You are on page 1of 100

PENGARUH METODE KANGURU TERHADAP BERAT

BADAN DAN RESPON FISIOLOGIS BAYI BERAT


BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DIRUANGAN
PERINATOLOGI RSUD Dr.ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2016

Laporan Tugas Akhir


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar sarjana terapan kebidanan

Oleh

FIVE TRY RAMADIATY


NIM : 1515301133

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


STIKES FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2016
Fort De Kock Bukittinggi Sciences College Health
Div Midwifery Studies Program
Research, September 2016

Five Try Ramadiaty

Kangaroo Effect Of Weight And Physiological Response Infant Low Birth


Weight (LBW) diruangan Perinatology Dr.Achmad Mochtar Hospital
Bukittinggi 2016

viii, 71 pages, 7 tables, 2 images, 8 attachments

ABSTRACT
in MaryunaniAccording to WHO (2014) lbw in rincikan the data as much
as 18.2% of the 23 million deliveries per year in the world and almost all occur in
developing countries. Based on the initial survey in perinatology space Hospital
Dr. Achmad Mochtar in 2015 there were 188 LBW, an increase of 3 cases from
2014. The purpose of this study to determine the effect of kangaroo care method
to body weight and the physiological response of LBW infants diruang
perinatology Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi 2016.
This research method Quasi Experiment in One group design (Onegroup
pre-testpost-test). This research is performed in a hospital inpatient Perinatology
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi on 15 to 30 September2016, with a total sample
of 20 people withtechnique. purposive samplingData collection through primary
data. Data were analyzed using paired t-test test.
Based on the results of the research are the kangaroo method Effect
Against Increased Weightlbw givenbefore the kangaroo method(2246.5grams).After
an increase(2455gram)and there is an influence on the physiological responses before
being given the kangaroo method at a temperature(36,20'C)The frequency of the
pulse(127,05x/m)respiratory (61x / m) and after temperature(36,94'C) The frequency of
the pulse(153,95x/m)respiratory(51,90x/m).Statistical analysis showed the effect
kangaroo method of weight gain p value = 0.000 and the physiological response to the
temperature, pulse rate, pernafan p value = 0.000, LBW.
The final conclusion is contained Effect kangaroo method of weight gain and
physiological responses in LBW , It is hoped the research could provide an
overview to mothers and caregivers about the importance of implementing the
kangaroo method.

Keywords : Kanguru Motede


References : 23 (2006-2015)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi
Program Studi DIV Kebidanan
Laporan Tugas Akhir September 2016

Five Try Ramadiaty

Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Berat Badan Dan Respon Fisiologis


Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Diruangan Perinatologi RSUD
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2016

Viii, 71 halaman, 7 tabel, 2 gambar, 8 lampiran

ABSTRAK
Menurut WHO dalam Maryunani (2014) data BBLR di rincikan sebanyak
18,2% dari 23 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi dinegara
berkembang. Berdasarkan survey awal di ruang perinatologi RSUD Dr. Achmad
Mochtar pada tahun 2015 terdapat 188 kejadian BBLR, terjadi peningkatan
sebanyak 3 kasus dari tahun 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh perawatan metode kanguru terhadap berat badan dan respon fisiologis
bayi BBLR diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2016.
Penelitian ini dengan metode Quasi Eksperiment dalam One group design
(One group pre-test post-test). penelitian ini dilakukan di ruang inap perinatology
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 15-30 September tahun
2016, dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang dengan teknik Purposive
Sampling. Teknik pengumpulan data melalui data primer. Analisa data
menggunakan uji T-test paired.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat Pengaruh metoda kanguru Terhadap
Peningkatan Berat Badan BBLR sebelum diberikan metoda kanguru (2246,5 gram).
Sesudah terjadi peningkatan (2455gram) dan terdapat pengaruh pada respon fisiologis
sebelum diberikan metode kanguru pada suhu (36,20C) Frekuensi denyut nadi
(127,05x/m) pernafasan (61x/m) dan sesudah suhu (36,94C) Frekuensi denyut nadi
(153,95x/m) pernafasan (51,90x/m) . Hasil uji statistik menunjukkan pengaruh metode
kanguru terhadap peningkatan berat badan p value=0,000 dan respon fisiologis pada suhu,
frekuensi denyut nadi, pernafan p value=0,000, BBLR.
Dari hasil penelitian disimpulkan terdapat Pengaruh metode kanguru
terhadap peningkatan berat badan dan respon fisiologis pada BBLR. Diharapkan
hasil penelitian bisa memberikan gambaran kepada ibu dan petugas kesehatan
tentang pentingnya pelaksanaan metode kanguru.

Kata Kunci : Motede Kanguru


Daftar Bacaan : 23 (2006-2015)
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji dan

syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho yang

senatiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

yang berjudul Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Berat Badan Dan

Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Diruangan

Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2016.

Dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menemui

hambatan dan kendala, namun berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari

banyak pihak, akhirnya Laporan Tugas Akhir ini dapat juga penulis selesaikan.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ns. Hj. Evi Hasnita, S. Pd, M. Kes selaku Ketua STIKes Fort De

Kock Bukittinggi yang banyak memberikan semangat kepada penulis

sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

2. Ibu Oktavianis, S. ST, M. Biomed selaku pembimbing I dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini yang telah menyediakan waktu, penuh kesabaran,

pengertian untuk memberikan masukan, koreksi, bimbingan serta sumbangan

pikiran kepada penulis.

3. Ibu Aria Wahyuni, Ns, M. Kep, Sp. Kep. MB selaku pembimbing II yang

telah membagi pengalaman serta memberikan bimbingan dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Dra. Hj. Trizayenni, Apt. M. Sc. Selaku direktur RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi
5. Dosen dan karyawan STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang telah

memberikan banyak ilmu dan masukan serta arahan selama proses

pendidikan.

6. Orang tua, dan keluarga yang telah memberikan pengertian, semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman DIV Kebidanan STIKes Fort De Kock angkatan IX yang telah

sama-sama memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat

terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bukittinggi, Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
DAFTAR SKEMA ..............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan .............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Berat Badan Lahir Rendah
1. Definisi ........................................................................................10
2. Etiologi Berat Badan Lahir Rendah .............................................13
3. Tanda-tanda dan gejala Berat Badan Lahir Rendah.....................13
4. Masalah pada Berat Badan Lahir Rendah ....................................14
5. Faktor-faktor mempengaruhi Berat Badan Lahir Rendah............18
6. Patofisiologi Berat Badan Lahir Rendah......................................18
7. Penatalaksanaan Berat Badan Lahir Rendah................................20
B. Konsep Metode Kanguru
1. Definisi Perawatan Metode Kanguru ...........................................21
2. Prinsip Perawatan Metode Kanguru.............................................22
3. Manfaat Perawatan Metode Kanguru ..........................................23
4. Kriteria bayi yang diberikan Perawatan Metode Kanguru...........23
5.Hal-hal yang diperhatikan dalam Perawatan Metode Kanguru ....24
6. Penatalaksanaan Perawatan Metode Kanguru .............................25
7. Tahapan Perawatan Metode Kanguru ..........................................29
C. Respon Fisiologis terhadap BBLR
1. Suhu tubuh ...................................................................................31
2. Tekanan Darah .............................................................................33
3. Frekuensi denyut nadi ..................................................................34
4. Pernafasan ....................................................................................35
D. Kerangka Teori ................................................................................37
BAB III : KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ..........................................................................38
B. Defenisi Operasional.....................................................................39
C. Hipotesa.........................................................................................40
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian...........................................................................41
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................41
C. Populasi dan sampel......................................................................42
D. Pengumpulan data ........................................................................42
E. Prosedur penelitian........................................................................43
F. Pengolahan data ............................................................................45
G. Analisa data...................................................................................45

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Hasil Penelitian............................................................................47
1. Hasil Analisa Univariat .........................................................47
2. Hasil Analisa Bivariat............................................................51

BAB VI PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Univariat............................................................... 53
B. Hasil Analisis Bivariat.................................................................. 63

BAB VII KESIMPULAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................67
B. Saran.............................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


2.1 Bayi diletakkan diantara payudara ibu ........................................................................ 29
2.2 Bayi digendong oleh ibu dan atur posisi yang nyaman............................................... 30
2.3 Ibu beraktifitas sambil menggendong bayi ................................................................. 30
2.4 Ibu menyusui bayi ....................................................................................................... 31
2.5 Kerangka Teori............................................................................................................ 38
2.6 Kerangka Konsep ........................................................................................................ 37
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


3.1 DefinisiOperasional..39

5.1 Mengetahui berat badan sebelum ada bayi yang diberikan metode kanguru
diruang perinatologi RSUD DR. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
201647

5.2 Mengetahui berat badan sesudah pada bayi yang diberikan metode kanguru
diruang perinatologi RSUD DR. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2016....48

5.3 Mengetahui sebelum respon fisiologis bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
pada bayi yang diberikan metode kanguru diruang perinatologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2016...49

5.4 Mengetahui sesudah respon fisiologis bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
pada bayi yang diberikan metode kanguru diruang perinatologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 201650

5.5 mengetahui pengaruh kenaikan berat badan sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan metode kanguru diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi tahun 2016..51

5.6 Untuk mengetahui pengaruh respon fisiologis bayi berat badan lahir rendah
Sebelum dan sesudah diberikan perlakuan metode kanguru diruang
perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2016...52
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian (Gantt Chart)

Lampiran 2 : Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 3 :Prosedur Pelaksanaan Penelitian Metode Kanguru Dan Respon

Fisiologis

Lampiran 4 : Permohonan Kepada Responden

Lampiran 5 : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 :Lembar Observasi Melakukan Metode Kanguru Dan Respon

Fisiologis

Lampiran 7 : Lembar Konsul


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada

masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan

fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya

perawatan yang tinggi (Setyowati, 2004).

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh

dunia terdapat kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10 juta jiwa

pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara

berkembang sebesar 99%. WHO melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7200

bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya 98% terjadi di Negara-negara

berpendapatan rendah hingga sedang. Tetapi WHO mencatat Negara kaya tidak

luput dari kasus ini, dengan catatan satu bayi mati dari 320 kelahiran. Data dari

WHO mengatakan dua pertiga kasus atau 1,8 juta bayi lahir mati ditemukan

pada 10 negara, jumlah tertinggi ditemukan dikawasan sub Sahara Afrika dan

Asia Tenggara. Antara 25% dan 40% kasus angka lahir mati disebabkan karena

kelainan kongenital, infeksi dan malnutrisi (WHO, 2012).

Menurut WHO dalam Maryunani (2014) data BBLR dirincikan sebanyak

18,2% dari 23 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi

dinegara berkembang. Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih

diatas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Di Indonesia,


BBLR bersama prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 ditemukan bahwa daerah Sumut kejadian

berat bayi lahir rendah sebanyak 8,2%. Berdasarkan profil Puskesmas

Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011 ditemukan kejadian BBLR 1,5%

dari setiap persalinan pertahun.

Angka kematian bayi saat ini cukup tinggi, menurut (SDKI, 2012) Angka

Kematian Bayi di Indonesia adalah sebesar 32/1000 kelahiran hidup. Angka

tersebut sudah jauh menurun jika dibandingkan dengan angka kematian bayi

tahun 2007 sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Adapun hasil perhitungan yang

dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (2012) di Provinsi Riau Angka Kematian

Bayi sebesar 24/1000 kelahiran hidup dan di Kepulauan Riau sebesar 35/1000

kelahiran hidup. Menurut SDKI 2012, Angka Kematian Bayi di Sumatra Barat

adalah sebesar 27/1000 kelahiran hidup.

Perawatan BBLR merupakan hal yang komplek dan membutuhkan

infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga

sering kali menjadi pengalaman yang sangat menganggu bagi keluarga. Oleh

karena itu, perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan

kesehatan di negara manapun. Hal ini disebabkan perawatan bayi BBLR ini

memerlukan biaya yang tinggi, karena bayi tersebut memerlukan perawatan

dalam inkubator. Selain itu perawatan inkubator memiliki kendala yaitu

keterbatasan jumlah inkubator, pengetahuan dan kemampuan dari staf rumah

sakit sehingga hal in dapat dilakukan upaya lain untuk perawatan bayi

prematur yang saat ini dikenal dengan Kangaroo Mother Care (KMC) atau

perawatan metode kanguru (Refarat, 2011).


KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus

dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi

kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil.

KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi

tetap dapat dirawat dengan KMC meskipun belum dapat menyusu, berikan ASI

peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum (Sudarti,

dkk, 2010).

Perawatan bayi lekat yang kerap disebut Kangaroo mother care

sebenarnya sudah banyak dibicarakan di masyarakat. Metode ini diperkenalkan

pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan

perawatan bayi kecil atau bayi prematur yang di ilhami oleh cara ibu binatang

kanguru merawat anaknya yang selalu lahir prematur (Efar, 2008).

Metode kanguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit

antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kanguru. Pelaksanaan perawatan

metode kanguru dilakukan pada semua bayi-bayi kecil, ada dua cara yaitu

PMK (Perawatan Metode Kanguru) intermiten (sewaktu-waktu) adalah

perawatan pada bayi-bayi yang masih terpasang infus, oksigen dan masih

dalam perawatan inkubator dilakukan selama 1-2 jam sedangkan PMK continu

(terus-menerus selama 24 jam/hari) dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil

tanpa infus, oksigen dan bayi aktif, reflek hisap baik serta ibu mendukung

dilakukan PMK (Efar, 2008).

Pelaksanaan PMK membantu mempertahankan suhu tubuh tetap stabil.

Dengan suhu yang stabil, bayi dapat tidur lelap dan refleks hisap bayi lebih

kuat sehingga akan meningkatkan nutrisi bayi yang berdampak pada kenaikan
berat badan. Sebaliknya jika suhu bayi menurun, energi yang ada lebih banyak

digunakan untuk memproduksi panas yang bertujuan untuk mempertahankan

panas daripada untuk pertumbuhan sehingga berat badan bayi cenderung

menurun (Anik, 2009).

Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan

dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat

badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK lebih

tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR yang mendapat perawatan dengan

metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan

BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikkan

berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari.

Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu

tubuh yang efektif dan lama seta denyut jantung dan pernafasan yang stabil

pada bayi. Perawatan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan

mengisapnya, hal ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu

keberhasilan pemberian ASI (Henderson, 2006). Di samping efek sentuhan

kulit, metode tersebut akan membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan

digendong memakai jarit. Berat badannya pun akan cepat naik (Azzam, 2009).

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi

dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstrauterin (Aziz,

2008). Kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah

penyebab terbesar angka kematian bayi diikuti kejadian infeksi. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa bayi premature mempunyai kesulitan untuk

beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin akibat ketidakmatangan sistem


organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem

pencernaannya (Sloan, 2008).

Bayi prematur secara umum belum mempunyai kematangan dalam sistem

pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bayi prematur yang

mempunyai berat badan lahir rendah cenderung mengalami hipotermi. Hal ini

disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat mudah

dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada umumnya, bayi prematur dan

mempunyai berat badan lahir rendah harus dirawat dalam inkubator (Priya,

2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Arlen (2009) mengenai hubungan

pelaksanaan PMK dengan kenaikan berat badan bayi di Rumah Sakit Cipto

Mangun Kusumo Jakarta diperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu (65%) tidak

melaksanakan PMK dengan baik dan sebanyak 54,7% bayi tidak mengalami

kenaikan berat badan dan ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan

PMK dengan kenaikan berat badan dengan rata-rata kenaikan sebesar 12,5%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Murti (2013)

mengatakan hampir seluruh bayi mengalami kenaikkan berat badannya > 20

gram selama 3 hari berturut-turut atau 3 x 24 jam sebaliknya pada ibu yang

tidak melaksanakan PMK dengan baik sebagian besar bayi kenaikkan berat

badannya < 20 gram per hari dalam 3 hari berturut-turut (3x24 jam) sehingga

hal ini menegaskan bahwa ibu yang melaksanakan PMK dengan baik memiliki

peluang besar bayinya kenaikkan berat badannya > 20 gram dibandingkan

dengan ibu yang melaksanakan PMK tidak baik.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Puji Astuti (2013)

hasil penelitian ini membuktikan keefektifan metode kanguru untuk

meningkatkan berat badan bayi dengan BBLR.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 4 Maret Tahun

2016 di ruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar di dapat data selama 2

tahun terakhir diambil dari rekapitulasi jumlah bayi BBLR diruang perinatologi

pada tahun 2014 terdapat 185 kejadian BBLR, dan pada tahun 2015 terdapat

188 kejadian BBLR, terjadi peningkatan sebanyak 3 kasus dari tahun 2014

dibandingkan tahun 2015. Hasil wawancara dengan kepala ruangan

perinatologi mengatakan bahwa perawatan metode kanguru sangat bagus untuk

bayi BBLR terutama dalam membantu meningkatkan berat badan bayi

meskipun perlu pemantauan yang ketat terutama untuk nutrisi bayi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang pengaruh perawatan metode kanguru terhadap berat badan dan

respon fisiologis bayi BBLR diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas rumusan masalah adalah

Bagaimanakah Pengaruh metode kanguru terhadap berat badan dan respon

fisiologis bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diruang perinatologi RSUD

Dt. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2016?


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh metode kanguru terhadap kenaikan berat

badan dan respon fisiologis bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diruang

perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui berat badan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) sebelum diberikan metode kanguru diruang

perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2016.

b. Untuk mengetahui berat badan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) sesudah diberikan metode kanguru diruang

perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2016.

c. Untuk mengetahui respon fisiologis bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) pada bayi sebelum diberikan metode kanguru

diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

tahun 2016.

d. Untuk mengetahui respon fisiologis bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) pada bayi sesudahdiberikan metode kanguru

diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

tahun 2016.

e. Untuk mengetahui pengaruh kenaikan berat badan sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan metode kanguru diruang


perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2016.

f. Untuk mengetahui pengaruh respon fisiologis bayi berat badan

lahir rendah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan metode

kanguru diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Ibu

Metode kanguru mempermudah pemberian ASI, ibu lebih percaya

diri dalam merawat bayi, ibu sayang kepada bayinya, pengaruh

psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga lebih puas, dan

adanya peningkatan ASI, peningkatan lama menyusui dan

kesuksesan dalam menyusui.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi

efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri.

Dan meningkatkan kualitas petugas tenaga kesehatan yang bisa

menurunkan AKI dan AKB.

c. Bagi Rumah Sakit

Mempersingkat lama rawat dirumah sakit sehingga bayi cepat

pulang dan tempat tersebut dapat digunakan bagi klien yang

memerlukannya.

d. Bagi Peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkini

tentang pengaruh metode kanguru terhadap peningkatan berat dan

respon fisiologis bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Dan juga

sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya dengan menggunakan

variabel yang berbeda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh metode

kanguru terhadap berat badan dan respon fisiologis bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2016. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment

yang bersifat one group pretest-postest design yaitu penelitian eksperimen

yang sudah dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan

peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya

eksperimen. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah bayi berat

badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

yang berjumlah 188 orang dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang,

dengan teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-

ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan populasi. Penelitian ini

dilaksanakan dari tanggal 15 - 30 September 2016. Data dianalisa dengan

Uji-T-test.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi Berat Badan Lahir Rendah

1. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir

(Sudarti, 2013).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut

prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan

berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR)

(Maryanti, dkk, 2011).

Definisi BBLR adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat

badan yang kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Maryanti,

dkk, 2011).

Berdasarkan penanganan dan harapan hidup, BBLR berdasarkan dalam :

a. BBLR : 1500 2499 gram

b. BBLSR : < 1500 gram

c. BBLER : < 1000 gram

(Sudari, 2013).

Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah

dapat dibagi menjadi 2 golongan :


1. Prematuritas murni :

a. Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan sesuai Masa Kehamilan

(NKB SMK).

b. Neonatus dengan usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan atau dapat dikenal dengan nama neonatus kurang bulan

sesuai dengan masa kehamilan.

Ciri ciri prematuritas murni :

1. Berat badan kurang dari 2500 gram

2. Panjang badan kurang dari 45 cm

3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

4. Lingkar dada kurang dari 33 cm

5. Masa gestasi kurang dari 37 minggu

6. Kulit transparan

7. Kepala lebih besar daripada badan

8. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan

9. Lemak subkutan berkurang

10. Ubun ubun dan sutura lebar

11. Labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), pada

laki laki testis belum turun.

12. Tulang rawan dan daun telinga imatur

13. Bayi kecil


14. Posisi masih fetal

15. Pergerakan kurang dan lemah

16. Tangisan lemah

17. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea

18. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta

refleks batuk belum sempurna

2. Dismaturitas

a. Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam

preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga neonatus kurang

bulan kecil untk masa kehamilan (NKB KMK), neonatus cukup

bulan kecil masa kehailan (NCB KMK), neonatus lebih bulan

kecil masa kehamilan (NLB KMK).

b. Adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi

memiliki ciri pada preterm seperti pada prematuritas, term dan post

term akan dijumpai :

1. Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada

2. Kulit pucat atau bernoda mekonium

3. Kering keriput tipis

4. Jaringan lemak di bawah kulit tipis

5. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat

6. Tali pusat berwarna kuning kehijauan

(Maryanti, dkk, 2011).


2. Etiologi BBLR

Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan

(NKB-KMK) antara lain disebabkan oleh :

1. Berat badan ibu yang rendah

2. Ibu hamil yang masih remaja

3. Kehamilan kembar

4. Ibu pernah melahirkan bayi prematur/berat badan rendah sebelumnya

5. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga

tidak mampu menahan berat badan bayi dalam rahim)

6. Ibu hamil yang sedang sakit

7. Tidak diketahui penyebabnya

Sedang bayi lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan

kurang (NCB-KMK) antara lain disebabkan oleh :

1. Ibu hamil dengan gizi buruk/kekurangan nutrisi

2. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, preeklampsia, anemia

3. Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi

(infeksi saluran kemih, malaria kronik)

4. Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat

(Maryunani, dkk, 2009).

3. Tanda-tanda dan gejala BBLR

1. BB < 2500 gram

2. PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

3. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus,

elastisitas daun telinga.


4. Dada : dinding thorax elastic, puting susu belum terbentuk

5. Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah

kelihatan

6. Kulit : tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan

7. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak

8. Genetalia : LK : skrotum kecil, testis tidak teraba. PR : labia mayora

hampir tidak ada, klitoris menonjol

9. Ekstremitas : kadang oedema, garis telapak kaki sedikit

10. Motorik : pergerakan masih lemah (Fauziah, 2013).

4. Masalah pada BBLR

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) terutama yang prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem

organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah

gangguan pada sistem pernapasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler,

hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi.

1. Sistem pernapasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk

bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang

berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat didalam paru-

paru dan yang diproduksi dalam paru-paru serta melapisi bagian

alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen

sistem pernapasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas,

insufisiensi kalsifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya

gangguan refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal-hal


inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernapas dan sering

mengakibatkan gawat napas (distress pernapasan).

2. Sistem susunan saraf pusat

Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma

susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain perdarahan

intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,

perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara

itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh

pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena

kekurangan oksigen dsn kekurangan perfusi/iskemia.

3. Sistem kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami

gangguan/kelainan janin, yaitu Patent Ductus Arteriosus, yang

merupakan akibat dari gangguan adaptasi dan kehidupan intrauterin

ke kehidupan ekstrauterin berupa keterlambatan penutupan ductus

arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat penutupan

ductus arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh

darah, rendahnya kadar oksigen darah dan rendahnya kadar oksigen

darah pada bayi BBLR.

4. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama bayi yang kurang bulan

umumnya saluran pencernaannya belum berfungsi seperti pada

bayi yang cukup bulan. Hal ini diakibatkan antara lain karena tidak

adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33-


34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang

dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang

belum mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan

penurunan / tidak adanya mortalitas, dan meningkatkan resiko

NEC (Netrikans Entero Colitis).

5. Sistem termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang

tidak stabil, yang disebabkan antara lain :

a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit

dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh ayi yang

relatif luas)

b. Kurangnya lemak subkutan (lemak coklat)

c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit

d. Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan

kalori

e. Tidak memadainya aktifitas otot

f. Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak

g. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit

6. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah

hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.

Penyebabnya antara lain karena bayi BBLR terutama yang kurang

bulan adalah :

a. Usia sel darah merahnya lebih pendek


b. Pembentukan sel darah merah yang lambat

c. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

d. Hemoliosis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan

laboratorium yang sering

e. Deposit vitamin E yang rendah

7. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh

yang terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan

terhadap infeksi daripada bayi cukup bulan

8. Sistem perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem

perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang

maka tidak mampu untuk mengelola air elektrolit dan asam basa,

tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan

dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.

9. Sistem Integumen

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat

tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas

kulit.

10. Respon orangtua

Orangtua yang mempunyai bayi dengan BBLR umumnya

akan mengalami perasaan sedih, khawatir, cemas, takut dan lain-

lainnya karena memikirkan tentang keadaan bayinya.


11. Sistem penglihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of

prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

(Maryunani, dkk, 2009).

5. Faktor faktor yang mempengaruhi BBLR

1. Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya : perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,

DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

b. Usia ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20

tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.

Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 35 tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial

ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang

kurang baik dan pengawan antenatal yang kurang. Demikian

pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan

yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan

bayi yang lahir dari perkawinan yang sah (Maryanti, dkk, 2011).
2. Faktor janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur

antara lain : kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat

bawaan, kelainan kromosom, infeksi (misal : rubella, sifilis,

toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari

janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O), infeksi dalam

rahim.

3. Faktor lain

Selain faktor ibu dan janin, faktor lain : faktor plasenta :

plasenta previa, solusio plasenta. Faktor lingkungan : radiasi atau zat

zat beracun. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan :

pekerjaan yang melelahkan dan merokok (Rukiyah, 2012).

6. Patofisiologi BBLR

Temperatur dalam kandungan 37 Celcius sehingga bayi setelah

lahir dalam ruangan suhu temperature dalam ruangan 28-32 celcius.

Perubahan temperatur ini perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum

bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan :

1. Pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan

2. Intake cairan dan kalori dari kebutuhan

3. Cadangan energi sangat kurang

4. Luas permukaan tubuh relatif luas sehingga resiko kehilangan panas

lebih besar

5. Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih

besar
6. BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan : malas minum

dan pencernaan masih lemah

7. BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi,

tidak stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemia, dan

hiperbilirubin

(Sudarti, dkk, 2013).

7. Penatalaksanaan BBLR

Perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) :

1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah

mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan dengan ketat.

2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,

perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci

tangan sebelum memegang bayi.

3. Pengawasan nutrisi/ASI. Refleks menelan BBLR belum sempurna,

oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh

sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan

bersih, pertahankan suhu tetap hangat.

6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.

7. Tali pusat dalam keadaan bersih.

8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.


9. Bila tidak mungkin infuse dektrose 10% + bicabornas natricus 1,5%

= 4 : 1, hari 1 = 60 cc/kg/hari (kolaborasi dengan dokter) dan berikan

antibiotik

(Rukiyah, 2012).

B. Konsep Perawatan Metode Kanguru (PMK)

1. Definisi PMK

Kangaroo Mother Care (KMC) adalah merupakan perawatan untuk bayi

berat lahir rendah atau lahiran premature dengan melakukan kontak langsung

antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin to skin contact, antara ibu dan bayi

premature dan BBLR dalam posisi seperti kanguru, dimana ibu menggunakan

suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga

terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan

pemberian ASI (Hadi, 2005).

KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus

menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah

agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah

bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau dirumah setelah bayi

pulang. Bayi tetap dapat dirawat dengan KMC meskipun belum dapat

menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif

pemberian minum (Sudarti, 2010).

Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir

rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan

pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan

Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan


hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur. Mengapa disebut

metode kanguru? Karena cara ini meniru binatang kanguru yang biasanya

melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya dikantung ibunya untuk

mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari metode kanguru ini adalah

mengganti perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam inkubator dengan

metode kanguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama

inkubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR. Penggunaan

inkubator memiliki beberapa keterbatasan antara lain memerlukan tenaga

listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan kerumah sakit untuk

bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kanguru (Maryunani,

dkk, 2009).

2. Prinsip Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam incubator dengan ibu

bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan

mempertahankan suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,5 37,5 Celcius).

Berdasarkan tipe pelaksanaannya, perawatan metode kanguru dibedakan

menjadi 2 tipe yaitu :

1. PMK sewaktu waktu (intermitten)

Tipe ini dilakukan apabila bayi masih mendapat cairan atau obat-obatan

intravena, bantuan khusus seperti oksigen atau minum melalui oral

gastric tube (OGT). Asuhan harus dilakukan selama lebih dari satu jam

untuk memberikan hasil yang optimal dan mengurangi stress pada bayi.
2. PMK secara terus-menerus (Continu)

Tipe ini dilakukan pada bayi yang sudah memenuhi kriteria dan tidak

memerlukan bantuan khusus untuk bernafas. Tipe ini dilakukan untuk

meningkatkan berat badan bayi, meningkatkan kemampuan bayi

menyusu dan kemampuan ibu untuk merawat bayinya sampai kriteria

pemulangan bayi terpenuhi (Sudarti, dkk, 2013).

3. Manfaat PMK

a. Ikatan emosi ibu dan bayi

b. Mempertahankan suhu tubuh bayi

c. Posisi bayi tegak akan membantu bayi bernafas secara teratur

d. Menyiapkan ibu untuk merawat bayi BBLR dirumah

e. Melatih ibu cara menyusui yang baik dan benar

f. Melatih bayi untuk mengisap dan menelan secara teratur dan

terkoordinasi

(Sudarti, dkk, 2013).

4. Fisiologi pelaksanaan PMK terhadap peningkatan BB

5. Kriteria bayi yang diberikan metode kanguru

Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode

kanguru, antara lain : bayi dengan berat badan lahir kurang lebih dari

1800 gram atau antara 1500 2500 gram, bayi prematur, bayi yang tidak

terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi, bayi mampu bernafas

sendiri, bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan yang berat, suhu tubuh

bayi stabil 36,5 37,5C (Maryunani, dkk, 2009).


6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam PMK

1. Posisi kanguru : posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi

menempel ke dada ibu. Posisi bayi kemudian diamankan dengan kain

panjang atau baju kanguru. (Dalam hal ini bayi diletakkan dalam

dekapan ibu dengan menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring

ke kiri atau ke kanan). Apabila menggunakan baju kanguru, posisi

bayi adalah tegak atau vertikal pada siang hari pada waktu ibu berdiri

atau duduk dan posisi waktu ibu berbaring atau tidur. Keunggulan

metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami (36 - 37C)

langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam baju

ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energi bagi bayi.

Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000 gram)

metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu atau sampai keadaan

bayi stabil.

2. Nutrisi : waktu yang optimal untuk memulai menyusui ASI

tergantung pada masa kehamilannya.

3. Dukungan : dukungan terutama diberikan pada ibu berupa fisik,

emosional dan edukasi yang sewaktu hamil sebaiknya telah diberikan

informasi tentang pentingnya metode kanguru bagi bayi.

4. Pemulangan : syarat pemulangan tergantung pada kesehatan bayi

secara menyeluruh dalam kondisi baik dan ibu mampu merawat

bayinya.

5. Harus ada konseling dan informed consent terlebih dahulu.

(Maryunani, dkk, 2009).


7. Penatalaksanaan PMK

1. Durasi

a. Dijalankan sampai berat badan bayi 2500 gram atau mendekati

40 minggu, atau sampai kurang nyaman dengan KMC, misalnya

1) Sering bergerak

2) Gerakan ekstremitas berlebihan

3) Bila akan dilakukan KMC lagi bayi nyaris

b. Bila ibu perlu istirahat dapat digantikan ayah, saudara atau

petugas kesehatan. Bila tidak ada yang menggantikan, bayi

diberi pakaian hangat dan topi, dan diletakkan di bos bayi dalam

ruangan yang hangat

c. Bila bayi sudah kurang nyaman dengan KMC, anjurkan ibu

untuk menyapih bayi dari KMC, dan dapat melakukan kontak

kulit lagi pada waktu bayi sehabis mandi, waktu malam yang

dingin, atau kapan saja dia menginginkan

2. Pakaian dan posisi

a. Berilah bayi pakaian, topi, popok, dan kaos kaki yang telah

dihangatkan lebih dulu

b. Letakkan bayi di dada ibu

1) Dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat apakah

kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu


2) Posisikan bayi dalam frog position yaitu fleksi pada siku

dan tangkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan

kepala agak ekstensi.

c. Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah

dihangatkan sebelumnya

1) Tidak perlu baju khusus bila baju yang dikenakan sudah

cukup hangat dan nyaman selama bayi kontak dengan kulit

ibu

2) Pada waktu udara dingin, kamar harus hangat

3) Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dia dapat

menggunakan handuk/kain (dilipat diagonal, dan difiksasi

dengan ikatan atau peniti yang aan di baju ibu), kain lebar

yang elastik, atau kantong yang dibuat sedemikian untuk

menjaga tubuh bayi

4) Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari

badan ibu, bayi diletakkan di antara payudara ibu, baju

ditangkupkan. Kemudian ibu memakai selendang yang

dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jatuh

a. Aktivitas ibu

1) Ibu dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan,

makan dan mengobrol

2) Pada waktu tidur, KMC dapat dilaksanakan dengan

cara posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan

meletakkan beberapa bantal di belakang punggung ibu


b. Nutrisi dan pertumbuhan bayi

1) Posisi KMC ideal untuk menyusui bayi

2) Ajari ibu cara menyusui dan pelekatan yang benar

3) Bila ibu cemas tentang pemberian minum pada bayi,

dorong ibu agar mampu melakukannya

4) Bila ibu tidak dapat menyusui, berilah ASI peras

dengan menggunakan salah satu alternatif cara

pemberian minum

5) Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari.

Bila ibu menyusui catat waktu ibu menyusui bayinya

6) Timbang berat badan bayi setiap hari dan nilai

tingkatannya

c. Pemantauan

1) Jelaskan pada ibu mengenai pola pernafasan dan warna

bayi normal serta kemungkinan variasinya yang masih

dianggap normal. Mintalah pada ibu waspada terhadap

tanda yang tidak biasanya ditemui atau tidak normal.

2) Jelaskan pula bahwa KMC penting agar pernafasan

bayi baik dan mengurangi resiko terjadinya apnea,

dibanding bila bayi diletakkan dalam boks.

3) Ajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau

punggung, atau menyentil kaki bayi) bila bayi tampak

biru di daerah lidah, bibir, atau sekitar mulut atau

pernafasan berhenti lama.


a) Tidak perlu melakukan pemantauan suhu selama

bayi kontak dengan kulit ibu

b) Bila suhu normal selama 3 hari berturut-turut, ukur

suhu setiap 12 jam selama 2 hari kemudian hetikan

pengukuran

c) Bila suhu abnormal, lihat sub suhu tubuh abnormal

d. Memulangkan bayi

Butuh waktu beberapa hari-minggu sampai bayi siap

dipulangkan, tergantung berat lahir.

Ibu dan bayi dapat dipulangkan apabila :

1) Tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan

dirumah sakit

2) Berat badan naik > 20 gram/hari selama 3 hari berturut-

turut. Beri dorongan bahwa ibu dapat merawat bayinya

dan dapat melanjutkan KMC dirumah, dan dapat

kembali untuk melakukan kunjungan tidak lanjut secara

rutin

e. Kunjugan tindak lanjut

1) Satu minggu setelah pulang, timbang bayi setiap hari

bila memungkinkan dan diskusikan setiap masalah

yang ada dengan ibu, beri dukungan pada ibu

2) Pada minggu ke II lakukan kunjungan 2 kali perminggu

sampai bayi berumur 40 minggu konsepsi atau berat


bayi 2500 gram. Timbang bayi dan nasehati ibu untuk

menghentikan KMC bila bayi mulai kurang toleran

3) Bila sudah lepas KMC, lanjutkan kunjungan tindak

lanjut tiap bulan sampai bayi berumur beberapa bulan

untuk memantau pemberian minum dan tumbuh

kembang bayi (Sudarti, dkk, 2010).

8. Tahapan PMK

1. Letakkan bayi telanjang, kecuali popok kedada ibu diantara dua

payudara dengan posisi vertikal dan menghadap ke ibu.

Gambar 2.1
Bayi diletakkan diantara payudara ibu

Sumber : Sudarti, dkk (2013)


2. Ikatkan gendongan hingga bayi dan ibu terasa nyaman.

Gambar 2.2
Bayi digendong oleh ibu dan atur posisi yang nyaman

Sumber : Sudarti,dkk (2013)

3. Ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari sambil menggendong

bayinya.

Gambar 2.3
Ibu beraktifitas sambil menggendong bayi

Sumber : Sudarti,dkk (2013)


4. Susui bayi setiap bayi mau menyusu.

Gambar 2.4
Ibu menyusui bayi

Sumber : Sudarti, dkk (2013)

C. Respon Fisiologis terhadap BBLR

1. Suhu Tubuh

Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar

(lingkungan) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban

menguap melalau kulit yang dapat mendinginkan darah bayi. Suplai

lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar

dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah

menghantarkan panas pada lingkungan. Adanya timbunan lemak

tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga

berlangsungnya proses adaptasi ( Aziz alimul,2008)

Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi

menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya candangan lemak tersebut

akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan

mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis (Barbara,2011)


Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas

tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannnya :

a) Konduksi

Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui

kontak langsung. Contoh: menimbang bayi tanpa alas

timbangan,menggunakan stetoskop dingin untuk

pemeriksaan bayi baru lahir.

b) Konveksi

Jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan

dan suhu udara. Contoh : membiarkan bayi baru lahir di

ruang yang terpasang kipas angin.

c) Radiasi

Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu

berbeda. Contoh : bayi baru lahir dibiarkan telanjang atau

dibiarkan tidur di ruangan yang menggunakan AC tanpa

diberikan penghangat ruangan.

d) Evaporasi

Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi

uap. Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang

dipakai,tingkat kelembaban udara,aliran udara yang

dilewati.

Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru

lahir,antara lain : mengeringkan bayi,menyelimuti bayi

dengan selimut,menutup kepala bayi dan menganjurkan


memeluk bayi saaat menyusui (Muslihatun Wafi Nur ,

2008)

Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada aksila

adalah 36,5 37,5 celcius, sedangkan suhu ruangan dipertahankan 24-26

celcius (WHO, 2009). Suhu tubuh yang cenderung hipotermia

disebabkan oleh produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang

tinggi. Panas kurang diproduksi karena sirkulasi yang belum sempurna,

respirasi masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang belum

aktif, serta asupan makan yang kurang. Mekanisme kehilangan panas

pada bayi dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi, konveksi, dan

radiasi (Perinasia, 2003).

Menjaga dan mempertahankan suhu lingkungan yang hangat pada

bayi bblr sangat dibutuhkan untuk efisiensi metabolisme tubuh yang

diukur melalui pengurangan kalori dan konsumsi oksigen. Penurunan

kalori dan asupan oksigen pada pengontrolan suhu tubuh akan

memperbaiki perubahan fisiologis, dan mengakibatkan pertumbuhan

yang lebih cepat pada bayi.

2. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh
darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah mengalir
pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan
Sistole Kontraksi jantung mendorong drh dg tekanan tinggi.
DiastoleTekanan minimal yg mendesak dinding arteri setiap wktu
( Aziz alimul,2008).
a) Faktor yang bertanggung jawab terhadap Tekanan Darah.
1) Tahanan perifer: Pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun
,TD akan turun
2) Volume darah ; Bila volume meningkat , TD akan meningkat
3) Viskositas darah. Semakin kental darah akan meningkatkan TD
4) Elastisitas dinding pembuluh darah : penurunan elastisitas
pembuluh darah akan meningkatkan TD
( Aziz alimul,2008).
b) TD abnormal
1) Hipertensi : Tekanan systole >130mmHg,diastole >90mmHg
2) Hipotensi: Tekanan sistole <90>
3) Hipotensi ortostatik postural: penurunan TD saat bergerak dari
posisi duduk ke berdiri disertai pusing,berkunang-kunang
sampai pingsan.
Usia mmHg
1 BBL 40(rerata)
2 1bln 85/54
3 1th 95/65
4 6 th 105/65
5 10-13 th 110/65
6 14-17 th 120/70
7 Dewasa tengah 120/80
8 Lansia 140/90
( Aziz alimul,2008)

3. Frekuensi denyut Nadi

Frekuensi nadi bayi normal dalam keadaan tidur adalah berkisar

antara 80-160 x/menit, sedangka dalam keadaan tidak tidur adalah

sekitar 100-180 x/menit. Bayi yang sedang demam mempunyai frekuensi

denyut jantung lebih dari 220 x/menit (Wilson, 2009).


Pengukuran dan pencatatan frekuensi nadi pada bayi diperlukan

untuk melihat adanya bradikardi, yang bisa menyebabkan terjadinya

apnea akibat immaturnya fungsi CNS pernafasan. Frekuensi denyut

jantung bayi bertanggung jawab untuk mempertahankan cardiac output.

Cardiac output yang tidak adekuat, akan mengakibatkan insufiensi

pertukaran oksigen, zat nutrisi dan sisa metabolism tubuh kurang efisien,

terganggunya fungsi fisiologis tubuh bisa terjadi kurang terkontrolnya

fungsi pernapasan CNS (Wilson, 2009).

4. Pernapasan

Perubahan system ini diawali dari perkembangan organ paru itu

sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta

alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat

menentukan proses pematangan dalam system pernapasan. Bayi baru

lahir lazimnya bernapas melalui hidung,respon refleks terhadap

obstruksi nasal,membuka mulut mempertahankan jalan napas .Proses

perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal bernapas yang dapat

dipengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan

rangsangan fisik yang merangsang pusat pernapasan medulla

oblongata di otak. Selain itu juga terjadi tekanan rongga dada karena

kompresi paru selama persalinan, sehingga merangsang masuknya

udara ke dalam paru. Kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi

akibat interaksi system pernapasan itu sendiri dengan system

kariovaskuler. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30-

60 kali per menit (Barbara,2011)


D. Kerangka Teori

Perawatan Metode Kanguru Teori / Konsep


konservasi

Hemoestasis :
Bayi lahir Fungsi Fisiologis Bayi suhu tubuh
premature masa frekunsi denyut
gestasi kurang Merangsang Pertumbuhan
jantung saturasi
37 minggu dan Perkembangan Bayi
oksigen
Prematur

Hemoestasis :
Positif

Hasil :

Pertumbuhan dan perkembangan bayi optimal


dengan yang ditunjukkan dengan fungsi fisiologis
bayi premur yang normal, seperti kenaikan BB pada
bayi prematur

Gambar 2.
Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Hockenberry dan Wilson (2009), Alligood dan Tomey
(2006), Baar (2005), Begum, et al, (228).
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan tentang variabel-

variabel yang dialami atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan dimana

variabel yang diteliti adalah pengaruh metode kanguru terhadap berat badan dan

Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) diruangan

perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2016.

Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Berat Badan dan Respon


Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) diruangan
Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2016

Tabel 3.1
Kerangka Konsep

Pre test Intervensi Post test

Keterangan

Pre test : Pengukuran berat badan dan pengukuran respon fisiologis BBLR

Intervensi : Melakukan metode kanguru sebelum intervensi

Post test : Pengukuran berat badan dan pengukuran respon fisiologis setelah

intervensi
B. Definisi Operasional

Tabel 3.2
Definisi Operasional
N Variabel Defenisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
O Operasional Ukur Ukur
1. Metode Perawatan Observ Ceklist Ya : Numerik
Kanguru melalui asi Jika melakukan
sentuhan kulit metode kanguru
yang dilakukan sesuai prosedur
antara ibu dan
bayi baru lahir Tidak :
Jika tidak
melakukan
metode kanguru
sesuai prosedur
2. Peningkat Kenaikan berat Observ Ceklist -Naik : Numerik
an berat badan pada bayi asi Jika terjadi
badan dengan penambahan berat
bayi yang menggu badan
dilakukan nakan
metode timban -Tetap :
kanguru gan Tidak ada
bayi penambahan dan

-penurunan berat
badan
Turun :
Jika tidak terjadi
kenaikan berat
badan
3. Respon Suhu Observ ceklist Ada numerik
fisiologis Ada : asi Jika ada respon
pada bayi Bila suhu fisiologis
yang meningkat
dilakukan Tidak ada
metode Tidak ada: Jika tidak ada
kanguru Jika tidak respon fisiologis
terjadi
peningkatan
suhu

Frekuensi
Denyut nadi
Ada :
Bila Frekuensi
denyut nadi
meningkat

Tidak ada:
Jika tidak
terjadi
peningkatan
Frekuensi nadi

Pernafasan
Ada :
Bila ada
perubahan
pernafasan

Tidak ada:
Jika tidak
terjadi
perubahan
pernafasan

C. Hipotesis

Adanya Pengaruh Metode Kanguru terhadap Berat Badan dan Respon

Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) diruangan Perinatologi

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2016.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat Eksperimen, desain penelitian ini adalah

quasi eksperiment yang bersifat one grup pretest-postest yaitu penelitian

eksperimen yang sudah dilakukan observasi pertama (pretes) yang

memungkinkan penelitian dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2005).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di ruang inap perinatology RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2016.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kuanitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Setiawan dan Saryono, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi dengan berat

badan lahir rendah di RSUD Dr. Achmad Mochtar dengan jumlah bayi

lahir dengan berat badan rendah sebanyak 188 orang tahun 2015.
2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diambil untuk diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sibagariang, dkk, 2010). Teknik pengambilan sampel untuk penelitian

ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

sebanyak 20 responden. Dengan kriteria inklusi : bayi baru lahir, bayi

dengan berat badan lahir rendah dengan berat 1500 2500 gram, bayi

dengan umur 1-10 hari dan bayi yang diberikan ASI eksklusif.

Sedangkan kriteria eksklusi : bayi berat lahir rendah yang mempunyai

komplikasi atau cacat bawaan.

D. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang diperoleh dengan cara mengobservasi adakah pengaruh

dari metode kanguru terhadap peningkatan berat badan bayi lahir rendah

diruangan perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2016, dimana pengambilan data dilakukan dengan langkah-langkah :

a. Pengisian informed consent

b. Pengarahan kepada responden yang memenuhi kriteria

c. Pretest : peneliti melakukan penimbangan terhadap BBLR sebelum

dilakukannya metode kanguru, dan peneliti mengamati respon fisiologis

terhadap BBLR sebelum dilakukan metode kanguru.

Perlakuan : sesaat setelaha bayi lahir, bayi dikeringkan dan dipotong

tali pusat kemudian segera dilakukan metode kanguru, biarkan bayi

melakukan metode kanguru 3 x sehari dalam waktu 30 menit. Bagi ibu


yang melakukan metode kanguru dalam meningkatkan kenaikan berat

badan bayi >20 gram per hari, dan bagi ibu yang tidak melakukan

metode kanguru dapat juga mengalami kenaikan berat badan bayinya,

tetapi <20 gram per hari. Metode kanguru dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut : letakkan bayi telanjang kecuali popok ke dada ibu

diantara dua payudara dengan posisi vertikal dan menghadap ke ibu,

ikatkan gendongan bayi hingga bayi dan ibu terasa nyaman, ibu dapat

melakukan aktifitas sehari-hari sambil menggendong bayinya, dan susui

bayi setiap bayi mau menyusu.

Postest : setelah pemberian intervensi dengan metode kanguru,

kemudian peneliti menimbang BBLR dan mengamati respon fisiologis

pada BBLR tersebut, dan hasil pengukuran tersebut ditulis di lembar

observasi.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari survey awal yang dilakukan di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi dimana terdapat 188 BBLR pada tahun

2015.

E. Prosedur Penelitian

Tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Pengurusan izin penelitian

b. Survey pendahuluan

c. Penyusunan proposal penelitian

2. Tahap pelaksanaan
a. Pengisian informed consent

b. Pengarahan kepada responden yang memenuhi kriteria

c. Pretest : peneliti melakukan penimbangan terhadap BBLR sebelum

dilakukannya metode kanguru, dan peneliti mengamati respon

fisiologis terhadap BBLR sebelum dilakukan metode kanguru.

Perlakuan : Sesaat setelah bayi lahir, bayi dikeringkan dan

dipotong tali pusat kemudian segera dilakukan metode kanguru,

biarkan bayi melakukan metode kanguru 3 x sehari dalam waktu

30 menit. Bagi ibu yang melakukan metode kanguru dalam

meningkatkan kenaikan berat badan bayi > 20 gram per hari, dan

bagi ibu yang tidak melakukan metode kanguru dapat juga

mengalami kenaikan berat badan bayi nya, tetapi < 20 gram per

hari. Metode kanguru dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

letakkan bayi telanjang kecuali popok kedada ibu diantara dua

payudara dengan posisi vertikal dan menghadap ke ibu, ikatkan

gendongan bayi hingga bayi dan ibu terasa nyaman, ibu dapat

melakukan aktifitas sehari-hari sambil menggendong bayinya, dan

susui bayi setiap bayi mau menyusu.

Postest : Setelah pemberian intervensi dengan metode kanguru,

kemudian peneliti menimbang BBLR dan mengamati respon

fisiologis pada BBLR tersebut, dan hasil pengukuran tersebut

ditulis di lembar observasi.

3. Menulis semua hasil penelitian kedalam lembar observasi.


F. Pengolahan Data

Menurut Sibagariang,dkk (2010) pengolahan data-data yang telah

dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing Data

Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan

klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah

terkumpul.

2. Pengkodean data (data coding)

Merupakan suatu pemberian kode yang biasanya dalam bentuk angka

proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam

kuestioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah

data seperti komputer.

3. Pemindahan Data Ke Komputer (data entering)

Adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam

mesin pengolah data.

4. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dala

mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya. Peneliti

melakukan pengecekan kesalahan sebelum dimasukkan kedalam

komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah

diselesaikan tanpa kesalahan yang serius.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran dari


masing-masing variabel penliti. Analisis univariat disajikan dalam

bentuk table yang memuat mean minimum, maksimum, standar deviasi,

dan N.

2. Analisa Bivariat

Data dianalisis menggunakan uji t menurut Murti (2003), dalam

analisa ini untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak

adalah dengan uji t dependen (paired t test) penggunaan paired t test

adalah untuk menguji perbedaan suatu perlakuan terhadap suatu besaran

variabel yang ingin ditentukan. Rancangan ini paling umum dikenal

dengan rancangan pre-post, artinya membandingkan rata-rata nilai

pretest dan rata-rata postest dari satu smapel. Batas kemaknaan yang

sering digunakan =0,05, hasil penelitian dikatakan bermakna jika p

0,05 artinya ada perbedaan peningkatan berat badan dan respon

fisiologis bayi BBLR, jika p>0,05 maka tidak ada perbedaan

peningkatan berat badan dan respon fisiologis bayi BBLR.


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Kanguru Terhadap

Kenaikan Berat Badan Dan Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) Diruang Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang. dengan

umur bayi 1-10 hari. Pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu pretest dan

posttest. Perbedaan Berat Badan Dan Respon Fisiologis Bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) sebelum dan sesudah dilakukan metode kangguru

diuraikan sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Rata-Rata Berat Badan Bayi Sebelum Diberikan Metode Kangguru

Tabel 5.1
Rata-Rata Berat Badan Pada Bayi Sebelum Diberikan Metode
Kanguru Diruang Perinatologi RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2016

Standar Standar
Berat Badan N Mean CI 95%
Deviasi Error
2246,5 2173,98 34,651
Sebelum 20 154,963
gram 2319,02

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi

sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2246,50 gram dengan

standar deviasi 154,963. Berdasarkan hasil estimate interval dapat


disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata berat badan bayi sebelum

diberikan metode kangguru berkisar antara 2173,98 2319,02.

b. Rata-Rata Berat Badan Bayi Sesudah Diberikan Metode Kangguru

Tabel 5.2
Rata-Rata Berat Badan Bayi Sesudah Diberikan Metode Kanguru
Diruang Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2016

Standar Standar
Berat Badan N Mean CI 95%
Deviasi Error
2455 2370,04 40,591
Sesudah 20 181,529
gram 2539,96

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi

sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2455 gram dengan

standar deviasi 181,529. Berdasarkan hasil estimate interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata berat badan bayi sesudah

diberikan metode kangguru berkisar antara 2370,04 2539,96.


c. Rata-Rata Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Sebelum Diberikan Metode Kangguru

Tabel 5.3
Rata-Rata Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR )
Sebelum Diberikan Metode Kanguru Diruang Perinatologi RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2016

Standar Standar
Respon Fisiologis N Mean CI 95%
Deviasi Error
Suhu
36,09 0,051
Sebelum 20 36,2 C 0,231
36,30
Frekuensi Denyut Nadi
20 127,05 122,20 10,35 2,31
Sebelum
x/menit 131,90
Pernafasan
61
Sebelum 20 58,90 63,10 4,496 1,005
x/menit

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa rata-rata respon fisiologi

dilihat dari suhu bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,2C dengan standar deviasi 0,23. Rata-rata respon fisiologi dilihat dari

frekuensi denyut nadi bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 127,05x/menit dengan standar deviasi 10,35. Dan rata-rata respon

fisiologi dilihat dari pernapasan bayi sebelum diberikan metode kangguru

yaitu sebesar 61x/menit dengan standar deviasi 4,496.


d. Rata-Rata Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Metode Kangguru

Tabel 5.4
Rata-Rata Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR )
Sesudah Diberikan Metode Kanguru Diruang Perinatologi RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2016

Standar Standar
Respon Fisiologis N Mean CI 95%
Deviasi Error
Suhu
36,94 36,74 37,15 0,097
Sesudah 20 0,437
C
Frekuensi Denyut Nadi
20 153,95 146,76 15,37 3,43
Sesudah
x/menit 161,14
Pernafasan
51,90
Sesudah 20 49,6254,18 4,866 1,088
x/menit

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa rata-rata respon fisiologi

dilihat dari suhu bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,94C dengan standar deviasi 0,43. Rata-rata respon fisiologi dilihat dari

frekuensi denyut nadi bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 153,95x/menit dengan standar deviasi 3,43. Dan rata-rata respon

fisiologi dilihat dari pernapasan bayi sesudah diberikan metode kangguru

yaitu sebesar 51,90x/menit dengan standar deviasi 4,866.


2. Hasil Bivariat

Perbedaan rata-rata berat badan bayi dan respon fisiologi bayi berat

badan lahir rendah sebelum dan sesudah diberikan metode kangguru dianalisa

dengan menggunakan uji T-test.

a. Perbedaan Rata-Rata Berat Badan Bayi Sebelum Dan Sesudah


Diberikan Metode Kangguru

Tabel 5. 5
Perbedaan Rata-Rata Berat Badan Bayi Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Metode Kangguru Diruang Perinatologi RSUD DR. Achmad
Mochtar Bukittinggi
Tahun 2016

Standar P
Berat Badan N Mean CI 95%
Deviasi value
2246,5 2173,98 2319,02
Sebelum 20 154,963
gram 0,000
2455 2370,04 2539,96
Sesudah 20 181,529
gram
Mean Differences 208,5

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi

sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2246,5 gram dengan

standar deviasi 154,963, sedangkan rata-rata berat badan bayi sesudah

diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2455 gram dengan standar

deviasi 181,529. Berdasarkan hasil uji statistik di dapatkan p value=0,000

(p < 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan berat badan bayi

sebelum dan sesudah diberikan metode kangguru.


b. Perbedaan Rata-Rata Respon Fisiologis Sebelum Dan Sesudah
DiberikanMetode Kangguru

Tabel 5. 6
Perbedaan Rata-Rata Respon Fisiologi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Sebelum Dan Sesudah Diberikan Metode Kangguru Diruang
Perinatologi RSUD DR. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2016

Respon Standar P value


N Mean CI 95%
Fisiologis Deviasi
Suhu
Sebelum 20 36,2C 36,09 36,30 0,231 0,000
Sesudah 20 36,94C 36,74 37,15 0,437
Mean Differences 0,74
Frekuensi Denyut Nadi
20 127,05 122,20 131,90 10,35 0,000
Sebelum
x/menit
20 153,95 146,76 161,14 15,37
Sesudah
x/menit
Mean Differences 26,9
Pernafasan
85,75
Sebelum 20 84,74 86,76 2,14
x/menit
0,000
94,6
Sesudah 20 93,33 95,87 2,72
x/menit
Mean Differences 8,85

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa rata-rata respon fisiologis

dilihat dari suhu bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,2C dengan standar deviasi 0,23. Sedangkan rata-rata respon fisiologis

dilihat dari suhu bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,94C dengan standar deviasi 0,43. Rata-rata respon fisiologi dilihat dari

frekuensi denyut nadi bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu


sebesar 127,05x/menit dengan standar deviasi 10,35. Sedangkan rata-rata

respon fisiologi dilihat dari frekuensi denyut jantung bayi sesudah

diberikan metode kangguru yaitu sebesar 153,95x/menit dengan standar

deviasi 3,43. Dan rata-rata respon fisiologi dilihat dari pernafasan bayi

sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar 85,75 x/menit dengan

standar deviasi 2,14. Sedangkan rata-rata respon fisiologis dilihat dari

pernafasan bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

94,60x/menit dengan standar deviasi 0,60. Dari hasil uji statistik

didapatkan pula p value=0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat

perbedaan respon fisiologis pada bayi berat badan lahir rendah sebelum

dan sesudah diberikan metode kangguru.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Hasil Univariat

1. Rata-Rata Berat Badan Bayi Sebelum Diberikan Metode Kangguru

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi

sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2246,50 gram dengan

standar deviasi 154,963. Berdasarkan hasil estimate interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata berat badan bayi sebelum

diberikan metode kangguru berkisar antara 2173,98 2319,02.

Menurut teori metode kanguru adalah metode perawatan dini

dengan sentuhan kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kanguru.

Pelaksanaan perawatan metode kanguru dilakukan pada semua bayi-bayi

kecil, ada dua cara yaitu PMK (Perawatan Metode Kanguru) intermiten

(sewaktu-waktu) adalah perawatan pada bayi-bayi yang masih terpasang

infus, oksigen dan masih dalam perawatan inkubator dilakukan selama 1-2

jam sedangkan PMK continu (terus-menerus selama 24 jam/hari)

dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa infus, oksigen dan bayi

aktif, reflek hisap baik serta ibu mendukung dilakukan PMK (Efar, 2008).

Secara teori manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat

badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan

bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR

yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR

yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Menurut teori

Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat


mencapai 30 g/hari, sedangkan menurut teori gupta Gupta juga

menunjukkan kenaikkan berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Arlen

(2009) mengenai hubungan pelaksanaan PMK dengan kenaikan berat

badan bayi di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta diperoleh hasil

bahwa sebagian besar ibu (65%) tidak melaksanakan PMK dengan baik

dan sebanyak 54,7% bayi tidak mengalami kenaikan berat badan dan ada

hubungan yang signifikan antara pelaksanaan PMK dengan kenaikan berat

badan dengan rata-rata kenaikan sebesar 12,5%.

Peneliti berasumsi bahwa, metode kangguru merupakan metode

terbaik untuk mendekatkan ibu dan bayi, dimana pada metode kangguru

terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. Metode kangguru merupakan

kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan

dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi

kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi

stabil. Metode kangguru dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah

setelah bayi pulang. Salah satu manfaat dari metode kangguru adalah dapat

meningkatkan berat badan bayi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

bahwa didapatkan sebelum dan sesudah diberikan metode kangguru maka

terjadi kenaikan berat badan dengan selisih 208,50, artinya dalam

penelitian ini terlihat adanya manfaat metode kangguru tersebut terhadap

kenaikan berat badan bayi.


2. Rata-Rata Berat Badan Bayi Sesudah Diberikan Metode Kangguru

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi

sesudah diberikan metode kangguru berkisar antara 2173,98 2319,02.

Sedangkan rata-rata berat badan bayi sesudah diberikan metode kangguru

yaitu sebesar 2455,00 gram dengan standar deviasi 181,529. Berdasarkan

hasil estimate interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata

berat badan bayi sesudah diberikan metode kangguru berkisar antara

2370,04 2539,96.

Menurut teori metode kanguru adalah metode perawatan dini

dengan sentuhan kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kanguru.

Pelaksanaan perawatan metode kanguru dilakukan pada semua bayi-bayi

kecil, ada dua cara yaitu PMK (Perawatan Metode Kanguru) intermiten

(sewaktu-waktu) adalah perawatan pada bayi-bayi yang masih terpasang

infus, oksigen dan masih dalam perawatan inkubator dilakukan selama 1-2

jam sedangkan PMK continu (terus-menerus selama 24 jam/hari)

dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa infus, oksigen dan bayi

aktif, reflek hisap baik serta ibu mendukung dilakukan PMK (Efar, 2008).

Secara teori manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat

badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan

bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR

yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR

yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Menurut teori

Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat


mencapai 30 g/hari, sedangkan menurut teori gupta Gupta juga

menunjukkan kenaikkan berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari.

Selain itu hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang

dilakukan oleh Ni Nyoman Murti (2013) mengatakan hampir seluruh bayi

mengalami kenaikkan berat badannya > 20 gram selama 3 hari berturut-

turut atau 3 x 24 jam sebaliknya pada ibu yang tidak melaksanakan PMK

dengan baik sebagian besar bayi kenaikkan berat badannya < 20 gram per

hari dalam 3 hari berturut-turut (3x24 jam) sehingga hal ini menegaskan

bahwa ibu yang melaksanakan PMK dengan baik memiliki peluang besar

bayinya kenaikkan berat badannya > 20 gram dibandingkan dengan ibu

yang melaksanakan PMK tidak baik.

Peneliti berasumsi bahwa, metode kangguru merupakan metode

terbaik untuk mendekatkan ibu dan bayi, dimana pada metode kangguru

terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. Metode kangguru merupakan

kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan

dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi

kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi

stabil. Metode kangguru dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah

setelah bayi pulang. Salah satu manfaat dari metode kangguru adalah dapat

meningkatkan berat badan bayi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

bahwa didapatkan sebelum dan sesudah diberikan metode kangguru maka

terjadi kenaikan berat badan dengan selisih 208,50, artinya dalam

penelitian ini terlihat adanya manfaat metode kangguru tersebut terhadap

kenaikan berat badan bayi.


3. Rata-Rata Respon Fisiologi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Sebelum Diberikan Metode Kangguru
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa rata-rata respon fisiologi

dilihat dari suhu bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,20C dengan standar deviasi 0,23. Rata-rata respon fisiologi dilihat dari

frekuensi denyut Nadi bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 127,05x/menit dengan standar deviasi 10,35. Dan rata-rata respon

fisiologi dilihat dari pernapasan bayi sebelum diberikan metode kangguru

yaitu sebesar 61x/menit dengan standar deviasi 4,496.

Menurut teori bayi prematur secara umum belum mempunyai

kematangan dalam system pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan

lingkungan. Bayi prematur yang mempunyai berat badan lahir rendah

cenderung mengalami hipotermi. Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak

subkutan pada bayi sehingga sangat mudah di pengaruhi oleh suhu

lingkungan. Pada umumnya, bayi premature dan mempunyai berat badan

lahir rendah harus dirawat dalam inkubator (Priya, 2004). Perawatan bayi

lekat yang kerap disebut Kangaroo mother care sebenarnya sudah banyak

dibicarakan di masyarakat. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh

Rey dan Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan perawatan bayi

kecil atau bayi prematur yang di ilhami oleh cara ibu binatang kanguru

merawat anaknya yang selalu lahir prematur (Efar, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deswita (2010)

tentang Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Respon

Fisiologis Bayi Prematur menunjukkan terdapat peningkatan suhu tubuh

bayi ke arah normal setelah diberikan PMK. Pada hari pertama terjadi
peningkatan suhu tubuh sebesar 0,23C, hari kedua terjadi peningkatan

sebesar 0,27C, sedangkan pada hari ketiga terjadi peningkatan suhu tubuh

sebesar 0,3C setelah diberikan PMK. Ketikadilakukan analisis yang lebih

detail terlihat bahwa dari 16 responden semua bayi mengalami kenaikan

denyut jantung ke arah normal sesudah pemberian PMK, tidak ada yang

suhu tubuhnya tetap ataupun menurun.

Selain itu penelitian Deswita juga memperlihatkan bahwa terjadi

kenaikan denyut jantung bayi prematur ke arah normal setelah pemberian

PMK. Hari pertama, denyut jantung meningkat sebesar 2,88 kali per menit,

hari kedua meningkat 2,00 kali per menit, dan hari ketiga meningkat

sebesar 1,13 kali per menit. Ketika dilakukan analisis yang lebih detail

terlihat bahwa dari 16 responden, sebanyak 10 bayi mengalami kenaikan

denyut jantung ke arah normal sesudah pemberian PMK dan ada 6 bayi

yang mengalami penurunan denyut jantung. Bayi yang mengalami

kenaikan denyut jantung, rata-rata denyut jantung sebelum PKM lebih

rendah(mean= 150 kali per menit). Sedangkan, pada bayi yangmengalami

penurunan denyut jantung, rata-rata denyutjantung bayi sebelum PMK

lebih tinggi (mean = 156,6 kali per menit).

Selain meningkatkan suhu tubuh ke arah normal dan peningkatan

denyut jantung, PMK juga berdampak terhadap kenaikan saturasi oksigen.

bahwa terdapat peningkatan saturasi oksigen sesudah pemberian PMK.

Hari pertama terjadi peningkatan saturasi oksigen sebesar 0,56%, hari

kedua meningkat sebesar 0,44%, sedangkan hari ketiga meningkat sebesar

0,50%. Ketika dilakukan analisis yang lebih rinci terlihat bahwa dari 16
responden sebanyak 13 bayi mengalami peningkatan saturasi oksigen dan

ada 3 bayi yang mengalami penurunan saturasi oksigen sesudah dilakukan

PMK. Bayi yang mengalami peningkatan saturasi oksigen, rata-rata

saturasi oksigen sebelum PMK lebih rendah (mean= 93%). Sedangkan,

bayi yang mengalami penurunan saturasi oksigen, rata-rata saturasi

oksigen sebelum pemberian PMK lebih tinggi (mean =97%).

Peneliti berasumsi bahwa saturasi oksigen cenderung mengalami

penurunan apabila frekuensi denyut jantung mengalami bradikardi atau

takikardi. Frekuensi denyut jantung yang sangat lambat atau sangat cepat

akan mempengaruhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Penelitian ini telah

membuktikan bahwa PMK dapat meningkatkan suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung, dan saturasi oksigen pada bayi prematur ke arah normal.

Peneliti berkesimpulan bahwa metode kangguru dapat diimplementasikan

dalam penerapan asuhan keperawatan pada bayi neonatus,terutama dalam

kondisi keterbatasan penyediaan inkubator bagi bayi prematur. Peneliti

juga menyarankan bagi ibu yang memiliki bayi prematur agar PMK dapat

dilakukan di rumah setelah bayi pulang dari rumah sakit karena

berdasarkan hasil penelitian metode kangguru mampu memicu terjadinya

kenaikan berat badan dan memperbaiki respon fisiologi pada bayi berat

badan lahir rendah yang ditinjau dari suhu, denyut jantung dan saturasi

oksigen.
4. Rata-Rata Respon Fisiologi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Sesudah Diberikan Metode Kangguru

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa rata-rata respon fisiologi

dilihat dari suhu bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,94Cdengan standar deviasi 0,43. Rata-rata respon fisiologi dilihat dari

frekuensi denyut Nadi bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 153,95 dengan standar deviasi 3,43. Dan rata-rata respon fisiologi

dilihat dari pernapasan bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 51,90x/menit dengan standar deviasi 4,866.

menurut teori perawatan kanguru ini telah terbukti dapat

menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama serta denyut

jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi. Perawatan kulit ke kulit

mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini

mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan

pemberian ASI (Henderson, 2006). Di samping efek sentuhan kulit,

metode tersebut akan membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan

digendong memakai jarit. Berat badannya pun akan cepat naik (Azzam,

2009).

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses

adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan

ekstrauterin (Aziz, 2008). Kelahiran premature dan bayi dengan berat

badan lahir rendah adalah penyebab terbesar angka kematian bayi diikuti

kejadian infeksi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa bayi premature

mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin


akibat ketidakmatangan system organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung,

ginjal, hati, dan system pencernaannya (Sloan, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deswita (2010)

tentang Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Respon

Fisiologis Bayi Prematur menunjukkan terdapat peningkatan suhu tubuh

bayi ke arah normal setelah diberikan PMK. Pada hari pertama terjadi

peningkatan suhu tubuh sebesar 0,23C, hari kedua terjadi peningkatan

sebesar 0,27C, sedangkan pada hari ketiga terjadi peningkatansuhu tubuh

sebesar 0,3C setelah diberikan PMK. Ketikadilakukan analisis yang lebih

detail terlihat bahwa dari 16 responden semua bayi mengalami kenaikan

denyut jantung ke arah normal sesudah pemberian PMK, tidak ada yang

suhu tubuhnya tetap ataupun menurun.

Selain itu penelitian Deswita juga memperlihatkan bahwa terjadi

kenaikan denyut jantung bayi prematur ke arah normal setelah pemberian

PMK. Hari pertama, denyut jantung meningkat sebesar 2,88 kali per menit,

hari kedua meningkat 2,00 kali per menit, dan hari ketiga meningkat

sebesar 1,13 kali per menit. Ketika dilakukan analisis yang lebih detail

terlihat bahwa dari 16 responden, sebanyak 10 bayi mengalami kenaikan

denyut jantung ke arah normal sesudah pemberian PMK dan ada 6 bayi

yang mengalami penurunan denyut jantung. Bayi yang mengalami

kenaikan denyut jantung, rata-rata denyut jantung sebelum PKM lebih

rendah(mean= 150 kali per menit). Sedangkan, pada bayi yangmengalami

penurunan denyut jantung, rata-rata denyutjantung bayi sebelum PMK

lebih tinggi (mean = 156,6 kali per menit).


Selain meningkatkan suhu tubuh ke arah normal dan peningkatan

denyut jantung, PMK juga berdampak terhadap kenaikan saturasi oksigen.

bahwa terdapat peningkatan saturasi oksigen sesudah pemberian PMK.

Hari pertama terjadi peningkatan saturasi oksigen sebesar 0,56%, hari

kedua meningkat sebesar 0,44%, sedangkan hari ketiga meningkat sebesar

0,50%. Ketika dilakukan analisis yang lebih rinci terlihat bahwa dari 16

responden sebanyak 13 bayi mengalami peningkatan saturasi oksigen dan

ada 3 bayi yang mengalami penurunan saturasi oksigen sesudah dilakukan

PMK. Bayi yang mengalami peningkatan saturasi oksigen, rata-rata

saturasi oksigen sebelum PMK lebih rendah (mean= 93%). Sedangkan,

bayi yang mengalami penurunan saturasi oksigen, rata-rata saturasi

oksigen sebelum pemberian PMK lebih tinggi (mean =97%).

Peneliti berasumsi bahwa saturasi oksigen cenderung mengalami

penurunan apabila frekuensi denyut jantung mengalami bradikardi atau

takikardi. Frekuensi denyut jantung yang sangat lambat atau sangat cepat

akan mempengaruhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Penelitian ini telah

membuktikan bahwa PMK dapat meningkatkan suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung, dan saturasi oksigen pada bayi prematur ke arah normal.

Peneliti berkesimpulan bahwa metode kangguru dapat diimplementasikan

dalam penerapan asuhan keperawatan pada bayi neonatus,terutama dalam

kondisi keterbatasan penyediaan inkubator bagi bayi prematur. Peneliti

juga menyarankan bagi ibu yang memiliki bayi prematur agar PMK dapat

dilakukan di rumah setelah bayi pulang dari rumah sakit karena

berdasarkan hasil penelitian metode kangguru mampu memicu terjadinya


kenaikan berat badan dan memperbaiki respon fisiologi pada bayi berat

badan lahir rendah yang ditinjau dari suhu, denyut jantung dan saturasi

oksigen.

B. Hasil Bivariat

1. Perbedaan Rata-Rata Berat Badan Bayi Sebelum Dan Sesudah


Diberikan Metode Kangguru

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa rata-rata berat badan bayi

sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2246,5 gram dengan

standar deviasi 154,963, sedangkan rata-rata berat badan bayi sesudah

diberikan metode kangguru yaitu sebesar 2455 gram dengan standar

deviasi 181,529. Berdasarkan hasil uji statistik di dapatkan p value=0,000

(p < 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan berat badan bayi

sebelum dan sesudah diberikan metode kangguru.

Menurut teori manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat

badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan

bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR

yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR

yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi

memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat mencapai 30

g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikkan berat badan yang mirip

yaitu 29 g/hari. Pelaksanaan perawatan metode kanguru dilakukan pada

semua bayi-bayi kecil, ada dua cara yaitu PMK (Perawatan Metode

Kanguru) intermiten (sewaktu-waktu) adalah perawatan pada bayi-bayi

yang masih terpasang infus, oksigen dan masih dalam perawatan inkubator
dilakukan selama 1-2 jam sedangkan PMK continu (terus-menerus selama

24 jam/hari) dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa infus,

oksigen dan bayi aktif, reflek hisap baik serta ibu mendukung dilakukan

PMK (Efar, 2008).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Arlen

(2009) mengenai hubungan pelaksanaan PMK dengan kenaikan berat

badan bayi di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta diperoleh hasil

bahwa sebagian besar ibu (65%) tidak melaksanakan PMK dengan baik

dan sebanyak 54,7% bayi tidak mengalami kenaikan berat badan dan ada

hubungan yang signifikan antara pelaksanaan PMK dengan kenaikan berat

badan dengan rata-rata kenaikan sebesar 12,5%.

Selain itu hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang

dilakukan oleh Ni Nyoman Murti (2013) mengatakan hampir seluruh bayi

mengalami kenaikkan berat badannya > 20 gram selama 3 hari berturut-

turut atau 3 x 24 jam sebaliknya pada ibu yang tidak melaksanakan PMK

dengan baik sebagian besar bayi kenaikkan berat badannya < 20 gram per

hari dalam 3 hari berturut-turut (3x24 jam) sehingga hal ini menegaskan

bahwa ibu yang melaksanakan PMK dengan baik memiliki peluang besar

bayinya kenaikkan berat badannya > 20 gram dibandingkan dengan ibu

yang melaksanakan PMK tidak baik.

Peneliti berasumsi bahwa, metode kangguru merupakan metode

terbaik untuk mendekatkan ibu dan bayi, dimana pada metode kangguru

terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. Metode kangguru merupakan

kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan
dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi

kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi

stabil. Metode kangguru dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah

setelah bayi pulang. Salah satu manfaat dari metode kangguru adalah dapat

meningkatkan berat badan bayi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

bahwa didapatkan sebelum dan sesudah diberikan metode kangguru maka

terjadi kenaikan berat badan dengan selisih 208,50, artinya dalam

penelitian ini terlihat adanya manfaat metode kangguru tersebut terhadap

kenaikan berat badan bayi dan terdapat perbedaan berat badan sebelum

dan sesudah dilakukan metode kangguru.

2. Perbedaan Rata-Rata Respon Fisiologis Sebelum Dan Sesudah


Diberikan Metode Kangguru

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa rata-rata respon fisiologis

dilihat dari suhu bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,2C dengan standar deviasi 0,23. Sedangkan rata-rata respon fisiologis

dilihat dari suhu bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

36,94C dengan standar deviasi 0,43. Rata-rata respon fisiologi dilihat dari

frekuensi denyut nadi bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 127,05x/menit dengan standar deviasi 10,35. Sedangkan rata-rata

respon fisiologi dilihat dari frekuensi denyut jantung bayi sesudah

diberikan metode kangguru yaitu sebesar 153,95x/menit dengan standar

deviasi 3,43. Dan rata-rata respon fisiologi dilihat dari pernafasan bayi

sebelum diberikan metode kangguru yaitu sebesar 85,75 x/menit dengan

standar deviasi 2,14. Sedangkan rata-rata respon fisiologis dilihat dari


pernafasan bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

94,60x/menit dengan standar deviasi 0,60. Dari hasil uji statistik

didapatkan pula p value=0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat

perbedaan respon fisiologis pada bayi berat badan lahir rendah sebelum

dan sesudah diberikan metode kangguru.

Menurut teori perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan

suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan

kehidupan ekstrauterin (Aziz, 2008). Kelahiran premature dan bayi dengan

berat badan lahir rendah adalah penyebab terbesar angka kematian bayi

diikuti kejadian infeksi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa bayi

premature mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan

ekstrauterin akibat ketidakmatangan system organ tubuhnya seperti paru-

paru, jantung, ginjal, hati, dan system pencernaannya (Sloan, 2008).

Secara teori manfaat metode kangguru adalah meningkatkan berat

badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan

bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR

yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR

yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi

memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat mencapai 30

g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikkan berat badan yang mirip

yaitu 29 g/hari. Selain itu menurut teori perawatan kanguru ini telah

terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama

serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi. Perawatan kulit

ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini
mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan

pemberian ASI (Henderson, 2006). Di samping efek sentuhan kulit,

metode tersebut akan membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan

digendong memakai jarit. Berat badannya pun akan cepat naik (Azzam,

2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deswita tentang

Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Respon Fisiologis Bayi

Prematur menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna dari

perawatan metode kanguru terhadap respons fisiologis bayi prematur

seperti peningkatan suhu tubuh ke arah suhu nornal (p value = 0,000),

peningkatan frekuensi denyut jantung ke arah normal (p value = 0,003),

dan peningkatan saturasi oksigen ke arah normal (p value = 0,023). Oleh

karena itu, metode perawatan kanguru merupakan cara yang efektif,

mudah, dan murah untuk merawat bayi prematur.

Peneliti berasumsi bahwa, metode kangguru sangat efektif dapat

meningkatkan respon fisiologis pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukan (p < 0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode kangguru terhadap respon

fisiologis pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dapat terlihat

dari hasil penelitian bahwa dari 20 orang bayi yang diberikan metode

kangguru secara keseluruhan bayi mengalami peningkatan respon fisiologi

yang ditinjau dari suhu, denyut jantung dan saturasi oksigen. Hal ini sesuai

dengan tujuan metode kangguru yang merupakan kontrak kulit antara ibu

dan bayi yang dapat meningkatkan berat badan dan respon fisiologis pada
bayi prematur atau berat badan lahir rendah. Sehingga dalam penelitian ini

terdapat perbedaan respon fisiologis sebelum dan sesudah diberikan

metode kangguru.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata berat badan bayi sebelum diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 2246,50 gram dengan standar deviasi 154,963.

2. Rata-rata berat badan bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu

sebesar 2455,00 gram dengan standar deviasi 181,529.

3. Rata-rata respon fisiologi suhu bayi sebelum diberikan metode

kangguru yaitu sebesar 36,20C, frekuensi denyut Nadi bayi

127,05x/menit Dan pernapasan bayi sebesar 61x/menit.

4. Rata-rata respon fisiologi suhu bayi sesudah diberikan metode

kangguru yaitu sebesar 36, denyut Nadi bayi sebesar 153,95 Dan rata-

rata pernapasan bayi sesudah diberikan metode kangguru yaitu sebesar

51,90x/menit.

5. Terdapat perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah diberikan

metode kangguru dengan nilai p value=0,000

6. Terdapat perbedaan respon fisiologi bayi berat badan lahir rendah

(suhu, denyut jantung dan saturasi oksigen) dengan nilai p

value=0,000.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian maka

peneliti dapat merekomendasikan beberapa saran :

1. Bagi Ibu

Diharapkan Metode kanguru dapat mempermudah ibu dalam pemberian

ASI kepada bayi setiap hari, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat

bayi, dan pada saat menyusui bisa meningkatkan lama menyusui kepada

bayi.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini tenaga kesehatan mampu

menerapkan metode kangguru pada bayi dengan berat badan lahir rendah

dan mampu menyarankan kepada orang tua agar tetap melaksanakan

metode kangguru setelah pulang dari rumah sakit supaya tetap dapat

melaksanakan metode kanguru setiap hari nya dirumah kepada bayi,

supaya hubungan bathin ibu dan bayi menjadi lebih dekat.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkini tentang

pengaruh metode kanguru terhadap peningkatan berat dan respon fisiologis

bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Sehingga dapat dijadikan acuan

bagi mahasiswa disaat penelitian untuk mengembangkan variable-variabel

yang dapat meningkatkan berat badan lahir dan respon fisiologis pada

BBLR
DAFTAR PUSTAKA

Anik. 2009. Buku Asuhan Neonatus dan Balita. Jakarta : EGC

Arlen. 2009. Hubungan pelaksanaan PMK dengan kenaikan berat badan bayi di
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Naskah Publikasi :
Diakses tanggal 03 Agustus 2016

Aziz Alimul. (2008). Buku Saku : Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi Revisi. Yogyakarta : Amara Books.

Berbara. (2011). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Deswita. 2010. Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Respon


Fisiologis Bayi Prematur. Naskah Publikasi : Diakses tanggal 03
Agustus 2016

Dewi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika

Dyah, dkk. 2015. Pengaruh Penerapan Metode Kangguru dengan Peningkatan


Berat Badan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) di RS.PKU
Muhammadiyah Gombong. Dalam : jurnal involusi kebidanan, vol. 5, no.
9,januari 2015,65-78

Efar, dkk. 2008. Perawatan Metode Kanguru BBLR. Jakarta : TIM

Maryanti, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta : TIM

Muslihatun Wafi Nur. 2008. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta: EGC

Ni Nyoman, dkk. 2014. Pengaruh Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru


(PMK) terhadap kenaikan berat badan pada bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). Dalam : jurnal husada mahakam, vol.iii, no.7, mei 2014,
hal 319-387

Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi penelitian Kebidanan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Refarat, dkk. 2011. Perawatan Bayi Kangaroo Mother Care. Jakarta : TIM

Rukiyah, dkk. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : TIM
Ramanathan, K., Paul,V.K., dkk. (2001). Kangaroo Mother Care in Very Low
Birth Weight Infants. Indian Journal Pediatrics, 68 (11), Nov. 1019-
1023.

Setiawan, dkk. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha

Medika

Sibagariang, dkk. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma

Kesehatan. Jakarta : TIM

Sudarti, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika

Sudarti,dkk. 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.Yogyakarta :


Nuha Medika

Sloan, dkk. 2008. Perubahan Fisiologis pada BBLR. Jakarta : TIM

Sastroasmoro,S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4.


Jakarta : CV Sagung Seto..

Wilson (2009). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.


LAMPIRAN 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Berat Badan Dan Respon Fisiologis Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Diruangan
Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2016

Feb'15 mar'16 April'16 Mai'16 Jun'16 Juli'16 Agust'16 Sept'16 Okt"16


NO KEGIATAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 PENGAJUAN JUDUL
2 KONSULTASI PROPOSAL ( BAB I, II, III )
3 PENGUMPULAN PROPOSAL
4 UJIAN PROPOSAL
5 PENYERAHAN PERBAIKAN PROPOSAL
6 PENGURUSAN SURAT IZIN PENELITIAN
7 PENELITIAN DAN KONSULTASI
8 PENYERAHAN LTA
9 SIDANG LTA
10 PENYERAHAN PERBAIKAN LTA
11 YUDISIUM

MAHASISWA
Pembimbing Bukittinggi, September 2016

Oktavianis, S. ST, M. Biomed Five Try Ramadiaty


Explore
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Berat Badan Sebelum 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Berat Badan Sesudah 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Suhu Sebelum 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Suhu Sesudah 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Frekuensi Denyut
20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Nadi Sebelum
Frekuensi Denyut
20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Nadi Sesudah
Pernafasan Sebelum 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Pernafasan Sesudah 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Descriptives

Statistic Std. Error


Berat Badan Sebelum Mean 2246.50 34.651
95% Confidence Lower Bound 2173.98
Interval for Mean Upper Bound
2319.02

5% Trimmed Mean 2255.56


Median 2300.00
Variance 24013.421
Std. Deviation 154.963
Minimum 1900
Maximum 2430
Range 530
Interquartile Range 300
Skewness -.627 .512
Kurtosis -.425 .992
Berat Badan Sesudah Mean 2455.00 40.591
95% Confidence Lower Bound 2370.04
Interval for Mean Upper Bound
2539.96

5% Trimmed Mean 2461.11


Median 2500.00
Variance 32952.632
Std. Deviation 181.529
Minimum 2100
Maximum 2700
Range 600
Interquartile Range 308
Skewness -.410 .512
Kurtosis -.944 .992
Descriptives

Statistic Std. Error


Suhu Sebelum Mean 36.200 .0518
95% Confidence Lower Bound 36.092
Interval for Mean Upper Bound
36.308

5% Trimmed Mean 36.206


Median 36.250
Variance .054
Std. Deviation .2317
Minimum 35.7
Maximum 36.6
Range .9
Interquartile Range .4
Skewness -.621 .512
Kurtosis -.155 .992
Suhu Sesudah Mean 36.945 .0977
95% Confidence Lower Bound 36.740
Interval for Mean Upper Bound
37.150

5% Trimmed Mean 36.967


Median 36.900
Variance .191
Std. Deviation .4371
Minimum 36.0
Maximum 37.5
Range 1.5
Interquartile Range .8
Skewness -.237 .512
Kurtosis -.606 .992
Descriptives

Statistic Std. Error


Frekuensi Denyut Mean 127.05 2.315
Nadi Sebelum 95% Confidence Lower Bound 122.20
Interval for Mean Upper Bound
131.90

5% Trimmed Mean 127.28


Median 126.00
Variance 107.208
Std. Deviation 10.354
Minimum 110
Maximum 140
Range 30
Interquartile Range 18
Skewness -.250 .512
Kurtosis -1.017 .992
Frekuensi Denyut Mean 153.95 3.437
Nadi Sesudah 95% Confidence Lower Bound 146.76
Interval for Mean Upper Bound
161.14

5% Trimmed Mean 155.11


Median 159.00
Variance 236.261
Std. Deviation 15.371
Minimum 110
Maximum 177
Range 67
Interquartile Range 18
Skewness -1.165 .512
Kurtosis 2.345 .992
Descriptives

Statistic Std. Error


Pernafasan Sebelum Mean 61.00 1.005
95% Confidence Lower Bound 58.90
Interval for Mean Upper Bound
63.10

5% Trimmed Mean 61.06


Median 62.00
Variance 20.211
Std. Deviation 4.496
Minimum 53
Maximum 68
Range 15
Interquartile Range 8
Skewness -.239 .512
Kurtosis -1.158 .992
Pernafasan Sesudah Mean 51.90 1.088
95% Confidence Lower Bound 49.62
Interval for Mean Upper Bound
54.18

5% Trimmed Mean 51.56


Median 51.50
Variance 23.674
Std. Deviation 4.866
Minimum 44
Maximum 66
Range 22
Interquartile Range 6
Skewness 1.082 .512
Kurtosis 2.458 .992

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Berat Badan Sebelum .185 20 .071 .916 20 .083
Berat Badan Sesudah .148 20 .200* .941 20 .249
Suhu Sebelum .200 20 .035 .930 20 .155
Suhu Sesudah .148 20 .200* .933 20 .178
Frekuensi Denyut
Nadi Sebelum .132 20 .200* .909 20 .062
Frekuensi Denyut
Nadi Sesudah .177 20 .100 .905 20 .051
Pernafasan Sebelum .148 20 .200* .944 20 .286
Pernafasan Sesudah .152 20 .200* .908 20 .058
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
T-Test

1. Berat Badan
Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Berat Badan Sebelum 2246.50 20 154.963 34.651
1 Berat Badan Sesudah 2455.00 20 181.529 40.591

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair Berat Badan Sebelum &
20 .853 .000
1 Berat Badan Sesudah

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig.
Pair Berat Badan Sebelum -
1 Berat Badan Sesudah -208.500 94.661 21.167 -252.803 -164.197 -9.850 19

T-Test
2. Respon fisiologis
[DataSet1] D:\LTA\LTA FIVE\HASIL OLAHAN DATA FIVE\ANALISA SPSS.sav

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Suhu Sebelum 36.200 20 .2317 .0518
1 Suhu Sesudah 36.945 20 .4371 .0977
Pair Frekuensi Denyut
127.05 20 10.354 2.315
2 Nadi Sebelum
Frekuensi Denyut
Nadi Sesudah 153.95 20 15.371 3.437
Pair Pernafasan Sebelum 61.00 20 4.496 1.005
3 Pernafasan Sesudah 51.90 20 4.866 1.088
Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair Suhu Sebelum & Suhu
20 .457 .043
1 Sesudah
Pair Frekuensi Denyut Nadi
2 Sebelum & Frekuensi 20 .357 .123
Denyut Nadi Sesudah
Pair Pernafasan Sebelum &
20 .722 .000
3 Pernafasan Sesudah

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Suhu Sebelum - Suhu
-.7450 .3900 .0872 -.9275 -.5625 -8.544 19 .000
1 Sesudah
Pair Frekuensi Denyut Nadi
2 Sebelum - Frekuensi -26.900 15.165 3.391 -33.998 -19.802 -7.933 19 .000
Denyut Nadi Sesudah
Pair Pernafasan Sebelum -
9.100 3.508 .784 7.458 10.742 11.601 19 .000
3 Pernafasan Sesudah
Lampiran

pengaruh metode kanguru terhadap kenaikan berat badan dan respon fisiologis bayi
berat badan lahir rendah (BBLR) diruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2016

Respon Fisiologis
Berat badan BBLR (gram)
No Inisial Bayi Frekuensi Denyut
suhu Pernafasan
Kategori Nadi Kategori Kategori
Pre Test Post Test Kategori Pre Test Post Test Pre Test Post Test Pre Test Post Test
1 By Ny"K" 2320 2510 Naik 36,4 36,5 Ada 130 155 Ada 62 50 Ada
2 By Ny"L" 2300 2400 Naik 36,2 36,8 Ada 123 152 Ada 64 54 Ada
3 By Ny"N" 2430 2600 Naik 36 36 Tidak ada 110 140 Ada 65 54 Ada
4 By Ny"S" 2400 2620 Naik 36,2 36,7 Ada 140 160 Ada 53 44 Ada
5 By Ny"F" 2430 2700 Naik 36,6 37,5 Ada 140 175 Ada 55 48 Ada
6 By Ny"G" 2100 2300 Naik 36,3 37,5 Ada 138 160 Ada 55 48 Ada
7 By Ny"C" 2200 2400 Naik 36,4 37,5 Ada 122 170 Ada 55 47 Ada
8 By Ny"E" 2300 2500 Naik 36,3 36,9 Ada 134 134 Tidak ada 62 54 Ada
9 By Ny"D" 1900 2200 Naik 36 36,8 Ada 124 158 Ada 64 54 Ada
10 By Ny"I" 2000 2330 Naik 35,9 36,6 Ada 110 143 Ada 68 54 Ada
11 By Ny"R" 2100 2230 Naik 36,4 37 Ada 126 177 Ada 64 47 Ada
12 By Ny"T" 2400 2600 Naik 36,2 36,9 Ada 120 160 Ada 59 56 Ada
13 By Ny"W" 2200 2200 Tetap 36 37,5 Ada 120 162 Ada 59 50 Ada
14 By Ny"R" 2300 2630 Naik 35,8 36,7 Ada 110 110 Tidak ada 63 53 Ada
15 By Ny"L" 2100 2400 Naik 36,2 37,3 Ada 140 140 Tidak ada 59 50 Ada
16 By Ny"S" 2100 2100 Tetap 36,3 37,2 Ada 140 160 Ada 58 49 Ada
17 By Ny"N" 2420 2650 Naik 36,4 36,4 Tidak ada 131 145 Ada 57 48 Ada
18 By Ny"u" 2300 2530 Naik 35,7 36,5 Ada 137 156 Ada 65 55 Ada
19 By Ny"S" 2230 2500 Naik 36,3 37,1 Ada 126 162 Ada 67 57 Ada
20 By Ny"Z" 2400 2700 Naik 36,4 37,5 Ada 120 160 Ada 66 66 Tidak ada

You might also like