You are on page 1of 117

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.R DENGAN POST OPERASI


LAPARATOMI ATAS INDIKASI APENDISITIS DIRUANGAN
RAWAT INAP BENDAH LANTAI 2 AMBUN SURI
RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITINGGI
TAHUN 2018

OLEH :

SRIRAHAYU OKTAVIANI

NIM :1514401030

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.R DENGAN POST OPERASI
LAPARATOMI ATAS INDIKASI APENDISITIS DIRUANGAN
RAWAT INAP BENDAH LANTAI II AMBUN SURI
RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITINGGI
TAHUN 2018

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam menyelesaikan Pendidikan

Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Perintis Padang

OLEH :

SRIRAHAYU OKTAVIANI

NIM :1514401030

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2018
PERINTIS High School of Health
Sciences Diploma of nursing
Script Writing ,July 2018

SRIRAHAYU OKTAVIANI
1514401030

NURSING CARE IN CLINET NY.R WITH POST APENDISITIS IN THE INFANT ROOM
SURGERY FLOOR II RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI 2018

V CHAPTER+page 100 + attachment 3

Abstract
Appendixitis is an inflammation caused by infection of the appendix or the worms uk (appendix).
Which because of a blockage of fases / stools that over time experience constipation causes
Escherichia coli bacteria have the opportunity to breed in the intestine and become an infection
that berakir on intestinal inflammation in the body of the client who immediately require help or
action Apendiksitis incident at RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi year 2018 from the last 1
year period last 2017 number of cases of Appendicitis. The purpose of this report is able to
perform nursing care on appendiksitis. The results of case reports found data on Ny.R ie Clients
said the pain around the abdomen, the client said difficult to sleep at night due to pain felt and
difficult for self mobilization, the client said only sleep 2-3 hours are often awakened by
abdominal pain, clients say anxious with the hospital environment that the weather is hot, the
client said scared to move for fear of bloody wound, the client said not bathing since 5 days ago,
just wiped by the family. The results of the study were found to be nursing problems in Ny.R,
namely acute pain associated with physical injury (surgical), postoperative recovery retardation
related mobility barriers, sleep disturbance disorders associated with immobilization. Based on
the above nursing problem, the plan was prepared and carried out the actions of nursing and
evaluation which refers to the objectives and criteria of the results. Treatment can be suggested to
the hospital institu- tion to perform client nursing care with appendicitis appropriately and
correctly.

Keywords : Appendixitis
References : (2002-2015)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
Program Studi DIII Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ,Juli 2018

SRIRAHAYU OKTAVIANI
1514401030
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN APENDISITIS DI
RUANGAN RAWAT INAP BEDAH ABUM SURI LANTAI II RSUD
DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI 2018

V BAB + Halaman 100 +


Abstrak
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
( apendiks ). Yang di karena kan suatu sumbatan fases/tinja yang lama kelamaan
mengalami konstipasi menyebabkan bakteri Escherichia coli mempunyai kesempatan
untuk berkembang biak dalam usus dan menjadi infeksi yang berakir pada peradangan
usus pada tubuh klien yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan .Insiden
apendiksitis di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018 dari priode 1 tahun
terakir 2017 jumlah kasus Apendisitis .Tujuan penulisan laporan ini adalah mampu
melakukan asuhan keperawatan pada apendiksitis .Hasil laporan kasus ditemukan data
pada Ny.R yaitu Klien mengatakan nyeri di sekitar abdomen,klien mengatakan susah
tidur saat malam hari karena nyeri yang dirasakan dan susah untuk mobilisasi sendiri
,klien mengatakan hanya tidur 2-3 jam sering terbangun karena sakit pada bagian perut
,klien mengatakan gelisah dengan lingkungan rumah sakit yang cuacanya panas,klien
mengatakan takut untuk bergerak karena takut lukanya berdarah,klien mengatakan
belum mandi sejak 5 hari yang lalu ,hanya dilap oleh keluarga.Hasil pengkajian tersebut
didapatkan masalah keperawatan pada Ny.R yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens
cidera fisik (pembedahan),pelambatan pemulihan pasca bedah berhubungan hambatan
mobilitas,gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi.Berdasarkan masalah
keperawatan diatas maka disusunlah rencana dan melaksanakan tindakan keperawatan
serta evaluasi yang mengacu pada tujuan dan criteria hasil.Apendisitis bisa disarankan
kepada instasi rumah sakit untuk melakukan asuhan keperawatna klien dengan
apendiksitis secara tepat dan benar.
LEMBARAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Srirahayu

Oktaviani NIM ! 514401030

Judul KT1 : Asuhan keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa keperawatan Post

laparatoini atas indikasi Apcndiksitis Diruangan Ran at Inap Bedah Ambun Suri Lantai

2 Dr .Achmad Mochtar Bukittinggi.

Karya Tulis Ilmiah ini telah berhasil dipertahankan dihadapa Dewan Penguji Studi

Kasus dan diterima sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Keperawatan pada Program Studi DIIl Keperawatan STIKes Perintis Padang.

Bukittinggi, 17 Juli 2018

Dewan Penguji

Penguji 1.

Ns. Falerisiska Yunere, M.Key


NIK 1440125028004033

Penguji 2,

Ns.Aldo ¥u iano.MM
NIK 1420120078509053
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga penyusunan Karya tulis Ilmiah

dapat terselesaikan.Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan tugas akhir Program DIII Keperawatan STIKes

Perintis Padang tahun 2018 dengan Judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.R

Dengan Post Apendisitis Di Ruangan Bedah Lantai II Ambun Suri RSUD

Dr.Achmad Muctar Bukittinggi Tahun 2018”.

Selama penulisan Laporan Studi kasus ini tentunya penulis mendapat banyak

bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis

demi terselesaikan penulisan Laporan Studi Kasus ini.Oleh karena itu ,penulis

mengucapkan terimakasih Kepada;

1. Bapak Yendrizal Jafri,S.kp,M.Biomed selaku ketua STIKes Perintis

Padang

2. Ibu Ns.Endra Amalia,M.Kep selaku ketua program Studi DIII Keperawatan

STIKes Perintis Padang

3. Ns.Aldo Yulino.MM selaku pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan saran dan petujuk yang sangat bermanfaat sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini.

i
4. Ibu Reni Susanti, Skp,M.Kep,Ns.Sp.Kep.MB, sebagai pembimbing klinik

yang telah banyak memberikan petunjuk ,arahan yang sangat bermanfaat

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini.

5. Kepada seluruh Staf RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi yang ikut

membantu dalam mendapatkan data memberikan asuhan keperawatan

kepada klien kelolaan.

6. Bapak Ibuk Staf pengajar DIII Keperawatan Stikes Perintis padang yang

telah banyak memberikan ilmu serta yang bermanfaat bagi penulis.

7. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda serta Kakak Adik,Dan seluruh

keluarga yang telah memberikan dorongan dan semangat Kepada penulis

,baik moril maupun material do’a restu dan kasih saying tulus dalam

menggapai cita-cita.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Studi Kasus Ini masih

sangat sederhana dan jauh dari sempurnaan ,karena keterbatasan kemampuan

penulisan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka ,penulis

mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca.Harapan penulis semonga Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak,baik bagi penulis sendiri ,maupun bagi pembaca di kemudian

hari.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulis............................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
1.3 Manfaat Penulis..........................................................................................4
1.3.1 Rumah Sakit................................................................................4
1.3.2 Institusi Pendidikan.....................................................................4
1.3.3 Klien dan keluarga.....................................................................4
1.3.4 Penulis.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Appendisitis........................................................................5
2.1.1 Defenisi Appendisitis..................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................7
2.1.3 Klasifikasi....................................................................................16
2.1.4 Etiologi........................................................................................17
2.1.5 Manifestasi klinis........................................................................18
2.1.6 Patofisiologi disertai Web of caution (WOC )............................20
2.1.7 Pemeriksaan penunjang...............................................................21
2.1.8 Penatalaksaan keperawatan dan medis........................................22
2.1.9 Komplikasi..................................................................................22
2.1.10 Indikasi dari laparatomi...............................................................22
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian...................................................................................23
2.2.2 Diagnosa keperawatan.................................................................29
2.2.3 Intervensi keperawatan................................................................30
2.2.4 Implementasi...............................................................................37
2.2.5 Evaluasi.......................................................................................37

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian...................................................................................................39
3.2 Diagnosa keperawatan................................................................................57
3.3 Intervensi keperawatan...............................................................................56
3.4 Implementasi...............................................................................................61
BAB IV PEMABAHASAN
4.1 Pengkajian...................................................................................................72
4.2 Diagnosa keperawatan................................................................................73
4.3 Intervensi keperawatan...............................................................................75
4.4 Implementasi...............................................................................................77
4.5 Evaluasi.......................................................................................................79
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................81
5.2 Saran...........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : Anatomi usus kecil.....................................................................11

Gambar 2.2 : Anatomi usus besar....................................................................12

Gambar 2.3 : Anatomi apendiks.......................................................................14

Gambar 2.4 : Woc.............................................................................................20


DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 : Data biologis.........................................................................................26


Tabel 2.2.3 : Intervensi secara teoritis.......................................................................30
Tabel 3.1.5 : Data biologis.........................................................................................47
Tabel 3.1.13 : Analisa data...........................................................................................55
Tabel 3.3 : Intervensi…...........................................................................................56
Tabel 3.4 : Implementasi dan Evaluasi…................................................................61
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era Globalisasi saat ini banyak orang yang memiliki pola kebiasaan

makan makanan yang seperti cepat saji, rendah serat ,dan juga makanan

yang pedas – pedas. Boleh kita lihat kebanyakan atau mayoritas yang

mempunyai kebiasaan pola makan yang tidak sehat itu pada remaja dan

dewasa. Sedangkan dari dampak kebiasaan pola makan yang tidak sehat

itu sangat banyak dan bisa menyebabkan orang memiliki penyakit kronik

dan sampai meninggal dunia pada usia masih muda,salah satunya

penyakit yang marak terjadi dikalangan remaja dan dewasa pada saat ini

yaitu apendisitis. (Syamsyuhidayat, 2005).

Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat

karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan

ikut serta dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun,

pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang

jelas. (syamsyuhidayat, 2005).

WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di

Asia dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari

total populasi. Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara

Pakistan pada 220 penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis

akut memiliki jumlah terbanyak yaitu 21,4%.

1
WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di

Asia dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari

total populasi. Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara

Pakistan pada 220 penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis

akut memiliki jumlah terbanyak yaitu 21,4%.

Dalam periode 2 tahun (1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2016) di

Sumatera Barat, khususnya menurut data rekam medis pasien RSUP

Dr.M Djamil Padang terdapat 199 kasus apendisitis.Perjalanan dari mulai

timbulnya gejala menuju perforasi terjadi begitu cepat. 20% kasus

perforasi apendiks terjadi 48 jam, bahkan dapat 36 jam setelah timbulnya

gejala. Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya perforasi sangat cepat

sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serta penanganan yang

tepat dari para dokter.

Dalam periode 1 tahun terakir ini (pada bulan januari-november 2017) di

Bukittinggi tepatnya RSUD.Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi,khususnya

menurut data rekam medis terdapat 156 kasusu apendisitis.Mayoritas

terkena apendisitis yaitu laki-laki dewasa,kejadianya begitu cepat dan

perlu diperhatikan lebih dan penanganan yang tepat dari dokter.

Sesuai dengan hal diatas,appendicitis merupakan masalah yang sangat

serius untuk diatasi maka penulis tertarik mengangkat judul “Asuhan

keperawatan pada pasien gangguan system pencernaan appensitis”.


1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien

dengan post laparatomi apendiksitis di Ruang Rawat Inap Ambun

Suri Bedah RSUD.Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2018.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Post

Laparatomi Apendisitis penulis dapat :

1. Melakukan pengkajian pada klien dengan Laparatomi

Appendiksitis.

2. Mampu menegakan diagnose keperawatan pada klien dengan

Laparatomi Appendiksitis.

3. Mampu menetapkan intervensi pada klien dengan Laparatomi

Appendiksitis.

4. Mampu melakukan implenmentasi pada klien dengan

Laparatomi Appendiksitis.

5. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Laparatomi

Appendiksitis.
1.3 Manfaat Penulis

1.3.1 Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi Ruang Rawat Inap Ambun Suri Bedah

RSUD.Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2018. untuk

mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada klien laparatomi

appendiksitis sehingga meningkatkan mutu perawatan Klien rawat

inap.

1.3.2 Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tentang bagaimana menagani ataub melakukan asuhan

keperawatan kasus laparatomi apendiksitis masukan bagi institusi

pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam

bidang asuhan keperawatan.

1.3.3 Klien dan keluarga

Bagi klien dapat bermanfaat untuk mempercepat pemulihan keadaan

pasca operasi. Bagi keluarga dapat menambah pengetahuan tentang

bagaimana menangani penyakit appendisitis.

1.3.4 Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis khususnya

tentang penyakit laparatomi appendisitis.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Appendisitis

2.1.1 Defenisi Appendisitis

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah

sekum(caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut

sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et al, 2010).

Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan

merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

(Brunner&Suddarth, 2014).

Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam

pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara

pasti, namun usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang

berfungsi untuk mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian

usus ini mengalami infeksi akan sangat terasa sakit yang luar biasa

bagi penderitanya (Saydam Gozali, 2011).

Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-rata panjang adalah

10 cm. Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama

dibelakang sekum. Apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor

5
yang paling sering terjadi, walaupun apendiksitis dapat terjadi setiap

usia (Gruendemann 2006).

Apendiktomi menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) adalah

operasi untuk mengangkat apendiksitis yang dilakukan sesegera

mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Jadi appendiktomi adalah

Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat

apendiks, harus segera dilakukan tindakan untuk menurunkan risiko

perforasi apendiks, peritonitis. Sayatan dilakukan pada garis tegak

lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior

(SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc

Burney).

Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding abdomen dan

yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau

catatan medik klien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding

abdomen seperti caesarean section sampai membuka selaput perut

(Jitowiyono, 2010).

Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.

Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu

tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali

Ahmad (2000) mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut,

membuka selaput perut dengan operasi. Sedangkan menurut Arif

Mansjoer (2000), laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada


usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus

halus dan usus besar.

Jadi, dari referensi diatas yang di maksud dengan

apendisitismerupakan suatu peradangan pada bagian usus (Caecum)

yang disebabkan karena ada obstruksi yang mengharuskan

dilakukannya tindakan bedah.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Beberapa struktur organ pencernaan sebagai berikut menurut

(Drs.H.Syaifuddin ,AMK;2011)

1. Mulut

Mulut (Oris) merupakan organ yang pertama kali dari saluran

pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu

perbatasan antara mulut dengan faring ,terdiri dari :

a. Vestibulum Oris : Bagian di antara bibir dari pipi di luar

,gusi dan bibir bagian dalam.Bagian atas bawah

vestibulum dibatasi oleh lipatan membrane mukosa bibir

,pipi dan gusi.

b. Kavitas oris propia : Bagian di antara arkus alveolaris

,gusi ,dan gigi,memiliki atap yang dibentuk oleh

palantum durum (palatum keras )bagian depan palantum

mole (palantum lunak ) bagian belakang.


2. Gigi

Anatomi gigi

Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari tulang

maksiladan mandubula .Gigi mempunyai satu akar sedangkan

geraham mempunyai 2-3 akar.Akar gigi ditutupi oleh semen yang

merupakan bagian tebesar dari gigi yang dilapisi oleh email.

Fisiologi gigi

Menguyah makanan ,pemecahan partikel besar menjadi partikel

kecil yang dapat ditelan tampa menimbulkan tersedak.proses ini

merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada

waktu lincinkan ,dan membasahi makanan yang kering dengan

saliva serta mengaduk makanan sampai rata.

3. Lidah

Anatomi lidah

lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat

lintang kasa dilengkapi dengang mukosa.

Fisiologi lidah

Lidah berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut

dengan mengerakan makanan ke segala arah.

a. Pangkal lidah : Terdapat epiglotis yang berfungsi

menutup jalan pernafasab pada waktu menelan supaya

makanan tidak masuk ke jala pernafasan .


b. panggal lidah : Fungsinya untuk mentukan rasa manis,

pahit, asam dan asin.

c. ujung lidah : Membatu membolakbalikan makanan,

proses berbicara, merasakan makan yang dimakan, dan

membantu proses menelan.

4. Farin

Anatomi faring

Faring terbentang lurus antara basis kranii setinggi vertebrae

servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring

terbentuk dari jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).

Fisiologi faring

merupakan orgzn yang menghubungkan rongga mulut

kerongkongan panjangya (kira –kira 12 cm).

5. Esofagus

Anatomi esophagus

Esofagus (kerongkongan ) merupakan saluran pencernaan setelah

mulut dan faring. Panjangya kira –kira 25 cm, Posisi vertikel

dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah

rongga dada di belakang trakea.

Fisiologi esophagus

Esophagus merupakan struktur organ pencernaan setelah mulut

yang memiliki fungsi.


6. Lambung

Anatomi lambung

Lambung merupakan sebuah kantong muskel yang letaknya antara

esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen dibagian

diagfragma bagian depan pancreas dan limpa. Lambung

merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya

gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster.

Fisiologi lambung

a. Fungsi penampungan makanan yang masuk melalui

esophagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan

makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah

lambung

b. Fungsi bakterisid : Oleh asam lambung

c. Membantu proses pembentukan eritosit: lambung

menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor

ekstrinsik dari makana, membentuk zat yang disebut

anti –anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit

yang disempan dalam hati.


7. Usus Halus

Gambar2.1UsusHalus(sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan makanan

yang berpangkal pada pylorus dan berakir pada sekum.Panjangnya

kira-kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling

panjang dari tempat proses pencernaan dan absorsip pencernaan.

bentuk dan susunanya berupaka lipatan melingkar,Makanan dalam

intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan yang

memberikan permukaan yang lebih halus.

Fisiologi usus halus

Usus halus dan kelenjarnya merupakan bagian yang sangat pentig

dari saluran pencernaan karena disini terjadinya proses pencernaan

yang terbesar dan penyerapan lebih kurang 85% dari seluruh

absorpsi, fungsi usus halus :


a. menyekresikan cairan usus :untuk menyempurnakan

pengolahan zat makanan di usus halus.

b. menerima cairan empedu dan pangreas melalui duktus

kholedukus dan duktus pankreatikus.

c. mencerna makanan: Getah usus dan pangkreas

mengandung enzim pengubah protein menjadi asam

amino, karbohidrat menjadi glukosa, lemak menjadi

asam lemak gliserol.

d. Mengabsobsi air garam dan vitamin, protein dalam

bentuk asam amino, karbohidrat dalam bentuk

monoksida. Makanan tersebut dikumpulkan dalam

vena-vena halus lalu dikumpulkan dalam vena besar

bermuara ke dalam vena porta langsung.

8. Usus Besar

Gambar 2.2 Usus Besar (sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)


Usus besar merupakan saluran pencernaan merupakan usus

berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira

1,5 -1,7 meter dan penampangan 5-5 cm. Lanjutan usus halus yang

tersusun seperti huruf U terbalik mengililinggi usus halus

terbentang dari valvula ilosekalis sampai ke anus.

Fisiologi usus besar

a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa

massa membentuk massa yang lembek yang disebut

feses.

b. menyimpan bahan feses.

c. tempat tinggal bakteri koli.

9. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa latin:caecus ,”buta”) dalam isitilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini

ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptile.

10. Umbai Caciang (Appendiks)

Appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

Appendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

bentuk nanah dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi

rongga abdomen).
11. Rektum atau anus

Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan berakir di

anus. Organ ini berfungsi sebagai penyimpanan sementara fases.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang

lebih tinggi yaitu pada kolon sehingga pada kolon penuh maka dari

itu terjadinya BAB.

Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh dan sebagian lainnya dari usus (Syaifudin, 2011).

12. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Gambar 2.3 Apendiks (yayanakhya.Wordpress.com)


Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-

kira 10 cm (4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada

sekum tepat dibawah katup ileosekal. Pada pertemuan ketiga

taenia yaitu : taenia anterior,medial dan posterior. Secara klinis,

apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah


garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan

dengan pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar

dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk

kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.

Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus

vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri

apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus

torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis

bermula disekitar umbilikus.

Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu

normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir

ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa mengandung

amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan

oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat

disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.

Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan

terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali

jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan

diseluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri

secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak


efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung

menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi

( Sjamsuhidayat, 2005.

2.1.3 Klasifikasi

Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Apendisitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari

oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda

setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum

lokal. Gejala apendisitis akut nyeri samar-samar dan tumpul yang

merupakan nyeri visceral didaerah epigastrium disekitar umbilicus.

Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya

nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah

ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas

letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.

2. Apendisitis kronis

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan

adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,

radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.

Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh

dinding apendiks, sumbatan parsial maupun total lumen apendiks,

adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel
inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik. Insiden apendisitis

kronik antara 1-5%.

2.1.4 Etiologi

Penyebab appendicitis adalah adanya obstruksi pada lumen

appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa,

fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau parasit (Katz, 2009

)Apendisitis penyebabnya paling umum adalah inflamasi akut pada

kuadran bawah kanan dari rongga abdomen. Kira-kira 7% dari

populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan

dalam hidup mereka: pria lebih sering dipengaruhi wanita, dan remaja

lebih sering dari pada dewasa. Diantara beberapa faktor diatas, maka

yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab

appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan

hyperplasia jaringan limfoid.

Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri

untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces

manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman

Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang

berakibat pada peradangan usus buntu (Anonim,2008). Adapun

penyebab lain terhadap apendisitis yaitu :

1. Sumbatan lumen

2. Kostipasi (kebiasaan memakan yang rendah serat) tinja yang

keras.
3. Hyperplasia jaringan limfoid

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis menurut Lippicott williams &wilkins (2011)

Nyeri periumbilikal atau epigastik kolik yang tergeneralisasi maupun

setempat. Pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa

tanda nyeri antara lain : Rovsing’s sign, Psoas sign dan Jump sign.

a. Apendiksitis

1) Nyeri samar-samar

2) Terkadang terasa mual dan muntah

3) Anoreksia.

4) Disertai demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

5) Diare

6) Konstipasi

7) Nilai leukosit meningkat dari rentang normal.

b. Apendiksitis perforasi

1) Nyeri yang dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut

kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri

dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin

memberat.

2) Mual dan muntah sampai keluar lender

3) Nafsu makan menurun

4) Konstipasi BAB

5) Tidak ada flaktus


6) Pada auskultasi, bising usus normal atau meningkat pada awal

apendisitis dan bising melemah jika sudah terjadi perforasi.

7) Demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

8) Temuan hasil USG Abdomen berupa cairan yang berada

disekitar appendiks menjadi sebuah tanda sonographik

penting.

9) Respirasi retraktif.

10) Rasa perih yang semakin menjadi.

11) Spasma abdominal semakin parah.

12) Rasa perih yang berbalik (menunjukan adanya inflamasi

peritoneal).

2.1.5 Patofisiologi disertai Web of caution

Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat

atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa dank eras dan fases),

tumor, atau benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan

intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat

secara progresif, dalam beberapa jamterlokalisasi di kuadrat kanan

bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimflamasi menjadi

pus. Setelah dilihat penyebab dari appediksitis adalah adanya obstruksi

pada lumen appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia folikel limfoid

submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau parasit

(Katz ,2009 ).
Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan

peningkatan perkembangan bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan

kogesif dan penuruna pada perfusi pada dinding apendiks yang

berkelanjutan pada nekrosis dan imflamasi, maka permukaan eksudat

terjadi pada permukaan serosa apendiks (santacroce,2009)

Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan berproliferasi dan

meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate pada

mukosa dinding apendiks yang disebut dengan apendisitis mukosa,

dengan manifestasi ketidak nyamanan abdomen.

Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk

membtasi proses peradangan ini dengan cara menutupi apendiks

dengan omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa

periapendikular yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrate

apendiks berlanjut kondisi apendiks akan meningkat risiko terjadinya

perforasi dan pembentukan massa periapendikular. perforasi dengan

cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu

memberikan respon imflamasi berbentuk periotenum atau terjadi pada

peritonitis. (Tzanakis, 2005).


2.1.6 Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak

dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita

appendicitis berkisar antara 12.000 - 18.000/mm3. Peningkatan

persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah

normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah

leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan

appendicitis.

2. Pemeriksaan Urinalisis

membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis

atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria

dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.

3. Ultrasonografi Abdomen (USG)

Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan

untuk menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala

appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas

USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%.

Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis

acuta adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau

lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa

periappendix. False positif dapat muncul dikarenakan infeksi

sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau


inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat muncul

karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang

terisi banyak udara yang menghalangi appendiks.

4. CT-Scan

CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak

jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-

pasien yang obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga

adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai pilihan

test diagnostik. Diagnosis appendicitis dengan CT-scan

ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada

diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan

mengeci.

2.1.7 Penatalaksaan

1. Keperawatan

a. Lakukan observasi TTV klien .

b. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

c. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,

selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operas


2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Indetitas klien

Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,

agama, perkerjaan, pendidikan, alamat ,penanggung jawaban juga

terdiri dari nama,umur penanggung jawab ,hub.keluarga, dan

perkerjaan.

2. Alasan masuk

Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit

perut di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB

yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –kadang mengalami diare

dan juga konstipasi.

3. Riwayat kehehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keluhan yang terasa pada klien yaitu pada saat post op

operasi, merasakan nyeri pada insisi pembedahan, juga bisanya

tersa letih dan tidak bisa beraktivitas atau imobilisasisendiri.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah

serat, juga bisa memakan yang pedas-pedas.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti

hipertensi, hepatitis , DM, TBC, dan asma.

d. Pemeriksaan Fisik

Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5

M:6. Tanda-tanda vital klien biasanya tidak normal karena tubuh

klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya

tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien

merasakan nyeri.

e. Kepala

Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau

penyakitnya itu apenditis mungkin pada bagian mata ada yang

mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak

bisa tidur menahan sakit.

f. Leher

Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada

klien yang menderita apedisitis.

g. Thorak

Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau

gangguan bunyi normal paru ketika di perkusi bunyinya biasanya

sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultrasi bunyinya

vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada masalah

bunyi jantung klien regular ketika di auskultrasi, Bunyi jantung

klien regular (lup dup), suara jantung ketiga disebabkan osilasi


darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir (S4)

tubelensi injeksi darah. Suara jantung ketiga dan ke empat

disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase

isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara

tambahan seperti murmur (suara gemuruh, berdesir) (Lehrel

1994).

h. Abdomen

Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan

bawah atau pada titik Mc Bruney. Saat di lakukan inspeksi.

Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Kembung

sering terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan

perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses

periapedikular.

Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan

didapatkan peninggkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi

terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.

Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan periotenium

parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri

diperut kanan bawah yang disebut tanda rofsing. Pada apendisitis

restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk

menemukan adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2005).


2.2.1.1 Data Biologis
NO
AKTIVITAS SEHAT SAKIT

MAKANAN
 Menu Biasanya klien suka makana yang Biasanya klien diberikan diet
pedas dan kurang serat. nasi lunak atau bubur
sumsum
Biasanya porsi makan klien tidak porsi 3x sehari
 Porsi
teratur
 Makanan kesukaan Biasanya klien suka makanan pedas Tidak ada
seperti bakso,mie ayam

 Pantangan
Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

MINUMAN
 Jumlah Biasanya klien sedikit minum air Biasanya klien diharuskan
putih banya minum air putih

 Minuman kesukaan Tidak ada Tidak ada

 Pantangan
Tidak ada pantangan Tidak ada

26
ELIMINASI
BAB
 Frekuensi Biasanya klien tidak pernah Bab 1x/hari
dalam seminggu atau sering diare
Kecoklatan Kuning
 Warna

 Bau Khas Khas


 Kesulitan
Bianya klien mengalamai konstipasi
biasanya tidak mengalami
konstipasi
BAK
 Frekuensi 5-6 x/hari
4-5 x/hari
kuning
 Warna Bening

 Bau
Pesing
Pesing
 Konsistensi Cair
Cair
Tidak ada kesulitan
 Kesulitan Tidak ada kesulitan

ISTIRAHAT DAN TIDUR


1 Lama tidur 8 jam / hari
2-3 jam /hari
2 Waktu tidur Pagi dan malam
malam
3 Hal yang Keadaan tenang Keadaan tenang

mempermudah tidur

4 Kesulitan tidur Suara berisik Suara berisik,sesak saat tidur

PERSONAL HYGINE
1. Mandi 2x1/hari Hanya di lap
2-1x/hari 1 x selama di rawat
2. Cuci rambut

3. Gosok gigi Tidak ada Tidak ada


4. Potong kuku 2x1/minggu Selama dirawat belum pernah
potong kuku
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang

biasanya muncul pada klien dengan appendicitis adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses,

amputasi, lukabakar, terpotong, mengangkat berat, trauma,

prosedur pembedahan, olah raga berlebihah).Domain : 12

Kenyamanan ,Kelas : 1 kenyamanan fisik, Halaman: 469

NANDA

2. Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan

mobilitas (1998,2006,2013 ;LOE 2.1) Domain : 11 Keamanan

/perlindungan, Kelas : 2 Cedera fisik, Halaman :429

3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan.

(1975,2000) Domain :2 Nutrisi, Kelas : 1 Makan, Halaman : 177

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi. (1980, 1998,

2006, LOE 2.1)Domain : 4 Aktivitas /Istirahat ,Kelas : 1 Tidur

/istirahat, Halaman : 229

5. Risiko Infesksi (1986, 2010, 2013; LOE 2.1) Domain: 11

Keamanan /Perlindungan,Kelas:1Infeksi,Halaman:405

29
2.2.3 INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan tindakan 1. Pain Management
cidera fisik (mis, Abses, amputasi, keperawatan selama 3 x 24 jam  Lakukan pengkajian nyeri
luka bakar, terpotong, mengangkat maka diharapkan nyeri secara komprehensif termasuk
berat, trauma, prosedur pembedahan, berkurang. lokasi, karakteristik, durasi
olah raga berlebihah. Domain : 12 Tujuan : frekuensi, kualitas dan faktor
Kenyamanan  Pain Level, presipitasi.
Kelas : 1 kenyamanan fisik  Pain control  Observasi reaksi
Halaman: 469 NANDA  Comfort level nonverbal dan
Batas Krakteristik KH : ketidaknyamanan.
1. Ekspresi wajah nyeri (mata  Mampu mengontrol  Gunakan teknik
kurang pencahayaan, tanpak nyeri (tahu penyebab komunikasi terapeutik untuk
kacau, gerakan mata berpencar nyeri, mampu mengetahui pengalaman nyeri
atau berada pada satu focus, menggunakan tehnik pasien
meringgis.) nonfarmakologi untuk  Kaji kultur yang
2. Mengekspresikan perilaku(mis, mengurangi nyeri, mempengaruhi respon nyeri
gelisah, merengek, menagis, mencari bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri
waspada)  Melaporkan bahwa masa lampau
nyeri berkurang  Evaluasi bersama pasien
dengan menggunakan dan tim kesehatan lain tentang
manajemen nyeri. ketidakefektifan kontrol nyeri
 Mampu mengenali masa Iampau
nyeri (skala, intensitas,  Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan tanda untuk mencari dan

30
nyeri) menemukan dukungan
 Menyatakan rasa  Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah nyeri dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan,
pencahayan dan kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi
dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen nyeri
2. Analgesic
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala

Pelambatan pemulihan pasca- bedah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan area syatan
berhubungan hambatan mobilitas keperawatan selama 1x 24 jam  Control infeksi
(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) :  Pemberian obat
Domain : 11 Keamanan Tujuan : 2. Manajemen nutrisi
/perlindungan  Pemuliahan  Terapi nutrisi
Kelas : 2 Cedera fisik pembedahan : 3. Manajemen nyeri
Halaman :429 Penyembuhan  Bantuan perawatan diri
Batasan Karakteristik KH :  Monitor tanda-tanda vital
1. Hambatan mobilitas  Mencapai kembali  Perawatan tirah baring
2. ketidaknyamanan tingkat energi para  Bantuan perawatan diri
3. Tidak mampu melakukan pembedahan yang  Perawatan luka :Drainase
aktivitas ditandai dengan klien tertutup.
tanpak mampu
beristirahat.
 Menujukan pemulihan
insisi pembedahan
Ketidak seimbangan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring
dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selam 3 x 24 jam:  BB pasien dalam batas
dengan ketidak mampuan mencerna Tujuan : normal
makanan. (1975,2000)  Monutrional status :  Monitor adanya penurunan
Domain :2 Nutrisi Food and fluid Intake berat badan
Kelas : 1 Makan KH :  Monitor tipe dan jumlah
Halaman : 177 1. Mampu mengontrol nyeri aktivitas yang biasa
pada klien dilakukan
2. Melaporkan bahwa nyeri  Monitor interaksi anak atau
berkurang orangtua selama makan
3. Mengatakan rasa nyaman  Monitor lingkungan selama
setelah nyeri berkurang makan
 Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Manjemen lingkungan
denganImobilisasi.(1980,1998,2006,L keperawatan selama 3 x 24 jam 2. pemberian obat
OE 2.1) : 3. Terapi relaksasi
Domain : 4 Aktivitas /Istirahat Tujuan : Tarik nafas dalam
Kelas : 1 Tidur /istirahat  Anxiety reduction 4. Memandikan klien
Halaman : 229  Comfort level 5. memijat klien
Batasan karakteristik  Rest :Extent and patten 6. menajemen nutrisi
1. Ketidak puasan tidur  Sleep :Extentan patten 7. manajemen nyeri
2. sering terjaga tanpa jelas
penyebab KH :
3. Menyatakan tidak mersa  Jumlah jam tidur dalam
cukup istirahat. batas normal 6-8 jam
/hari
 Pola tidur ,kualitas
dalam batas normal .
 Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang meningkan
tidur.
Risiko Infesksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
(1986,2010,2013;LOE 2.1) keperawatan selama 3 x 24 jam  Kontol\infeksi: intraoperasi
Domain:11 Keamanan : 2. Perlinndungan infeksi
/Perlindungan Tujuan :  perawatan luka
Kelas : 1 Infeksi  Keparahan infeksi  monitor tanda –tanda vital
Halaman : 405 KH :  perawatan luka :tidak sembuh
 Kontrol Risiko :Proses irigasi
infeksi  manajemen pengobatan
 pemulihan pembedahan  perawatan luka tekan
:penyembuhan
 pemulihan pembedahan
:segera setelah operasi.
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang

dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien

baik secara umum maupun secara khusus pada klien post

appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya

secara independen. Interdependen dan dependen.

2.2.5 Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi

atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan

antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan.

Format evaluasi mengguanakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat

dari klien setelah tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan

37
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan

objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil

kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah

teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan,

dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).


WOC Apendiksitis Tumor apendiks Hiperplansiajaringan limfoid
Skema 2.4 (Sumber : Arif Muttaqin, Kumala Sari, 2011)
Fekalit Benda asing

Obstruksi pada
Apendisitis kronis /rekuren lumenapendekeal oleh apendikolit
Apendiksitis akut
Peningkatantekananintraluminal

Respon saraf terhadap inflamasi dan bakteri


peningkatan perkembangan
Gangguan gastrointestinal Respon sistemik

Respon sistemik Menghambat aliran limfe


Peningkatan suhu tubuh
Mual, muntah, kembung, diare, anoreksia

Nyeri Ulserasi dan infeksi bakteri pada dinding appendik


Hipertermi

Asupan nutrisi tidak adekuat


Apendiksitis

Keperitonium Trombosis vena intra luminal pola nutrisi pasca bedah


Perubahan

Peritonitis
Pembengkakan dari iskemia
Ketidak seimbangan nutrisi kuarang dari kebutuhan
Distensi abdomen Pembedahan laparatomi

Resiko infeksi Pasca bedah Kerusakan jaringan intergumen


Nyeri akut
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas Klien

Nama : Ny.R

Umur : 33 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Nikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl.Pintu Kabun

Penanggung Jawab

Nama : Tn.A

Pekerjaan : Wiraswasta

Umur : 41 Tahun

Hub .Keluarga : Suami

No.MR 499078

Ruangan Rawat : Bedah Ambun Suri Lantai 2

Tgl Masuk RS : 31 Mai 2018

Tgl Pengkajian : 07 Juni 2018

Tgl Operasi : 01 Juni 2018

Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi Apendiksitis

39
3.1.2 Alasan Masuk

Klien masuk ke IGD pada tanggal 31 Mai 2018 hari Kamis pukul

15:30 Wib,dengan alasan masuk perut sakit pada bagian kanan

bawah sejak 5 hari yang lalu, sebelumnya pasien berobat ke

puskesmas lalu setelah memakan obat dari puskesmas pasien merasa

mual dan muntah. Klien mengatakan pusing dan lemas,pasien juga

mengatakan tidak pernah BAB selama 5 hari setelah itu pasien juga

merasakan perutnya padat dan sakit.

3.1.3 Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada Tanggal 07 juni 2018 pukul

12.00 wib klien mengatakan nyeri pada bagian kanan bawah

perut pasien karena akibat post appendiks, klien merasakan

pusing, klien juga mengatakan susah bergerak karena insisi

pebedahan, Skala nyeri 5 dengan penilaian PQRST yaitu :

P (Provokatif ) : Klien mengatakan timbul nyeri pada saat

mau bergerak.

Q (qualiti ) : Klien mengatan nyeri terasa seperti diiris-iris

setiap ingin melakukan aktivitas bergerak.

R (radiation ) : Klien mengatakan nyeri disekitar area

abdomen
S (severity) : Klien tanpak meringis, skala nyeri 5, nyeri

yang dirasakan klien disertai nadi dan nafas cepat, klien

merasa tidak nyaman ketika nyeri datang.

T (Time ) : Klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul,

nyeri dirasakan saat mau bergerak.

Klien mengatakan sulit untuk tidur karena nyeri yang

dirasakanya sangat mengganggu, klien merasakan gelisah

karena cuaca yang panas dan pasien tidak bisa bergerak dengan

bebas, klien haya tidur 2-3 jam di malam hari, klien merasakan

kuatir dengan kondisinya sekarang ini, karena klien

memikirkan anaknya yang tinggal dirumah yang memerlukan

ASI eklusif sehari-hari.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan dahulunya pernah mengalami penyakit

magh tetapi hanya berobat di puskesmas saja, kebiasaan klien

suka memakan yang pedas –pedas, sebelumnya pasen tidak

pernah mengalami penyakit yang sama seperti sekarang, tetapi

pasien sebulan ini babnya sangat sulit dan sering kesakitan.

Klien tidak pernah mengalami operasi pada bagian abdomen

atau bagian tubuh lainya.


c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit

yang sama dengan klien, tetapi dalam pihak keluarga tepatnya

pada ayah pasien mengalami penyakit asma, tetapi keluarga

tidak pernah atau tidak ada mengalami penyakit hipertensi,

Diabetes mellittus, Hepatitits dan Hipertensi.

Genogram

Keterangan:

: Laki - Laki

: Perempuan

: Laki – Laki meninggal

: Perempuan meninggal

: pasien
3.1.4 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Composmetis E :4 V:5 M:6

Berat badan sehat : 54 kg

Berat badan sakit : 54 kg

Tinggi Badan :155 cm

Tanda Vital

TD :130/90 mmHg

Nadi :120 x/menit

Suhu :36,7·C

Pernafasan : 22x/menit

1. Kepala

 Rambut

Inspeksi : Klien memiliki rambut berminyak,

berbentuk agak ikal, kusam, terlihat agak kotor,

terlihat ada ketombe.

Palpasi : Klien tidak ada teraba benjolan, maupun luka

jahitan.

 Mata

Inspeksi : Mata klien tanpak seperti mata panda,

terlihat simetris kiri dan kanan.

Palpasi : Mata klien tidak ada nyeri tekan ,konjungtiva

anemis, sclera ikterik, reflek cahaya (+/+).


 Telinga

Inspeksi : Telinga klien terlihat simetris kiri dan

kanan, tidak terlihat luka lecet, ada sedikit serumen di

dalam telinga pasien, tidak ada terlihat lecet dan

pendarahan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada terlihat

pembengkakan.

 Hidung

Inspeksi :Hidung klien terlihat bersih, tidak ada

pembekakan, tidak ada luka lecet, terlihat tidak

terpasang NGT.

Palpasi : Hidung klien tidak ada nyeri tekan .

 Mulut dan Gigi

Inspeksi : Mulut klien terlihat agak kotor, ada

terlihat karies, tidak ada stomatitis .

2. Leher

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka

atau jahitan .

Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada leher pasien, tidak

ada teraba kelenjar getah bening, dan vena jugularis.


3. Thorak

 Paru-paru

Inspeksi : Dada klien terlihat simetris kiri dan

kanan, pengerakan dada normal, frekuensi nafas 22x/i,

tidak ada terliahat bekas luka atau lecet.

Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada sekitar dada,

pergerakan dada sama ketika klien mengucapkan 7777,

getaran dinding dada sama.

Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada kedua lapang

paru.

Auskultrasi :Bunyi nafas vesikuler /normal,

whezing(- ), rhonki(-).

 Jantung

Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat ,tidak

terdapat sianosis.

Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS 4 linea medio

clavicularis sinistra.

Perkusi : Terdengar bunyi redup ketika di perkusi.

Auskultrasi : Bunyi jantung klien regular (I lup II dup),

tidak ada murmur (suara gemuruh, berdesir).


4. Abdomen

Inspeksi : Perut terlihat buncit, terlihat strechmark ,

terlihat luka jahitan, dan panjang luka 20 cm, kondisi jahitan

terlihat bersih.

Auskultrasi : Di dengar kan dengan stetoskop bising usus

klien 9x/i.

Perkusi : Ada terdengar suara timpani ketika di perkusi.

Palpasi : Nyeri tekan pada bagian abdomen

kanan bawah bekas operasi.

5. Punggung

Punggung klien terlihat datar ,tidak ada bekas luka lecet atau

luka jahit,tidak ada ciri dekubitus pada klien.

6. Ekstremitas

Atas : Pada tangan sebelah kiri terlihat terpasang infuse.

Bawah: Pada kaki tidak ada ngangguan berjalan, tidak terlihat

adanya luka lecet atau parises, stremart.

Kekuatan otot : 5555 5555

5555 5555

7. Genetalia

Pada genetalia tidak terpasang kateter dan tidak ada

melakukan pemeriksaan pada area tersebut.


8. Intergumen

Pada kulit pasien warnanya sawo matang, tugor kulit bagus

atau lembab,ada luka laparatomi sebesar 20 cm.

3.1.5 Data Biologis

AKTIVITAS SEHAT SAKIT

MAKANAN

 Menu Nasi biasa MS

 Porsi porsi 3x sehari porsi 3x sehari

 Makanan kesukaan Tidak ada Tidak ada

 Pantangan Tidak ada Tidak ada pantangan


pantangan
MINUMAN 1 gelas/hari
 Jumlah 5-7 gelas /hari
Tidak ada
 Minuman kesukaan Tidak ada Tidak ada
 Pantangan Tidak ada
pantangan
ELIMINASI
BAB
1x dalam 3 hari 1x/hari
 Frekuensi
Kecoklatan Kuning
 Warna
Khas Khas
 Bau
Padat Lembek
 Kesulitan

BAK
 Frekuensi 4-5 x/hari
5-6 x/hari
 Warna Putih bening
Kuning pucat
 Bau Pesing Pesing

 Konsistensi Cair Cair

 Kesulitan Tidak ada Tidak ada kesulitan


kesulitan
ISTIRAHAT DAN
TIDUR 2-3 jam /hari
 Lama tidur 8 jam / hari malam
 Waktu tidur Pagi dan malam
 Hal yang Keadaan tenang
mempermudah tidur Keadaan tenang Suara
 Kesulitan tidur
berisik,sesak saat
Suara berisik tidur
PERSONAL
HYGINE
Hanya di lap
2x1/hari 1 x selama di rawat
 Mandi
2-1x/hari
 Cuci rambut
Tidak ada
 Gosok gigi Selama dirawat
2x sehari belum pernah
 Potong kuku 2x1/minggu potong kuku

3.1.6 Riwayat Alergi

Klien mengatakan ada riwayat alergi debu pada saat dia sudah

melahirkan anak yang paling terakir.

3.1.7 Data Psikologis

1. Prilaku Verbal

 Cara Menjawab : Klien tanpak nyambung saat dilakukan

pengkajian.
 Cara Memberikan Informasi : Klien memberikan informasi

sangat jelas dan tidak bertele-tele.

2. Emosi

Klien sangat bisa dalam mengontrol emosinya, klien termasuk

orang yang bisa berfikir dengan rasional.

3. Persepsi penyakit

Klien berfikir penyakit yang dideritanya itu suatu pelajaran bagi

klien supaya tidak mau memakan makanan yang pedas –pedas.

4. Konsep Diri

Klien memiliki konsep diri yang sangat bagus .

5. Adaptasi

Klien sangat murah bergaul dengan masyarakat contohnya saja

pada klien yang berada satu ruangan dengan klien.

6. Mekanisme pertahanan diri

Klien memiliki pertahan diri kurang bagus Karen dia kurang

mempertahan kan kondisi tubuhnya sendiri agar supaya sehat.

3.1.8 Data Sosial

1. Pola komunikasi

Klien mengatakan sangat jelas, dengan bahasa Indonesia

2. Orang yang dapat membuat nyaman

Klien mengatakan dia sangat nyaman apabila berkumpul keluarga

atau ketika pergi jalan-jan sama keluarga.


3. Orang yang paling berharga bagi pasien

Klien mengatakan dia sangat mencintai anak dan suaminya

4. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat

Klien mengatakan suka bergaul dengan masyarakat, klien salah

satu ibuk PKK, dan juga rumah klien berada di lingkungan

perumahan.

3.1.9 Data Spritual

1. Keyakinan

Klien mengatakan dia lebih yakin kepada agama islam yaitu

kepada allah

2. Ketaatan beribadah

Selama dirumah sakit pasien tidak pernah melakukan ibadah

seperti puasa ,sholat ,mengaji.

3. Keyakinan terhadap penyembuhan

Klien mengatakan sangat yankin bahwa sakitnya itu akan

disembuhkan oleh allah.


3.1.10 Data penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap

Tanggal pemeriksaan 01-06-2018 (Jum’at)

NO Parameter Hasil Nilai normal

HGB 12.2 (g/dl) Pria(13-16)wanita(12-14)

RBC 4.38(10ᶺ6/ul) Pria(4.5-5.5)wanita(4.0-5.0)

HTC 36.8 (%) Pria(40.0-48.0)wanita(37.0-43.0)

WBC 26.82(10ᶺ3/ul) (5.0-10.0)


PT 10.2 Sec (9,5 -11,7)
APTT 32,5 Sec (28-42)
INR 0,94%

HBG 10.3 (g/dl)

RBC 3.62 (10ᶺ6/ul)

HTC 32.7(%)

WBC 22.80 (10ᶺ3/ul)

PLT 631+ (10ᶺ3/ul) (150-400)

PCT 0,57 + (%)


 Kimia Klinik II

Tanggal pemeriksaan 01 –Juni -2018

NO Parameter Hasil Hasil Normal

Kalium 3.01 (3.5-5.5) (mᴇq/l)

Natrium 131.4 (135-147) (mᴇq/l)

Klorida 97.5 (100-106) (mᴇq/l)

3.1.11 Data Pengobatan

a. Ceftiaxon 2 x 1 hari /mg

b. Metronidazole 3 x 1 hari /mg

c. Ranitidin 2 x 1 hari /mg

d. Keterolak 3 x 30 mg

e. Infus RL 500 cc 20 tts

3.1.12 Data Fokus

a. Data Subjektif

1) Klien mengatakan nyeri pada bagian perut kanan bawah klien

karena insisi pembedahan sudah hari ke enam.

2) Klien mengatakan nyeri seperti ditusu-tusuk

3) Klien mengatakan nyeri saat mau bergerak

4) Klien mengatakan tidak nyaman saat nyeri terasa

5) Klien mengatan merasakan pusing saat nyeri terasa

6) Klien mengatakan sulit bergerak karena sakit diarea luka jahitan.


7) Klien mengatakan gelisah dengan kondisi area pembedahan

8) Klien mengatakan luka berdarah saat mau bergerak

9) Klien mengatakan lingkungan tidak nyaman ,karena kodisi cuaca

lagi panas .

10) Klien mengatakan sudah 7 hari gelisah untuk tidur dari pertama

dirawat sampai sudah operasi.

11) Klien mengatakan hanya tidur 2-3 jam pada malam hari

b. Data Objektif

1) Klien tanpak meringis kesakitan ketika bergerak

2) Klien tanpak memengang abdomen yang sakit disertai menutup

mata rapat-rapat dan mengigit bibir bawah saat nyeri

3) Klien tanpak nafas cepat

4) Klien tanpak lemas

5) Klien tanpak gelisah karena takut lukanya akan menimbulkan

nyeri

6) Klien tanpak malas untuk mobilisasi

7) Klien tanpak kurang ceria karena kepanasan disebabkan oleh

kondisi cuaca

8) klien tanpak matanya seperti mata panda karena kurang tidur

9) Kekuatan otot pasien


55555555

55555555
10) Klien tanpak skala nyeri 6

11) TTV

TD :130/90 mmHg

N :120 x/i

RR :24 x/i

S :36,7 ˚C

12) Klien tanpak lukanya ada bekas berdarah terlihat diperban karena

dipaksa untuk bergerak.

13) luka klien laparatomi 20 cm


3.1.13 Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Nyeri Akut Agens cedera


1.Klien mengatakan nyeri
fisik
pada bagian perut kanan
(pembedahan)
bawah klien karena insisi

pembedahan sudah hari ke

enam.

2.Klien mengatakan nyeri

seperti ditusu-tusuk

3.Klien mengatakan nyeri

saat mau bergerak

4.Klien mengatakan tidak

nyaman saat nyeri terasa

5.Klien mengatan merasakan

pusing saat nyeri terasa

DO :
1.Klien tanpak meringis

kesakitan ketika bergerak

2.Klien tanpak memengang

abdomen yang sakit disertai


menutup mata rapat-rapat dan

mengigit bibir bawah saat

nyeri

3.Klien tanpak nafas cepat

4.Skala nyeri (6)


5.TTV :
TD :130/90 mmHg
N :120 x/i
RR :24 x/i
S :36,7˚C

2 DS : Pelambatan Trauma pada


1. Klien mengatakan
. gelisah dengan kondisi area pemulihan pasca sisi bedah
pembedahan
bedah
2. Klien mengatakan
luka berdarah saat mau
bergerak
DO :
1.Klien tanpak meringis
kesakitan ketika bergerak
2.Klien tanpak malas untuk
mobilisasi.
3. Klien tanpak lukanya ada
bekas berdarah terlihat
diperbanya.
4. klien sudah hari ke 6
setelah operasi
5. Kekuatan otot klien

5 5

5 5
3 DS: Gangguan pola Halangan
1.Klienmengatakanlingkun
gan tidak nyaman ,karena tidur lingkungan
kodisi cuaca lagi panas .
2. Klien mengatakan belum
mandi sejak 5 hari yang
lalu,hanya dilap oleh
keluarganya.
3. Klien mengatakan sudah
7 hari gelisah untuk tidur
dari pertama dirawat sampai
sudah operasi.
DO :
1. Klien tanpak kurang
ceria karena kepanasan
disebabkan oleh kondisi
cuaca.
2. klien tanpak matanya
seperti mata panda karena
kurang tidur

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cidera fisik (pembedahan).

2. Pelambatan pemuliah pasca bedah berhubungan dengan trauma pada

sisi bedah.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi


3.3 INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan 1. Pain Management

cidera fisik (pembedahan). keperawatan selama 1x24 jam :  Lakukan pengkajian nyeri

Tujuan : secara komprehensif termasuk


Domain : 12 Kenyamanan
 Pain Level lokasi, karakteristik, durasi
Kelas : 1 kenyamanan fisik
 Pain Control frekuensi, kualitas dan faktor
Halaman: 469 NANDA
 Comfrot Level presipitasi.
Batas Krakteristik
KH :  Observasi reaksi nonverbal
1. Ekspresi wajah nyeri(mata kurang
 Mampu mengontrol nyeri dan ketidaknyamanan.
pencahayaan,tanpak kacau,gerakan
 Mampu melaporkan  Gunakan teknik komunikasi
mata berpencar atau berada pada
bahwa nyeri berkurang terapeutik untuk mengetahui
satu focus ,meringgis.)
 Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri pasien.
2. Mengekspresikan
setelah nyeri berkurang  Kaji kultur yang
perilaku(mis,gelisah,merengek,men
 Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon nyeri.
agis ,waspada)
(skala nyeri ,tanda-tanda  Ajarkan tentang teknik non

56
nyeri) farmakologi

 Tingkatkan istirahat

 Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil

2. Analgesic Administration

 Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas, dan derajat

nyeri sebelum pemberian obat

 Cek instruksi dokter tentang

jenis obat, dosis, dan frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih

dari satu
 Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya

nyeri

 Tentukan analgesik pilihan,

rute pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian secara

IV, IM untuk pengobatan nyeri

secara teratur

 Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali

 Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri hebat

 Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan gejala


2. Pelambatan pemulihan pasca bedah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan area syatan

berhubungan dengan hambatan mobilitas keperawatan selama 1x 24 jam :  Control infeksi

(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) Tujuan :  Pemberian obat

Domain : 11 Keamanan /perlindungan  Pemuliahan pembedahan : 2. Manajemen nutrisi

Kelas : 2 Cedera fisik Penyembuhan  Terapi nutrisi

Halaman :429 KH : 3. Manajemen nyeri

Batasan Karakteristik  Mencapai kembali tingkat  Bantuan perawatan


1. Hambatan mobilitas energi para pembedahan diri

2. ketidaknyamanan yang ditandai dengan klien  Monitor tanda-


3. Tidak mampu melakukan tanpak mampu tanda vital

aktivitas beristirahat.  Perawatan tirah

 Menujukan pemulihan baring

insisi pembedahan  Bantuan perawatan

diri

 Perawatan luka

:Drainase tertutup.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancement

halangan lingkungan. keperawatan selama 1 x 24 jam :  Determinasi efek-efek

.(1980,1998,2006,LOE 2.1) Tujuan : medikasi terhadap pola tidur

Domain : 4 Aktivitas /Istirahat  Anxiety reduction  Jelaskan pentingnya tidur

Kelas : 1 Tidur /istirahat  Comfort level yang adekuat

Halaman : 229  Rest :Extent and patten  Fasilitasiuntuk

Batasan karakteristik  Sleep :Extentan patten mempertahankan aktivitas

1. Ketidak puasan tidur KH : sebelum tidur (membaca,atau

2. sering terjaga tanpa jelas penyebab  Jumlah jam tidur dalam apa kebiasaan sebelum tidur).

3. Menyatakan tidak mersa cukup batas normal 6-8 jam /hari  Ciptakan lingkungan yang

istirahat.  Pola tidur ,kualitas dalam nyaman

batas normal .  Kolaborasi pemberian obat

 Mampu mengidentifikasi tidur

hal-hal yang meningkan

tidur.
3.4 IMPLEMENTASI

NO TGL/HARI WAKTU DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 7-Juni -2018 12.30 Nyeri Akut 1. Pain Management DS:

Kamis Wib berhubungan  Melakukan pengkajian 1. Klien mengatakan nyeri

dengan agen nyeri secara komprehensif pada bagian perut kanan

cidera fisik termasuk lokasi, bawah klien karena insisi

(pembedahan). karakteristik, durasi pembedahan sudah hari ke

frekuensi, kualitas dan faktor enam.

presipitasi. 2. Klien mengatakan sulit

 Mengunakan teknik bergerak karena sakit diarea

komunikasi terapeutik untuk luka jahitan.

mengetahui pengalaman 3. Klien mengatakan gelisah

nyeri pasien. dengan kondisi area

 Mengajarkan tentang pembedahan

teknik non farmakologi. DO :

2. Analgesic 1. Klien tanpak meringis


Administration kesakitan ketika bergerak

 Mentukan lokasi, 2. Klien tanpak lemas

karakteristik, kualitas, dan 3. Klien tanpak gelisah

derajat nyeri sebelum karena takut lukanya akan

pemberian obat menimbulkan nyeri.

 Mencek instruksi 4.Skala nyeri (5) area nyeri

dokter tentang jenis obat, di bagian luka laparatomi di

dosis, dan frekuensi bagian bawah kanan

 Mecek riwayat alergi abdomen

5.TTV :

TD :130/90 mmHg

N :120 x/i

RR :24 x/i

S :36,7˚C

Terapi yang diberikan oleh

farmasi :
 Ceftiaxon 2 x 1 hari

/mg

 Metronidazole 3 x 1

hari /mg

 Ranitidin 2 x 1 hari

/mg

 Keterolak 3 x 30 mg

 Infus RL 500 cc 20

tts

A :Masalah sudah sebagian

teratasi karena

1.klien sudah diajarkan

bagaimana cara teknik

nonfarmakologi (teknik

relaksai yaitu dengan tarik

nafas dalam).
2.klien sudah diberikan

analgesic.

P:Intervensi dilanjutkan

2. 7-Juni -2018 13.00 Pelambatan 1. Melakukan Perawatan DS :

Kamis WIB pemulihan pasca area syatan 1.Klien mengatakan gelisah

bedah  Control infeksi dengan kondisi area

 Pemberian obat pembedahan .

 Perawatan 2. Klien mengatakan luka

luka(Tuka verban). berdarah saat mau bergerak.

2. Memanajemen nyeri DO :

 melakukan teknik 1.Klien tanpak meringis

relaksasi. kesakitan ketika bergerak

2.Klien tanpak malas untuk

mobilisasi.

3. Klien tanpak lukanya ada

bekas berdarah terlihat


diperbanya

Kekuatan otot pasien

5555 5555

5555 5555

A : Masalah sudah mulai

teratasi

1.klien sudah mulai

mengerakan tubuhnya

ditempat tidur.

2.klien sudah bisa

melakukan teknik relaksasi

ketika saat mau bergerak.

P : Intervensi dilanjutkan
3. 7-Juni -2018 14.30 Gangguan pola Sleep Enhancement DS:

Kamis WIB tidur berhubungan  Mendeterminasi efek-efek 1. Klien mengatakan

dengan halangan medikasi terhadap pola gelisah dengan kondisi area

lingkungan tidur pembedahan

 Menjelaskan pentingnya 2. Klien mengatakan

tidur yang adekuat susah tidur sejak 7 hari .

 Memfasilitasi untuk 3. Klien mengatakan

mempertahankan aktivitas lingkungan tidak nyaman

sebelum tidur karena kondisi cuaca panas

(membaca,atau apa DO :

kebiasaan sebelum tidur). 1. Klien tanpak gelisah

 Ciptakan lingkungan yang 2. Klien tanpak sulit

nyaman tidur

3. Klien tanpak kurang

ceria karena kepanasan

A: Masalah sebagian tersasi


P : Intervensi dilanjutkan

1. 8 –Juni -2018 09.50 Nyeri Akut 1. Pain Management DS :

Jum’at WIB berhubungan  Melakukan pengkajian 1.Klien mengatakan nyeri

dengan agen nyeri secara komprehensif pada bagian perut sebelah

cidera fisik termasuk lokasi, kanan agak sudah mulai

(pembedahan). karakteristik, durasi berkurang

frekuensi, kualitas dan faktor 2. Klien mengatakan sudah

presipitasi. mencoba berjalan tetapi

 Mengunakan teknik masih agak sakit

komunikasi terapeutik untuk DO :

mengetahui pengalaman 1.Klien tanpak meringis

nyeri pasien. kesakitan

 Mengajarkan tentang 2. Klien tanpak sudah

teknik non farmakologi. mulai berjalan untuk

3. Analgesic imobilisasi

Administration 3. Skala nyeri sudah


 Mentukan lokasi, berkurang (3)

karakteristik, kualitas, dan 4. klien masuk hari ke

derajat nyeri sebelum 7 pasca operasi

pemberian obat 5.TTV :

 Mencek instruksi TD :90/60 mmHg

dokter tentang jenis obat, N :120 x/i

dosis, dan frekuensi RR :24 x/i

 Mecek riwayat alergi S :36,7˚C

Terapi yang diberikan oleh

farmasi :

 Ceftiaxon 2 x 1 hari

/mg

 Metronidazole 3 x 1

hari /mg

 Ranitidin 2 x 1 hari

/mg
 Keterolak 3 x 30 mg

 Infus RL 500 cc 20

tts

A :Masalah sudah teratasi

P:Intervensi dihentikan

pasien pulang

2. 8 –Juni -2018 11.50 Resiko pelambatan 1. Melakukan Perawatan area 1.Klien mengatakan

Jum’at WIB pemulihan pasca syatan lukanya sudah tidak

bedah  Control infeksi berdarah lagi

 Pemberian obat DO :

2. Memanajemen nutrisi 1. klien sudah mulai

 Terapi nutrisi berjalan.

3. Memanajemen nyeri 2. luka klien dibersihkan

 Bantuan perawatan diri untuk mau siap pulang.

 Monitor tanda-tanda 3.luka klien tanpak sudah

vital tidak ada berdarah lagi.


 Perawatan tirah baring A : Masalah teratasi

 Bantuan perawatan diri P : Intervensi intervensi

 Perawatan luka dihentikan klien pulang.

:Drainase tertutup.

3. 8 –Juni -2018 11.50 Gangguan pola Sleep Enhancement DS:

Jum’at WIB tidur berhubungan  Mendeterminasi efek-efek 1.Klien mengatakan sudah

dengan imobilisasi medikasi terhadap pola mulai tidur malam

tidur tadi,tetapi masih terbagun-

 Menjelaskan pentingnya bangun .

tidur yang adekuat DO :

 Memfasilitasi untuk 1.Mata klien seperti mata

mempertahankan aktivitas panda.

sebelum tidur 2.Klien sudah mulai

(membaca,atau apa tampak bersemangat .

kebiasaan sebelum tidur). A: Masalah tersasi

 menciptakan lingkungan P : Intervensi dihentikan


yang nyaman klien pulang.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan Asuhan Keperawatan

pada Klien Ny.R denga Post Apendisitis di Ruangan Rawat Inap Bedah

Lantai II Ambun Suri RSUD Dr.Achamad Mochtar Bukittinggi Tahun

2018 didapatkan pembahasan sebagai berikut :

4.1 Pengkajian

Berdasarkan Secara teori pada klien Ny.R ditemukan etiologi dan

tanda genjala yang didapat,penyebab dari apendisitis ini yaitu suatu

sumbatan fases/tinja yang lama kelamaan mengalami konstipasi

menyebabkan bakteri Escherichia coli mempunyai kesempatan untuk

berkembang biak dalam usus dan menjadi infeksi yang berakir pada

peradangan usus pada tubuh klien.Sedangkan pada waktu dikaji

emang sesuai dengan apa yang ada diteoritis, dan juga pada tanda

genjala yang didapat di teoritis nyeri pada bagian kuadran kanan

bawah abdomen klien, mual muntah, konstipasi, dan dilihat dari

leukosit klien yang tinggi, intinya pada tanda dan genjala yang

terdapat pada teoritis sesuai dengan temuan yang ada pada klien yang

dikelola. Pemeriksaan fisik klien tidak ada kesenjanga sama sekali

karena semua klien yang mengalami nyeri sedang salah satu cara

untuk mengenal rentang nyeri klien yaitu:

72
Menurut Hayward

Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
dengan aktifitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol

Tersebut TTV sangat berpengaruh sekali terhadap tekanan darah

yang tinggi ,nadi yang cepat,nafas yang sesak karena menahan

sakit pada bagian abdomenya dan juga bisa suhu tubuh meningkat

Karena terpengaruh dari nyeri tersebut.

4.2 Diagnosa Keperawata

Pada tinjauan teoritis ditemukan 5 diagnosa keperawatan, yang tidak

ada dikasus tapi dia ada di teoritis yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik

(pembedahan).

2. Pelambatan pemulihan pasca bedah (hambatan mobilisasi).

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan

lingkungan.

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan.

5. Resiko infeksi.

Diagnosa yang dibuat pada tinjauan kasus ada 3 diagnosa yaitu:


Diagnosa pertaman, Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera

fisik (pembedahan) data yang didapat kan saat pengkajian, luka

operasi sudah hari ke 6, luka jahit 20 cm, klien tanpak memengang

perutnya lalu meringis, gelisah, klien tanpak susah untuk bergerak,

tanda- tanda vital klien meningkat nadinya 120 x/menit, TD

130/90 mmHg, RR 22x/menit.

Diagnosa kedua, Pelambatan pemulihan pasca bedah (hambatan

mobilisasi) data yang didapatkan pada saat pengkajian, klien

sangat malas untuk mobilisasi, luka klien tanpak ada bekas darah

terlihat dari perbanya, klien tanpak meringis kesakitan.

Diagnosa ketiga, Gangguan pola tidur berhubungan dengan

halangan lingkungan, data yang didapat kan pada saat pengkajian,

klien mengatakan lingkungan tidak nyaman soalnya klien berada

di ruanga bangsal, klien mengatakan sudah 7 hari gelisah tidak

bisa tidur yaitu dari pertama masuk rumah sakit, klien tanpak

kurang ceria, mata klien tanpak seperti mata panda karena kurang

tidur. Diagnosa yang tidak ada di tinjauan kasus ada 2 yaitu:

1. Resiko infeksi

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna

makanan.

Kenapa tidak dibuat karena tidak ada data yang mendukung untuk

menengakan diagnosa tersebut, penulis hanya membuat sesuai


dengan kebutuhan klien, dan dari data yang di dapatkan hasil

pengkajian.

4.3 Intervensi (Rencana Asuhan Keperawatan)

Dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan penuli

menggunakan rencana keperawatan berdasarkan standar NIC-NOC-

NANDA.Dalam kasus rencana keperawatan yang muncul

diantaranya adalah :

Untuk diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik

( prosedur pembedahan) dilakukan intervensi Pain Mangement dan

Analgesic Administration yang berdasarkan pada tinjauan teoritis ada

11 rencana keperawatan, yaitu :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi ,karakteristik ,durasi ,frekuensi,kualitas dan factor

presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan

3. Bantu klien dan keluarga klien untuk mencari dan

menemukan dukungan

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan ,pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi factor presipitasi nyeri

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi : Napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin.


8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

9. Tingkatkan istirahat.

10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang dan antispasi ketidak

nyamanan dari prosedur

11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic

pertama kali.

Sedangkan menurut tinjauan kasus ada 11 rencana

keperawatan yang dilaksanakan ,yaitu :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor

presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan

3. Bantu klien dan keluarga klien untuk mencari dan

menemukan dukungan

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan ,pencahayaan dan kebisingan.

5. Kurangi factor presipitasi nyeri.

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi : Napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin.

8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

9. Tingkatkan istirahat.
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang dan antispasi ketidak

nyamanan dari prosedur.

11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic

pertama kali

Dari hasil perbandingan antara rencana tindakan menurut tinjauan

teoritis dengan tinjauan kasus sesuai antara teoritis dengan kasus

apendiksitis.

Untuk diagnosa Pelambatan pemulihan pasca bedah berhubungan

dengan hambatan mobilitas ada 3 rencana asuhan keperawatn yaitu

sesuai dengan teoritis dan tinjauan kasus. Untuk diagnose gangguan

pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan ini rencana

asuhan keperawatanya sesuai dengan teoritis dan tinjauan kasus.

4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan yang dilakukan juga sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dan sesuai dengan

kondisi Ny.R Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan

agens cidera fisik dan implementasi yang telah dilakukan, yaitu :

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor

presipitasi.

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.


3. Membantu klien dan keluarga klien untuk mencari dan

menemukan dukungan.

4. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

5. Mengurangi factor presipitasi nyeri.

6. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi.

7. Mengajarkan tentang teknik relaksasi.

 Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan,

pertahankan bahu tetap rileks, dada bagian atas tidak

bergerak, dan biarkan rongga perut bergerak naik.

 Keluarkan udara secara perlahan melalui mulut,

dengan mengucupkan bibir.

 Lakukan 3-4 kali.

 Pada tarikn nafas ke 4, keluarkan nafas secara

maksimal.

 Tarik nafas secara maksimal ,tahan sampai 3-5 detik

 Keluarkan udara secara perlahan melalui mulut

dengan menguncupkan bibir.

 Ulangi 5-10 kali, lakukan sehari 3-4 kali.

8. Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik.

9. Meningkatkan istirahat.
10. Meberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang dan antispasi ketidak

nyamanan dari prosedur.

11. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesic pertama kali.

Untuk diagnose Pelambatan pemulihan pasca bedah berhubungan

dengan hambatan mobilitas implementasi yang dilakukan, yaitu:

1. Melakukan perawatan area syatan

 Terlebih dahulu dikaji apakah ada tanda-tanda infeksi.

 Setelah itu melakukan penukaran perban setiap hari.

 Memperhatikan luka jahitanya kebersihanya.

2. Manajemen Nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi.

Untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan

halangan lingkungan implementasi yang dilakukan, yaitu:

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat.

3. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum

tidur (membaca,atau apa kebiasaan sebelum tidur).

4.5 Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi selama 1x24 jam dari kamis (07

Juni 2018 ) sampai hari sabtu (09 Juni 2018),didapatkan hasil

bahwa Ny.R Mengalami kemajuan dimana Ny.R merasakan nyeri


sudah berkurang dengan skala nyeri menjadi 3,Ny.R sudah bisa

berjalan dan bisa mandi sendiri.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.R dengan apendiksitis

dapat disimpulkan bahwa apendisitis merupakan penyakit peradangan pada

usus buntu atau umbai cacing yang mengalami konstipasi fases sehingga

menyebabkan penyumbatan dan memberikan kesempatan kepada bakteri

Escherichia coli berkembang biak sehingga menjadi infeksi akibat dari

infeksi akan menimbulkan nyeri akut pada bagian kanan bawah abdomen,

itu merupakan posisi letak umbai cacing tersebut.Maka dari itu penulis

melakukan asuhan keperawatan kepada klien Ny.R yaitu dari hasil :

1. Pengkajian yang dilakukan terdapat klien memang mengalami

nyeri akut pada kuadran kanan bawah abdomen klien, terdapat juga

klien mengalami konstipasi terhadap fases selama beberapa bulan

sampai klien pada saat itu dibawa ke rumah sakit dengan keluhan

lain seperti muntah dan susah tidur karena nyeri pada abdomen .

2. Diagnosa yang ditemukan pada klien diambil dari keluhan klien

dan data yang ada pada klien.

 Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik

( prosedur pembedahan).
 Pelambatan pemulihan pasca bedah berhubungan dengan

hambatan mobilitasi.

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan

lingkungan.

3. Intervensi yang dilakukan kepada klien berdasarkan pada


prioritas
masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada

teoritis dapat ditegakan pada kasus kelolaan karena rencana

tindakan pada kasus harus disesuaikan dengan kebutuhan klien

atau keluhan klien.

4. Implementasi yang dilakukan kepada klien berdasarkan

kebutuhan klien, tidak semua tindakan harus di implementasikan

karena itu hanya membuang waktu saja, maka dari itu penulis

hanya melakukan implementasi sesuai kebutuhan klien.

5. Evaluasi hampir semua mencapai perkembangan, meski

pencapaian belum optimal karena intervensi dan implementasi

dihentikan karena klien pulang, maka untuk mencapai hasil yang

optimal juga perlu adanya kerjasama antara penulis dengan

klien, keluarga dan tim kesehatan lainya.

5.2 Saran

1. Bagi penulis

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis

dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien


dengan post laparatomi atas indikasi apendiksitis dan sebagai salah

satu syarat menyelesaikan pendidikan program studi DIII

keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes ) Perintis

Padang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar

mengajar, khususnya tentang Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi

Kasus dan memberikan sumbangan pikiran terhadap post

laparatomi atas indikasi apendiksitis yang kiranya dapat berguna

sebagai informasi awal.

3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan, terutama bagi

perawat yang ada dirumah sakit untuk mengambil langkah-langkah

melakukan asuhan keperawatan pada klien post operasi laparatomi

atas indikasi apendiksitis kebijakan dalam rangka upaya

peningkatan mutu pelayanan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Akhyar yayan, 2008, Apendisitis, diakses 19 April 2012 from http://www.

Yayanakhyar. Wordpress.com/2008/09/29/apendisitis.

Anonim, 2008, Iso farmakoterapi, 288-294, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta.

Arif Muttaqin & Kumala Sari ,2011.Gangguan Gastrointestinal(Aplikasi asuhan

keperawatan medical bedah),Jakarta:Salemba medika.

Birnbaum BA, Wilson SR, 2000, Appendicitis at the millenium, Radiology

215:337-348.

Braunwald E, Hauser S1, Jameson Jl, 2005. Harrison’s Prinsiple Of Internal.

Medicine. 16th Ed. New York : The Mc Graw-Hill Companies.

Brunner & Suddarth. 2013, Keperawatan Medikal Bedah: Jakarta: EGC.

Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.

Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung

Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

http://yenicahyaningrum.wordpress.com/ipa-viii/sistem-pencernaan-pada

manusia/sistem-pencernaan/organ-sistem-pencernaan/&xid.

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

M.Tucker, 1998, Standart Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,Diagnosa

dan Evaluasi, Edisi 5, Volumr 3,Jakarta:EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC: Jogja: Mediaction

Publishing.
RSUP Dr.M Djamil Padang (1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2016). kasus

apendisitis. data rekam medis .

Santacroce R, Craig S. 2007. Appendicitis. Available from:

http://www.emedicine.com [Accessed on May, 30th 2010].

Silent W. Acute Appendicitis And Peritonitis, In: Kasper D1, Fauci As, Longo

D1.

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah .

Syamsuhidayat, R., Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta :

EGC.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi

2. Jakarta: Salemba Medika.

T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Keliat. 2015,

Diagnosa Keperawatan; Definisi & klasifikasi 2015=2017: Jakarta: EGC.

Tzanakis NE et al, 2005. A New Approach to Accurate Diagnosis of Acute

Appendicitis: world journal of surgery, April 2005, 1151-1156.

Williams, L & Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.

Alih Bahasa Paramita. Jakarta : PT. Indeks.

WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.


PROGMU STUDI DIH KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILSIU KESEI-LATAN PERINTIS PADANG

LE.MBARAN KONSULTASI BIMBfNfiAN

Nama Mahasiswa

Nim 1514101030
Pembimbing I . Ns. Faleri Siska Yunere, M. Kep
Judul KTI Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan Post

Laparatomi atas fndikasi ApendiLsitis di ruangan inap bedah ambun suri lantai 2

di rumah sakit DrMeaiad Mocbtar Bukittinggi Tahun 2018.

NO Hari ffa ggal Materi Bimbingan Tanda Tanggan


Pembimbing

3.
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes PERINTIS NPADANG

TAHUN 2018

Lembtiran Konsultasi

Nama ‘ Srirahayu Oktaviani

NIM
: 1514401030
Pembimbing 2 : Ns.Aldo Yuliano, MM

Judul KTI Studi Kasus: Asuhan keperawatan pada klien Ny.R dengan post Laparatomi atas
indikasi Ca Colon di ruangan rawat inap bedah lantai 2 ambun RSUD Dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018.

No Hari/ Tanggal Materi Bimbingan

3
PROGRAM STUDI DIH KEPERWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAIsf PERINTIS PADANG

L MBARAN KONSULTASI BIMBINGAN

NamaMNmsiwa :Shmbe Gldsimñ


:l5l4401030

Pembimbing

Judul KTI Studi Kasus : Asubaii Kepemwatan pada Ny.R dengan post laparatoini alas indikasi

Bukittinggi Tahun 2018

No Haii/Taoggai TmxBT+gge
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

LEJYIBARAN KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Srirahayu Oktaviani

Nim :151440l030

Pembimbing : Ns.Reni Susanti ,M.Kep,Sp.KMB


Judul KTI Studi Kasus : Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan post laparatomi atas indikasi

Appendiks di ruangan rawat inap bedah ambun suri lantai 11 di rumah sakit Dr.Acmad Mochm

Bukittinggi Tahun 2018

No Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tanggan Pembimbin

08- Juni-2018
Jum’at

08- Juni-2018
Jum‘at
DAFTAR HADIR UJIAN PENGAMATAN KASUS
PRODI D III KEPERAWATAN SP iKES I'fiRINTIS PADANG
TA 2016/2017

NAMA MAHAS IS\VA ... ...!... ..*.I ....... .... . .!....................


NIJ . ...!.).! . .0!.'..*..... ........ . .... . .
RUAMGAN . ...... ...... ... . ....*.. . ..... ...** . ........ ..'.............
JUDUL STUDI KASUS

DATANG P’NLANG
HARI/ TANGGAL
JANPARAF

Bukinin ....................................20...

Ka Ruangan Preceptoi
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes PERINTIS NPADANG

Lembaran Konsul Manuskrip

Name
: Srirahayu Oktaviani
NlM
: 1514401030

Judul KTI Studi Kasus: Asuhan keperawatan pada klien Ny.R dengan post Laparatomi atas
indikasi Ca Colon di ruangan rawat inap bedah lantai 2 ambun RSUD Dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018.

No Hari/ Tanggal Materi Bimbingan


OLEH
: SRIRAHAYU
OKTAVIANI NIM :
1514401030
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus
buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu
sebenarnya adalah sekum(caecum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et al, 2010).
Adanya obstruksi pada lumen
appendikeal oleh apendikolit,
hyperplasia folikel limfoid
submukosa, fekalit (material garam
kalsium, debris fekal ) atau parasit
(Katz, 2009)
 Lakukan observasi TTV klien .
 Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan. Bila
tindakan operas
Identitas Klien Pendidikan : SMA
Nama : Ny.R Alamat :
Umur : 33 Tahun Jl.Pintu Kabun
Jenis kelamin:
Perempuan
Status : Nikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu
Rumah Tangga
Alasan Masuk
Klien masuk ke IGD pada tanggal 31 Mai 2018
hari Kamis pukul 15:30 Wib,dengan alasan
masuk perut sakit pada bagian kanan bawah
sejak 5 hari yang lalu, sebelumnya pasien
berobat ke puskesmas lalu setelah memakan
obat dari puskesmas pasien merasa mual dan
muntah. Klien mengatakan pusing dan
lemas,pasien juga mengatakan tidak pernah
BAB selama 5 hari setelah itu pasien juga
merasakan perutnya padat dan sakit.
Abdomen
Inspeksi : Perut terlihat buncit, terlihat
strechmark , terlihat luka jahitan, dan panjang
luka 20 cm, kondisi jahitan terlihat bersih.
Auskultrasi : Di dengar kan dengan stetoskop
bising usus klien 9x/i.
Perkusi : Ada terdengar suara timpani ketika
di perkusi.
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian
abdomen kanan bawah bekas operasi.

You might also like