Professional Documents
Culture Documents
STUDI KASUS
DI SUSUN OLEH :
1. SANTY E. NAINGGOLAN
2. YULI HARNANI
3. DESTA WINDY PAMUNGKAS
4. TIARA GUSTIWIYANA
TIM PEMBIMBING
Ditetapkan di:
Tanggal:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Studi
Kasus ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An.H dengan Tetralogi Of
Fallot di Unit Rawat Anak di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita”.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Diagnosa keperawatan ..............................................................
3.4 Rencana Keperawatan ...............................................................
3.5 Implementasi .............................................................................
3.6 Evaluasi .....................................................................................
BAB IV: PEMBAHASAN ...............................................................................
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
TOF menempati urutan kelima penyakit jantung bawaan pada anak setelah
Defek Septum Ventrikel, Defek Septum Atrium, Patent Duktus Arteriosus dan
Pulmonal Stenosis. Penderitanya sekitar 10-15% dari seluruh penyakit jantung
bawaan dari total prevelensi penyakit jantung bawaan diseluruh dunia
mencapai 6-10 per 1000 kelahiran. Angka kejadian TOF di USA mencapai 3 –
6 dari 10.000 kelahiran bayi. Di indonesia diperhitungkan bayi baru lahir
mencapai 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang didapatkan
dari medical record RS Jantung Harapan Kita pada tahun 2010 angka kejadian
pasien penderita TOF sebanyak 318 pasien, tahun 2011 sebanyak 330 pasien
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 290 pasien. Dari angka kejadian PJB
tahun 2010 sebanyak 754 pasien, tahun 2011 sebanyak 862, tahun 2012
sebanyak 876 pasien.
Angka kematian bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan cukup tinggi.
Di Indonesia di perkirakan 50% penderita PJB pada bulan pertama yang
mengalami kegawatan meninggal, oleh karena itu dibutuhkan tatalaksana TOF
yang sangat cepat, tepat dan spesifik. Perawat sebagai anggota tim kesehatan
mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien TOF dalam aspek promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif.
Aspek promotif, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai
faktor-faktor predisposisi TOF serta mengajak masyarakat untuk membawa
keluarganya segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-tanda TOF agar
1
2
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan study kasus ini adalah untuk memahami
asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan TOF.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan study kasus ini adalah:
a. Untuk memahami konsep dasar TOF
b. Untuk dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
penyakit TOF
c. Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit TOF
d. Untuk dapat melakukan perencanaan pada pasien dengan penyakit
TOF
e. Untuk dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan penyakit TOF
f. Untuk dapat melakukan evaluasi pada pasien dengan penyakit TOF
3
2.1 Pengertian
Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan defek jantung yang terjadi secara
congenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan pada
jantungnya. TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada cyanotic
heart defect dan juga pada blue spell syndrome bilamana kebutuhan oksigen
otak melebihi suplainya. Komponen yang paling penting dalam menentukan
derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari ringan sampai dengan
berat (Ilmu Kesehatan Anak, 2001).
5
6
b. Katup Jantung
a. Katup Atrioventrikel (AV Kanan dan Kiri)
1) Katup Trikuspialis: katup yang terletak antara atrium kanan dan
ventrikel kanan, mampunyai tiga buah katup
2) Katup mitral: katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel
kiri yang mampunyai dua buah katup
b. Katup Semilunaris
1) Katup aorta: katup yang terdapat dipembuluh darah aorta,
menghubungkan ventrikel kiri dengan aorta (yg merupakan sistem
aliran darah sistemik)
2) Katup pulmonaris: katup yang terdapat di pembuluh darah arteri
pulmonalis, yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan
arteri pulmonal (yang merupakan sistem aliran darah pulmonal)
c. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah membantu jantung
untuk mengedarkan sel darah merah keseluruh tubuh, serta mengedarkan
sari makanan, oksigen dan mangangkut sisa metabolisme dari seluruh
tubuh.
a. Arteri
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari
ventrikel jantung yang berdinding tebal dan kaku serta berdenyut
apabila diraba. Tujuannya adalah mengalirkan darah ke seluruh tubuh,
8
2.3 Etiologi
Pada sebagian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor- faktor tersebut antara lain (Ilmu Kesehatan Anak, 2001):
a. Faktor endogen:
a. Berbagai jenis penyakit genetik: kelainan kromosom. Misalnya pada
sindrom down dan Digeorge sindrom seringkali menderita PJB
diantaranya TOF
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
9
2.4 Patofisiologi
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung sederhana
yang disebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia
kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses
pembentukan dan penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan
penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan
perkembangan jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan terdapat
faktor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang
abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta
10
terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan lahir dengan
kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang
besar, stenosis pulmonal infundibuler atau valvular, dekstro posisi pangkal
aorta dan hipertrofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang
timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 45% kasus stenosis
pulmonal hanya infundibuler, pada 30% kasus kombinasi infundibuler dan
valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis
pulmonal perifer. Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat
yang normal, overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah
anterior mengarah ke septum.
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan,
maka:
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada
septum interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri,
sehingga terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum
teroksigenasi.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan
tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri
11
maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to
left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi
akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan
mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).
Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup dan menghadapi
stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum
ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh
tubuh tidak teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis
(Ilmu Kesehatan anak, 2001).
b. Radiologi
Sinar-X pada thoraks didapat gambaran penurunan aliran darah pulmonal
(Black Lung), gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu boot (boot shape). Pembesaran Atrium kanan
(25%) dan arkus aorta bagian kanan (25%) mungkin dapat ditemukan.
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan. Kateterisasi jantung berguna
untuk mengetahui Defek Septum Ventrikel multiple, mendeteksi kelainan
arteri koronaria, mendeteksi besarnya stenosis pulmonal, mengukur
saturasi oksigen, mengukur tekanan pada keempat ruang jantung dan arteri
besar. Biasanya terjadi peningkatan tekanan ventrikel kanan dengan
tekanan arteri pulmonalis normal atau rendah (Myung, K Park, 2008).
2.7 Penatalaksanaan
a. Medikamentos
Pada penderita yang mengalami Hipoxic spell atau sering disebut juga
sianotik spell atau serangan sianotik, terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut karena dapat mengakibatkan komplikasi
serius pada system saraf pusat. Hipoxic spell ditandai dengan adanya
paroksismal hiperpnea (nafas cepat dan dalam), menangis lama, gelisah,
sianosis meningkat dan pengurangan intensitas murmur jantung.
Penatalaksanaan untuk kondisi ini antara lain dengan cara:
a. Libatkan orangtua untuk menenangkan anakBerikan posisi lutut ke
dada (knee chest position) yaitu posisi dimana lutut didekatkan
pada dada. Dengan cara ini aliran balik vena sistemik akan
berkurang karena sebagian darah akan terkumpul di ekstremitas
bawah (akibat penekukan arteri femoralis) dan tahanan vaskuler
sistemik akan meningkat sehingga aliran pirau kanan ke kiri
berkurang dan aliran darah ke paru meningkat.
b. Diazepam (stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu atau dapat pula diberi Morphine sulfat 0,1-0,2
mg/kgBB SC, IM atau IV
c. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu
tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen,
tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha di atas
diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis berkurang dan anak
menjadi tenang
d. Untuk menanggulangi asidosis serta mengurangi stimulasi susunan
saraf pusat akibat asidosis, pemberian Sodium Bikarbonat dengan
dosis 1mEq/kgBB IV dan dapat diulang 10-15 menit kemudian.
15
2.8 Prognosis
18
Hipoksemia
21
Hipoksemia
Klinis
Klinis :: Sesak,
Sesak, Takipnea,
Takipnea, lemah,
lemah, cepat
cepat
lelah,
lelah, squatting/
squatting/ Knee
Knee chest,
chest, feeding
feeding
difficult
difficult (susah
(susah menyusu)
menyusu)
Ketidakseimbangan antara
supply O2 dan kebutuhan tubuh
DX:
DX: Intoleransi
Intoleransi aktifitas
aktifitas
Klinis:Sianosis terutama DX:
DX: Gangguan
Gangguan nutrisi;Kurang
nutrisi;Kurang dari
dari
pada bibir dan kebutuhan
kebutuhan tubuh
tubuh
kuku, Clubbing finger, Dx.
Dx. Gangguan
Gangguan tumbang
tumbang
Hipoksia jaringan
DX:Gangguan perfusi
jaringan perifer
Merangsang ginjal Metabolisme anaerob Klinis : Mottle, ↑ CO2
mengeluarkan Penimbunan asam
eritropoetin laktat DX: Gangguan perfusi
Klinis : Takipnea, Sumsum tulang
jaringan
gelisah, kesadaran mengeluarkan
menurun, menangis eritroblast
lama ATP rendah
Embolisme Gangguan
paru atau di pertukaran gas
otak Gangguan perfusi
jaringan serebral
22
23
b. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan TOF, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
antara lain:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke pulmonal
b. Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak
efektif dengan adanya malformasi jantung
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi
(anoksia kronis, serangan sianotik akut)
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan fatique selama makan, peningkatan kebutuhan
kalori, penurunan nafsu makan
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
g. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan
keluarga tentang diagnosis atau prognosis penyakit anak
h. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak
i. Resiko terjadinya spell berulang berhubungan dengan hipoksia
c. Rencana Keperawatan
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Resiko terjadinya spell berulang Tujuan: 1) Monitor tanda-tanda vital.
berhubungan dengan hipoksia Serangan spell berulang tidak 2) Kenali secara dini adanya tanda-
jaringan meningkat pada terjadi. tanda spell, seperti klien bertambah
peningkatan aktivitas. Kriteria hasil: sianosis, peningkatan frekuensi
1) Tidak ditemukan tanda-tanda pernapasan, gelisah, lemas
spell, seperti; sianosis yang kesadaran menurun dan kejang.
bertambah, pernapasan cepat 3) Ciptakan lingkungan yang tenang,
dan dalam, kesadaran menurun hindari lingkungan penuh stress.
dan kejang. 4) Batasi aktivitas dan pengunjung.
2) Tanda-tanda vital dalam batas 5) Atur posisi squatting atau knee
normal sesuai umur. chest jika terjadi tanda-tanda spell
3) Akral hangat. mulai terjadi.
4) Kesadaran klien compos 6) Beri makanan yang lunak dan
mentis. mudah dicerna.
7) Kolaborasi pemberian O2/obat
batuk/ penurun panas/pelunak
faeses/penenang serta 25ropranolol
jika diperlukan.
2 Penurunan cardiac output Tujuan: 1) Monitor tanda vital, pulsasi perifer,
berhubungan dengan sirkulasi Anak dapat mempertahankan capilarry refill dengan
yang tidak efektif dengan adanya cardiac output yang adekuat. membandingkan pengukuran pada
malformasi jantung. Kriteria hasil: kedua ekstremitas dengan posisi
1) Tanda-tanda vital normal berdiri, duduk, dan tiduran jika
sesuai umur. memungkinkan.
2) Tidak ada; dyspneu, napas 2) Kaji dan catat denyut apikal selama
cepat dan dalam, sianosis, satu menit penuh.
gelisah/letargi, takikardi, mur- 3) Observasi adanya serangan sianotik.
25
mur. 4) Berikan posisi knee chest pada
3) Pasien compos mentis. anak.
4) Akral hangat. 5) Obsrevasi adanya tanda-tanda
5) pulsasi perifer kuat dan sama penurunan sensori: letargi, bingung
pada kedua ekstremitas. dan disorientasi.
6) Capilarry Refill time < 3 detik. 6) Monitor intake dan output secara
7) Urine output 1-2 cc/kgBB/jam. adekuat.
7) Sediakan waktu istirahat yang
cukup bagi anak dan dampingi anak
pada saat melakukan aktivitas.
8) Sajikan makanan yang mudah
dicerna dan kurangi konsumsi
kafein.
9) Kolaborasi dalam pemeriksaan
serial ECG, foto thorak, pemberian
obat-obatan anti disritmia.
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh
melalui infuse
3 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1) Catat irama jantung, tekanan darah
berhubungan dengan Anak menunjukkan peningkatan dan nadi sebelum, selama dan
ketidakseimbangan antara suplai kemampuan dalam melakukan sesudah melakukan aktivitas.
dan kebutuhan oksigen. aktivitas (tekanan darah, nadi, 2) Anjurkan pada pasien agar lebih
irama dalam batas normal). banyak beristirahat terlebih dahulu.
Kriteria hasil: 3) Anjurkan pada pasien agar tidak
1) Tanda vital normal sesuai mengedan pada saat buang air besar.
umur. 4) Jelaskan pada pasien tentang tahap-
2) Anak mau berpartisipasi dalam tahap aktivitas yang boleh dilakukan
setiap kegiatan yang oleh pasien.
26
dijadwalkan. 5) Tunjukkan pada pasien tentang
3) Anak mencapai peningkatan tanda-tanda fisik bahwa aktivitas
toleransi aktivitas sesuai umur. melebihi batas.
4) Fatiq dan kelemahan 6) Bantu anak dalam memenuhi
berkurang. kebutuhan ADL dan dukung ke arah
5) Anak dapat tidur dengan lelap. kemandirian anak sesuai dengan
indikasi.
7) Jadwalkan sesuai dengan usia,
kondisi, dan kemampuan anak
4 Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan: 1) Timbang berat badan anak setiap
kurang dari kebutuhan tubuh Anak dapat makan secara adekuat pagi tanpa diapers pada alat ukur
berhubungan dengan fatique dan cairan dapat dipertahankan yang sama, waktu yang sama dan
selama makan dan peningkatan sesuai dengan berat badan normal dokumentasikan.
kebutuhan kalori, penurunan dan pertumbuhan normal. 2) Catat intake dan output secara
nafsu makan. Kriteria hasil: akurat.
1) Anak menunjukkan kenaikan 3) Berikan makan sedikit tapi sering
berat badan sesuai dengan untuk mengurangi kelemahan
umur. disesuaikan dengan aktivitas selama
2) Peningkatan toleransi makan. makan (menggunakan terapi
3) Anak dapat menghabiskan bermain).
porsi makan yang disediakan. 4) Berikan perawatan mulut untuk
4) Hasil lab tidak menunjukkan meningkatkan nafsu makan anak.
tanda malnutrisi, albumin, Hb. 5) Berikan posisi jongkok bila terjadi
5) Mual muntah tidak ada. sianosis pada saat makan.
6) Anemia tidak ada. 6) Gunakan dot yang lembut bagi bayi
dan berikan waktu istirahat di sela
makan dan sendawakan.
7) Gunakan aliran oksigen untuk
menurunkan distres pernafasan yang
27
dapat disebabkan karena tersedak.
8) Berikan susu formula yang
mengandung kalori tinggi yang di
sesuaikan dengan kebutuhan.
9) Batasi pemberian sodium jika
memungkinkan.
10) Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian makanan.
11) Bila ditemukan tanda anemia
kolaborasi pemeriksaan
laboratorium.
5 Gangguan pertumbuhan dan Tujuan: 1) Sediakan kebutuhan nutrisi yang
perkembangan berhubungan Pertumbuhan dan perkembangan adekuat.
dengan oksigenasi tidak adekuat, dapat mengikuti kurva tumbuh 2) Monitor BB/TB, buat catatan
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh. kembang sesuai dengan usia. khusus sebagai monitor.
Kriteri hasil: 3) Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi
Pasien dapat mengikuti tahap
pertumbuhan dan perkembangan
yang sesuai dengan usia.
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
3.1.1.1 Data Demografi
Tanggal pengkajian : 19/7/2018
Nama : An. H
(3 tahun 11 bulan )
Agama : Islam
Golongan darah : B+
pukul 11.05
Alamat : Bandung,
Indonesia
Umur : 44 Th Umur : 35 Th
24
25
3.1.1.5 Keluhan Utama : Cepat capek, biru ketika menangis dan sesak nafas
25
26
Propanolol 3x10mg PO
26
27
f. Leher : tidak terdapat distensi vena jugularis, arteri karotis teraba kuat.
3.1.2.3 Thoraks
a. Pola napas : reguler
b. Pergerakan dada simetris
c. Bentuk dada : normal, retraksi otot bantu pernapasan tidak ada
d. Bentuk punggung normal tegak
27
28
28
29
29
30
Cor : CTR <50 % apex tertanam di kiri. Segmen pulmonal tidak menonjol.
Mediastinum superior tidak melebar. Aorta di tengah. Tidak dilatasi.
Paru : Hilus baik dan tidak menebal. Vaskularisasi paru tidak meningkat.
Situs costofrenikus dan diafragma kanan kiri baik. Tulang dan soft tissue
baik.
Situs Solitus
AV-VA concordance
ASD (-) VSD subaortic diameter 12mm R-L shunt, PDA (-)
RPA LPA= 5 mm
30
31
K. Pulmonal : normal
V. Inominata (+)
Situs solitus
AV corcodance
VA concordance
Semua PV bermuara ke LA
VSD sub aorta
Aorta overriding
Ps infundibular
PA konfluence annulus 8,92 mm
RPA proksimal 7,21 mm distal 8,91 mm
LPA proksimal 9,53 mm distal 9,06 mm
PDA (+) putung
AoD 10,6 mm
Arcus aorta di kanan
Anomali koroner (-)
Kolateral (-)
Kesimpulan:
Tetralogy of fallot
PA konfluens
31
32
3.1.3.5 Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 2 3 4
16 Juli 2018 Hemostasis
PT 12,2 detik 9,4 – 12,5
Kontrol 11,0 detik
INR L 1,11 detik 2,00 – 4,80
Fungsi Ginjal
Ureum 33,7 mg/dL 10,70 – 38,52
-BUN 16,0 mg/dL 5,0 – 18,0
Kreatinin 0,38 mg/dL 0,26 – 0,42
Glukosa
GD Sewaktu 75 mg/dL 74 – 99
AGD-Elektrolit
Natrium (Na) 139 mmol/L 135 – 153
Kalium (K) 4,3 mmol/L 3,5 – 5,1
Klorida (Cl) 104 mmol/L 98 – 109
Infeksi/Inflamasi
CRP 1 mg/dL <5
32
33
Hemostasis
PT 10,6 detik 9,4 – 12,5
Kontrol 11,0 detik
INR L 0,96 2,00 – 4,80
Fungsi Hati
Albumin 3,7 g/dL 3,5 – 5,2
Globulin L 2,2 g/dL 3,1 – 3,5
Protein total L 5,9 g/dL 6,6 – 8,7
33
34
Fungsi Ginjal
Ureum 18,5 mg/dL 10,70 – 38,52
BUN 9,0 mg/dL 5,0 – 18,0
Kreatinin 0,38 mg/dL 0,26 – 0,42
Glukosa
GD Sewaktu 97 mg/dL 74 – 99
AGD-Elektrolit
Natrium (Na) 145 mmol/L 135 – 145
Kalium (K) 4,7 mmol/L 3,5 - 5,1
Clorida (Cl) 107 mmol/L 98 – 109
Infeksi/Inflamasi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti-HCV Non Reaktif Non Reaktif
34
35
TOF
35
36
subaortic diameter
12mm R-L shunt, Ao
Overiding ± 50%, PS
valve infundibuler
6. Hasil MSCT :
VSD sub aorta
Aorta overriding
Ps infundibular
PA konfluence
annulus 8,92 mm
7. Thorax Foto : CTR
<50% apex tertanam di
kiri
19 DS : DO : Gangguan Ketidakadekuatan
Ibu klien
Juli pertumbuhan suplai oksigen
mengatakan klien 1. BB klien 10 kg (BB
2018 dan dan zat nutrisi ke
cepat capek ketika ideal 8 + 2n = 8 +6 = 14
perkembangan jaringan
menyusu kg).
2. TB 89 cm
36
37
Intervensi Keperawatan
37
38
38
39
39
40
40
2. Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Tgl/jam No Implementasi Evaluasi Ttd
diagnosa
19 Juli 1. 1. Mengukur tanda-tanda S : Keluarga pasien
vital : mengatakan anak
2018
TD : 92/66 (65) bertambah biru ketika
09.00
mmhg, HR : 98x/mnt, menangis
RR : 24x/mnt, Suhu :
10.00 36,2 C, Sat O2 : 60%,
11.00 Capillary Refill Time O: Ku baik, vital : TD :
>2 detik 86/47 (61) mmHg, HR :
12.00 96x/menit, Sat O2 60%,
2. Melakukan
Suhu : 36,1oC, RR :
pemeriksaan akral dan
13.00 26x/menit, CTR 2 detik,
tanda sianosis,
13.3 akral hangat, bibir, kuku
respon : akral hangat,
tampak sianosis.
bibir, kuku sianosis,
14.00
tanda spell hipoksik (-)
3. Membantu pasien A: Masalah belum teratasi
makan snack, puding
habis 1 porsi.
4. Memfasilitasi pasien P: lanjutkan asuhan
istirahat di atas tempat
keperawatan
tidur, membatasi
pengunjung agar - Observasi tanda-
pasien dapat tanda vital
beristirahat - Pantau sedini
5. Berkolaborasi dengan mungkin tanda-
gizi dalam tanda spell
memberikan pasien - Sediakan waktu
makan siang, pasien di istirahat yang
suapi ibunya nya, cukup untuk anak
habis ½ porsi - Sediakan
6. Membantu pasien lingkungan yang
minum propanolol 5 nyaman, hindari
mg stress, batasi
7. Mengukur tanda-tanda pengunjung
vital : TD : 90/48 (62) - Sediakan makanan
mmHg, HR : yang mudah
70x/menit, RR: 25 dicerna
x/mnt, Sat O2 62%, - Evaluasi
o
Suhu : 36,0 C, CTR pemahaman
>2 detik keluarga mengenai
41
42
42
BAB IV
PEMBAHASAN
43
44
44
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
45
DAFTAR PUSATAKA
A.H Markum. 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1. Jakarta: Fakultas
kedokteran UI
Brunner dan Suddart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hidayat, A, Aziz, Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta :EGC.
Carpenito J.Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan,edisi 8. Jakarta: EGC.
Santosa, Budi. 2006. Diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Sylvia,A, Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Udjanti, Wajan Juni, 2010. Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Downing, Tacy E., and Kim, Yuli Y. 2015. Tetralogy of Fallot General Prinsiple of
Magagement. (Accessed at 21th July 2018) on
https://www.cardiology.theclinics.com/cms/attachment/2038638099/2052633114
/main.pdf.png
Candra, Asep. 2012. 5 Penyakit Jantung Bawaan dan Penegahannya. By
Kompas.com (Accessed at 21th July 2018) on
http://health.kompas.com/read/2012/12/24/17204326/5.Penyakit.Jantung.Bawaa
n.dan.Pencegahannya