengan asam sulfat berlangsung sempurna.
Jalur metabolisme ini mungkin berhubungan langsung dengan usia
dan mungkin memerlukan waktu selama beberapa bulan sampai satu tahun
agar berkembang sempurna. Hal ini terlihat dari peningkatan klirens pada
usia setelah satu tahun.

4. Eliminasi Melalui Ginjal


Filtrasi glomerulus, sekresi tubulus, reabsorbsi tubulus menurun dan
bersihan (clearance) obat tidak dapat di prediksi, tergantung cara eliminasi
obat tersebut di ginjal. Pada umumnya obat dan metabolitnya dieliminasi
melalui ginjal. Kecepatan filtrasi glomerulus pada neonatus adalah 0,6–0,8
mL/menit per 1,73 m dan pada bayi adalah 2-4 mL/menit per 1,73 m2.
Proses filtrasi glomerulus, sekresi tubuler dan reabsorpsi tubuler akan
menunjukkan efisiensi ekskresi ginjal. Proses perkembangan proses ini
akan berlangsung sekitar beberapa minggu sampai satu tahun setelah
kelahiran.

Profil farmakokinetik secara teori


Absorbsi Ka pH asam lemah absorbsi 
Ph basa lemah absorbsi 
Cmax  Peristaltik usus  pengosongan
Tmax 
Distribusi AUC  Karena tidak mengikat banyak obat
bebasnya
Vd hidrofil  Karena kadar air dalam bayi masih
banyak
Vd lipofil  Massa lemak neonatus dari bayi
masih sedikit
Metabolisme Cl  Sekresi tubulan turun, aliran darah
hepatik turun
Kel 
T1/2 lama
2.2 TINJAUAN KHUSUS

2.2.1 Parameter farmakokinetik pemberian Lorazepam secara intravena


pada pasien dewasa.

2.2.2 Parameter farmakokinetik pemberian Lorazepam secara intravena


pada pasien pediatri, umur 3 bulan sampai <18 tahun.
BAB III
PEMBAHASAN

Secara teoritis penggunaan benzodiazepin (lorazepam) pada pasien


pediatri mempengaruhi farmakokinetik obat pada proses absorbsi, distribusi,
dan metabolisme lorazepam yang meliputi antara Cl, Vd, T 1/2 sukarelawan
dewasa (weighted average) dengan pasien pediatri tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.

Hal ini dapat disebabkan karena pada pasien pediatri diambil dari
usia 3 bulan sampai < 18 tahun. Ini dapat mempengaruhi data farmakokinetik
yang diujikan, karena jelas berbeda data farmakokinetik pada neonatus (0-28
hari), infant (1 bulan- 2 tahun), anak anak (2 tahun- 11 tahun), remaja (12
tahun-18 tahun). Hal ini yang dapat menyebabkan pasien pediatri tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Pada teori seharusnya Cl pada pasien pediatri mengalami penurunan


hal ini disebabkan sekresi tubular menurun dan aliran darah hepatik juga
menurun. Sehingga menyebabkan T1/2 menjadi lebih lama. Lorazepam
termasuk dalam obat lipofilik sehingga menurut teori Vd pada pasien pediatri
menurun, hal ini dikarenakan massa lemak pada pediatri masih sedikit.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Pada profil farmakokinetik pasien pediatri dibandingkan dengan pasien


dewasa tidak ada perbedaan yang signifikan.
2. Perbedaan yang tidak siginfikan ini disebabkan karena dilakukan uji pada
pasien dengan umur 3 bulan sampai < 18 tahun,
3. Profil farmakokinetik secara teoritis seharusnya ada perbedaan pada proses
absorbsi, distribusi, metabolism dan ekskresi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abend NS, Duglas DJ. 2008. Treatment of refractory status epilepticus.


Pediatric Neurol; 38(6): 377.
2. Gunawan, gan sulistia. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
3. Sirven JI, Waterhouse E. 2003. Management of status epilepticus. Am
Fam Physician; 68(3): 469-76.
4. John W. Graef, MD. 1994. Manual of Pediatric Therapeutics. Boston/New
York/Toronto/London: Little, Brown and Company.

You might also like