You are on page 1of 40

KUMPULAN TUGAS PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh
NAMA MAHASISWA : SRI HARIYANI
NIM : SN152027

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/ 2016
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding yang lemah ini membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian usus sehingga orang sering
menyebut turun perut. Bagian-bagian hernia terdiri dari kantong hernia, isi
hernia, pintu hernia, leher hernia dan lokus minoris.
Macam-macam hernia berdasarkan sifat klinisnya :
1. Hernia Reponibilis yaitu hernia yang dapat direposisi tanpa operasi
2. Hernia Irreponibilis yaitu organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali
ke cavum abdominale kecuali dengan bantuan operasi. Jika telah
mengalami perlekatan organ disebut Hernia Akreta.
3. Hernia Strangulasi yaitu organ yang mengalami hernia sudah mengalami
gangguan vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia
(isi hernia).
4. Hernia Incarserata yaitu hernia irreponibilis yang sudah disertai tanda-tanda
ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
Macam-macam hernia berdasarkan arah hernia :
- Hernia Eksterna yaitu hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar
karena menonjolnya ke arah luar, misalnya; hernia inguinalis lateralis dan
medialis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia lumbalis dsb.
-. Hernia Interna yaitu apabila isi hernia masuk ke dalam rongga lain,
misalnya ke cavum thorax atau masuk ke dalam recessus dalam cavum
abdomen.
- Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalannya spermatic cord di
canalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan (externus)
sampai skrotum. Hernia inguinalis paling sering timbul pada pria dan lebih
sering pada sisi kanan.

B. ETIOLOGI
1. Kongenital
a. Hernia Kongenital Sempurna terjadi karena adanya defek pada tempat-
tempat tertentu yang langsung muncul pada saat dia dilahirkan.
b. Hernia Kongenital Tak Sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu
(perdisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui
defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdominal.
2. Akuisital
Faktor penyebab hernia :
1. Tekanan intra abdominal yang tinggi, misalnya sering mengejan, batuk,
menangis, pada peniup terompet, ibu yang sering melahirkan, pekerja
angkat berat dll.
2. Konstitusi tubuh, misalnya pada orang kurus dan orang gemuk.
3. Banyaknya preperitoneal fat.
4. Distensi dinding perut.
5. Cicatrix
6. Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut.
Pada anak-anak terjadinya hernia berhubungan dengan proses
perkembangan alat reproduksi ketika si anak masih di dalam kandungan.
Karena itu pada bayi dan anak-anak lebih sering merupakan keadaan bawaan
sejak lahir (kongenital) dan berisi cairan. Di selangkangan pada bayi yang
belum lahir terdapat pipa saluran, pada bayi laki-laki saluran ini menjadi
tempat turunnya buah zakar yaitu rata-rata pada umur 8 bulan.
Pipa saluran ini akan menutup pada saat bayi dilahirkan, dalam keadaan
normal saluran ini akan segera menutup setelah bayi berusia 2 bulan. Namun
ada kalanya saluran ini belum menutup setelah bayi lahir sehingga
memungkinkan isi perut, baik itu usus maupun bagian lain dari usus untuk
memasuki saluran ini.

C. PATOFISIOLOGI
Defek pada suatu rongga
Peningkatan
tekanan intra
abdomen

Tonjolan perineum
membentuk benjolan

Hernia inguinalis

Hernia reponable

Hernia irreponable

Hernia inkarserata

Hernia strangulata

Acute abdomen

Adanya defek pada suatu dinding rongga menyebabkan lubang pada


rongga perut sehingga terjadi penonjolan perineum parietal yang berisi viskus
yang membentuk benjolan. Tonjolan bisa muncul sewaktu-waktu saat tekanan
intra abdomen meningkat. Pada awalnya tonjolan ini bisa masuk kembali
setelah dibawa berbaring dan akan muncul lagi saat tekanan intra abdomen
meningkat. Semakin sering tonjolan itu muncul, semakin menjadi besar
ukurannya berarti jadi makin lemah liang saluran di dinding perut dan semakin
banyak isi perut yang keluar dari dinding perut.
Lama kelamaan tonjolan yang semakin besar itu mungkin tidak bisa
spontan masuk dengan jari (hernia reponable), jika dibiarkan bisa saja terjadi
perlengketan di dalamnya bisa sampai ke tahapan tonjolan sudah tidak dapat
dimasukkan lagi (hernia irreponable). Apabila isi jeroan dalam tonjolan ini
sudah mulai bermasalah karena usus sendiri punya mobilitas sehingga usus
dapat terpelintir dalam kantong hernia maka terjadi penjepitan pada usus tadi
(hernia inkarserata). Bila isi hernia yang terjepit semakin membesar, lama
kelamaan usus akan tercekik lalu tak dapat aliran darah lagi. Kondisi terminal
hernia inilah yang perlu tindakan gawat darurat (hernia strangulata). Bila
keadaan ini dibiarkan jaringan usus akan membusuk, mati dan rusak lalu
terjadi gawat darurat perut (acute abdomen).
PATHWAY

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Viskus abdomen masuk

Terbuka pindah lokasi  p’ngkatan tek intra


abdomen&kelemahan
otot dinding trigonum
HasselBach
testis turun keskrotum
Membentang dalam kantung testis menonjol kebelakang
canalis
inguinalis

Turun
keinguinal

H. Medialis

Vasokontriksi
vaskuler

Desakan/teka
nan

Nyeri

Gg.rasa
Gg. rasa
nyaman nyeri
nyaman nyeri
Menyatu dg. Tunika vaginalis tdk menutupnya prosesus vaginalis
Vagianalis peritoneum
Hernia lengkap penonjolan perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior

Jepitan cincin hernia fenikulus spermatikus H.lateralis 

Gg.perfusi jaringan
canalis inguinalis

pembesaran inguinal

Heriography

Post Herniography

Dampak anetesi

Gg. fi. Sirkulasi


Hipersalivasi
COP meningkat

TD&HR meningkat

Suplai O2 berkurang

Gg. perfusi jaringan

Penumpukan sekret

Obs. Jln nfs

Bendungan vena
Bersihan jln nfs
Bersihan jln nafas
Udem organ

Jepitan cincin hernia semakin bertambah H.Strangulata

Peredaran darah tergangguisi hernia nekrosis

Kantung transudat

Usus

Perforasi

Abses lokal

peritonitis

D. MANIFESTASI KLINIK
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik dan kebanyakan ditemukan
pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis
superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.
Benjolan ini baru akan terlihat pada saat pasien berdiri, batuk, bersin,
mengejan, menangis, atau mengangkat barang-barang yang berat. Benjolan ini
akan menghilang jika pasien berbaring
Manifestasi klinik yang mungkin muncul antara lain :
1. Adanya masa dalam daerah inguinal maupun bagian atas skrotum.
2. Pembesaran skrotum sehingga terasa pegal dan rasa tidak nyaman.
3. Terasa nyeri apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga
pembuluh darah disekitarnya terjepit dan akan merangsang terjadinya nyeri.
Apabila berlangsung lama pembuluh darah akan mati.

E. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk.
3. Terjadi penjepitan pada usus sehingga tercekik dan tidak mendapatkan
aliran darah lagi. Lama kelamaan akan membusuk, rusak dan mati.

G. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah melakukan inspeksi pada daerah
inguinal (lipat paha). Kemudian jari telunjuk ditempatkan pada sisi lateral
kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung
jari tengah mencapai anulus inguinalis profundus. Jika jari tangan tak dapat
melewati annulus inguinalis profundus karena adanya masa, maka umumnya
diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, bila seorang meraba
jaringan yang bergerak turun ke dalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan
pemeriksa selama batuk.
Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis inguinalis,
maka hernia inguinalis indirek menuruni kanalis pada samping jari tangan,
sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan adalah khas dari
hernia direk. Diagnosa banding hernia inguinalis mencakup masa lain dalam
lipat paha seperti limfadenopati, testis yang tidak turun, lipoma dan
hematoma.

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Prinsip penatalaksanaaan hernia adalah mencegah inkarserasi atau
strangulasi, semua hernia harus direpair kecuali hernia direk yang kecil. Pada
dasarnya hernia tidak dapat diobati dengan obat karena hernia disebabkan oleh
keadaan anatomi yang melemah atau mengalami kelainan. Terapi yang sering
dilakukan adalah dengan pembedahan/operasi. Pada keadaan
strangulasi/inkarserata dilakukan operasi cito namun keadaan umum
diperbaiki terlebih dahulu. Tujuannya adalah reposisi hernia, menutup pintu
hernia dan mencegah residif dengan memperkuat dinding perut.
Operasi hernia ada 3 tahap yaitu:
1. Herniotomi : membuka dan memotong kantong hernia ke cavum
abdominalis
2. Hernoiraphy : mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada tendon
supaya tidak masuk lagi.
3. Hernioplasty : memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan
(menutup pintu hernia) sehingga tidak residif dengan cara
mengikatkan conjoin ke ligamentum inguinale. Hal ini
tidak dilakukan pada pasien anak-anak.
2. Keperawatan
Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang
diberikan sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif) dan sesudah
(pascaoperatif). Tindakan yang dapat dilakukan pada tiap-tiap fase antara
lain :
1. Fase Preoperatif
Pengkajian secara menyeluruh mengenai kesehatan fisik dan
emosional, mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi
berbagai pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan yang menggambarkan kebutuhan klien (keluarga) dan
melakukan intervensi serta evaluasi tehadap tindakan yang dilakukan,
mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk menghadapi
pembedahan, serta mengkomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan pembedahan kepada tim bedah. Klien akan lebih mampu
bekerjasama dan berpartisipasi dalam perawatan jika perawat memberi
informasi tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah
pembedahan, untuk itu perlu adanya penyuluhan preoperatif. Satu hal
yang tidak boleh dilupakan sebelum klien menjalani pembedahan
adalah adanya inform consent (persetujuan tindakan)
2. Fase Intraoperatif
Perawat disini perlu persiapan yang baik dan pengetahuan tentang
proses yang terjadi selama prosedur pembedahan dilaksanakan.
Tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Memasang kateter infuse ke tangan klien untuk memberikan
prosedur rutin penggantian cairan dan obat-pbatan melalui intra
vena.
b. Perawat memasang manset tekanan darah untuk memantau tekanan
darah selama operasi berlangsung
c. Karena suhu ruangan tahanan sementara dan ruang operasi dingin
maka klien harus diberikan selimut tambahan.
d. Memasang oksimetri denyut jantung untuk memonitor saturasi
oksigen sebagai indeks kualitas ventilasi
e. Memberi dukungan mental kepada klien dan mendorong klien
untuk bertanya.
f. Melakukan pencatatan aktivitas perawatan dan prosedur yang
dilakukan oleh petugas ruang operasi
3. Fase Pascaoperatif
Tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap yaitu periode
pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase
pascaoperatif. Perawat di ruang UPPA (unit perawatan pasca anestesi)
melakukan pengkajian ulang terhadap hal-hal yang terjadi selama di
ruang operasi yaitu dengan membaca di status klien. Perawat UPPA
membuat pengkajian lengkap tentang status klien. Klien tetap berada
dalam UPPA sampai keadaannya stabil. Perawat harus siap bila
keluarga mengalami syok awal dan berperan sebagai sumber bagi
keluarga. Selanjutnya perawat melakukan evaluasi terhadap tanda-
tanda vital dan melakukan observasi penting lainnya minimal setiap 15
menit atau kurang tergantung kondisi klien dan kebijakan unit.
Pengkajian dilakukan terus menerus sampai klien dipindahkan dari
UPPA.
Tindakan yang dapat dilakukan di ruang perawatan pasca operatif antara lain :
a. perawat menerima pasien dan memeriksa kelengkapan status pasien.
b. Mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15 menit pada satu jam
pertama, setiap 30 menit selama satu sampai dua jam berikutnya, setiap 1
jam selama 4 jam berikutnya dan selanjutnya setiap 4 jam. Seringnya
pemeriksaan bergantung pada kondisi klien.
c. Perawat mendokumentasikan seluruh pemeriksaan awal dan
memasukkannya ke dalam catatan perawat.
d. Pantau tanda vital, asupan cairan melalui intravena, dan haluaran urin
e. Perawat menjelaskan tujuan prosedur atau peralatan pasca operatif dan
menjelaskan tentang keadaan klien. Keluarga harus mengetahui bahwa
klien akan mengantuk dan tertidur pada sisa waktu hari itu akibat pengaruh
anestesi umum. Apabila klien mendapatkan anestesi spinal, keluarga harus
diingatkan bahwa klien akan diperiksa secara rutrin dan ia akan kehilangan
sensasi dan pergerakan ekstremitasnya selama beberapa jam.
f. Perawat mengkaji keluhan klien, merumuskan diagnosa, melakukan
intervensi dan mengevaluasi semua tindakan yang telah dilakukan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Diagnosa keperawatan pada klien preoperatif :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d berkurangnya batuk dan
peningkatan kongesti paru
2. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan, adanya ancaman kehilangan bagian tubuh
3. Ketidakefektifan koping keluarga; menurun b.d perubahan sementara pada
peran klien, beratnya operasi yang akan dilaksanakan
4. Ketakutan b.d pembedahan yang akan dilaksanakan, antisipasi nyeri pasca
operatif.
5. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan b.d kurang
pengalaman tentang operasi, kesalahpahaman tentang informasi.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nutrisi preoperatif
7. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d asupan nutrisi yang
berlebihan.
8. Ketidakberdayaan b.d operasi darurat
9. Resiko gangguian integritas kulit b.d radiasi preoperatif, imobilisasi
selama operasi
10. Gangguan pola tidur b.d ketakutan menghadapi operasi, jadwal preoperatif
rutin di rumah sakit
Diagnosa keperawatan untuk pasien pasca operatif :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d hilangnya batuk, penumpukan
sekret, sedasi yang berkepanjangan.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d nyeri insisi, efek analgesik pada ventilasi.
3. Nyeri b.d insisi bedah.
4. Ketidakefektifan koping individu b.d paksaan menjalani pembedahan,
terapi pasca operatif.
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d drainase luka, asupan cairan yang
tidak adekuat.
6. Resiko kerusakan integritas kulit b.d drainase luka, gangguan mobilitas
7. Berduka adaptif b.d kondisi kritis klien
8. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, pembatasan aktivitas pasca operatif.
9. Perubahan membran mukosa oral b.d puasa.
10. Defisit perawatan diri : makan, membeersihkan diri, memakai baju,.
toileting b.d pembatasan aktivitas pasca operasi.
11. Resiko perubahan suhu tubuh b.d penurunan metabolisme.
12. Resiko infeksi b.d luka insisi
13. Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakhea atau
selang pada jalan nafas.

J. TUJUAN, INTERVENSI DAN RASIONALISASI


1. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan b.d pengalaman pertama
menjalani pembedahan.

Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Klien akan Kirimkan booklet Penyuluhan preoperatif
memahami proses penyuluhan dan video yang terstruktur
yang terjadi selama ke rumah klien. mempunyai pengaruh
intraoperatif dan Sediakan waktu yang positif pada masa
pasca operatif penyuluhan preoperatif pemulihan
sebelum jadwal untuk menjelaskan Informasi tentang
pembedahannya keadaan umum yang persiapan membantu
terjadi setelah operasi klien untuk membentuk
Jelaskan yang akan bayangan yang realistik
terjadi di holding area, tentang pengalaman
ruang operasi. pembedahan dan akan
lebih mampu untuk
mengatasi dan
menangani pengalaman
bedah tersebut jika
terjadi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d nyeri insisi


Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Klien mencapai Minta klien melakukan Ekspansi paru-paru yang
fungsi ventilasi pernafsan diafragma adekuat dapat
normal dengan jalan dengan menggunakan ,mencegah terjadinya
nafas yang paten spirometer stimulatif atelektasis
pada hari kedua setiap 2 jam pada saat Menekan insisi akan
pasca operatif klien terjaga membantu mencegah
Minta klien menekan timbulnya
insisi abdomen saat ketidaknyamanan saat
melakukan latihan melakukan latihan
batuk batuk.
Berikan caaran yang Meningkatkan asupan
disukai klien, minimal cairan membantu
1500 ml per hari mencegah pengentalan
Pindahkan posisi klien ke lendir.
kanan dan ke kiri setiap Posisi miring
1-2 jam saat klien memungkinkan
terjaga ekspansi paru.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. A DENGAN POST OP HERNIA
INGUINALIS DEXTRA DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DR SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Tgl/Jam masuk RS : 19 April 2016 jam 09.00 WIB


Tanggan dan jam Pengkajian : 19 April 2016 jam 14.30 WIB
Metode Pengkajian : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
Diagnosis Medis : Hernia inguinalis dextra
No. Registrasi :530775

PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama Pasien :Tn. M
Alamat : Pagutan 3/5 Manyaran
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Ny. K
Umur : 50 tahun
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pagutan 3/5 Manyaran
Hubungan dengan pasien : Istri

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama : Nyeri bagian selangkang kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Dapat Pasien datang dengan nyeri selangkang kanan bawah, terdapat
benjolan tidak dapat dikendalikan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mondok di rumah sakit dan belum
pernah menjalani operasi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
seperti asma, DM, jantung, hipertensi.
Genogram :

Keterangan
= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien tinggal di lingkungan rumah yang bersih, tidak terdapat hewan
vektor penyakit di lingkungan hunian

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jarang memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan, jika pasien sakit berobat ke puskesmas terdekat.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
Frekuensi makan : 3 kali sehari
BB/TB : 55 kg / 162 cm
BB 1 bulan terakhir : Tetap
Jenis makanan : Nasi
Makanan yang disukai : Pedas
Makanan pantang : Tidak
Alergi : Tidak
Nafsu makan :tidak ada keluhan
Masalah pencernaan : Tidak ada
Riwayat operasi : iTidak
Konjungtiva : Tidak anemis
Diit RS : nasi, habis porsi
b. Pengkajian Pola Nutrisi
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3 kali 3 kali
Jenis Nasi, lauk, sayur nasi
Porsi 1 porsi 1 porsi
Keluhan Tidak ada Anoreksia

3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1 kali Belum BAB
Konsistensi Lunak -
Warna Kuning -
Penggunaa pencahar Tidak Tidak
(laktasif)
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi Kurang lebih 8 kali Kurang lebih 7 kali
Jumlah urine @ 150cc – 200 cc @ 150cc – 200 cc
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Pancaran Lancar Lancar
Perasaan setelah Puas Puas
berkemih
Total produksi urine 1600cc – 2000 cc 1000cc – 1200 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Analisa keseimbangan cairan selama perawatan


Intake Output Analisa
a. Minuman1000 cc a. Urine 1500cc Intake 2800cc -
b. Makanan 300 cc b. Feses 100 cc output 2350cc
c. Cairan IV 1500 c. IWL 750 cc
cc (15cc x 50 kg)
Total 2800 cc Total 2350 cc Balance + 450cc

4. Pola Aktifitas dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Hasil skor : 12 (ADL Tergantung sebagian)
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah tidur siang Tidak pernah Tidak pernah
Jumlah tidur malam 8 jam 6 jam
Penggunaan obat tidur Tidak Tidak
Gangguan tidur Tidak Tidak
Perasaan waktu bangun Segar Segar
Kebiasaan sebelum Menonton TV Tidak ada
tidur

6. Pola Kognitif – Perseptual


a. Status mental
b. Kemampuan penginderaan
1) Penglihatan
Visus asien 6/6, tidak gangguan sensori penglihatan
2) Pendengaran
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran
3) Pengecapan
Pasien mengatakan bisa membedakan rasa pahit, asam, asin dll
4) Penciuman
Pasien tidak mengalami gangguan penciuman
5) Sensasi
Pasien tidak mengalami gangguan sensasi
c. Pengkajian nyeri
P = jepitan cincin hernia
Q = seperti tertindih
R = perut kanan bawah
S = Skala 6
T = Terus menerus
7. Pola Persepsi Konsep Diri
a. Body image: pasien dapat menerima keadaan dirinya saat ini
b. Identitas diri: pasien seorang laki-laki berumur 50 tahun
c. Harga diri: pasien tidak malu dengan keadaannya saat ini
d. Peran diri: pasien seorang ayah dan suami dengan rumah tangga
harmonis
e. Ideal diri: pasien ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang
8. Pola Hubungan peran
Pasien berperan sebagai anak ketiga dari 3 bersaudara. Hubungan pasien
dengan keluarga terjalin dengan baik
Pasien mengatakan sedih karena tidak mampu memenuhi kebutuhan anak
anaknya dikarenakan kondisi sakitnya

9. Pola seksualitas reproduksi


Pasien berjenis kelamin laki-laki.
10. Pola mekanisme koping
Pasien tinggal 1 rumah dengan ayah, ibu dan kakak, dan bersyukur dengan
kehidupan yang sekaran dijalani.
11. Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam dan taat menjalankan ibadah shalat 5 waktu dan
selalu berdoa agar diberikan kesembuhan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
b. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 120/75 mmHg
2) Nadi :
- Frekuensi : 64 x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Teraba kuat
3) Pernafasan :
- Frekuensi : 20 x/ menit
- Irama : Teratur
4) Suhu : 36,2 ºC
2. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesocephal
b. Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe
c. Rambut : Hitam, bersih
3. Muka
a. Mata :
1) Palpebra : Tidak oedema
2) Konjungtiva : Tidak anemis
3) Sclera : Putih
4) Pupil : Isokhor
5) Diameter pupil ki/ka : ±2mm/±2mm
6) Reflek terhadap cahaya : +/+
7) Penggunaan alat Bantu penglihatan : Tidak ada
b. Hidung : Tidak ada sinusitis, penciuman normal
c. Mulut : tidak ada karies, sariawan
d. Telinga : bersih, tidak ada tinitus
4. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada benjolan
b. Kelenjar limfe : Tidak ada benjolan
c. JVP :-
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru :
I ; Tarikan dinding dada kanan dan kiri simetris
P ; Tidak ada benjolan, tidak teraba adanya oedema
P ; Suara paru sonor
A ; Bronkovesikuler
b. Jantung :
I ; Iktus cordis tidak tampak
P ; Intercosta teraba
P ; Suara jantung pekak
A ; Terdengar bunyi jantung I dan II
6. Abdomen
I :Ada luka post op hernia ingunalis dextra di kuadran 4
A ; Peristaltik usus 20x/menit
P ; Tidak teraba adanya penumpukkan cairan atau nyeri tekan
P ; Tympani
7. Genetalia
Tidak ada oedema
8. Rektum
Tidak ada oedema
9. Ekstremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Tidak terganggu Tidak terganggu
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Tidak terganggu Tidak Terbatas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Nyeri post op

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tangga Jenis Keterangan
Nilai Normal Satuan Hasil
/Jam Pemeriksaan hasil
7 Juni 2015 KIMIA :
GDS < 170 Mg/dl 99 Normal
Ureum 10 – 50 Mg/dl 24 Normal
Kreatinin 0.6 – 1.1 Mg/dl 0.86 Normal
Hb Sag negatif Negatif Normal

7 Juni 2015 Darah Rutin :


WBC 4.1 – 10.9 K/ul 8.2 Normal
RBC 4.2 – 6.3 M/ul 4.41 Normal
HB 12 – 18 gr/dl 13.9 Normal
HCT 37 – 51 % 42.4 Normal
AT 140 – 440 K/ul 217 Normal

RONTGENT :

Hasil :

VI. TERAPI MEDIS


Hari/Tanggal Fungsi &
Jenis Terapi Dosis
/Jam Farmakologi
19/04/2016 Infus Rl 20 tpm Isotonik
Infus Futrolid 20 tpm Isotonik

Antibiotik
Analgetik
ANALISA DATA

Nama : Tn.M No. CM : 530775


Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

Hari/
No Tanggal/ Data Fokus Problem Etilogi Ttd
Jam
1 Senin, DS: Nyeri akut Diskontuinitas jaringan
18 April 2016 Pasien mengatakan nyeri pada bekas post OP Hernia inguinalis akibat tin-dakan operasi
Pukul 14.00 dextra
DO
Pasien tampak kesakitan, skala nyeri 6(skala1-10)
P = jepitan cincin hernia
Q = seperti tertindih
YANI
R = perut kanan bawah
S = Skala 6
T = Terus menerus
TD : 120/75 mmHg
2 Senin, 18 April DS : Resiko infeksi Luka insisi bedah/ operasi
2016
Pukul 14.00 DO :
Ada luka incise regio kanan bawah kurang lebih 7 cm
WBC : 8,2 ribu k/ul
YANI

3 Senin, DS : Kecemasan kurang pengetahuan dan


18 April 2016 Pasien mengatakan bingung dan mencemaskan tentang berbagai hospitalisasi
Pukul 14.00 tindakan yang dilakukan di rumah sakit
DO :
Pasien tampak kusut,tidak segar YANI

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


RENCANA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi


2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka incise operasi
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn.M No. CM : 530775
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

Hari/
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Tgl
-
Senin, 1 NOC NIC
- Pain level Pain Management
18 April 2016
- Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
Pukul 14.15 termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Comfort level
Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri, mampu menggunakan tekhnik nonfar-
- Kurangi faktor presipitasi
makologi untuk mengurangi nyeri, mencari - Ajarkan teknik relaksasi
bantuan) - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan tindakan nyeri tidak berhasil
menggunakan manajemen nyeri. Analgesik Administration
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri YANI
frekuensi dan tanda nyeri) sebelum pemberian obat
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
berkurang frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur

Senin 2 NOC NIC


18 April 2016 - Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
jam 14.15 - Knowledge : Infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Risk control - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
Kriteria Hasil : - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi keperawatan
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, - Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik YANI
faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaanya
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Senin, 3 NOC : NIC : NIC :
- Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
18 April 2016
- Coping - Gunakan pendekatan
YANI yang menenangkan
Pukul 14.15 Kriteria Hasil : - Nyatakan dengan
YANIjelas harapan terhadap pelaku
- Klien mampu mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala cemas - Mengukur vital sign
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
menunjukkan tehnik untuk mengontol selama prosedur
cemas - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan tindakan prognosis
berkurangnya kecemasan - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI

Nama : Tn.M No. CM : 530775


Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

Hari/
No Dx Implementasi Respon Ttd
Tgl
Senin, 18 April 2016
Pukul 15.00 1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, P = jepitan cincin hernia
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor Q = seperti tertindih
presipitasi R = perut kanan bawah
S = Skala 6
T = Terus menerus
YANI

O : Sklala nyeri 6(skala 1-10)


Pukul 15.05 1 - Mengajarkan tehnik relaksasi S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI

Pukul 15.10 1 - Menganjurkan untuk mengurangi faktor S :-


presipitasi nyeri dengan menghindari miring O:Posisi tidur telentang YANI
ke kanan

Pukul 15.15 1 - Memberikan injeksi Ketorolac 1 Ampl S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng
YANI
O: Obat masuk Ketorolac 1amp tidak ada alergi

Pukul 15.20 2 - Membersihkan lingkungan setelah alat S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih dan tempat
dipakai pasien lain tidur bersih
O : mengganti laken dengan yang baru dan
YANI
meminta cleaning service untuk
membersihkan kamar

Pukul 15.25 2 - Memberikan injeksi Cefoperazon 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O : Obat masuk YANI
Pukul 15.30 3 - Jelaskan semua prosedur dan apa yang S: Pasien menyebutkan prosedur yang akan dijalani di
dirasakan selama prosedur Rumah Sakit
O : Prosedur yang dijelaskan secara prinsip sudah sesuai
YANI
dengan yang dijelaskan
Pukul 15.35 1,3 - Instruksikan pasien menggunakan teknik S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
relaksasi O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
Selasa, 19 April 2016
Pukul 15.00 1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, P = jepitan cincin hernia
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor Q = seperti tertindih
presipitasi R = perut kanan bawah
S = Skala 5
T = Kadang kadang
YANI

O : Sklala nyeri 5(skala 1-10)

Pukul 15.10 1 - Menganjurkan untuk mengurangi faktor S :- YANI


presipitasi nyeri dengan menghindari miring O:Posisi tidur sesuai tingkat kenyamanan
ke kanan
Pukul 15.15 1 - Memberikan injeksi Ketorolac 1 Ampl S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng
YANI
O: Obat masuk Ketorolac 1amp tidak ada alergi
Pukul 15.20 2 - Membersihkan lingkungan setelah alat S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih dan tempat
dipakai pasien lain tidur bersih
O : mengganti laken dengan yang baru dan
YANI
meminta cleaning service untuk
membersihkan kamar

Pukul 15.25 2 - Memberikan injeksi Cefoperazon 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O : Obat masuk per iv YANI

Pukul 15.30 3 - Jelaskan semua prosedur dan apa yang S: Pasien menyebutkan prosedur yang akan dijalani di
dirasakan selama prosedur Rumah Sakit
O : Prosedur yang dijelaskan secara prinsip sudah sesuai
YANI
dengan yang dijelaskan
Pukul 15.35 1,3 - Instruksikan pasien menggunakan teknik S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
relaksasi O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
- Rabu, 20 April 2016
Pukul 15.00 1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, P = jepitan cincin hernia
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor Q = seperti tertindih
presipitasi R = perut kanan bawah
S = Skala 4
T = Kadang kadang
YANI

O : Sklala nyeri 4(skala 1-10)

Pukul 15.10 1 - Menganjurkan untuk mengurangi faktor S :-


presipitasi nyeri dengan menghindari miring O:Posisi tidur sesuai tingkat kenyamanan YANI
ke kanan
Pukul 15.15 1 - Memberikan injeksi Ketorolac 1 Ampl S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng
YANI
O: Obat masuk Ketorolac 1amp tidak ada alergi
Pukul 15.20 2 - Membersihkan lingkungan setelah alat S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih dan tempat
dipakai pasien lain tidur bersih
O : mengganti laken dengan yang baru dan YANI
meminta cleaning service untuk
membersihkan kamar
Pukul 15.25 2 - Memberikan injeksi Cefoperazon 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O : Obat masuk YANI

Pukul 15.30 3 - Jelaskan semua prosedur dan apa yang S: Pasien menyebutkan prosedur yang akan dijalani di
dirasakan selama prosedur Rumah Sakit
O : Prosedur yang dijelaskan secara prinsip sudah sesuai
YANI
dengan yang dijelaskan
Pukul 15.35 1,3 - Instruksikan pasien menggunakan teknik S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
relaksasi O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn.M No. CM : 530775


Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

No Dx Waktu Evaluasi Ttd


SENIN, 18 APRIL 2016
1 Pukul 20.00 S : Pasien mengatakan mengerti tatacara teknik relaksasi
O: Pasien mencoba lebih tenang
A : skor nyeri 6(skala 1-10)
P: Lanjutkan intervensi
YANI
Pukul 20.10 S : Pasien menyatakan tangan kemeng
2 O: Tidak ada tanda –tanda infeksi
A: Masalah sementara teratasi
Tidak ada :tumor,color,dolor
P: Lanjutkan intervensi YANI
3 S : Pasien menyatakan memahami penyakitnya
O: pasien mulai memaklumi keadaan dirinya
A: tindakan sesuai rencana, masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

SELASA, 19 APRIL 2016

Pukul 20.00 S : Pasien Melaksanakan teknik relaksasi


O: Pasien tampak lebih tenang
A : skor nyeri 5(skala 1-10)
P: Lanjutkan intervensi
YANI
Pukul 20.10 S : Pasien menyatakan tangan kemeng
O: Tidak ada tanda –tanda infeksi
A: Masalah sementara teratasi
Tidak ada :tumor,color,dolor
P: Lanjutkan intervensi YANI
S : Pasien menyatakan memahami penyakitnya
O: pasien mulai memaklumi keadaan dirinya
A: tindakan sesuai rencana, masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Rabu, 20APRIL 2016

Pukul 20.00 S : Pasien Melaksanakan teknik relaksasi dengan terampil


O: Pasien tampak tenang
A : skor nyeri 4(skala 1-10)
P: Lanjutkan intervensi
YANI
Pukul 20.10 S : Pasien menyatakan tubuhnya tidak demam
O: Tidak ada tanda –tanda infeksi
A: Masalah sementara teratasi
Tidak ada :tumor,color,dolor
P: Lanjutkan intervensi YANI
S : Pasien menyatakan memahami penyakitnya
O: pasien menerima penyakitnya dan bersyukur masih bisa berobat
A: tindakan sesuai rencana, masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin, 2009, Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.


Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Amin HN, Hardhi K, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta, Medi
Action.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC.

You might also like