You are on page 1of 28

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS LP-ASKEP)

DI RUANG ______________________ RS ______________________________

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

(Aprillya Prihatinie Fitriah Usfah)


(202010461011006)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS LP-ASKEP)

DI RUANG ______________________ RS ______________________________

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK 11

NAMA: APRILLYA PRIHATINIE FITRIAH USFAH

NIM: 202010461011006

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 10 SEPTEMBER 2020 / MINGGU 1

Malang, ___________________

Mahasiswa, Pembimbing,
(Nama Mahasiswa) (Nama Pembimbing)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. CASE REPORT 4
Case Report
4
A. Isi 4
B. Pathway sesuai topik kasus dan case report 4
C. Daftar Pustaka (Sumber Referensi)
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN (sesuai case report) 6
A. Pengkajian (Focus Assesement) 6
6

B. Analisa Data 6
C. Diagnosis Keperawatan (SDKI)
D. Luaran Keperawatan (SLKI) 6
E. Intervensi Keperawatan (SIKI) 7
6

BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING) 7


A. Masalah Keperawatan 7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (minimal 3 Jurnal) 7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)
BAB V. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS minimal 5) 8

1. I Judul Tindakan Keperawatan 8


8
2. Judul Tindakan Keperawatan 8
3. Judul Tindakan Keperawatan 8
4. Judul Tindakan Keperawatan 8
5. Judul Tindakan Keperawatan
BAB V. Resume MTE (bila ada)

Page 3 of 9

BAB I. CASE REPORT


A. Judul Case Report
Saprochaete Capitata Infection in an 80–Year Old Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) Patient: A Case Report

B. Isi Case Report

An 80-year-old man was diagnosed with COPD and Gout 10 years ago. The patient
came to the hospital with productive cough, dyspnea, chest pain on both sides a week
before. Examination revealed symptoms including vesicular breathing, coarse crackle
and wheeze in both lungs, no hypertension, non-diabetic, no fever. The laboratory
blood test results were: Red blood cell 4.36 T/L, hematocrit 138 g/l, White blood cell
12.8 G/L (Lymphocyte 17.4% and Granulocyte 74.1%), HIV negative, Genxpert DPG
(-), AFB (-). The X-ray showed bronchitis and emphysema. Bronchoscopy illustrated
bronchial mucositis (Figure 1).

CT scanner demonstrated the pneumonia with fuzzy nodular lesions and thick
interstitial organization in both lungs (Figure 2). The patient was treated with
ciprofloxacin 800 mmg/ day; cefuroxime 2250 mmg/day; ventolin 40mg/ day;
pulmicort 500mg; salbutamol 16mg/ day.

After 2 weeks, cough and shortness of breath decreased, fever, however, developed.
The patient was then treated with methylprednisolon 40 mg per day for 7 days. After
the cease of drug, fever again developed. Therefore, the patient was treated with
raxadin 2000 mmg + moxifloxacin 400 mmg + doxycyclin 1000 mmg per day for
another 7 days. The patient was still feverish, tired, screeching and snoring was in
both sides of the lung. The phlegm of patient was sampled and cultured to find fungi.
S. capitate was detected by semi-automatic Vitek system (Figure 3 and 4), the blood
cultured showed negative.

After 14 days of treatment with fluconazol 400 mg per day, the patient recovered
and all the symptoms disappeared. The phlegm cultured showed negative (Duan et al.,
2019).

C. Pathway sesuai topik kasus dan case report


FaktorResiko : rokok,polusi udara, infeksi
saluran nafas berulang

Mukosa bronkus iritasi Elastis Jalan Nafas Hilang

Kolabs Bronkeolus
Hipertropi kelenjar
mukosa bronkus
Redistribusi udara ke
alveola menurun
Hipersekresi Kelenjar
Mukosa Bronkus Pelebebaran dinding dan
ductus alveoli
Produksi Mucus meningkat
pada bronkus Distruksi Dindin alveoli

Bronkitis Kronis Emfisema

PPOK= Penyakit Paru Obstriktif Kronis

Infeksi Jamur Saprochaete


Capitata
MK : Resiko Infeksi
Reaksi Radang

Peningkatan Mucus Jalan Nafas


Peningkatan Suhu ( Demam)

Bronskospasme
MK. Hipertermi MK : Bersihan jalan Nafas
Tidak Efektif
Kolabs Bronkeolus

Distruksi dinding Alveoli

Disfusi O2/CO2 Terganggu

O2 Dalam Darah Menurun

Kelemahan dan Kelelahan

MK : Intoleransi
Aktivitas
D. Daftar Pustaka (Sumber Referensi)

Ayu, E. I., & Irwanti, W. (2015). Warm Compresses Axilla and Forehead in Lowering Body
Temperature among Patients with Fever at PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal Ners
and Midwifery Indonesia, 3(1), 10–14.
Darwis, I. D., Basyar, E., & Adrianto, A. A. (2018). COMPATIBILITY BETWEEN DIGITAL AND
MERCURY THERMOMETER IN MEASURING AXILLA TEMPERATURES OF YOUNG ADULTS.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 1596–1603.
Duan, P. N., Hung, N. N., Nhu, P. T., Thien, C. D., & Tran, Q. C. (2019). Saprochaete capitata
infection in an 80–year old chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient: A case
report. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(24), 4329–4332.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.385
Michele Vitacca, Mara Paneroni, Elisabetta Zampogna, Dina Visca, Annalisa Carlucci, Serena
Cirio, Paolo Banfi, Gabriele Pappacoda, Ludovico Trianni, A. B. . . . S. more. (2020). High-
Flow Oxygen Therapy During Exercise Training in Patients With Chronic Obstructive
Pulmonary Disease and Chronic Hypoxemia: A Multicenter Randomized Controlled Trial
RUNNING. 1–5.
solichin. (2018). PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN RESISTENSI
SALURAN NAFAS NONELASTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK DI RSUD
ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan
(Publikasi Artikel Scince Dan Art Kesehatan, Bermutu, Unggul, Manfaat Dan Inovatif), 1(2).
Suswati, I., & Putri, A. (2020). Handwashing promotion and the use of hand sanitizer as a
preventative measure on the development of bacteria. Ournal of Community Service and
Empowerment P-ISSN, 1(1), 31–36.
Page 4 of 9
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (Focus Assesement)

1. PENGKAJIAN
1.1. Identitas pasien
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 80 tahun
Alamat :-
Gol. Darah :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Tanggal MRS :-
Tanggal pengkajian :-
1.2. Anamnesa
Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan batuk produktif, dispnea, dada rasa sakit dan
demam karena menghentikan minum obat.
Riwayat penyakit sekarang
Setelah pemberian obat methylprednisolon dihentikan pasien kembali demam. Pasien
meriang , lelah, dan terdengar suara dengkuran di kedua sisi paru.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien didiagnosis dengan COPD dan Gout 10 tahun lalu. Pasien datang rumah sakit
dengan batuk produktif, dispnea, dada sakit di kedua sisi seminggu sebelumnya.
Pemeriksaan gejala yang didapatkan pernapasan vesikuler, kresek kasar dan mengi di
kedua paru-paru. Setelah seminggu lalu pasien diberikan obat ciprofloxacin
800mmg/day; cefuroxime 2250 mmg/hari; ventolin 40mg/ hari; pulmicort 500mg;
salbutamol 16mg/ hari. Batuk dan sesak nafas pasien menurun , namun pasien mulai
demam . Kemudian pasien diobati dengan methylprednisolon 40 mg per hari untuk 7
hari.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak terkaji
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Tidak terkaji.
1.3. Pola aktifitas sehari-hari
Pola nutrisi
Tidak terkaji
Pola tidur/Istirahat
Tidak terkaji
Pola Eliminasi
BAK :
Rumah : Tidak terkaji

Rumah sakit : Tidak terkaji


BAB : Tidak terkaji

1.4. Pemeriksaan Fisik


Status Present:
Keadaan umum : Pasien tampak kelelahan dan lemah.
Tekanan darah : Tidak terkaji
Nadi : Tidak terkaji
Respirasi : Tidak terkaji (Pasien mengalami disnea)
Suhu badan : Tidak terkaji
Tinggi badan : Tidak terkaji
Berat badan : Tidak terkaji
BMI : Tidak terkaji

Status General :
Pemerikasaan wajah : Tidak terkaji
Pemeriksaan kepala, dan leher :Tidak terkaji
Pemeriksaan Thoraks/dada :Tidak terkaji
Pemeriksaan Abdomen : Tidak terkaji
Pemeriksaan Ekstremitas : Tidak terkaji

Pemeriksaan penunjang
Darah Lengkap
Leukosit : 12,8 G/L ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : 4,36 T/L ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
Trombosit : ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : 138 g/l ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
Kimia Darah
Ureum : ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : ( N : 0.7 – 1.5 mg / dl )
Albumin : (3,5-5,4 mg/L)
SGOT : ( N : 2 – 17 )
SGPT : ( N : 3 – 19 )
BUN : ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl)
Bilirubin : ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
GD puasa : ............................ ( N : 100 mg/dl )
GD 2 jpp : ( N : 140 – 180 mg / dl )
Analisa Elektrolit
Natrium : ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : ............................. ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
Pemeriksaan Lab Lain :
(Lymphocyte 17.4% and Granulocyte 74.1%), HIV negative, Genxpert DPG (-), AFB (-).
Dahak pasien diambil sampelnya dan dibiakkan untuk menemukan jamur. S. capitate
terdeteksi dengan sistem Vitek semi-otomatis.
Pemeriksaan Radiologi: Hasil rontgen menunjukkan bronkitis dan emfisema.
Bronkoskopi menggambarkan mucositis bronkial .

Penatalaksanaan :
ANALISA DATA DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN (SLKI) KEPERAWATAN
(SDKI) (SIKI)

Data Mayor: Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Manajemen


Objektif : Tidak efektif perawatan 1x 24 jam, Jalan Nafas :
-Pasien batuk (D.0001) diharapkan
produktif, Hipersekresi peningkatan “ Observasi :
-Whezing ( mengi ) Kelenjar Mukosa Bersihan Jalan Nafas -monitor pola
- Terdapat sputum Bronkus d.d Batuk (L.09067)” dengan napas
(dahak) tidak efektif, Sputum kriteria hasil sebagai -monitor bunyi
berlebih, Mengi berikut : napas tambahan
Data Minor : 1. Batuk efektif -Monitor Sputum
Subjektif : (cukup
-pasien mengalami meningkat =4) Terapeutik :
disnea 2. Produksi -Posisikan
sputum ( Cukup Pasien semi
Objektif : Menurun= 4) fowler atau
-Bunyi nafas 3. Whezing (Cukup Fowler
vesikuler, Menurun =4) -Lakukan
berderak kasar 4. Disnea (Cukup fisioterapi dada
dan mengi di Menurun = 4) -Lakukan
kedua pari-paru penghisapan
- pasien meriang lendir kurang 15
detik.
-Berikan Oksigen

Edukasi :
-Ajarkan teknik
batuk efektif.

Data Mayor: Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen


Subjektif : b.d Agen pencedera perawatan 1x 24 jam, Nyeri (1.08238)
-Pasien mengeluh fisik ( infeksi) d.d diharapkan
nyeri dada di Mengeluh nyeri dan peningkatan “ Kontrol Observasi:
1. Identifikasi
kedua sisi Tampak meringis Nyeri (L.08063)”
lokasi,
Objektif : dengan kriteria hasil karakteristik
nyri, durasi,
-Pasien menjerit sebagai berikut :
frekuensi.
2. Identifikasi
skala nyeri
Objektif : 1. Melaporkan
3. Identifikasi
-pasien mengalami nyeri terkontrol faktor yang
memperbera
sesak nafas ( Cukup
t dan
-diaforesis meningkat= 4) memperinga
n nyeri
2. Kemampuan
4. Monitor
mengenali onset keberhasilan
terapi
nyeri (Cukup
komplemem
meningkat= 4) nter
3. Kemampuan
Terapeutik :
menggunakan 1. Berikan
teknik
teknik non
nonfarmakol
farmakologis ogis untuk
mengurangi
(Cukup
rasa nyeri
meningkat= 4) 2. Fasilitasi
istirahat dan
4. Penggunaan
tidur
analgesik Edukasi :
1. Jelaskan
(sedang=3)
penyebab,
periode, dan
pemicu
nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri

Kolaborasi :
-kolaborasi
pemberian
analgesik
DATA SUBJEKTIF: Resiko infeksi Setelah dilakukan (Pencegahan
-pasien merasakan (D.0142) b.d perawatan 1x 24 jam, Infeksi
nyeri di dua sisi peningkatan paparan diharapkan 1.14539)
dada. organisma patogen penurunan “ Tingkat
- pasien menjerit lingkungan d.d Infeksi” (L.08063)” Observasi :
--pasien demam , leukosit dengan kriteria hasil -Monitor tanda
mengalami demam meningkat sebagai berikut : dan gejala infeksi
lokal/ sistemik
-Demam (cukup
DATA OBJEKTIF : menurun =4). Terapeutik :
- Leukosit : -Nyeri (cukup menurun -Cuci tangan
12,8 G/L =4) sebelum dan
- Sampel -sputum berwarna hijau sesudah kontak
dahak cukup menurun =4) dengan pasien
ditemukan -periode menggigil dan lingkungan
saprochaet cukup menurun =4) pasien
e capitata -kultur sputum (cukup
membaik =4) Edukasi :
-Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
-Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar-
Ajarkan etika
batuk

Data Mayor : Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen


Objektif : pasien (D.0130) b.d Proses perawatan 1x 24 jam, Hipertermia
demam Penyakit (infeksi)d.d diharapkan (1.15506)
Suhu diatas normal “termoregulasi”
Data Minor (L.14134)” dengan Observasi :
Objektif : kriteria hasil sebagai -Identifikasi
- Leukosit berikut : penyebab
meningkat -Konsumsi oksigen hipertermia
12,8 G/L (cukup menurun =4) -monitor suhu
- Sampel -Hipoksia (Konsumsi tubuh
dahak oksigen (cukup
ditemukan menurun =4) Terapeutik :
saprochaet -ventilasi c(Konsumsi -sediakan
e capitata oksigen (cukup lingkungan yang
- Pasien menurun =4) dingin,
lelah -basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
-Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
-Ganti Linen
setiap hari
-berikan cairan
oral

Edukasi :
Anjurkan Tirah
Baring

Kolaborasi :
-Pemberian
cairan elektrolit
Data Mayor : Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Promosi
Subjektif : (D.0056) b.d Ketidak
simbangan antar suplai perawatan 1x 24 jam, Latihan Fisik
-Pasien Mengeluh
lelah dan kebutuhan oksigen diharapkan (1.05183)
d.d mengeluh lelah
“Toleransi Aktivitas” Observasi :
Data Minor :
Subjektif : (L.05047)” dengan -Identifikasi
- Pasien
kriteria hasil sebagai keyakinan
disnea berikut : kesehatan
- Merasa
-Saturasi oksigen tentang latihan
lelah dan
lemah (cukup meningkat=4). fisik
-
-Kemudahan dalam -Identifikasi
Objektitf :
-Pasien demam, melakukan aktivitas pengalaman
-riwayat PPOK 10
sehari-hari. olahraga
th
-Disnea saat aktivitas sebelumnya.
( cukup menurun=4) -monitor
-Disnea setelah aktivitas respond
(cukup menurun 4) terhadap
Frekuensi nafas (cukup program latihan
membaik =4) Terapeutik :
-motivasi
mengungkapkan
kebutuhan
olahraga
-fasilitasi dalam
mengembangkan
program yang
sesuai untuk
memenuhi
kebetuhan
-Fasilitasi
menetapkan
tujuan jangka
panjang
-lakukan
aktivitas
olahraga
bersama pasien

Edukasi :
-Jelaskan
manfgaat
kesehatan dan
efek fisiologis
-Jelaskan, jenis
latihan yang
sesuai kondisi
kesehatan
- Ajarkan teknik
pernafasan yang
tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen selama
latihan fisik.

Kolaborasi :
-Kolaborasi
dengan
rehabilitasi
medis atau ahli
fisiologi
olahraga.

Page 5 of 9
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)

Masalah Keperawatan Intervesi by Evidence Based Ringkasan Isi Jurnal


Nursing (Journal
Bersihan Jalan Nafas 1. Fisioterapi Dada 1. Salah satu cara untuk
Tidak efektif mengatasi masalah
(Pengaruh resistensi saluran nafas
(D.0001)b.d Fisioterapi Dada nonelastik adalah dengan
Hipersekresi Kelenjar Terhadap tindakan keperawatan
Mukosa Bronkus fisioterapi dada (perkusi
Penurunan dada, vibrasi dada dan
d.d Batuk tidak efektif, Resistensi Saluran postural drainase).
Sputum berlebih, Nafas Nonelastik
Mengi dalam Asuhan Perawat yang berada 24
jam disamping pasien
Keperawatan Pasien harus meminimalkan
PPOK di RSUD permasalahan tersebut
Abdul Wahab dengan melakukan
tindakan keperawatan
Syahranie fisioterapi dada.
Samarinda)
Fisioterapi dada sangat
2. Terapi Oksigen Nasal efektif dalam upaya
cannul mengeluarkan mukus
(High-Flow Oxygen dan memperbaiki
ventilasi pada pasien
Therapy During dengan fungsi paru yang
Exercise Training in terganggu.
Patients With Chronic
Obstructive Pulmonary Tujuan pokok fisioterapi
dada pada PPOK adalah
Disease and Chronic mengembalikan dan
Hypoxemia: A memelihara fungsi otot-
Multicenter otot pernapasan,
membantu
Randomized membersihkan mukus
Controlled Trial) dari bronkus, mencegah
penumpukan mukus dan
memperbaiki
pergerakan dan aliran
mucus.
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
resistensi saluran nafas
nonelastik lebih baik
sesudah diberikan
fisioterapi dada pada
kelompok intervensi
(p=0.000, =0,05),
resistensi saluran nafas
nonelastik lebih baik
pada kelompok
intervensi daripada
kelompok
control pada hari kelima
(p=0.000, =0,05).
Kesimpulan penelitian ini
adalah fisioterapi dada
dapat menurunkan
resistensi saluran nafas
nonelastik. Penelitian ini
merekomendasikan
fisioterapi dada
dapatmenjadi salah satu
intervensi dalam
asuhan keperawatan
pasien PPOK (Solichin,
2018)
2. Terapi oksigen aliran
tinggi (HFOT)
meningkatkan ventilasi
dan menyediakan
rentang konsentrasi
oksigen yang lebih luas.
Dapat mengirimkan
hingga 60 L / menit
udara panas dan
dilembabkan melalui
kanula hidung, dengan
atau tanpa oksigen
tambahan. Di atas aliran
20 L / menit, HFOT dapat
menghasilkan positif
tekanan di saluran udara
bagian atas.
Pada pasien COPD yang
sedang beristirahat,
HFOT meningkatkan
ventilasi alveolar, volume
paru-paru ekspirasi akhir
tidal, pertukaran gas dan
mengurangi laju
pernapasan, karbon
dioksida jaringan dan
kerja pernapasan.
Dibandingkan oksigen
standar, HFOT dan non
ventilasi invasif
mengurangi beban otot
pernapasan dan laju
pernapasan, sekaligus
meningkatkan waktu
ekspirasi. (Michele
Vitacca et.al, 2020).

Resiko Infeksi - Mencuci tangan 6 Menemukan acara bahwa pada


langkah aspek tingkat pengetahuan 75%
peserta mampu menjawab
(Handwashing semua pertanyaan dengan benar
promotion and the setelah program promosi cuci
use of hand tangan. Dalam hitungannya, ada
154 koloni bakteri tumbuh di jari
sanitizer as a yang tidak dicuci; 8 koloni di jari
preventative menggunakan hand sanitizer; 36
measure on the koloni di jari-jari dicuci dengan
sabun, dan 29 koloni dengan tisu
development of basah.
bacteria)
Kebiasaan mencuci tangan
menyediakan pengetahuan
kepada individu tentang perilaku
hidup sehat untuk mencegah
pertumbuhan bakteri.
Disimpulkan bahwa Cuci tangan
pakai sabun dan air mengalir,
hand sanitizer, dan tissue basah
justru bisa berkurang jumlah
koloni bakteri karena
mengandung bahan kimia
bakterisida atau bakteriostatik.
Jenis dari bakteri dari coccus dan
batang Gram-positif adalah
Staphylococcus, Streptococcus
atau Corynebacterium (Suswati
& Putri, 2020)
Hipertermia 1. Kompres Demam adalah keadaan tubuh
menurunkan suhu mengalami kenaikan suhu hingga
38°C atau lebih. Ada juga yang
tubuh (Warm mengambil batasan lebih dari
37,8° C, sedangkan bila suhu
Compresses Axilla tubuh lebih dari 40°C disebut
and Forehead in demam tinggi/hiperpireksia.
Demam dapat membahayakan
Lowering Body apabila timbul dalam suhu yang
Temperature tinggi. Demam atau suhu tubuh
among Patients yang tinggi dapat diturunkan
dengan berbagai cara. Kompres
with Fever at PKU air hangat merupakan metode
Muhammadiyah untuk menurunkan suhu tubuh.
Kutoarjo) Kenyataan yang ditemukan di
tempat penelitian yaitu di
KRIPMD PKU Muhammadiyah
Kutoarjo pelaksanaan kompres
2. Pengukuran Suhu sebagai salah satu tindakan
mandiri untuk menangani
Tubuh (Compatibility demam masih sering diabaikan
Between Digital And oleh pasien dan keluarga. Tujuan
Mercury Thermometer penelitian ini adalah untuk
In diketahuinya perbedaan
efektivitas pemberian kompres
Measuring Axilla air hangat di aksila dan dahi
Temperatures Of terhadap penurunan suhu tubuh
Young Adults )(Darwis pada pasien demam di KRIPMD
PKU Muhammadiyah Kutoarjo.
et al., 2018) Desain penelitian menggunakan
true eksperimen: two-group pre-
post test design. Jumlah populasi
sebesar 40 dengan subyek
sebanyak 38 orang dengan
teknik consecutive sampling.
Pengukuran suhu dilakukan
sebelum dan sesudah perlakuan
menggunakan thermometer air
raksa. Analisis data
menggunakan uji t.
Hasil: Rerata derajat penurunan
suhu tubuh sebelum dan sesudah
dilakukan kompres air hangat
pada daerah aksila sebesar
0,247o C. Rerata derajat
penurunan suhu tubuh sebelum
dan sesudah dilakukan kompres
air hangat pada daerah sebesar
0,111o C. Analisis uji t
menunjukkan teknik pemberian
kompres hangat pada daerah
aksila lebih efektif terhadap
penurunan suhu tubuh
dibandingkan dengan teknik
pemberian kompres hangat pada
dahi (t hitung=5,879 p=0,000).
Simpulan: Teknik pemberian
kompres air hangat pada daerah
aksila lebih efektif terhadap
penurunan suhu tubuh (Ayu &
Irwanti, 2015).
2.Evaluasi suhu tubuh
merupakan salah satu metode
diagnostik tertua yang dikenal
dan masih merupakan tanda
penting untuk mengetahui status
kesehatan seseorang, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun
dalam bidang medis.
Termometer air raksa yang
merupakan gold standar dalam
ditinggalkan karena bahaya
merkuri yang merugikan bagi
manusia dan digantikan dengan
termometer digital yang lebih
ramah lingkungan.
Rerata suhu aksila menggunakan
termometer digital yaitu 36,02
0,49 dan rerata suhu
menggunakan termometer air
raksa yaitu 36,34 0,41. Hasil uji
kesesuaian menggunakan ICC
didapatkan kesesuaian derajat
sedang (ICC = 0,550).
Terdapat kesesuaian derajat
sedang antara termometer
digital dan thermometer air
raksa dalam mengukur suhu
aksila pada dewasa muda
(Darwis et al., 2018).

Intoleransi Aktivitas Terapi Yoga : Penyakit paru obstruktif kronik


(Efektifitas Yoga Pada Pasien (PPOK) merupakan penyebab
Penyakit Paru Obstruktif penting morbiditas dan
KrONIK (PPOK): SYTEMATIC mortalitas yang menimbulkan
REVIEW) masalah utama bagi kesehatan
masyarakat. Pada tahun 2020,
PPOK diprediksi akan menem-
pati urutan ketiga penyebab
utama kematian di seluruh
dunia,sedangkan beban
sosialnya akan menempati uru-
tan kelima. Selain itu, penyakit
ini menyumbang biaya
perawatan kesehatan yang
signifikan di seluruh dunia. PPOK
juga dapat mempengaruhi fungsi
paru dan kualitas hidup.
Tinjauan dari sistematis ini
menyelidiki efektifitas pelatihan
yoga terhadap fungsi paru dan
kualitas hidup pada pasien PPOK.
Hasil tinjauan sistematis ini
menunjukkan bahwa yoga pada
kelompok perlakuan
menunjukkkan perbai- kan klinis
yang signifikan dan lebih
bermakna dibandingkan dengan
kelompok control. Kesimpulan:
Yoga dapat

C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)

Ayu, E. I., & Irwanti, W. (2015). Warm Compresses Axilla and Forehead in Lowering Body
Temperature among Patients with Fever at PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal Ners
and Midwifery Indonesia, 3(1), 10–14.
Darwis, I. D., Basyar, E., & Adrianto, A. A. (2018). COMPATIBILITY BETWEEN DIGITAL AND
MERCURY THERMOMETER IN MEASURING AXILLA TEMPERATURES OF YOUNG ADULTS.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 1596–1603.
Duan, P. N., Hung, N. N., Nhu, P. T., Thien, C. D., & Tran, Q. C. (2019). Saprochaete capitata
infection in an 80–year old chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient: A case
report. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(24), 4329–4332.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.385
Michele Vitacca, Mara Paneroni, Elisabetta Zampogna, Dina Visca, Annalisa Carlucci, Serena
Cirio, Paolo Banfi, Gabriele Pappacoda, Ludovico Trianni, A. B. . . . S. more. (2020). High-
Flow Oxygen Therapy During Exercise Training in Patients With Chronic Obstructive
Pulmonary Disease and Chronic Hypoxemia: A Multicenter Randomized Controlled Trial
RUNNING. 1–5.
solichin. (2018). PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN RESISTENSI
SALURAN NAFAS NONELASTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK DI RSUD
ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan
(Publikasi Artikel Scince Dan Art Kesehatan, Bermutu, Unggul, Manfaat Dan Inovatif), 1(2).
Suswati, I., & Putri, A. (2020). Handwashing promotion and the use of hand sanitizer as a
preventative measure on the development of bacteria. Ournal of Community Service and
Empowerment P-ISSN, 1(1), 31–36.

BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)


Menganalisa 5 tindakan via Youtube yang sesuai dengan intervensi yang

disusun dalam askep sebagai pemantapan DOPS

1. Terapi oksigenasi
a) Definisi
Pemberian aliran oksigen tambahan dari luar menggunakan alat dengan jumlah tertentu

b) Tujuan Tindakan
- Memberikan bantuan oksigen kepada seseorang/pasien yang mengalami
kekurangan oksigen dengan jumlah tertentu sesuai dosis.

c) Prosedur Tindakan
1. Persiapan alat :
- Humidifier oksigen
- Sumber oksigen
- Flow meter oksigen
- Sarung tangan bersih
- Kassa
- Air steril
2. Persiapan pasien :
- Beri tahu pasien tentang tidndakan yang akan dilakukan
- Atur posisi pasien
3. Persiapan perawat
- Melakukan double check nama dan status respirasi klien
4. Persiapan lingkungan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
- Gunakan sketsel untuk menjaga privasi klien
5. Pelaksanaan
- Dekatkan alat disamping pasien
- Pasang sarung tangan non steril atau bersih
- Bebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu
- Atur posisi pasien dengan nyaman
- Hubungkan flowmeter dengan sumber oksigen
- Siapkan humidifier dengan flowmeter
- Buka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan
- Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan
- Pasang nasal canule pada kedua lubang hidung
- Atur selang melewati bagian atas telinga sampai nasal canule cukuo
ketat. Kemudian putar nasal kanule sampai dagu pasien
- Kaji kondiri pasien dengan melihat TTV dan status oksigenasinya
- Lepas sarung tangan buang di sampah medis
- Sampaikan bahwa tindakan telah selesai dilakukan
- Cuci tangan setelah tindakan
- Berikan perawatan pada lubang hidung tiap 4 jam sekali, hindari
penekanan yang terlalu lama pada lubang hidung dan telinga
- Bersihkan sungkup tiap 8 jam
- Dokumentasi : waktu mulai pemberian oksigen, junlash yang
diberikan, ststus pernafasan sesudah dan sebelum pemberian , warna
kulit dan mukosa, nilai SPO2
6. Evaluasi : klien merasa nyaman, respon klien setelah tindakan, dan status respirasi
klien

Sumber Reference: https://youtu.be/DHMyTsa12Es

2. FISIOTERAPI DADA (Perkusi Dan Vibrasi)

a) Definisi
Tindakan untuk melepas sekret dari saluran nafas bagian bawah yang
dilakukan melalui vibrasi dan perkusi. Perkusi adalah tepukan dilakukan pada
dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Vibrasi
adalah kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar.

b) Tujuan Tindakan
 Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
 Memperkuat otot pernapasan
 Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
 Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen
yang cukup

c) Prosedur Tindakan :
Alat dan bahan A. Stetoskop
B. Handuk
C. Buku catatan

Prosedur A. Pra Interaksi


1. Persiapan Pasien
a. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan
prosedur
b. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
c. Atur posisi yang nyaman
2. Persiapan perawat :
a. Cuci tangan
b. Perhatikan universal precaution
B. Orientasi
1. Mendekatkan alat – alat di dekat klien . dan Mengucapkan
Basmallah
2. Berikan kesempatan pada klien / keluarga untuk bertanya
sebelum kegiatan dimulai
3. Menanyakan keluhan pada klien.
4. Memulai tindakan dengan cara yang baik sesuai dengan
prosedur.
5. Berikan privaci klien.
6. Perawat mencuci tangan.
7. Lakukan auskultasi bunyi napas klien
8. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri
dada, dispneu.
9. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi.
10. Kendurkan pakaian klien
Perkusi
11. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk
12. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi
13. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
14. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan secara cepat menepuk dada
15. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan
pada area yang mudah cedera
16. Kembalikan pasien keposisi yang nyaman
17. Membereskan alat-alat
18. Mencuci tangan
Vibrasi
11. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-
jari menempel bersama dan ekstensi.
12. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat
lewat mulut ( pursed lip breathing)
13. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan,
dan gunakan hamper semua tumit tangan, getarkan tangan,
gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran saat klien inspirasi
14. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang
terserang.
15. Kembalikan pasien keposisi yang nyaman.dan mengucapkan
hamdalah
16. Membereskan alat-alat
17. Mencuci tangan
C. Terminasi
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan.
3. Melakukan kontak dengan klien untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
5. Merapikan lingkungan.
6. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam pamitan.

Dokumentasi Catat jam, hari, tanggal, serta respon pasien setelah dilakukan
tindakan postural drainage

e. Sumber Referensi : https://www.youtube.com/watch?


v=Ibvx7USmV1k&feature=youtu.be

2. Mencuci Tangan
a) Definisi : Suatu tindakan membersihkan kotoran dengan sabun atau
antiseptic dsn dibilas dengan air mengalir.
b) Tujuan Tindakan : Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
c) Prosedur Tindakan :
Persiapan Alat :
 Wastafel
 Tisu atau lap kering
 Sabun cuci tangan / Handsanitizer
Langkah –langkah :
1. Mengucapkan Basmallah
2. Nyalakan kran, bersihkan kedua telapak tangan setingggi pertengahan
lengan dengan air mengalir kemudian ambil sabun
3. Usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut, kemudian gosok juga
kedua punggung tangan secara bergantian
4. Gosok sela sela jari hingga bersih
5. Bersihkan ujung jari secara bergantian dangan mengantup
6. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian
7. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
8. Bilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk dan tissue kemudian matikan kran dengan
tissue dan tangan bersih terjaga
9. Mengucapkan hamdalah
Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=GkLGP-
FDSoA&feature=youtu.be

3. KOMPRES
a) Definisi : Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada aderah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
b) Tujuan Tindakan
 Memperlancar sirkulasi darah
 Menurunkan suhu tubuh
 Mengurangi rasa sakit
 Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
c) Prosedur Tindakan :

Alat dan Bahan :


-Larutan kompres berupa air hangat 40 derajat dalam wadah (kom)
-Handuk / kain/ wahlap untuk kompres
-Handuk pengering
-Sarung Tangan
-Termometer

Pelaksanaan:
1. Beri Tahu klien, siapkan alat dan lingkungan
2. Cuci tangan/ pakai sarung tangan
3. Ucapkan basmallah
4. Ukur suhu tubuh
5. Basahi kain pengompress dengan air , peras kain sehingga tidak terlalu basah.
6. Tutup kain Kompres dengan handuk kering
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali
kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres,
lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapau
8. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit
9. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan
rapikan alat.
10. Ucapkan hamdalah
11. Cuci Tangan
Evaluasi : Respon klien, Alat kompres terpasang dengan benar, suhu tubuh klien
membaik
Dokumentasi : Waktu pelaksanaan , catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakaukan dan di evaluasi , nama perawat yanag melaksanakan

d) Sumber reference : https://youtu.be/vCx0RLEMUxY

4. Pengukuran Suhu
a. Definisi : Mengukur suhu tubuh klien dengan menggunakan alat termometer
aksila yang ditempatkan di bagian tengah dari ketiak
b. Tujuan Tindakan : Mengetahui suhu tubuh klien

c. Prosedur Tindakan

URAIAN
A. Persiapan Alat
1.  Thermometer Axila
2.  Alkohol Swab
3.  Bengkok
4. Tissue
5. Buku Catatan Suhu
6. Handschoen
B. Persiapan pasien
1. Lakukan tindakan dengan 5 S (senyum,
salam, sapa, Sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan identifikasi
pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Jelaskan prosedur pelaksanaan
5. Minta persetujuan

C. Persiapan lingkungan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang
sketsel/sampiran
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman
I
D. Pelaksanaan
1. Dekatkan alat
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan (k/p)
4. Bersihkan daerah aksila yang akan
diukur dengan menggunakan tissue
5. Pastikan air raksa pada angka 35 ᵒC
6. Letakan termometer pada daerah aksila
dan lengan pasien fleksi di atas dada
7. Setelah 5-10 menit angkat termometer
air raksa atau sampai alarm berbunyi pada
termometer digital
8. Baca hasilnya dan informasikan ke
pasien (jika memungkinkan)
9. Sampaikan tindakan sudah selesai dan
rapikan Pasien
10. Bersihkan termometer dengan alkohol
swab
11. Buang alkohol swab dalam bengkok
12. Turunkan air raksa kembali kebawah
35ᵒC . Atau matikan termometer digital
kembali.
13. Bereskan alat-alat
14. Rapikan pasien.
15. Cuci Tangan

E. Evaluasi
1. Dokumentasi tindakan
2. Evaluasi hasil tindakan dan respon
pasien.
Sumber Reference : https://youtu.be/DsY0HRiftic

5. Senam Yoga PPOK


a. Definisi
Senam yoga adalah kombinasi gerakan teknis bernafas, relaksasi , meditasi, dan
peregangan. Yoga mengajarkan individu untuk melakukan sebuah gerakan yang
bertujuan agar dapat merileksasi ketegangan yang terjadi dengan gerakan yang
mudah, sederhana dan dapat dilakukan mandiri atau di bantu orang lain.
b. Tujuan Tindakan
-meningkatkan keseimbangan jiwa
-meningkatkan ketenganan batin
-meningatkan kepuasan dalam diri
-meningkatkan konsentrasi
-meningkatkan kecerdasan
-membuat tubuh menjadi rileks
-mengurangi stress
c. Prosedur Tindakan
Alat dan bahan :
-ruangan santai dan tenang
-alas seperti matras, karpet dan handuk
-Musik
Tahap Pre-Interaksi:
1. Periksa catatan perawatan dan kaji catatan medis pasien
2. Kaji Kebutuhan pasien
3. Eksplorasi dan falidasi perasaan pasien
TahapOrientasi :
1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya:
2. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan manfaat dari senam yoga
4. Menjelaskan prosedur yang akan diberikan instruktur
5. Menganjurkan pasien untuk mengikuti gerakan senam yang akan diberikan
6. Berikan klien kesempatan bertanya.
Tahap Pelaksanaan :
1. Sebelum memulai senam yoga pasien harus memakai pakaian yang tidak terlalu longgar
dan tidak terlalu sempit.
Gerakan yoga
A. Pemanasan :
 Ucapkan basmallah
 Duduk diatas tumit dengan kedua lutut dilipat
 Kedua jari ibu kak saling menempal
 Kedua lutut di regangkan lebih lebar sedikit dari pada panggul
 Bernafas perlahan
 Putar leher perlahan selama 2 menit
2. Inti :
1. Supta Baddha Konasana (posisi kupu-kupu berbaring) selama 2 menit
2. Adho Mukha Svanasana (postur anjing) selama 2 menit).
3. Trikonasana postur segitiga selama 3 menit
4. Parsvottanasana
5. Garudasana 2 menit
6. Navasana (postur perahu) selama 2 menit
7. Bhujangasana (postur kobra) selama 2 menit
8. Janu shirsana (postur duduk dengan satu kaki) selama 3 kaki
9. Viparita Karani selama 2 menit
10. Savasana 5-10 menit
Tahap Terminasi :
1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
2. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Rapikan Peralatan dan cuci tangan
Sumber Reference :
https://www.youtube.com/watch?v=dQkBuNWxZK4 (Supta Baddha Konasana)
https://www.youtube.com/watch?v=Wb4F6T-Bs-U (adho mukha savanasana)
https://www.youtube.com/watch?v=S6gB0QHbWFE (Trikonasana)
https://www.youtube.com/watch?v=Up50Amc_-E4 (Parsvottanasan)
https://www.youtube.com/watch?v=Uooct11PZ1c Garudasana

You might also like