Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN
OLEH :
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KELOMPOK 11
NIM: 202010461011006
Malang, ___________________
Mahasiswa, Pembimbing,
(Nama Mahasiswa) (Nama Pembimbing)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. CASE REPORT 4
Case Report
4
A. Isi 4
B. Pathway sesuai topik kasus dan case report 4
C. Daftar Pustaka (Sumber Referensi)
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN (sesuai case report) 6
A. Pengkajian (Focus Assesement) 6
6
B. Analisa Data 6
C. Diagnosis Keperawatan (SDKI)
D. Luaran Keperawatan (SLKI) 6
E. Intervensi Keperawatan (SIKI) 7
6
Page 3 of 9
An 80-year-old man was diagnosed with COPD and Gout 10 years ago. The patient
came to the hospital with productive cough, dyspnea, chest pain on both sides a week
before. Examination revealed symptoms including vesicular breathing, coarse crackle
and wheeze in both lungs, no hypertension, non-diabetic, no fever. The laboratory
blood test results were: Red blood cell 4.36 T/L, hematocrit 138 g/l, White blood cell
12.8 G/L (Lymphocyte 17.4% and Granulocyte 74.1%), HIV negative, Genxpert DPG
(-), AFB (-). The X-ray showed bronchitis and emphysema. Bronchoscopy illustrated
bronchial mucositis (Figure 1).
CT scanner demonstrated the pneumonia with fuzzy nodular lesions and thick
interstitial organization in both lungs (Figure 2). The patient was treated with
ciprofloxacin 800 mmg/ day; cefuroxime 2250 mmg/day; ventolin 40mg/ day;
pulmicort 500mg; salbutamol 16mg/ day.
After 2 weeks, cough and shortness of breath decreased, fever, however, developed.
The patient was then treated with methylprednisolon 40 mg per day for 7 days. After
the cease of drug, fever again developed. Therefore, the patient was treated with
raxadin 2000 mmg + moxifloxacin 400 mmg + doxycyclin 1000 mmg per day for
another 7 days. The patient was still feverish, tired, screeching and snoring was in
both sides of the lung. The phlegm of patient was sampled and cultured to find fungi.
S. capitate was detected by semi-automatic Vitek system (Figure 3 and 4), the blood
cultured showed negative.
After 14 days of treatment with fluconazol 400 mg per day, the patient recovered
and all the symptoms disappeared. The phlegm cultured showed negative (Duan et al.,
2019).
Kolabs Bronkeolus
Hipertropi kelenjar
mukosa bronkus
Redistribusi udara ke
alveola menurun
Hipersekresi Kelenjar
Mukosa Bronkus Pelebebaran dinding dan
ductus alveoli
Produksi Mucus meningkat
pada bronkus Distruksi Dindin alveoli
Bronskospasme
MK. Hipertermi MK : Bersihan jalan Nafas
Tidak Efektif
Kolabs Bronkeolus
MK : Intoleransi
Aktivitas
D. Daftar Pustaka (Sumber Referensi)
Ayu, E. I., & Irwanti, W. (2015). Warm Compresses Axilla and Forehead in Lowering Body
Temperature among Patients with Fever at PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal Ners
and Midwifery Indonesia, 3(1), 10–14.
Darwis, I. D., Basyar, E., & Adrianto, A. A. (2018). COMPATIBILITY BETWEEN DIGITAL AND
MERCURY THERMOMETER IN MEASURING AXILLA TEMPERATURES OF YOUNG ADULTS.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 1596–1603.
Duan, P. N., Hung, N. N., Nhu, P. T., Thien, C. D., & Tran, Q. C. (2019). Saprochaete capitata
infection in an 80–year old chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient: A case
report. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(24), 4329–4332.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.385
Michele Vitacca, Mara Paneroni, Elisabetta Zampogna, Dina Visca, Annalisa Carlucci, Serena
Cirio, Paolo Banfi, Gabriele Pappacoda, Ludovico Trianni, A. B. . . . S. more. (2020). High-
Flow Oxygen Therapy During Exercise Training in Patients With Chronic Obstructive
Pulmonary Disease and Chronic Hypoxemia: A Multicenter Randomized Controlled Trial
RUNNING. 1–5.
solichin. (2018). PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN RESISTENSI
SALURAN NAFAS NONELASTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK DI RSUD
ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan
(Publikasi Artikel Scince Dan Art Kesehatan, Bermutu, Unggul, Manfaat Dan Inovatif), 1(2).
Suswati, I., & Putri, A. (2020). Handwashing promotion and the use of hand sanitizer as a
preventative measure on the development of bacteria. Ournal of Community Service and
Empowerment P-ISSN, 1(1), 31–36.
Page 4 of 9
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1.1. Identitas pasien
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 80 tahun
Alamat :-
Gol. Darah :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Tanggal MRS :-
Tanggal pengkajian :-
1.2. Anamnesa
Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan batuk produktif, dispnea, dada rasa sakit dan
demam karena menghentikan minum obat.
Riwayat penyakit sekarang
Setelah pemberian obat methylprednisolon dihentikan pasien kembali demam. Pasien
meriang , lelah, dan terdengar suara dengkuran di kedua sisi paru.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien didiagnosis dengan COPD dan Gout 10 tahun lalu. Pasien datang rumah sakit
dengan batuk produktif, dispnea, dada sakit di kedua sisi seminggu sebelumnya.
Pemeriksaan gejala yang didapatkan pernapasan vesikuler, kresek kasar dan mengi di
kedua paru-paru. Setelah seminggu lalu pasien diberikan obat ciprofloxacin
800mmg/day; cefuroxime 2250 mmg/hari; ventolin 40mg/ hari; pulmicort 500mg;
salbutamol 16mg/ hari. Batuk dan sesak nafas pasien menurun , namun pasien mulai
demam . Kemudian pasien diobati dengan methylprednisolon 40 mg per hari untuk 7
hari.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak terkaji
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Tidak terkaji.
1.3. Pola aktifitas sehari-hari
Pola nutrisi
Tidak terkaji
Pola tidur/Istirahat
Tidak terkaji
Pola Eliminasi
BAK :
Rumah : Tidak terkaji
Status General :
Pemerikasaan wajah : Tidak terkaji
Pemeriksaan kepala, dan leher :Tidak terkaji
Pemeriksaan Thoraks/dada :Tidak terkaji
Pemeriksaan Abdomen : Tidak terkaji
Pemeriksaan Ekstremitas : Tidak terkaji
Pemeriksaan penunjang
Darah Lengkap
Leukosit : 12,8 G/L ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : 4,36 T/L ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
Trombosit : ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : 138 g/l ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
Kimia Darah
Ureum : ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : ( N : 0.7 – 1.5 mg / dl )
Albumin : (3,5-5,4 mg/L)
SGOT : ( N : 2 – 17 )
SGPT : ( N : 3 – 19 )
BUN : ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl)
Bilirubin : ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
GD puasa : ............................ ( N : 100 mg/dl )
GD 2 jpp : ( N : 140 – 180 mg / dl )
Analisa Elektrolit
Natrium : ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : ............................. ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
Pemeriksaan Lab Lain :
(Lymphocyte 17.4% and Granulocyte 74.1%), HIV negative, Genxpert DPG (-), AFB (-).
Dahak pasien diambil sampelnya dan dibiakkan untuk menemukan jamur. S. capitate
terdeteksi dengan sistem Vitek semi-otomatis.
Pemeriksaan Radiologi: Hasil rontgen menunjukkan bronkitis dan emfisema.
Bronkoskopi menggambarkan mucositis bronkial .
Penatalaksanaan :
ANALISA DATA DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN (SLKI) KEPERAWATAN
(SDKI) (SIKI)
Edukasi :
-Ajarkan teknik
batuk efektif.
Kolaborasi :
-kolaborasi
pemberian
analgesik
DATA SUBJEKTIF: Resiko infeksi Setelah dilakukan (Pencegahan
-pasien merasakan (D.0142) b.d perawatan 1x 24 jam, Infeksi
nyeri di dua sisi peningkatan paparan diharapkan 1.14539)
dada. organisma patogen penurunan “ Tingkat
- pasien menjerit lingkungan d.d Infeksi” (L.08063)” Observasi :
--pasien demam , leukosit dengan kriteria hasil -Monitor tanda
mengalami demam meningkat sebagai berikut : dan gejala infeksi
lokal/ sistemik
-Demam (cukup
DATA OBJEKTIF : menurun =4). Terapeutik :
- Leukosit : -Nyeri (cukup menurun -Cuci tangan
12,8 G/L =4) sebelum dan
- Sampel -sputum berwarna hijau sesudah kontak
dahak cukup menurun =4) dengan pasien
ditemukan -periode menggigil dan lingkungan
saprochaet cukup menurun =4) pasien
e capitata -kultur sputum (cukup
membaik =4) Edukasi :
-Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
-Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar-
Ajarkan etika
batuk
Edukasi :
Anjurkan Tirah
Baring
Kolaborasi :
-Pemberian
cairan elektrolit
Data Mayor : Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Promosi
Subjektif : (D.0056) b.d Ketidak
simbangan antar suplai perawatan 1x 24 jam, Latihan Fisik
-Pasien Mengeluh
lelah dan kebutuhan oksigen diharapkan (1.05183)
d.d mengeluh lelah
“Toleransi Aktivitas” Observasi :
Data Minor :
Subjektif : (L.05047)” dengan -Identifikasi
- Pasien
kriteria hasil sebagai keyakinan
disnea berikut : kesehatan
- Merasa
-Saturasi oksigen tentang latihan
lelah dan
lemah (cukup meningkat=4). fisik
-
-Kemudahan dalam -Identifikasi
Objektitf :
-Pasien demam, melakukan aktivitas pengalaman
-riwayat PPOK 10
sehari-hari. olahraga
th
-Disnea saat aktivitas sebelumnya.
( cukup menurun=4) -monitor
-Disnea setelah aktivitas respond
(cukup menurun 4) terhadap
Frekuensi nafas (cukup program latihan
membaik =4) Terapeutik :
-motivasi
mengungkapkan
kebutuhan
olahraga
-fasilitasi dalam
mengembangkan
program yang
sesuai untuk
memenuhi
kebetuhan
-Fasilitasi
menetapkan
tujuan jangka
panjang
-lakukan
aktivitas
olahraga
bersama pasien
Edukasi :
-Jelaskan
manfgaat
kesehatan dan
efek fisiologis
-Jelaskan, jenis
latihan yang
sesuai kondisi
kesehatan
- Ajarkan teknik
pernafasan yang
tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen selama
latihan fisik.
Kolaborasi :
-Kolaborasi
dengan
rehabilitasi
medis atau ahli
fisiologi
olahraga.
Page 5 of 9
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)
Ayu, E. I., & Irwanti, W. (2015). Warm Compresses Axilla and Forehead in Lowering Body
Temperature among Patients with Fever at PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal Ners
and Midwifery Indonesia, 3(1), 10–14.
Darwis, I. D., Basyar, E., & Adrianto, A. A. (2018). COMPATIBILITY BETWEEN DIGITAL AND
MERCURY THERMOMETER IN MEASURING AXILLA TEMPERATURES OF YOUNG ADULTS.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 1596–1603.
Duan, P. N., Hung, N. N., Nhu, P. T., Thien, C. D., & Tran, Q. C. (2019). Saprochaete capitata
infection in an 80–year old chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient: A case
report. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(24), 4329–4332.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.385
Michele Vitacca, Mara Paneroni, Elisabetta Zampogna, Dina Visca, Annalisa Carlucci, Serena
Cirio, Paolo Banfi, Gabriele Pappacoda, Ludovico Trianni, A. B. . . . S. more. (2020). High-
Flow Oxygen Therapy During Exercise Training in Patients With Chronic Obstructive
Pulmonary Disease and Chronic Hypoxemia: A Multicenter Randomized Controlled Trial
RUNNING. 1–5.
solichin. (2018). PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENURUNAN RESISTENSI
SALURAN NAFAS NONELASTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK DI RSUD
ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan
(Publikasi Artikel Scince Dan Art Kesehatan, Bermutu, Unggul, Manfaat Dan Inovatif), 1(2).
Suswati, I., & Putri, A. (2020). Handwashing promotion and the use of hand sanitizer as a
preventative measure on the development of bacteria. Ournal of Community Service and
Empowerment P-ISSN, 1(1), 31–36.
1. Terapi oksigenasi
a) Definisi
Pemberian aliran oksigen tambahan dari luar menggunakan alat dengan jumlah tertentu
b) Tujuan Tindakan
- Memberikan bantuan oksigen kepada seseorang/pasien yang mengalami
kekurangan oksigen dengan jumlah tertentu sesuai dosis.
c) Prosedur Tindakan
1. Persiapan alat :
- Humidifier oksigen
- Sumber oksigen
- Flow meter oksigen
- Sarung tangan bersih
- Kassa
- Air steril
2. Persiapan pasien :
- Beri tahu pasien tentang tidndakan yang akan dilakukan
- Atur posisi pasien
3. Persiapan perawat
- Melakukan double check nama dan status respirasi klien
4. Persiapan lingkungan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
- Gunakan sketsel untuk menjaga privasi klien
5. Pelaksanaan
- Dekatkan alat disamping pasien
- Pasang sarung tangan non steril atau bersih
- Bebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu
- Atur posisi pasien dengan nyaman
- Hubungkan flowmeter dengan sumber oksigen
- Siapkan humidifier dengan flowmeter
- Buka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan
- Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan
- Pasang nasal canule pada kedua lubang hidung
- Atur selang melewati bagian atas telinga sampai nasal canule cukuo
ketat. Kemudian putar nasal kanule sampai dagu pasien
- Kaji kondiri pasien dengan melihat TTV dan status oksigenasinya
- Lepas sarung tangan buang di sampah medis
- Sampaikan bahwa tindakan telah selesai dilakukan
- Cuci tangan setelah tindakan
- Berikan perawatan pada lubang hidung tiap 4 jam sekali, hindari
penekanan yang terlalu lama pada lubang hidung dan telinga
- Bersihkan sungkup tiap 8 jam
- Dokumentasi : waktu mulai pemberian oksigen, junlash yang
diberikan, ststus pernafasan sesudah dan sebelum pemberian , warna
kulit dan mukosa, nilai SPO2
6. Evaluasi : klien merasa nyaman, respon klien setelah tindakan, dan status respirasi
klien
a) Definisi
Tindakan untuk melepas sekret dari saluran nafas bagian bawah yang
dilakukan melalui vibrasi dan perkusi. Perkusi adalah tepukan dilakukan pada
dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Vibrasi
adalah kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar.
b) Tujuan Tindakan
Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
Memperkuat otot pernapasan
Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen
yang cukup
c) Prosedur Tindakan :
Alat dan bahan A. Stetoskop
B. Handuk
C. Buku catatan
Dokumentasi Catat jam, hari, tanggal, serta respon pasien setelah dilakukan
tindakan postural drainage
2. Mencuci Tangan
a) Definisi : Suatu tindakan membersihkan kotoran dengan sabun atau
antiseptic dsn dibilas dengan air mengalir.
b) Tujuan Tindakan : Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
c) Prosedur Tindakan :
Persiapan Alat :
Wastafel
Tisu atau lap kering
Sabun cuci tangan / Handsanitizer
Langkah –langkah :
1. Mengucapkan Basmallah
2. Nyalakan kran, bersihkan kedua telapak tangan setingggi pertengahan
lengan dengan air mengalir kemudian ambil sabun
3. Usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut, kemudian gosok juga
kedua punggung tangan secara bergantian
4. Gosok sela sela jari hingga bersih
5. Bersihkan ujung jari secara bergantian dangan mengantup
6. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian
7. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
8. Bilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk dan tissue kemudian matikan kran dengan
tissue dan tangan bersih terjaga
9. Mengucapkan hamdalah
Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=GkLGP-
FDSoA&feature=youtu.be
3. KOMPRES
a) Definisi : Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada aderah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
b) Tujuan Tindakan
Memperlancar sirkulasi darah
Menurunkan suhu tubuh
Mengurangi rasa sakit
Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
c) Prosedur Tindakan :
Pelaksanaan:
1. Beri Tahu klien, siapkan alat dan lingkungan
2. Cuci tangan/ pakai sarung tangan
3. Ucapkan basmallah
4. Ukur suhu tubuh
5. Basahi kain pengompress dengan air , peras kain sehingga tidak terlalu basah.
6. Tutup kain Kompres dengan handuk kering
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali
kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres,
lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapau
8. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit
9. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan
rapikan alat.
10. Ucapkan hamdalah
11. Cuci Tangan
Evaluasi : Respon klien, Alat kompres terpasang dengan benar, suhu tubuh klien
membaik
Dokumentasi : Waktu pelaksanaan , catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakaukan dan di evaluasi , nama perawat yanag melaksanakan
4. Pengukuran Suhu
a. Definisi : Mengukur suhu tubuh klien dengan menggunakan alat termometer
aksila yang ditempatkan di bagian tengah dari ketiak
b. Tujuan Tindakan : Mengetahui suhu tubuh klien
c. Prosedur Tindakan
URAIAN
A. Persiapan Alat
1. Thermometer Axila
2. Alkohol Swab
3. Bengkok
4. Tissue
5. Buku Catatan Suhu
6. Handschoen
B. Persiapan pasien
1. Lakukan tindakan dengan 5 S (senyum,
salam, sapa, Sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan identifikasi
pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Jelaskan prosedur pelaksanaan
5. Minta persetujuan
C. Persiapan lingkungan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang
sketsel/sampiran
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman
I
D. Pelaksanaan
1. Dekatkan alat
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan (k/p)
4. Bersihkan daerah aksila yang akan
diukur dengan menggunakan tissue
5. Pastikan air raksa pada angka 35 ᵒC
6. Letakan termometer pada daerah aksila
dan lengan pasien fleksi di atas dada
7. Setelah 5-10 menit angkat termometer
air raksa atau sampai alarm berbunyi pada
termometer digital
8. Baca hasilnya dan informasikan ke
pasien (jika memungkinkan)
9. Sampaikan tindakan sudah selesai dan
rapikan Pasien
10. Bersihkan termometer dengan alkohol
swab
11. Buang alkohol swab dalam bengkok
12. Turunkan air raksa kembali kebawah
35ᵒC . Atau matikan termometer digital
kembali.
13. Bereskan alat-alat
14. Rapikan pasien.
15. Cuci Tangan
E. Evaluasi
1. Dokumentasi tindakan
2. Evaluasi hasil tindakan dan respon
pasien.
Sumber Reference : https://youtu.be/DsY0HRiftic