You are on page 1of 27

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

PENYAKIT DIARE PADA BALITA

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

HARITS ARKAN GUMELAR


1601100085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG

2018
i

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG


PENYAKIT DIARE PADA BALITA

(Studi kasus Deskriptif Observasi)

Karya tulis ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi Keperawatan Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

HARITS ARKAN GUMELAR

1601100085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG

2018
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus. “Gambaran Pegetahuan Ibu tentang
penyakit diare pada balita” oleh Harits Arkan Gumelar NIM. 1601100085 telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dyah Widodo, S.Kp, M.Kes Isnaeni DTN, SKM, M.Kes


NIP. NIP.

Pembimbing 3 Pembimbing 4

Ngesti W Utami, S.Kp, M.Pd Dr. Susimilwati, M.Pd


NIP. NIP.
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
diare pada Balita” sebagai salah satu sayarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Prodi DIII Keperawatan Malang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dyah Widodo, S.Kp, M.Kes selaku dosen pengajar Mata kuliah
Metodologi Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

2. Ibu Dr. Susimilwati, M.Pd selaku dosen pengajar Mata kuliah


Metodologi Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Ngesti W Utami, S. Kp, M.pd selaku dosen pengajar Mata kuliah
Metodologi Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

4. Ibu Isnaeni DTN, S.KM, M.Kes selaku dosen pengajar Mata kuliah
Metodologi Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini memiliki


banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk perbaikan penelitian selanjutnya

Malang, Mei 2018

Penulis
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 4


2.1 pegetahuan.................................................................................................. 4
2.1.1 Cara memperoleh pengetahuan ................................................... 5
2.1.2 faktor yang mempengaruhi pengetahuan .................................... 6
2.2 Ibu .............................................................................................................. 7
2.3 Diare ........................................................................................................... 8
2.3.1 Defiisi ...................................................................................................... 8
2.3.2 Etiologi. ....................................................................................... 8
2.3.3 Patogenesis .................................................................................. 9
2.3.4 Tanda dan Gejala......................................................................... 10
2.3.5 Peatalaksanaan ............................................................................ 10
2.4 Balita .......................................................................................................... 11
2.4.1 Pengertian Balita ......................................................................... 11
2.4.2 perkembangan fisik ..................................................................... 11
2.4.3 Perkembangan psikologis ............................................................ 11
2.4.4 Kognitif ....................................................................................... 12
2.4.5 Pedidikan dan pengembangan ..................................................... 12
2.5 Kerangka Konsep ....................................................................................... 13
2.5.1 Variabel Independen ................................................................... 13
2.5.2 Variabel Dependen ...................................................................... 13
2.6 Definisi operasional ................................................................................... 13
2.6.1 Pengetahuan ................................................................................ 14
2.6.2 Pendidikan ................................................................................... 14
2.6.3 pekerjaan ..................................................................................... 14
2.6.4 Umur ........................................................................................... 14
v

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 16


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 16
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................... 16
3.2.1 Lokasi peelitian ................................................................................. 16
3.2.2 Waktu Peelitian ................................................................................. 16
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 16
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 16
3.5 Teknik Pengelolaan Data ........................................................................... 17
3.6 Teknik Analisa Data ................................................................................... 17
3.7 Teknik pengulahan Data ............................................................................ 17
3.8 Teknik penyajian Data ............................................................................... 18
3.9 Etika penelitian........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang ketiga angka kesakitan (morbiditas)
dan kematian (mortalitasnya) anak di berbagai Negara termasuk Indonesia.
Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun pada
balita pertahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode
serangan rata – rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada
anak berusia kurang dari 2 tahun.
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit melalui tinja. Penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan
infeksi. Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak – anak
karena daya tahan tubuhnya masih lemah (Widoyono, 2012).
Penyakit diare merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi
hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan
tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada
bayi dan balita Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di
tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Berdasakan catatan World Health Organization (WHO), secara global,
tingkat kematian anak mengalami penurunan sebesar 41% dari estimasi 87

1
Kematian per 1000 kelahiran pada tahun 1990, menjadi 51 kematian per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2011. Penurunan ini menjadi penurunan rata-rata
angka kematian anak sebesar 2.5% setiap tahunnya. Jumlah kematian anak telah
menurun dari 12 juta pada tahun 1990 dan pada tahun 2011 sebanyak 6.900.000
anak.
Penyebab utama kematian pada anak diseluruh dunia adalah pneumonia,
komplikasi kelahiran prematur, diare, asfiksia dan malaria. Sekitar sepertiga dari
semua kematian pada anak adalah kekurangan gizi. Diare menempati urutan
kelima menyumbang kematian pada anak di seluruh dunia.
Tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta kasus diare pada anak diseluruh dunia.
Kasus diare terbanyak di Asia dan Afrika kurang memadainya status gizi pada
anak. Dan kurangnya sanitasi air bersih.
Jumlah kematian anak di seluruh dunia sebanyak 6.9 juta anak pada tahun
2011. Dari jumlah kematian tersebut didapat 18% kematian akibat dari penyakit
diare. Kelompok umur yang tertinggi terkena diare di seluruh dunia yaitu umur
dibawah 5 tahun. Menurut data anak yang meninggal di seluruh dunia pada tahun
2011 sebanyak 6,9 juta anak ada sebanyak 3,9 juta anak dibawah 5 tahun yang
terkena diare.
Berdasarkan profil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Pada
tahun2009 dilaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia dengan
jumlah penderita sebanyak 5,756 atau sebesar 1,74 %, tahun 2010 sebanyak 4,204
atau sebanyak 1,74%. data terakhir pada tahun 2011 kejadian diare sebanyak
3,003 atau sebanyak 0,40% Dari hasil data kejadian diare tahun 2009 – 2011
terjadi penurunan angka kejadiannya(Zulkarnaen, 2014).
Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama anak –
anak. Diare menyababkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga megurangi
asupan gizi dan diare dapat megurangi daya serap usus terhadap sari makanan.
Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak – anak yang
mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan
meyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung – terus menerus akan

2
mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak. Penyakit diare dapat ditanggulangi
dengan penangan yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian
terutama pada balita (Widoyono, 2012).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka hal yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Penyakit Diare Pada Balita?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
Diare Pada Balita.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit diare

pada balita berdasarkan pendidikan.


b) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit diare

pada balita berdasarkan pekerjaan.


c) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit diare

pada balita berdasarkan umur.


1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Hasil diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
masyarakat terutama para ibu tentang pentingnya memperhatikan tanda –
tanda yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit diare.
1.4.2. Bagi Institusi
Untuk menambah informasi dan referensi perrpustakaan Istitusi
Pendidikan Poltekkes Kemenkes Malang.
1.4.3. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam penelitian
mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada balita.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
Dari kutipan buku Notoatmodjo (2003). Pengetahuan kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (ovent behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahawa orang
tahu tentang apa yang dipelajari yaitu meyebutkan, menguraikan,
mengidentfikasi, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh,menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terdapat suatu
objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)

4
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam stuktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Syntesis)
Sisntesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek . Penilaian –
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
2.1.1. Cara Memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo,(2003)
adalah sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan –
pimpinan masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

5
c. berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula – mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561 – 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van
Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa
ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
2.1.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita
tertentu yang mentukan menusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi, misalnya hal – hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang
dikutip dari Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.
(Nursalam, 2003) Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan
adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya.Akan tetapi pekerjaan akan
memberikan motivasi bagi pekerja, antara lain adalah untuk menambah

6
penghasilan keluarga, menghindari rasa bosan, mengisi waktu luang dan
ingin mengembangkan diri.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan
sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan dan Dewi, 2010).
2.2. Ibu

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting
dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan
yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini.
Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu
tiri (istri ayah biologis anak) (Wikipedia, 2014).

Ibu adalah istri dari suami dan ibu dari anak – anak berperan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pegasuh dan pendidik anak – anaknya,
pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota
masyarakat dan lingkungan, disamping itu berperan pula sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga (Dion dan Betan, 2013).
Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut ibu. Ibu
adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya
jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah atau tidak
mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah seorang ibu.
Selain itu, dalam bahasa Indonesia panggilan "ibu" juga dapat ditujukan
kepada perempuan asing yang relatif lebih tua daripada si pemanggil atau

7
panggilan hormat kepada seorang wanita, tanpa memedulikan perbedaan usia
(Wikipedia, 2014).

2.3. Diare
2.3.1. Defenisi
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa
juga didefenisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Balita
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar dalam sehari,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali bang air
besar (Dewi, 2011).
2.3.2. Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi,
malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk kedalam saliran percernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan sel mukosa intestinal yang dapat
menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadi perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi intestina dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin
bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam
usus, sehinggga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan
isi rongga usus sehingga terjadi diare.
3) Faktor makanan

8
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik dan dapat terjadi peningkatan pristaltik usus yang
akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan.
4) Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya pristaltik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan (Hidayat, 2008).
2.3.3. Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah
sebagai berikut:
1) Gangguan osmotik.
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan tekanan osmotik dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus
yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yag
berlebihan kedalam rongga usus, sehigga akan terjadi peningkatan isi
rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
dan akhirnya timbul diare.
3) Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan
bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare. Akan tetapi, apabila terjadi kedaan sebaliknya yaitu penurunan
dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan pertumbuhan
bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan
menyebabkan diare juga.

9
2.3.4. Tanda Dan Gejala
Berikut adalah tanda dan gejala pada balita yang mengalami diare :
1. Cengeng, rewel.
2. Gelisah.
3. Suhu meningkat.
4. Nafsu makan menurun.
5. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah,
kelemahan, feses ini akan berwarna hijau dan asam.
6. Anus lecet.
7. Dehidrasi, bila mejadi dahidrasi berat akan terjadi penurunan volume
dan tekanan darah, nadi capat dan kecil, peningkatan denyut jantung,
penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
8. Berat badan menurun.
9. Turgor kulit menurun.
10. Mata dan ubun – ubun cekung.
11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
2.3.5. Penatalaksanaan
Perinsip perawatan diare adalah sebagai berikut.
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
2) Diatetik (pemberian makanan).
3) Obat – obatan :
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kg BB/ hari sebanyak
1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi, sebanyak 50% cairan
ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
b. Sesuaikan dengan umur anak.
c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka
diberikan cairan 25 – 100 ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam
sekali.
d. Oralit diberikan sebanyak ±100 ml/kgBB setiap 4 – 6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat.

10
4) Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak.
2.4. Balita
2.4.1. Pengertian Balita
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan
karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun
dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1
tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada
masa prasekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian
pertumbuhan konstan mulai berakhir (Saputra, 2012).
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia
balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga
sebagai usia prasekolah. Adapun masa perkembangan dan
kebutuhan balita/prasekolah adalah sebagai berikut :
2.4.2. Perkembangan Fisik
Pertambahan berat badan Ciri khas perkembangan
balitaan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena balita
menggunakan banyak energi untuk bergerak.
2.4.3. Perkembangan Psikologis
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor
balita yang mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai
melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat,
berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk
mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai
terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan
pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulisatau mencubit serta

11
memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikattali
sepatu.
Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan
diri atau biasa disebut sebagai toilet training. Freud mengatakan bahwa
pada usia ini individu mulai berlatih untuk mengikuti aturan melalui
proses penahanan keinginan untuk membuang kotoran.
2.4.4. Kognitif
1) Pada periode usia ini pemahaman terhadap objek telah lebih matang.
Balita memahami bahwa objek yang diaembunyikan masih tetap ada,
dan akan mengetahui keberadaan objek tersebut jika proses
penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika prose
penghilangan objek tidak terlihat, balita mengetahui benda tersebut
masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat letak objek tersebut.
Balita akan mencari pada tempat terakhir ia melihat objek tersebut.
Oleh karena itu pada permainan sulap sederhana, balita masih kesulitan
untuk membuat prediksi tempat persembunyian objek sulap.
2) Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan pesat. Pada periode awal
balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata,
pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia
tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi
tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya. contoh
kalimat Usia 24 bulan: "Haus, minum" Usia 36 bulan: "Aku haus minta
minum".
2.4.5 Pendidikan Dan Pengembangan
Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah ini melalui
bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah.
Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar
lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik.
Contoh peran balita dalam bermain :

12
a) Permainan peran, melatih kemampuan pemahaman sosial
contoh: permainan sekolah, dokter-dokteran, ruman – rumahan dll.
b) Permainan imajinasi melatih kemampuan kreativitas anak
c) Permainan motorik, melatih kemampuan motorik kasar dan halus.
Motorik Kasar contoh: spider web, permainan palang, permainan
keseimbangan dll. Motorik halus: meronce, mewarnai, menyuap.
(Wikipedia, 2010).
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah merupakan bagian penelitian yang menyajikan
konsep atau teori dalam bentuk kerangka konsep peneletian. Pembuatan kerangka
konsep ini mengacu pada masalah – masalah (bagian – bagian) yang akan diteliti
atau berhubungan dengan peneliti dan dibuat dalam bentuk kontruk atau lebih
dikenal dengan variabel. Variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan
nilai atau bilangan dari konsep.
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian pada peran ibu
adalah sesuai dengan yang diuraikan pada studi pustaka.
2.5.1. Variabel Independent
Variabel indevendent adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya vatiabel dependent (terikat). Variabel ini juga
dikenal dengan nama variabel bebas, artinya bebas dalam mempengaruhi
variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel prdiktor, resiko,
atau kausa.
2.5.2. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas
terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut dengan sebagai variabel
efek, outcome, atau event (Hidayat, 2011).
2.6. Defenisi Oprasional
Suatu yang mengesahkan kepada pengamat atau pengukuran terhadap
variabel – variabel yang bersangkutan atau sebagai alat ukur (Natoatmodjo, 2010).

13
2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan ibu menjawab pertanyaan yang
diajukan dalam bentuk kuisioner dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik : bila responden menjawab dengan benar 16 – 20 soal
dengan skor 76 – 100%.
b) Cukup : bila responden menjawab dengan benar 12 – 15 soal
dengan skor 56 – 76%.
c) Kurang : bila reponden hanya menjawab dengan benar < 12 soal
dengan skor < 56%.

2.6.2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga sarana
pendidikan itu dapat berdiri sendiri, dengan kategori :
a. Pendidikan dasar (SD / MI dan SMP / MTS)
b. Pendidikan menengah (SMA / MA)
c. Perguruan Tinggi
(Skala Ordinal)
2.6.2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan
adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu – ibu
akan pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Wawan, dan Dewi 2010).
2.6.3. Umur
Umur adalah usia ibu yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun
terkhir dengan kategori :
a. < 20 tahun

14
b. 21 – 30 tahun
c. > 31 tahun
(Skala Ordinal)

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskritif yaitu
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
tentang penyakit diare pada balita.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkunga wilayah desa klampok kasri .
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan april 2018 s/d juni 2018.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau sabjek dengan karaktristik
tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga Yang
Mempunyai Balita Di wilayah desa klampok kasri.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai penelitian melalui tehnik sampling. Pengambilan
sampel secara Accidental Sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisoner dengan beberapa pertanyaan yang akan dibagikan kepada
responden dengan cara 20 pertanyaan.

16
3.5. Teknik Pengelolaan Data
Pengelolaan data adalah suatu data yang telah dikumpulkan diperoleh
dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri dari atas beberapa kategori.
c. Tabulating
Tabulating yaitu mempermudah analisa data, pengelolaan data serta
pengambilan kesimpulan data yang kemudian dimasukkan dalam tabel – tabel
distribusi frekuensi.
3.6. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara deskriktif dengan melihat persentase
data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel – tabel distribusi frekuensi.
Analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan
teori yang ada.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini peneliti menggunakan daftar cek dan lembar observasi.
Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan non statistik, dimana
data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dianalisa secara
kualitatif. Hasil data yang diperoleh tentang peran responden sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan disimpulkan dalam tiga kategori yaitu baik
(apabila total jawaban “YA” 15 – 21 atau lebih dari 71,4%), cukup
(apabila total jawaban “YA” 8 – 14 atau 38% sampai 71,4%), dan kurang (apabila
total jawaban “YA” 1 – 7 atau kurang dari 38%).

3.8 Teknik Penyajian Data

17
Hasil data yang telah diolah disajikan dalam bentuk teks (textular) dimana
data yang telah diolah ditampilkan secara narasi. Menurut Notoatmodjo (2010),
penyajian secara textular merupakan penyajian data hasil dari penelitian dalam
bentuk kalimat dan biasanya digunakan untuk penelitiaan yang hasil datanya
berupa kualitatif. Penyajian data pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti
disajian dalam bentuk tabel, grafik, dan teks (texture) atau narasi.
3.9 Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan aspek penting dalam sebuah penelitian,
menginat dalam hal ini peneliti melibatkan manusia secara langsung sehingga
etika dalam penelitian harus diperhatikan. Menurut Nursalam (2008), secara
umum etika penelitian dibedakan menjadi tiga bagian yaitu prinsip menghargai
hak-hak subjek, prinsip keadilan, dan prinsip manfaat.
1. Prinsip menghargai hak-hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi karena subjek memiliki hak
untuk memutuskan apakah subjek bersedia menjadi subjek penelitian atau
tidak, atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika subjek adalah
seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to
full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan informasi secara rinci terkait dengan
penelitian serta bertanggung jawab terhadap risiko atau akibat yang terjadi
pada sujek.
c. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan berupa lembar
persetujuan antara peneliti dan responden. Informed consent diberikan oeh
peneliti sebelum dilakukan penelitian sebagai bukti ketersediaan
responden dalam penelitian. Tujuan informed consent agar responden
mengerti maksud dan tujuan dari penelitian. Jika responden bersedia
berpartisipasi dalam penelitian maka mereka harus menandatangani

18
lembar persetujuan, namun jika responden menolak atau tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa hal yang harus
ada dalam informed consent diantaranya partisipasi responden, tujuan
penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan
penelitian, potensi masalah yang akan terjadi, manfaat penelitian,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lainnya.
2. Prinsip keadilan
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara dil baik sebelum, selama, maupun
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila subjek tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)
Etika penelitian dalam hal ini dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, informasi atau identitas subjek maupun
masalah lain. Semua informasi yang didapatkan dari responden dan yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya beberapa
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian nanti.
3. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian yang melibatkan subjek harus dilaksanakan tanpa
mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan
tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari penderitaan yang tidak
menguntungkan. Subjek harus diyakinkan mengenai partisipasinya dalam
penelitian dan informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan
dalam hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.
c. Risiko (benefits ratio)

19
Peneliti harus berhati-hati dalam mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang dapat berakibat kepada subjek terhadap setiap tindakan
yang dilakukan peneliti dalam suatu penelitian.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2011). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anan Balita.
Cetakan Ke 3. Selemba Medika : Jakarta.

Dion, Yohannes dan Betan, Yasinta. (2013). Asuhan Keperawatan


Keluaga Konsep Dan Praktik. Cetakan Pertama. Nuha Medika : Yokyakarta.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan


Tekhnik Analisa Data. Edisi I. Salemba Medika : Jakarta.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan. Edisi I. Salemba Medika : Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Rineka


Cipta : Jakarta.

Sumutpos. (2013). Angak Kejadian Diare Di Sumatra Utara Pada Tahun


2013/2014. From : http://Sumutpos.Co/2013/03/55020/Medan-Tertinggi-Kasus-
Diare. 04 Maret 2014.

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku


Manusia.Nuha Medika : Yogyakarta

Widoyono. (2012). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan


& Pemberantasan. Erlangga Medical Series : Jakarta
.
Wikipedia. (2014). Pengertian Ibu Dan Peran Ibu, From
:Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Ibu, 03 April.

21

You might also like