You are on page 1of 55

DIKLAT RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HAPAN KITA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN TETRALOGI OF


FALLOT DI UNIT RAWAT ANAK
RSPJN HARAPAN KITA JAKARTA

STUDI KASUS

DI SUSUN OLEH :
1. SANTY E. NAINGGOLAN
2. YULI HARNANI
3. DESTA WINDY PAMUNGKAS
4. TIARA GUSTIWIYANA

PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN


KARDIOVASKULER TINGKAT DASAR
RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA JAKARTA
JUNI 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Studi Kasus ini diajukan oleh:


Nama
1. Santy E. NAinggolan
2. Yuli Harnani
3. Desta Windy Pamungkas
4. Tiara Gustiiyana
Program: Pelatiahn Keperwatan Kardiovaskuler Tingkat Dasar

TIM PEMBIMBING

Pembimbing : Ns. Tiarlin, S. Kep.

Pembimbing : Ns. Herniati Misdah, S. Kep., Sp. KV.

Penguji: Ns. Herniati Misdah, S. Kep., Sp. KV.

Penguji: Ns. Tiarlin, S. Kep.

Penguji: Titi Nurhayati, CTRN, S.Pd.

Penguji: Ns. R. Yanti Rayanti, S.Kep., Sp. KV., MM.

Ditetapkan di:
Tanggal:

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Studi
Kasus ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An.H dengan Tetralogi Of
Fallot di Unit Rawat Anak di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita”.

Laporan ini disusun memperdalam pemahaman mengenai penyakit jantung


bawaan yang merupakan bagian dari program Pelatihan Keperawatan
Kardiovaskular Tingkat Dasar. Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas
dari bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada;
1. Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K),MARS,FACC,FESC selaku Direktur Utama
RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
2. Ns. Suryani Rahman, S.Kep.,MM selaku Kepala Bidang Keperawatan RS
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
3. Seluruh Kepala Instalasi RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
4. Seluruh Kepala Unit RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
5. Divisi Pendidikan dan Pelatihan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita.
6. Ns. Herniati Misdah, S.Kep.,Sp.KV selaku Pembimbing dan Penilai
Presentasi Studi Kasus Penyakit Jantung Katup; RHD.
7. Ns. Tiarlin, S.Kep selaku Pembimbing dan Penilai Presentasi Studi Kasus
Penyakit Jantung Bawaan; TOF.
8. Titi Nurhayati, CTRN, S.Pd selaku Penilai Presentasi Penyakit Jantung
Bawaan; TOF.
9. Ns. R.Yanti Rayanti, S.Kep.,Sp.Kv,MM selaku MOT dan Penilai
Presentasi Penyakit Jantung Katup; RHD.
10. Seluruh pembimbing klinik di setiap unit RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita.
11. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Ruang Lingkup penulisan .......................................................... 3
1.4 Metode Penulisan ....................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 4
BAB II: TINJAUAN TEORI.......................................................................... 5
2.1 Pengertian .................................................................................. 5
2.2 Anatomi dan Fisiologi ............................................................... 6
2.3 Etiologi ...................................................................................... 9
2.4 patofisiologi ............................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis ..................................................................... 12
2.6 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 13
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................ 15
2.8 Prognosis ................................................................................... 18
2.9 Konsep Tumbang Anak Usia 3 Tahun ....................................... 18
2.10 Pathway Web of Causation ...................................................... 21
2.11 Asuhan Keperawatan ...............................................................23
BAB III: Asuhan Keperawatan .......................................................................
3.1 Pengkajian .................................................................................
3.2 Analisa Data ..............................................................................

iv
3.3 Diagnosa keperawatan ..............................................................
3.4 Rencana Keperawatan ...............................................................
3.5 Implementasi .............................................................................
3.6 Evaluasi .....................................................................................
BAB IV: PEMBAHASAN ...............................................................................
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

2.1 A. Jantung Normal B. Jantung dengan TOF .............................................. 5


2.2 Anatomi Jantung ........................................................................................ 7
2.3 Anak Spell .................................................................................................. 12
2.4 Clubbinng Finger ....................................................................................... 13
2.5 Rontgen dada pada TOF ............................................................................ 14
2.6 Defect Ventrikel ......................................................................................... 14

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung bawaan (PJB) dikategorikan menjadi PJB sianotik dan PJB
asianotik. Salah satu PJB sianotik adalah Tetralogi of Fallot (TOF). TOF
adalah kelainan jantung bawaan yang ditandai empat abnormalitas jantung.
Empat komponen abnormalitas ini yang menyebabkan sianosis. Komponen
abnormalitas yang dimaksud antara lain defek septum ventrikel, stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan. (Johnson &
Moller, 2008)

TOF menempati urutan kelima penyakit jantung bawaan pada anak setelah
Defek Septum Ventrikel, Defek Septum Atrium, Patent Duktus Arteriosus dan
Pulmonal Stenosis. Penderitanya sekitar 10-15% dari seluruh penyakit jantung
bawaan dari total prevelensi penyakit jantung bawaan diseluruh dunia
mencapai 6-10 per 1000 kelahiran. Angka kejadian TOF di USA mencapai 3 –
6 dari 10.000 kelahiran bayi. Di indonesia diperhitungkan bayi baru lahir
mencapai 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang didapatkan
dari medical record RS Jantung Harapan Kita pada tahun 2010 angka kejadian
pasien penderita TOF sebanyak 318 pasien, tahun 2011 sebanyak 330 pasien
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 290 pasien. Dari angka kejadian PJB
tahun 2010 sebanyak 754 pasien, tahun 2011 sebanyak 862, tahun 2012
sebanyak 876 pasien.

Angka kematian bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan cukup tinggi.
Di Indonesia di perkirakan 50% penderita PJB pada bulan pertama yang
mengalami kegawatan meninggal, oleh karena itu dibutuhkan tatalaksana TOF
yang sangat cepat, tepat dan spesifik. Perawat sebagai anggota tim kesehatan
mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien TOF dalam aspek promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif.
Aspek promotif, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai
faktor-faktor predisposisi TOF serta mengajak masyarakat untuk membawa
keluarganya segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-tanda TOF agar

1
2

semakin cepat ditangani dan prognosisnya semakin baik, aspek preventif


perawat dapat menginformasikan mengenai faktor predisposisi TOF yang
dapat dicegah seperti larangan merokok, minum alkohol dan pajanan sinar X
bagi ibu hamil, konsumsi gizi yang baik selama hamil, menghindari
penggunaan obat-obatan dan jamu-jamuan tanpa konsultasi dokter selama
hamil terutama pada kehamilan trimester pertama, aspek kuratif perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan saat pasien dirawat di fasilitas pelayanan
kesehatan dan aspek rehabilitatif perawat dapat berkolaborasi dengan
fisioterapis dalam hal pemulihan kondisi pasien agar dapat melakukan aktifitas
dengan optimal.

Berdasarkan uraian diatas, perawat memiliki peran yang penting dalam


penanganan pasien yang mengalami TOF. Peran yang dimaksud adalah dapat
membantu menurunkan angka mortalitas pada penderita TOF. Oleh karena itu,
kelompok tertarik untuk melakukan study kasus pada pasien dengan TOF
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sebagai perawat agar dapat
mengenal lebih rinci sebelum mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
Sehingga kelompok mengambil studi kasus mengenai Asuhan Keperawatan
pada An. H dengan TOF di Unit Rawat Anak GP II Lantai 7 Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan study kasus ini adalah untuk memahami
asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan TOF.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan study kasus ini adalah:
a. Untuk memahami konsep dasar TOF
b. Untuk dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
penyakit TOF
c. Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit TOF
d. Untuk dapat melakukan perencanaan pada pasien dengan penyakit
TOF
e. Untuk dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan penyakit TOF
f. Untuk dapat melakukan evaluasi pada pasien dengan penyakit TOF
3

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan study kasus ini, kelompok hanya membahas tentang konsep
dasar dan asuhan keperawatan pada An. H dengan TOF di Unit Rawat Anak
GP II Lantai 7 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien dari tanggal 19
juli 2018.

1.4 Metode Penulisan


Dalam penulisan study kasus ini kelompok menggunakan metode deskriptif,
dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, mengambilan
kesimpulan, membuatan rencana, mendokumentasian pelaksanaan dan
melakukan evaluasi yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Adapun
teknik memperoleh informasi atau data dengan mempelajari buku-buku
sumber dan internet untuk memperoleh data dasar ilmiah dan studi kasus
yaitu dengan mengadakan wawancara observasi serta melakukan perawatan
langsung kepada An. H dengan TOF di Rawat Anak Lantai 7 GP2 Rumah
Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam sistematika Pendahuluan penulisan study kasus ini, terdiri dari 5 bab,
yaitu:
Bab I : Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, sistematika penulisan
Bab II : Landasan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan
Bab III : Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, analisa
data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi
Bab IV : Pembahasan antara teori dengan studi kasus yang ada
Bab V : Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan defek jantung yang terjadi secara
congenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan pada
jantungnya. TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada cyanotic
heart defect dan juga pada blue spell syndrome bilamana kebutuhan oksigen
otak melebihi suplainya. Komponen yang paling penting dalam menentukan
derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari ringan sampai dengan
berat (Ilmu Kesehatan Anak, 2001).

Gambar 2.1 A. jantung normal dan B. jantung dengan kelainan TOF

Menurut Myung (2008), Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung


kongenital dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat
hal yang abnormal meliputi:
1. Defek Septum Ventrikel (lubang pada septum antara ventrikel kiri dan
kanan) yang merupakan defek perimembran dengan arah pelebaran
menuju region subpulmonari (arteri pulmonal)
2. Stenosis pulmonal (penyempitan pada pulmonalis) yang menyebabkan
obstruksi aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal
3. Transposisi/overriding aorta (katup aorta membesar dan bergeser ke kanan
sehingga terletak lebih kanan, yaitu di septum interventrikuler)
4. Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan).

5
6

Tetralogy of fallot (TOF) merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang


sering terjadi, yang terjadi pada 3-10% bayi yang mengalami penyakit jantung
bawaan. Berdasarkan sejarahnya, kelainan ini merupakan kelainan komplek
pertama yang ditangani secara bedah palliative. Selama enam decade memastikan
bahwa kemajuan dalam Teknik operasi dan manajemen perioperative telah
menunjukan hasil yang sangat baik kepada pasien ini hingga masa dewasa.
Pendataan mengenai perkiraan hidup pasien dengan TOF repair hanya sedikit
yang memasuki usia 60-70 tahun. Akan tetapi, dalam beberpa kasus besar
dilaporkan bahwa penderita yang memasuki usia 30-40 tahun dilaporkan
mencapai 85-90% (Downing, 2015).

Jadi dapat disimpukan bahwa tetralogy of fallot (TOF) merupakan kelainan


jantung bawaan sianotik yang paling sering terjadi diantara penyakit jantung
bawaan sianotik yang lainnya. TOF memiliki empat komponen keabnormalitasan
yang terdiri dari defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan
hipertropi ventrikel kanan yang dapat mengakibatkan blue spell syndrome. TOF
dapat di tangani dengan melakukan pembedahan pailative guna menambah angka
harapan hidup penderitanya (Kelompok D).

2.2 Anatomi Fisiologi Jantung


Jantung terletak di dalam Pericardium di rongga mediastinum dalam rongga
thorak, kurang lebih 2/3 bagian terletak di sebelah kiri dari garis tengah
(midsternum).
a. Ruang jantung, terdiri atas:
a. Atrium kanan: tempat penampungan atau reservoir darah yang rendah
oksigen dari seluruh tubuh
b. Atrium kiri: tempat menerima darah kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis, ukuranya lebih kecil dari atrium kanan
tetapi lapisannya lebih tebal
c. Ventrikel kanan: menerima darah dari atrium kanan dan dipompa ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis
d. Ventrikel kiri: menerima darah dari atrium kiri dan dipompa keseluruh
tubuh melalui aorta
7

Gambar 2.2 anatomi jantung

b. Katup Jantung
a. Katup Atrioventrikel (AV Kanan dan Kiri)
1) Katup Trikuspialis: katup yang terletak antara atrium kanan dan
ventrikel kanan, mampunyai tiga buah katup
2) Katup mitral: katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel
kiri yang mampunyai dua buah katup
b. Katup Semilunaris
1) Katup aorta: katup yang terdapat dipembuluh darah aorta,
menghubungkan ventrikel kiri dengan aorta (yg merupakan sistem
aliran darah sistemik)
2) Katup pulmonaris: katup yang terdapat di pembuluh darah arteri
pulmonalis, yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan
arteri pulmonal (yang merupakan sistem aliran darah pulmonal)

c. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah membantu jantung
untuk mengedarkan sel darah merah keseluruh tubuh, serta mengedarkan
sari makanan, oksigen dan mangangkut sisa metabolisme dari seluruh
tubuh.
a. Arteri
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari
ventrikel jantung yang berdinding tebal dan kaku serta berdenyut
apabila diraba. Tujuannya adalah mengalirkan darah ke seluruh tubuh,
8

kecuali arteri pulmonalis. Pembuluh darah arteri ada 3 yaitu pembuluh


darah arteri, arteriol dan kapiler.
b. Vena
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menuju atrium
dekstra dari seluruh tubuh kecuali vena pulmonalis yang berasal dari
paru menuju atrium sinistra, vena bersifat tipis dan elastis, yang terlihat
diarea bawah kulit. Pembuluh darah vena terdiri atas venul dan vena.
c. Pembuluh darah besar
Pembuluh darah besar terdiri dari Vena Kava Superior, Inferior dan
Aorta
1) Vena Kava Superior dan Inferior terletak di bagian kanan jantung
yang sirkulasinya menuju ke atrium dekstra.
2) Aorta terletak di dalam jantung sebelah kiri dimana sirkulasinya
menuju ke seluruh tubuh. Aorta terbagi menjadi 3 bagian ; aorta
ascenden, arcus aorta, aorta descendens. Arcus aorta memiliki tiga
percabangan yaitu: Arteri Brachiaocephalic (bercabang menjadi
Arteri carotis comunis dextra, Arteri subclavia dextra, Arteri
theroideaima), Arteri carotis comunis sinistra, Arteri sublavia
sinistra.
d. Lapisan pembuluh darah:
1) Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari jaringan
penyambung.
2) Lapisan tunika media, tersusun atas otot polos dan jaringan elastis.
3) Lapisan terdalam adalah tunika intima yang tersusun atas sel
endothelial. Darah mengalir di dalam pada lumen

2.3 Etiologi
Pada sebagian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor- faktor tersebut antara lain (Ilmu Kesehatan Anak, 2001):
a. Faktor endogen:
a. Berbagai jenis penyakit genetik: kelainan kromosom. Misalnya pada
sindrom down dan Digeorge sindrom seringkali menderita PJB
diantaranya TOF
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
9

a. Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya ikut program KB oral atau


suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi
virus lainnya
c. Pajanan terhadap sinar-X
d. Gizi yang buruk selama hamil
e. Ibu yang alkoholik
f. Ibu yang merokok: berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam
kandungan sehingga berakibat bayi lahir prematur, cacat bawaan atau
meninggal dalam kandungan
g. Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah dalam menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,
oleh karena pada minggu kedelapan kehamilan, pembentukan jantung janin
sudah selesai.
TOF dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi
pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh,
sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak napas.
Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi
mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis.

2.4 Patofisiologi
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung sederhana
yang disebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia
kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses
pembentukan dan penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan
penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan
perkembangan jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan terdapat
faktor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang
abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta
10

terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan lahir dengan
kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang
besar, stenosis pulmonal infundibuler atau valvular, dekstro posisi pangkal
aorta dan hipertrofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang
timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 45% kasus stenosis
pulmonal hanya infundibuler, pada 30% kasus kombinasi infundibuler dan
valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis
pulmonal perifer. Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat
yang normal, overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah
anterior mengarah ke septum.

Klasifikasi overriding menurut Kjellberg:


1. Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke
belakang ventrikel kiri
2. Pada overriding 25% sumbu aorta asenden ke arah ventrikel sehingga lebih
kurang 25% orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan
3. Pada overriding 50% sumbu aorta mengarah ke septum sehingga 50%
orifisium aorta menghadap ventrikel kanan
4. Pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah ke depan venrikel
kanan. Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan
derajat stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. (Myung, K.
Park, 2008)

Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan,
maka:
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada
septum interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri,
sehingga terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum
teroksigenasi.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan
tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri
11

maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to
left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi
akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan
mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).
Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup dan menghadapi
stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum
ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh
tubuh tidak teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis
(Ilmu Kesehatan anak, 2001).

Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,


peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami
hipoksia spell yang ditandai dengan: sianosis (pasien menjadi biru),
mengalami kesulitan bernapas, pasien menjadi sangat lelah dan pucat, kadang
pasien menjadi kejang bahkan pingsan. Keadaan ini merupakan keadaan
emergensi yang harus ditangani segera, misalnya dengan salah satu cara
memulihkan serangan spell yaitu memberikan posisi lutut ke dada (knee chest
position) dengan tujuan menambah aliran darah ke paru-paru.

Gambar 2.3 Anak Spell

2.5 Manifestasi Klinik


12

Gejala bisa berupa:


1. Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok (squatting) untuk
mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest
2. Sesak napas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai kejang atau
pingsan
3. Sianosis terutama pada bibir dan kuku
4. Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di
sekitar kuku jari tangan membesar)

Gambar 2.4 Clubbing Finger

5. Bayi mengalami kesulitan saat menyusu (cepat capek)


6. Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung lambat
7. Pada auskultasi terdengar bunyi murmur pada batas kiri sternum tengah
sampai bawah (Buku ajar Keperawatan Kardiovaskular, 2001).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme
kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-
65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut
timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang
dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Pada kenaikan Hb yang signifikan (nilai Hb diatas 20 gr/dl), biasanya tim
medis akan melakukan tindakan phlebotomy yaitu pengeluaran darah
melalui intravena dan jumlah cairan yang keluar diganti dengan NaCl
0,9%. Nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan parsial
13

karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan


penurunan pH.

b. Radiologi
Sinar-X pada thoraks didapat gambaran penurunan aliran darah pulmonal
(Black Lung), gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu boot (boot shape). Pembesaran Atrium kanan
(25%) dan arkus aorta bagian kanan (25%) mungkin dapat ditemukan.

Gambar 2.5. Rontgen dada pada TOF dengan proyeksi PA


Terlihat gambaran jantung khas seperti sepatu boot, ukuran jantung yang
normal, apeks jantung sedikit terangkat, penurunan vaskularisasi pulmonal
dan segment pulmonal yang konkav/cekung.
c. Elektrokardiogram
a. Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan (+120 s/d
+150 derajat) pada TOF sianotik, pada kondisi TOF asianotik QRS
beraxis normal.
b. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan
c. Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi

Gambar 2.6. Defek septum ventrikel yang tergambar pada pemerikasan


echocardiogram

Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel


kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke
paru-paru.
14

e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan. Kateterisasi jantung berguna
untuk mengetahui Defek Septum Ventrikel multiple, mendeteksi kelainan
arteri koronaria, mendeteksi besarnya stenosis pulmonal, mengukur
saturasi oksigen, mengukur tekanan pada keempat ruang jantung dan arteri
besar. Biasanya terjadi peningkatan tekanan ventrikel kanan dengan
tekanan arteri pulmonalis normal atau rendah (Myung, K Park, 2008).

2.7 Penatalaksanaan
a. Medikamentos
Pada penderita yang mengalami Hipoxic spell atau sering disebut juga
sianotik spell atau serangan sianotik, terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut karena dapat mengakibatkan komplikasi
serius pada system saraf pusat. Hipoxic spell ditandai dengan adanya
paroksismal hiperpnea (nafas cepat dan dalam), menangis lama, gelisah,
sianosis meningkat dan pengurangan intensitas murmur jantung.
Penatalaksanaan untuk kondisi ini antara lain dengan cara:
a. Libatkan orangtua untuk menenangkan anakBerikan posisi lutut ke
dada (knee chest position) yaitu posisi dimana lutut didekatkan
pada dada. Dengan cara ini aliran balik vena sistemik akan
berkurang karena sebagian darah akan terkumpul di ekstremitas
bawah (akibat penekukan arteri femoralis) dan tahanan vaskuler
sistemik akan meningkat sehingga aliran pirau kanan ke kiri
berkurang dan aliran darah ke paru meningkat.
b. Diazepam (stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu atau dapat pula diberi Morphine sulfat 0,1-0,2
mg/kgBB SC, IM atau IV
c. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu
tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen,
tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha di atas
diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis berkurang dan anak
menjadi tenang
d. Untuk menanggulangi asidosis serta mengurangi stimulasi susunan
saraf pusat akibat asidosis, pemberian Sodium Bikarbonat dengan
dosis 1mEq/kgBB IV dan dapat diulang 10-15 menit kemudian.
15

Dengan terapi tersebut biasanya anak menjadi berkurang sianotiknya dan


bising murmur pada jantung menjadi lebih keras yang mengindikasikan
peningkatan aliran darah menuju paru melewati RVOT (arteri pulmonal)
yang mengalami penyempitan.
Namun bila serangan sianotik masih berlanjut dapat dilanjutkan dengan
pemberian:
a. Vasokonstriktor seperti phenylephrine (Neo-Synephrine) 0,02 mg/kg
IV yang bertujuan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
b. Ketamine 1-3mg/kgBB IV Bolus selama 60 detik, bertujuan untuk
meningkatkan SVR dan mensedasi pasien.
c. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total
dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus
diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
d. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah
juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke
paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke
seluruh tubuh juga meningkat.
b. Penanganan Surgical/Pembedahan
Penyakit TOF harus dikoreksi dengan tindakan pembedahan (open heart
surgery), baik pada neonatus ataupun anak. Tujuan dari pembedahan
adalah memperbaiki keempat defek/kelainan pada TOF agar jantung
dapat bekerja dengan senormal mungkin. Dengan memperbaiki defek
pada TOF diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup
pasien. Dokter cardiologist pediatrik dan dokter bedah jantung akan
melakukan konferensi sebelumnya untuk menentukan waktu yang tepat
untuk dilakukan operasi. Keputusan operasi berdasarkan kesehatan anak
saat itu dan BB anak, besarnya tingkat keparahan defek dan bergantung
pada symptom yang terdapat pada anak. Pembedahan TOF terbagi
menjadi:
a. Prosedur Paliatif (Shunt)
Pada bayi-bayi yang sangat lemah atau kecil belum dapat dilakukan
total koreksi. Pada kasus tersebut harus dilakukan operasi paliatif
16

terlebih dahulu yang bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen


dalam darah. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu pada bayi
untuk tumbuh dan lebih kuat menghadapi operasi yang lebih besar
(total koreksi). Shunt akan diangkat ketika bayi dilakukan operasi
total koreksi. Shunt juga ditujukan untuk meningkatkan aliran
darah ke arteri pulmonal sehingga serangan spell dapat berkurang
serta ukuran diameter arteri pulmonal mencapai ukuran optimal
sehingga dapat dialirkan darah saat total koreksi dikerjakan.
Beberapa indikasi yang sering digunakan untuk pemilihan prosedur
shunt terlebih dahulu dibandingkan dengan koreksi total antara
lain:
1) Neonatus dengan TOF dan atresia pulmonal dengan hipoksia
berat
2) Bayi dengan hipoplasti annulus pulmonal dan arteri pulmoner
hipoplastik dimana membutuhkan jalur transannular untuk
dilakukan total koreksi
3) Anak dengan hipoplasti cabang-cabang arteri pulmonal
4) Bayi dengan BB < 2,5 kg.
Prosedur shunt yang sering dilakukan, antara lain :
1) Classic Blalock-Taussig Shunt (BT-Shunt), yaitu merupakan
prosedur shunt yang dianastomosis sisi sama sisi dari arteri
subklavia ke arteri pulmonal. Prosedur ini biasanya dilakukan pada
bayi diatas 3 bulan karena shunt dapat menjadi tersumbat pada bayi
usia < 3bulan akibat ukuran arteri yang lebih kecil
2) Modified Blalock-Taussig shunt, pada prosedur ini menggunakan
Gore-Tex, suatu alat shunt buatan, dipasang di antara arteri
subklavia dan arteri pulmonal. Prosedur ini paling sering
digunakan termasuk pada bayi usia < 3 bulan. Insiden mortalitas
surgical pada prosedur ini < 1%
3) Waterson Shunt, yaitu membuat anastomosis intraperikardial dari
aorta asending ke arteri pulmonal kanan, hal ini biasanya dilakukan
pada bayi. Pada tipe ini ahli bedah harus hati-hati untuk
menentukan ukuran anastomosis yang dibuat antara bagian aorta
asending dengan bagian anterior arteri pulmonal kanan. Jika
17

anastomosis terlalu kecil maka akan mengakibatkan hipoksia berat.


Jika anastomosis terlalu besar akan terjadi plethora, heart failure,
hipertensi pulmonal dan edema pulmonal
4) Potts Shunt, yaitu anastomosis antara aorta desenden dengan arteri
pulmonal kiri. Teknik ini jarang digunakan, karena memiliki
tingkat kesulitan dan komplikasi seperti Waterson Shunt.

b. Prosedur Koreksi Total


Indikasi dan saat yang tepat dapat dilakukan koreksi total pada
TOF, antara lain:
1) SpO2 <75%, sering terjadinya serangan hypoxic spell secara
umum merupakan suatu pertimbangan untuk indikasi
dilakukan operasi
2) Bayi dengan gejala simptomatik dengan stenosis pulmonal
dapat dioperasi setelah 3-4 bulan. Namun bisa juga operasi
dilakukan setelah 1 atau 2 tahun pada kasus asimptomatik,
asianotik, minimal sianotik atau Pink Fallot
3) Bayi dengan riwayat prosedur shunt sebelumnya dapat
dilakukan total koreksi 6 bulan setelah prosedur shunt

Total Korektif terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan


reseksi infundibulum yang mengalami hipertrofi (Myung, K park,
2008). Penutupan lubang pada VSD biasanya menggunakan suatu alat
yang dinamakan pericardial patch. Pericardial patch ini menghentikan
darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen bercampur antara
ventrikel kanan dan kiri. Ketika ventrikel kanan tidak lagi bekerja
dengan kuat untuk memompakan darah ke paru, maka ukuran ventrikel
kanan akan kembali ke ukuran normal dengan sendirinya. Keuntungan
operasi secara dini diantaranya dapat mengurangi tingkat keparahan
hipertropi otot jantung dan fibrosis ventrikel kanan, serta pertumbuhan
yang baik pada arteri pulmonal dan unit alveolar.

2.8 Prognosis
18

Umumnya prognosisnya buruk pada penderita TOF tanpa operasi. Penderita


TOF derajat sedang tanpa operasi dapat bertahan hidup sampai umur 15 tahun
dan hanya sebagian kecil yang bertahan sampai dekade ketiga.

2.9 Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 3 Tahun


1. Fisik
a. Penambahan BB umumnya 1,8 – 2, 7 kg
b. Rata-rata berat badan 14,6 kg
c. Penambahan TB umumnya 7,5 cm
d. Rata-rata TB 95 cm
2. Motorik kasar
a. Mengendarai sepeda roda tiga
b. Melompat dari langkah dasar
c. Berdiri pada satu kaki untuk
beberapa detik
d. Melompat panjang
3. Motorik halus
a. Membangun menara
dengan 9 atau 10 kotak
b. Membangun jembatan
dengan 3 kotak
c. Secara benar
memasukkan biji-bijian dalam botol berleher sempit
4. Bahasa
a. Mempunyai perbendaharaan 900 kata
b. Menggunakan bicara telegrafik
c. Menggunakan kalimat lengkap 3-4 kata
d. Menggunakan banyak pertanyaan
5. Sosialisasi
a. Berpakaian sendiri hampir lengkap bila dibantu dengan kancing
belakang dan mencocokkan sepatu kanan dan kiri
b. Mengalami peningkatan tentang perhatian
c. Makan sendiri sepenuhnya
6. Kognitif
a. Berada dalam fase perseptual
b. Egosentrik dalam berfikir dan perilaku
c. Mulai memahami waktu, menggunakan banyak ekspresi
yang berorientasi waktu, bicara tentang masa lalu dan masa depan
sebanyak masa kini, berpura-pura memberi waktu/jam
7. Hubungan keluarga
19

a. Kecemburuan terhadap saudara kandung yang lebih muda


sudah berkurang, dapat menjadi waktu yang tepat untuk melahirkan
saudara tambahan
b. Menyadari hubungan keluarga dan fungsi peran jenis
kelamin
c. Anak laki-laki cenderung mengidentifikasi lebih banyak
dengan ayah/ figur pria.
2.10 Pathway Web Of Causation Terpapar faktor eksogen dan faktor
endogen selama trimester I

Perkembangan embriogenesis yang


tidak sempurna

PJB Sianotik : tetralogi of fallot

PULMONAL STENOSIS VSD OVERRIDING AORTA

Tekanan sistolik Tekanan Aliran darah masuk melalui


ventrikel kanan ↑ V.Kiri >V.Kanan ventrikel kiri dan ventrikel
Aliran darah ke paru ↓ Resistensi vaskular & kanan
pulmonal ↑ Penumpukan darah di Klinis
Klinis ::
V.Kanan Aliran darah dari kiri ke kanan JVP/CVP
JVP/CVP ↑, ↑,
Volume darah yang (shunt left to right) Hepatomegali,
Hepatomegali, Aliran darah ke
teroksigenasi tidak Turbulensi menimbulkan murmur sistolik Mual,
Mual, Acites,
Acites, aorta ↑
optimal Hipertropi ventrikel Edema
Edema Anarsaka
Anarsaka
kanan
Vaskularisasi Gambaran Ro dada DX:
DX: Kelebihan
Kelebihan Darah (kaya CO2) dengan
Tekanan
Kandungan O2 jaringan “boot shaped” heart volume
volume cairan
cairan
V.Kiri=V.Kanan darah (kaya O2)
dalam darah endocard tidak Gambaran EKG : DX:
DX:
(Diastasis) bercampur
tidak optimal adekuat Deviasi sumbu QRS Keseimbanga
Keseimbanga
ke kanan nn Nutrisi:<
Nutrisi:<
Tekanan Kebutuhan
Kebutuhan
Kerusakan V.kanan >V.kiri Tubuh
Tubuh
endotel
endokardium Dilatasi ventrikel kanan
Aliran darah dari kanan ke kiri
(shunt right to left)
endokarditis Terjadi turbulensi sehingga
Right Heart Failure
menimbulkan murmur

Hipoksemia

21
Hipoksemia
Klinis
Klinis :: Sesak,
Sesak, Takipnea,
Takipnea, lemah,
lemah, cepat
cepat
lelah,
lelah, squatting/
squatting/ Knee
Knee chest,
chest, feeding
feeding
difficult
difficult (susah
(susah menyusu)
menyusu)
Ketidakseimbangan antara
supply O2 dan kebutuhan tubuh
DX:
DX: Intoleransi
Intoleransi aktifitas
aktifitas
Klinis:Sianosis terutama DX:
DX: Gangguan
Gangguan nutrisi;Kurang
nutrisi;Kurang dari
dari
pada bibir dan kebutuhan
kebutuhan tubuh
tubuh
kuku, Clubbing finger, Dx.
Dx. Gangguan
Gangguan tumbang
tumbang
Hipoksia jaringan
DX:Gangguan perfusi
jaringan perifer
Merangsang ginjal Metabolisme anaerob Klinis : Mottle, ↑ CO2
mengeluarkan Penimbunan asam
eritropoetin laktat DX: Gangguan perfusi
Klinis : Takipnea, Sumsum tulang
jaringan
gelisah, kesadaran mengeluarkan
menurun, menangis eritroblast
lama ATP rendah

DX: Resiko terjadinya


spell Polisitemia Gangguan Klinis: Kejang
Permeabilitas sel
elektrik sel di
rendah DX. Resiko injury
Hb, Ht ↑ otak

Kinis:Pusing, sincove, Viskositas ↑


Penurunan kesadaran
DX. Resiko emboli
trombosis
DX: Gangguan perfusi
jaringan serebral

Embolisme Gangguan
paru atau di pertukaran gas
otak Gangguan perfusi
jaringan serebral

22
23

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kehamilan
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor
endogen dan eksogen yang mempengaruhi)
b. Riwayat tumbuh
c. Biasanya anak cenderung mengalami
keterlambatan pertumbuhan karena fatique atau kelelahan selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit
d. Riwayat psikososial/perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
e. Pemeriksaan fisik
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi
tampak biru setelah tumbuh lebih besar
2) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
3) Serangan sianotik mendadak blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpneu, hypoxic spells) ditandai dengan dyspneu, napas cepat
dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan
kematian
4) Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam
beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali
5) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi
6) Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras
7) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
f. Pengetahuan anak dan keluarga
1) Pemahaman tentang diagnosis.
2) Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis.
3) Regimen pengobatan.
4) Rencana perawatan ke depan.
5) Kesiapan dan kemauan untuk belajar.
6) Perawatan di rumah
24

b. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan TOF, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
antara lain:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke pulmonal
b. Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak
efektif dengan adanya malformasi jantung
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi
(anoksia kronis, serangan sianotik akut)
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan fatique selama makan, peningkatan kebutuhan
kalori, penurunan nafsu makan
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
g. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan
keluarga tentang diagnosis atau prognosis penyakit anak
h. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak
i. Resiko terjadinya spell berulang berhubungan dengan hipoksia
c. Rencana Keperawatan
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Resiko terjadinya spell berulang Tujuan: 1) Monitor tanda-tanda vital.
berhubungan dengan hipoksia Serangan spell berulang tidak 2) Kenali secara dini adanya tanda-
jaringan meningkat pada terjadi. tanda spell, seperti klien bertambah
peningkatan aktivitas. Kriteria hasil: sianosis, peningkatan frekuensi
1) Tidak ditemukan tanda-tanda pernapasan, gelisah, lemas
spell, seperti; sianosis yang kesadaran menurun dan kejang.
bertambah, pernapasan cepat 3) Ciptakan lingkungan yang tenang,
dan dalam, kesadaran menurun hindari lingkungan penuh stress.
dan kejang. 4) Batasi aktivitas dan pengunjung.
2) Tanda-tanda vital dalam batas 5) Atur posisi squatting atau knee
normal sesuai umur. chest jika terjadi tanda-tanda spell
3) Akral hangat. mulai terjadi.
4) Kesadaran klien compos 6) Beri makanan yang lunak dan
mentis. mudah dicerna.
7) Kolaborasi pemberian O2/obat
batuk/ penurun panas/pelunak
faeses/penenang serta 25ropranolol
jika diperlukan.
2 Penurunan cardiac output Tujuan: 1) Monitor tanda vital, pulsasi perifer,
berhubungan dengan sirkulasi Anak dapat mempertahankan capilarry refill dengan
yang tidak efektif dengan adanya cardiac output yang adekuat. membandingkan pengukuran pada
malformasi jantung. Kriteria hasil: kedua ekstremitas dengan posisi
1) Tanda-tanda vital normal berdiri, duduk, dan tiduran jika
sesuai umur. memungkinkan.
2) Tidak ada; dyspneu, napas 2) Kaji dan catat denyut apikal selama
cepat dan dalam, sianosis, satu menit penuh.
gelisah/letargi, takikardi, mur- 3) Observasi adanya serangan sianotik.

25
mur. 4) Berikan posisi knee chest pada
3) Pasien compos mentis. anak.
4) Akral hangat. 5) Obsrevasi adanya tanda-tanda
5) pulsasi perifer kuat dan sama penurunan sensori: letargi, bingung
pada kedua ekstremitas. dan disorientasi.
6) Capilarry Refill time < 3 detik. 6) Monitor intake dan output secara
7) Urine output 1-2 cc/kgBB/jam. adekuat.
7) Sediakan waktu istirahat yang
cukup bagi anak dan dampingi anak
pada saat melakukan aktivitas.
8) Sajikan makanan yang mudah
dicerna dan kurangi konsumsi
kafein.
9) Kolaborasi dalam pemeriksaan
serial ECG, foto thorak, pemberian
obat-obatan anti disritmia.
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh
melalui infuse
3 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1) Catat irama jantung, tekanan darah
berhubungan dengan Anak menunjukkan peningkatan dan nadi sebelum, selama dan
ketidakseimbangan antara suplai kemampuan dalam melakukan sesudah melakukan aktivitas.
dan kebutuhan oksigen. aktivitas (tekanan darah, nadi, 2) Anjurkan pada pasien agar lebih
irama dalam batas normal). banyak beristirahat terlebih dahulu.
Kriteria hasil: 3) Anjurkan pada pasien agar tidak
1) Tanda vital normal sesuai mengedan pada saat buang air besar.
umur. 4) Jelaskan pada pasien tentang tahap-
2) Anak mau berpartisipasi dalam tahap aktivitas yang boleh dilakukan
setiap kegiatan yang oleh pasien.

26
dijadwalkan. 5) Tunjukkan pada pasien tentang
3) Anak mencapai peningkatan tanda-tanda fisik bahwa aktivitas
toleransi aktivitas sesuai umur. melebihi batas.
4) Fatiq dan kelemahan 6) Bantu anak dalam memenuhi
berkurang. kebutuhan ADL dan dukung ke arah
5) Anak dapat tidur dengan lelap. kemandirian anak sesuai dengan
indikasi.
7) Jadwalkan sesuai dengan usia,
kondisi, dan kemampuan anak
4 Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan: 1) Timbang berat badan anak setiap
kurang dari kebutuhan tubuh Anak dapat makan secara adekuat pagi tanpa diapers pada alat ukur
berhubungan dengan fatique dan cairan dapat dipertahankan yang sama, waktu yang sama dan
selama makan dan peningkatan sesuai dengan berat badan normal dokumentasikan.
kebutuhan kalori, penurunan dan pertumbuhan normal. 2) Catat intake dan output secara
nafsu makan. Kriteria hasil: akurat.
1) Anak menunjukkan kenaikan 3) Berikan makan sedikit tapi sering
berat badan sesuai dengan untuk mengurangi kelemahan
umur. disesuaikan dengan aktivitas selama
2) Peningkatan toleransi makan. makan (menggunakan terapi
3) Anak dapat menghabiskan bermain).
porsi makan yang disediakan. 4) Berikan perawatan mulut untuk
4) Hasil lab tidak menunjukkan meningkatkan nafsu makan anak.
tanda malnutrisi, albumin, Hb. 5) Berikan posisi jongkok bila terjadi
5) Mual muntah tidak ada. sianosis pada saat makan.
6) Anemia tidak ada. 6) Gunakan dot yang lembut bagi bayi
dan berikan waktu istirahat di sela
makan dan sendawakan.
7) Gunakan aliran oksigen untuk
menurunkan distres pernafasan yang

27
dapat disebabkan karena tersedak.
8) Berikan susu formula yang
mengandung kalori tinggi yang di
sesuaikan dengan kebutuhan.
9) Batasi pemberian sodium jika
memungkinkan.
10) Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian makanan.
11) Bila ditemukan tanda anemia
kolaborasi pemeriksaan
laboratorium.
5 Gangguan pertumbuhan dan Tujuan: 1) Sediakan kebutuhan nutrisi yang
perkembangan berhubungan Pertumbuhan dan perkembangan adekuat.
dengan oksigenasi tidak adekuat, dapat mengikuti kurva tumbuh 2) Monitor BB/TB, buat catatan
kebutuhan nutrisi jaringan tubuh. kembang sesuai dengan usia. khusus sebagai monitor.
Kriteri hasil: 3) Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi
Pasien dapat mengikuti tahap
pertumbuhan dan perkembangan
yang sesuai dengan usia.

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
3.1.1.1 Data Demografi
Tanggal pengkajian : 19/7/2018

Nama : An. H

Tanggal lahir : 23/7/2014

(3 tahun 11 bulan )

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : Belum Sekolah

Agama : Islam

Golongan darah : B+

Tanggal MRS : 16/7/2018

pukul 11.05

Alamat : Bandung,

Indonesia

3.1.1.2 Riwayat Keluarga

Pasien anak ke 1 dari 1 bersaudara

Nama Ayah : Tn S Nama Ibu : Ny. S

Umur : 44 Th Umur : 35 Th

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Kesehatan : Baik Kesehatan : Baik

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : batam Suku : batam

Alamat : SDA Alamat : SDA

24
25

3.1.1.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


a. Umur Ibu saat mengandung 25 tahun
b. Gravida pertama
c. Selama kehamilan kontrol rutin ke bidan
d. Riwayat pemakaian obat-obatan dan jamu selama kehamilan tidak ada
e. Tipe persalinan normal ditolong oleh bidan langsung menangis spontan, dan
tidak biru.
f. BBL 2900 gr
g. PB : 48 cm
h. APGAR Score 10

3.1.1.4 Riwayat Imunisasi :BCG, DPT, Campak, Polio (lengkap)

3.1.1.5 Keluhan Utama : Cepat capek, biru ketika menangis dan sesak nafas

3.1.1.6 Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Orang tua pasien mengatakan bahwa mengetahui terdapat kelainan jantung pada
saat usia pasien masih 6 bulan. Pasien tampak semakin membiru ketika menangis
dan menyusu.

3.1.1.7 Riwayat Penyakit Sekarang


Orang tua pasien mengatakan pasien sesak nafas semakin memberat sejak 2 bulan
SMRS. Sesak timbul ketika pasien melakukan aktifitas seperti bermain dan sering
terlihat jongkok ketika bermain. Pasien hanya bisa main ± 30 menit, sebelumnya
bisa main sampai dengan 1 jam tanpa sesak. Pasien juga tampak biru sejak masih
bayi umur 6 bulan dan semakin tampak membiru seluruh tubuh ketika pasien
menangis atau menyusu. Pasien memiliki riwayat spell 3 bulan yang lalu dan
pasien segera di bawa ke RS swasta di Bandung oleh keluarga. Pasien dirawat
beberapa di RS swasta di Bandung dan mengalami perbaikan, lalu pasien dirujuk
ke dokter spesialis jantung di RSUP Hasan Sadikin Bandung untuk mendapat

25
26

pemeriksaan lebih lanjut. Setelah di lakukan pemeriksaan echocardiogram, pasien


dirujuk ke RSJPD Harapan Kita dengan diagnosa medis TOF. Di RS sebelumnya
pasien mendapat terapi:
Propanolol 3x10 mg PO.
Menurut orang tua pasien, pasien dirujuk karena ada masalah jantung dan
keterbatasan alat di RSUP Hasan Sadikin Bandung. Dari poliklinik umum jantung
anak di RSJPD Harapan Kita, pasien dirujuk ke IGD (16/7/2018 jam 11.05).
Selama di IGD pasien tampak lemas, sesak nafas berulang dengan SpO2 54%, dan
semakin membiru. Saat di IGD pasien mendapat terapi;

Loading RL 100 cc dalam 1 jam IV

Selanjutnnya RL 960 cc/24 jam IV

Propanolol 3x10mg PO

Selanjutnya pasien dirawat di ruang rawat anak lantai 7 untuk dilakukan


konsultasi bedah dan akan di rencanakan tindakan operasi TOF Repair. Saat ini
adalah hari rawat ke 4. Orang tua pasien mengatakan keluhan sesak berkurang,
namun cepat capek dan tampak biru masih ada.

3.1.1.8 Riwayat Penyakit yang menyertai : tidak ada


3.1.1.9 Riwayat Penyakit keluarga : tidak ada penyakit keluarga
3.1.1.10 Riwayat Personal dan Sosial
a. Sumber dana pasien : Asuransi Pemerintah (BPJS)
b. Keluarga pasien adalah tipe keluarga dengan ekonomi yang cukup. Ayah
pasien sebagai pekerja swasta. Lingkungan rumah pasien merupakan
lingkungan yang tidak padat penduduk namun beriklim dingin.
3.1.1.11 Kebiasaan
a. Makan 3x/hari dengan 1 porsi.
b. Minum rata-rata 6 gelas perhari
c. Pasien mengatakan tidak ada gangguan untuk memulai
tidur. Pasien biasa tidur jam 8 malam dan bangun kembali jam 5 pagi.
d. Buang air besar hampir rutin 1x/ hari setiap pagi.
e. Buang air kecil cukup sering, sekitar 6x/ hari.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik

26
27

3.1.2.1 Penampilan Umum


a. Kesadaran baik ( Compos mentis)
b. Status nutrisi :
1. TB/BB : 89 cm/ 10 Kg. BB saat dikaji 11 kg.
2. IMT = BB (kg) : TB2 (m) = 12,3 Kg/m2 (kurus)
3. DJ 1020 Kkal/ 24 jam
4. Status cairan : TC 960cc/24 jam
5. Intake 24 jam terakhir : 900cc
6. BAK 24 jam terakhir 1100cc
c. Tanda-tanda vital :
1. TD : 92/66 mmhg
2. HR : 98 x/m
3. HR saat tidur malam : 70 x/m (hari ke 10), 110 bpm (saat di (IGD)
4. RR : 24 x/m
5. Suhu : 36,2 C
6. Sat O2 : 60%
3.1.2.2 Kepala dan Leher
a. Kepala : normal tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, rambut
pendek, bersih, muka tampak sembab.
b. Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
c. Hidung : bentuk simetris, slem tidak ada, tanda obstuksi tidak ada,
tidak ada massa

d. Bibir : sianotik, lembab, tidak kering.


e. Gigi dan mulut : distribusi gigi tidak merata, tidak terdapat carries gigi, gusi
normal

f. Leher : tidak terdapat distensi vena jugularis, arteri karotis teraba kuat.
3.1.2.3 Thoraks
a. Pola napas : reguler
b. Pergerakan dada simetris
c. Bentuk dada : normal, retraksi otot bantu pernapasan tidak ada
d. Bentuk punggung normal tegak

27
28

e. Auskultasi paru : vesikuler


f. Auskultasi jantung: S1 normal dan S2 tunggal dan terdengar bising sistolik
yang keras di daerah pulmonal, terdapat di ICS 2 parasternal sinistra.
3.1.2.4 Abdomen
a. Bentuk abdomen : tidak ada cembung
b. Asites tidak ada
c. Hepatomegali tidak ada
d. Nyeri tekan epigastrik dan nyeri lepas ada
e. Bising usus 6x permenit
f. Distensi lambung tidak ada
3.1.2.5 Ekstremitas
a. Warna ektremitas biru dan dingin.
b. Clubbing finger ada
c. Capillary refill >3 detik
d. Tanda deformitas kekakuan tidak ada
e. Nyeri pada persendian tidak ada
f. Akral dingin
g. Kekuatan motorik baik
4444 4444
4444 4444
h. Edema ekstremitas tidak ada
i. Pulsasi arteri perifer teraba kuat
3.1.2.6 Kulit
a. Warna kulit : sianosis
b. Kelembaban : baik dan teraba hangat.
c. Turgor kulit cukup
d. Lesi tidak ada
e. Peteki tidak ada
f. Eritema tidak ada
g. Nodul tidak ada
3.1.3 Pemeriksaan penunjang
3.1.3.1 EKG tanggal 16 Juli 2018

28
29

Sinus Tachicardi, HR: 120x/m, axis LAD, Gelombang P normal, Interval


PR 0,16 detik, kompleks QRS 0,08 detik, tidak ada perubahan ST segmen.

Kesimpulan : Sinus Tachicardi dengan LVH.

3.1.3.2 Chest X ray tanggal 10/7/2018

29
30

Cor : CTR <50 % apex tertanam di kiri. Segmen pulmonal tidak menonjol.
Mediastinum superior tidak melebar. Aorta di tengah. Tidak dilatasi.

Paru : Hilus baik dan tidak menebal. Vaskularisasi paru tidak meningkat.

Situs costofrenikus dan diafragma kanan kiri baik. Tulang dan soft tissue
baik.

Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal

3.1.3.3 Echocardiofgrafi Tanggal (2 Juli 2018)


Kesimpulan:

Situs Solitus

AV-VA concordance

ASD (-) VSD subaortic diameter 12mm R-L shunt, PDA (-)

Fungsi LV baik, LVEF 59%

Fungsi RV baik, TAPSE 2,1 cm

Overiding aorta 50%

PS infundibular severe, RV-PA gradient 65 mmHg

RPA LPA= 5 mm

30
31

Katup Aorta normal

Katup Mitral normal

Katup Triskuspid : normal

K. Pulmonal : normal

Arcus Aorta di kiri.

3.1.3.4 MSCT Kardiak (6 Juli 2018)


Penemuan:

 V. Inominata (+)
 Situs solitus
 AV corcodance
 VA concordance
 Semua PV bermuara ke LA
 VSD sub aorta
 Aorta overriding
 Ps infundibular
 PA konfluence annulus 8,92 mm
 RPA proksimal 7,21 mm distal 8,91 mm
 LPA proksimal 9,53 mm distal 9,06 mm
 PDA (+) putung
 AoD 10,6 mm
 Arcus aorta di kanan
 Anomali koroner (-)
 Kolateral (-)
Kesimpulan:

Tetralogy of fallot

PA konfluens

31
32

3.1.3.5 Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 2 3 4
16 Juli 2018 Hemostasis
PT 12,2 detik 9,4 – 12,5
Kontrol 11,0 detik
INR L 1,11 detik 2,00 – 4,80

Fungsi Ginjal
Ureum 33,7 mg/dL 10,70 – 38,52
-BUN 16,0 mg/dL 5,0 – 18,0
Kreatinin 0,38 mg/dL 0,26 – 0,42

Glukosa
GD Sewaktu 75 mg/dL 74 – 99

AGD-Elektrolit
Natrium (Na) 139 mmol/L 135 – 153
Kalium (K) 4,3 mmol/L 3,5 – 5,1
Klorida (Cl) 104 mmol/L 98 – 109

Kalsium Total 2,38 mmol/L 2,20 – 2,70


Magnesium 1,9 mg/dL 1,7 – 2,3

Infeksi/Inflamasi
CRP 1 mg/dL <5

32
33

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal


1 2 3 4

19 Juli 2018 Hematologi


Hemoglobin HH 22,0 gr/dL 11,8 - 14,7
Hematokrit HH 72,3 % 35,0 - 44,0
Eritrosit H 9,66 juta/uL 4,10 - 5,20
VER (MCV) 74,8 fL 74,0 – 89,0
HER (MCH) L 22,8 pg 24,0 – 30,0
KHER (MCHC) L 30,4 % 31,0 – 37,0
RDW (CV) H 25,2 % 12,0 – 14,0
Leukosit 9440 /uL 4000 – 12000
Trombosit 167 ribu/uL 167 – 390

Golongan Darah/Rhesus B Rh (D) Positive

Hemostasis
PT 10,6 detik 9,4 – 12,5
Kontrol 11,0 detik
INR L 0,96 2,00 – 4,80

APTT H 50,8 detik 2,51 – 36,5


Kontrol 30,8 detik
Masa Perdarahan 1,5 menit 1–6

Fungsi Hati
Albumin 3,7 g/dL 3,5 – 5,2
Globulin L 2,2 g/dL 3,1 – 3,5
Protein total L 5,9 g/dL 6,6 – 8,7

33
34

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal


1 2 3 4
Rasio albumin/Globulin H 1,68 1,1 – 1,5
19 Juli 2018 Bilirubin total 0,46 mg/dL 0 – 0,9
Blirubin Direk 0,14 mg/dL 0 – 0,30
Bilirubin Indirek 0,32 mg/dL 0 – 0,75

SGPT (ALT) 18 U/L 0 – 33


SGOT (AST) H 34 U/L 0 – 32

Fungsi Ginjal
Ureum 18,5 mg/dL 10,70 – 38,52
BUN 9,0 mg/dL 5,0 – 18,0
Kreatinin 0,38 mg/dL 0,26 – 0,42

Glukosa
GD Sewaktu 97 mg/dL 74 – 99

AGD-Elektrolit
Natrium (Na) 145 mmol/L 135 – 145
Kalium (K) 4,7 mmol/L 3,5 - 5,1
Clorida (Cl) 107 mmol/L 98 – 109

Infeksi/Inflamasi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti-HCV Non Reaktif Non Reaktif

3.1.4 Diagnosa Medis

34
35

TOF

3.1.5 Terapi Farmakologi


Propanlol 3x10mg PO

3.2 Analisis Data


Tgl Data Subyektif Data Obyektif Masalah Etiologi
19 DS : DO : Resiko Peningkatan
Ibu klien
Juli terjadinya spell hipoksia jaringan
mengatakan : 1. Klien terlihat jongkok
2018 (efek sekunder
1. Klien sudah saat bermain.
dari peningkatan
tampak biru sejak 2. TD : 92/66 mmhg
aktivitas)
lahir. HR : 98 x/m
2. Bila klien
menangis akan RR : 24 x/m

bertambah biru. Suhu : 36,2 C


3. Sering
meringkuk saat Sat O2 : 60%
tidur.
3. Capillary Refill Time
>2 detik
4. Clubbing finger
5. Kuku dan bibir tampak
sianosis.
6. Hasil echo VSD
subaortic diameter
12mm R-L shunt, Ao
Overiding ± 50%, PS
valve infundibuler
19 DS : DO : Gangguan Penurunan kadar
Ibu klien
Juli perfusi O2 dalam darah
mengatakan : 1. Spo2 : 60 %, Suhu :
2018 jaringan
1. Klien sudah 36,2 C
2. Capillary Refill Time
tampak biru sejak
>2 detik
lahir.
3. Clubbing finger
2. Bila klien
4. Kuku dan bibir tampak
menangis akan
sianosis
bertambah biru. 5. Hasil echo VSD

35
36

subaortic diameter
12mm R-L shunt, Ao
Overiding ± 50%, PS
valve infundibuler
6. Hasil MSCT :
 VSD sub aorta
 Aorta overriding
 Ps infundibular
 PA konfluence
annulus 8,92 mm
7. Thorax Foto : CTR
<50% apex tertanam di
kiri
19 DS : DO : Gangguan Ketidakadekuatan
Ibu klien
Juli pertumbuhan suplai oksigen
mengatakan klien 1. BB klien 10 kg (BB
2018 dan dan zat nutrisi ke
cepat capek ketika ideal 8 + 2n = 8 +6 = 14
perkembangan jaringan
menyusu kg).

2. TB 89 cm

3. IMT = BB (kg) : TB2


(m) = 12,3 Kg/m2 (kurus)

3. Klien baru bisa berjalan


pada usia 3 tahun.
4. Klien lebih banyak diam
saat perawat mendekat
5. Klien makan masih
disuapi oleh ibunya.
6. Klien makan 3x sehari
dengan diet yang telah
disediakan oleh RS,
klien dapat
menghabiskan ½ porsi

36
37

19 DS : DO : Resiko terjadi Peningkatan


-
Juli emboli viskositas darah
1. Hb: 22,0 gr/dL
2018
2. Ht: 72,3 % (33-45 vol
%)
3. SaO2 60%
4. Akral dingin
5. Pulsasi perifer +/+,
teraba kuat dan teratur
6. Capillary Refill Time
>2 detik
7. Edema ekstremitas -/-

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko terjadinya spell berhubungan dengan peningkatan hipoksia
jaringan (efek sekunder dari peningkatan aktivitas)
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar O2
dalam darah
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
d. Resiko terjadi emboli berhubungan dengan peningkatan viskositas darah

Intervensi Keperawatan

No Tujuan Kriteria hasil Rencana Tindakan Rasional


Dx
1. Dalam 1. Tidak 1) Monitor tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda sianotik

37
38

waktu ditemukan spell yaitu RR


1x24 jam tanda-tanda meningkat, HR
setelah spell, 2) Kenali secara dini adanya meningkat, Sat 02
pemberian seperti ; tanda-tanda spell, seperti menurun
askep, sianosis klien bertambah sianosis, 2. Tanda-tanda spell
Serangan yang peningkatan frekuensi harus diketahui
spell tidak bertambah, pernapasan, gelisah, lemas sedini mungkin agar
terjadi pernapasan kesadaran menurun dan bisa dicegah
cepat dan kejang.
3) Ciptakan lingkungan yang
dalam,
tenang, hindari lingkungan
kesadaran 3. Lingkungan yang
penuh stress.
menurun dan menyenangkan bagi
kejang. 4) Batasi aktivitas dan anak akan membuat
2. Tanda-tanda
pengunjung. anak tenang
vital dalam 4. Mengurangi faktor
5) Atur posisi squatting atau
batas normal penyebab kelelahan
knee chest jika terjadi
sesuai umur. dan stress
3. Akral tanda-tanda spell mulai 5. Memaksimalkan
hangat. terjadi. aliran darah jantung
Kesadaran 6) Beri Penkes pada keluarga
klien compos tentang cara pencegahan
6. Menambah
mentis spell seperti tidak membuat
pengetahuan
anak marah yang memicu
keluarga tentang
anak menangis dan terjadi
cara perawatan
spell serta beri penjelasan
penderita TOF
mengenai penanganan saat
dengan pertolongan
terjadi serangan sianotik
cepat dan tepat
spell.
sehingga tidak
7) Kolaborasi gizi dalam terjadi kondisi yang
pemberian makanan yang lebih berat.
7. Menghindari
lunak dan mudah dicerna.
kelelahan saat
8) Kolaborasi pemberian
makan
O2/obat batuk/ penurun

38
39

panas/pelunak 8. Kolaborasi medis


faeses/penenang serta sebagai pencegahan
propanolol jika diperlukan terjadi spell berulang

2. Dalam 1. Tanda-tanda 1. Monitor tanda-tanda vital, 1. Perubahan tanda-


waktu vital normal saturasi, TD, HR tanda vital harus
3x24 jam sesuai umur. selalu dievaluasi
2. Observasi warna kulit
2. Akral 2. Warna kulit yang
setelah
hangat. pucat akibat
pemberian
3. Pulsasi
vasospasme yang
askep, 3. Catat penurunan nadi;
perifer kuat,
tiba-tiba
gangguan pengisiankapiler lambat;
teratur dan 3. Perubahan ini
perfusi perubahan trofik kulit ( tak
sama pada menunjukkan
jaringan berwarna, mengkilat /
kedua kemajunia atau
tidak tegang, clubbing finger.
ekstremitas. prognosis
4. Evaluasi adanya penurunan
terjadi. 4. Capilarry
sensasi pada ekstremitas. 4. Penurunan sensasi
Refill time <
dapat terjadi akibat
3 detik.
5. Pertahankan akral hangat. gangguan perfusi
jaringan
5. Vasokonstriksi
menyebabkan
6. Ukur dan catat produksi
terjadinya penurunan
urine
perfusi jaringan
semakin bertambah
6. Produksi urine 1-2
cc/kgBB/jam
menunjukkan perfusi
ginjal adekuat
3. Dalam 1. Terjadi 1. Monitor pertumbuhan dan 1. Perubahan berat badan
waktu peningkatan perkembangan (BB, TB) harus dipantau setiap
3x24 jam BB hari
2. Motivasi anak untuk latihan
2. Mampu 2. Memenuhi tugas
setelah
makan sendiri
makan sendiri perkembangan sesuai
pemberian

39
40

askep, dengan 3. Temani anak saat bermain usia


3. Terapi bermain yang
pertumbuh bantuan sesuai dengan tugas
sesuai dapat
an dan minimal perkembangan
3. Mampu menstimulasi
perkemba
bersosialisasi pertumbuhan dan
ngan anak 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan orang perkembangan anak
sesuai usia dalam pemberian nutrisi yang
4. Nutrisi yang baik akan
lain
cukup
mendukung proses
5. Kolaborasi dengan medis pertumbuhan dan
dalam pemberian suplemen perkembangan
5. Mencegah anemia
Fe
akibat kekurangan zat
besi
4. Dalam 1.Hb 16-18 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. mengetahui tanda-tanda
waktu gr/dl emboli (penurunan kesadaran, emboli secara dini
2.Ht 40-48 vol
3x24 jam kejang, pulsasi arteri lemah,
%
setelah kulit pucat, paralisis,) 2. Perubahan
3. Akral hangat
2. Observasi hemodinamika
pemberian 4.CRT < 3 detik hemodinamika
5.Pulsasi perifer pasien (TD, Suhu, Saturasi)
askep, bertujuan untuk
+/+
emboli intervensi lebih lanjut
3. Jika tidak ada pembatasan 3. Mengurangi viskositas
tidak
cairan, anjurkan klien untuk
terjadi
minum 4. Immobilisasi
4. Anjurkan klien untuk
meningkatkan resiko
beraktivitas sesuai toleransi
pembentukan emboli
karena
5. Evaluasi hasil laboratorium 5. Nilai Hb dan Ht untuk
melihat viskositas
darah

40
2. Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Tgl/jam No Implementasi Evaluasi Ttd
diagnosa
19 Juli 1. 1. Mengukur tanda-tanda S : Keluarga pasien
vital : mengatakan anak
2018
TD : 92/66 (65) bertambah biru ketika
09.00
mmhg, HR : 98x/mnt, menangis
RR : 24x/mnt, Suhu :
10.00 36,2 C, Sat O2 : 60%,
11.00 Capillary Refill Time O: Ku baik, vital : TD :
>2 detik 86/47 (61) mmHg, HR :
12.00 96x/menit, Sat O2 60%,
2. Melakukan
Suhu : 36,1oC, RR :
pemeriksaan akral dan
13.00 26x/menit, CTR 2 detik,
tanda sianosis,
13.3 akral hangat, bibir, kuku
respon : akral hangat,
tampak sianosis.
bibir, kuku sianosis,
14.00
tanda spell hipoksik (-)
3. Membantu pasien A: Masalah belum teratasi
makan snack, puding
habis 1 porsi.
4. Memfasilitasi pasien P: lanjutkan asuhan
istirahat di atas tempat
keperawatan
tidur, membatasi
pengunjung agar - Observasi tanda-
pasien dapat tanda vital
beristirahat - Pantau sedini
5. Berkolaborasi dengan mungkin tanda-
gizi dalam tanda spell
memberikan pasien - Sediakan waktu
makan siang, pasien di istirahat yang
suapi ibunya nya, cukup untuk anak
habis ½ porsi - Sediakan
6. Membantu pasien lingkungan yang
minum propanolol 5 nyaman, hindari
mg stress, batasi
7. Mengukur tanda-tanda pengunjung
vital : TD : 90/48 (62) - Sediakan makanan
mmHg, HR : yang mudah
70x/menit, RR: 25 dicerna
x/mnt, Sat O2 62%, - Evaluasi
o
Suhu : 36,0 C, CTR pemahaman
>2 detik keluarga mengenai

41
42

8. Memfasilitasi anak tata cara


dengan melibatkan penanganan spell
keluarga agar anak - Kolaborasi
dapat beristirahat pemberian
siang propanolol 5mg
9. Memberikan
pendidikan kesehatan
kepada keluarga
tentang ciri-ciri spell,
penyebab dan
penanganan bila anak
terjadi spell
19 Juli 2. 1. Mengukur tanda-tanda S:
vital :
2018
TD : 92/66 (65)
09.00
mmhg, HR : 98x/mnt, O: Ku baik TD : 90/48 (62)
10.00
RR : 24x/mnt, Suhu : mmHg, HR : 70x/menit,
12.00 36,2 C, Sat O2 : 60%, RR: 25 x/mnt, Sat O2 62%,
Capillary Refill Time Suhu : 36,0oC, CTR >2
13.30 >2 detik detik, akral hangat, bibir,
kuku tampak sianosis.
2. Melakukan Intake 270cc, output 160cc
pemeriksaan akral, (selama 6 jam)
respon : akral hangat,
bibir dan kuku sianosis
3. Melakukan A: masalah belum teratasi
pemeriksaan adanya
penurunan sensasi
4. Memfasilitasi pasien P: lanjutkan asuhan
istirahat di atas tempat keperawatan
tidur.
5. Mengukur tanda-tanda - Monitor tanda-
vital : TD : 90/48 (62) tanda vital,
mmHg, HR : saturasi, TD, HR,
70x/menit, RR: 25 CRT
x/mnt, Sat O2 62%, - Observasi warna
o
Suhu : 36,0 C, CTR kulit
>2 detik - Pertahankan akral
6. Mengukur intake dan hangat
output pasien selama 6 - Pantau urine output
jam : intake : 270 cc,
output : 160cc

42
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Proses Penyakit


Pada kasus yang kami temui diagnosa TOF ditegakkan berdasarkan penyebab
TOF akibat gangguan proses pembentukan dan perkembangan jantung
diantaranya overriding aorta, pulmonal stenosis, VSD dan RVH.

43
44

44
BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital dengan gangguan


sianosis yang ditandai dengan : Defek Septum Ventrikel, Stenosis pulmonal,
Overriding aorta, Hipertrofi ventrikel kanan.
Pada asuhan keperawatan yang kelompok lakukan pada kasus TOF pada pasien
anak “H” kelompok mendapatkan masalah keperawatan sebagai berikut :
Resiko terjadinya spell berhubungan dengan peningkatan hipoksia jaringan
(efek sekunder dari peningkatan aktivitas), gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan kadar O2 dalam darah, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai oksigen dan
zat nutrisi ke jaringan, resiko terjadi emboli berhubungan dengan peningkatan
viskositas darah.
Dari keempat masalah keperawatan tersebut telah diambil dua diagnosa yang
dilakukan perencanaan dan pelaksaan keperawatan. Berdasarkan kreteria hasil
di dapatkan evaluasi bahwa masalah keperawatan belum teratasi, di karenakan
waktu yang kelompok dapatkan terbatas.

5.2 SARAN

Perawat harus memiliki pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan


pada pasien TOF dan tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal baik pada pasien TOF
maupun orang tua. Sehingga dapat meningkatkan status kesehatan pasien. Hal
ini merupakan peran perawat dalam menurunkan angka morbilitas dan
mortalitas.

45
DAFTAR PUSATAKA

A.H Markum. 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1. Jakarta: Fakultas
kedokteran UI
Brunner dan Suddart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hidayat, A, Aziz, Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta :EGC.
Carpenito J.Lynda. 2001. Diagnosa Keperawatan,edisi 8. Jakarta: EGC.
Santosa, Budi. 2006. Diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Sylvia,A, Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Udjanti, Wajan Juni, 2010. Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Downing, Tacy E., and Kim, Yuli Y. 2015. Tetralogy of Fallot General Prinsiple of
Magagement. (Accessed at 21th July 2018) on
https://www.cardiology.theclinics.com/cms/attachment/2038638099/2052633114
/main.pdf.png
Candra, Asep. 2012. 5 Penyakit Jantung Bawaan dan Penegahannya. By
Kompas.com (Accessed at 21th July 2018) on
http://health.kompas.com/read/2012/12/24/17204326/5.Penyakit.Jantung.Bawaa
n.dan.Pencegahannya

You might also like