You are on page 1of 14

ASUHAN NEONATUS IKTERUS FISIOLOGI

Studi Kasus Dilaksanakan pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Fsiologi
di Ruang Kemuning BRSU Tabanan Tahun 2016

Ni Made Tina Erani Giri*), Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini**)

Abstract

Neonates are newborn babies aged 0-28 days. The problem that often occurs in
neonates one of them is jaundice. Jaundice is a yellow color that is found on the skin
or other organs due to accumulation of bilirubin in the blood. Physiological jaundice
occurs in term infants, bilirubin increased to 6-8mg/dl on day 3 to 5, the maximum of
12 mg/dl. The purpose of this final report, to describe a comprehensive midwifery
care in neonates. This type of research is the prospective approach. Data were
collected by interview, investigation, observation, study documentation. Result of this
final to do the intitial assessment and subsequent visits carried out four time. At the
initial assessment of the newborns mother complained baby looks yellow, objective
data of laboratory examination results with total bilirubin levels of
6,29mg/dl,bilirubin direct 0,54 mg/dl and indirect 5,75mg/dl. After the first visit, the
yellow began to decrease, on the second visit of yellow has been reduced. After the
third the mother of the newborn baby has complained prickly heat on the face and
fourth visits yellow and prickly heat issue have been resolved. Management
accordance with existing theories the needs and problems. The conclusions obtained
are writing objectives can be achieved which includes subjective data, objective data,
data analysis and management in accordance with the theory.

Keyword: midwifery care, neonatal jaundice

*) Alumni Akbid Bali Wisnu Dharma Denpasar


**) Dosen Akbid Bali Wisnu Dharma Denpasar

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 42 minggu dan
berat badan lahir 2500 4000 gram (Sondakh, 2013). Neonatus adalah bayi baru lahir
yang berusia 0 28 hari (Rochmah, 2012). Pada masa ini, sangat memerlukan
perhatian khusus baik dari orang tua, tenaga kesehatan, dan pemerintah agar tidak
terjadi masalah ataupun kelainan pada neonatus. Masalah yang sering terjadi pada
neonatus salah satunya adalah ikterus (Rochmah, 2012).
Ikterus adalah warna kuning yang sering di jumpai pada kulit atau organ lain
akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Fauziah, 2013). Ikterus neonatorum dibagi
menjadi fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis terjadi pada bayi cukup bulan,
bilirubin meningkat sampai 6 8 mg/dl pada hari ke-3 sampai ke-5, maksimum 12
mg/dl (Fauziah, 2013). Ikterus pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari ke-2
sampai hari ke-3 dan menghilang pada hari ke-10 (Manuaba, 2010).
Menurut Riskesdas 2007 (dalam penelitian Rosyada, 2013) penyebab kematian
neonatal 0 6 hari adalah gangguan pernafasan (37 %), prematuritas (34%), sepsis
(12 %), hipotermi (7 %), ikterus (6 %) dan kelainan kongenital (1%). Di Indonesia,
ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering dihadapi oleh
tenaga kesehatan terjadi sekitar 25 50 % bayi cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonatus kurang bulan (Depkes RI, 2006 dalam penelitian Aniesah, 2011). Sebagian
besar neonatus cukup bulan mengalami ikterus neonatorum fisiologis pada bayi
aterm 60 70 % (Madan dkk dalam penelitian pediatri, 2007). Komplikasi akibat
ikterus yaitu Kern ikterus yang merupakan diagnosis patologi anatomi, angka
kematian akibat kern ikterus tinggi yaitu 50 %, angka mordibitas 86%, (Madan dkk
dalam penelitian Pediatri, 2007).
Penyebab terjadinya ikterus fisiologis adalah inkompatibilitas golongan darah
feto-maternal (hemolisis), imaturitas hati (Dompas, 2012), trauma lahir,
keterlambatan mengklem tali pusat, abnormalitas congenital pada saluran
gastrointestinal, keterlambatan pemberian ASI, rendahnya asupan ASI, sepsis, BBLR,
prematuritas, riwayat KPD (ketuban pecah dalam waktu lama), asfiksia, dan
dehidrasi ( Janet Medforth dkk, 2012 ).
Komplikasi ikterus fisiologis kemungkinan menjadi ikterus patologis (Rochmah,
2012). Ikterus patologis dapat menjadi kernikterus atau ensefalopati bilirubin terjadi
pada keadaan hiperbilirubinemia indirek yang sangat tinggi, kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak, terutama pada korpus striatum, talamus
nukleus subtalamus hipokarpus, nukleus merah di dasar ventrikel (Rochmah, 2012).
Upaya pemerintah mencegah masalah pada neonatus adalah program kunjungan
neonatal yaitu 3 kali kunjungan, bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin apabila terdapat
kelainan atau masalah yang terjadi pada neonatus (Depkes RI, 2014) dan standar
pelayanan kunjungan neonatal yang berisi panduan pelayanan kesehatan bayi baru
lahir dan perlindungan anak (Depkes RI, 2014).
Namun dari upaya pemerintah dalam menangani masalah pada neonatus belum
cukup. Karena, angka kejadian ikterus fisiologis pada neonatus masih tinggi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BRSU Tabanan, jumlah bayi baru
lahir pada tahun 2015 sebanyak 1,495. Dari jumlah bayi baru lahir tersebut, jumlah
kejadian ikterus fisiologis pada neonatus yang dirawat di ruang Kemuning BRSU
Tabanan pada bulan Januari Desember 2015 tercatat sebanyak 570 kasus (Data
rekam medik BRSU Tabanan, 2015).
Berdasarkan uraian diatas bahwa, sangat penting pengelolaan asuhan
komprehensif pada neonatus dengan ikterus fisiologis untuk mencegah komplikasi
yang akan timbul. Untuk itu, penulis tertarik mengambil Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Neonatus dengan Ikterus Fisiologis di Ruang Kemuning BRSU
Tabanan Tahun 2016
Tujuan umum untuk menggambarkan asuhan kebidanan komprehensif pada
neonatus dengan ikterus fisiologis di Ruang Kemuning BRSU Tabanan Tahun 2016
yang meliputi identifikasi data subjektif dan objektif, analisa masalah berdasarkan
data subjektif dan objektif, penatalaksanaan sesuai dengan analisa masalah, evaluasi
perkembangan asuhan dan kasus.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan tentang asuhan kebidanan komprehensif pada neonatus dengan
ikterus fisiologis. Pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
prospektif untuk mengikuti perkembangan asuhan komprehensif pada neonatus
dengan ikterus fisiologis, apakah ikterus dapat teratasi atau tidak.
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Kemuning BRSU Tabanan dan
dilaksanakan di rumah pasien pada bulan Februari Maret tahun 2016.
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah neonatus dengan
ikterus fisiologis umur 2 10 hari yang bersedia menjadi responden yang dirawat di
Ruang Kemuning BRSU Tabanan.
Tehnik pengumpulan data dan istrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penulisan studi kasus ini yaitu : wawancara, pemeriksaan, observasi dan studi
dokumentasi. Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format FKPKB
(Forum Komunikasi Pendidikan Kebidanan Bali) dan lembar observasi.

Hasil dan Pembahasan

a. Keluhan
Tabel 1. keluhan
Pengkajian Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III
Awal
Hari Ke- Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke-13 Hari Ke-28
3
Neonatus Tidak ada Tidak ada Terdapat ruamTidak ada
mengalami keluhan dan keluhan dan bintik kecil pada
keluhan, ruam
kuning pada kuning pada kuning pada bayi wajah dan bayi
bintik kecil
bagian neonatus sudah berkurang sudah tidak sudah hilang
wajah sudah mulai tampak kuning.
dan kuning pada
sampai dada berkurang bayi sudah
hilang.
Berdasarkan Tabel 1, pada awal kunjungan dengan keluhan kuning pada neonatus
dari wajah sampai dada. Kunjungan selanjutnya kuning mulai berkurang dan hilang
pada hari ke 13. Pada hari ke 13 terdapat keluhan terdapat ruam ruam/bintik kecil
pada wajah bayi dan di hari ke 18 tidak terdapat keluhan tersebut.

b. Laktasi
Tabel 2 Pola Nutrisi/Laktasi

Pengkajian Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III


Awal
Hari Ke- 3 Hari Ke- 4 Hari Ke-5 Hari Ke-13 Hari Ke-28
Dapat minum Dapat minum Dapat minum Dapat Dapat minum
ASI secara ASI secara ASI dengan minum ASI ASI dengan
adekuat adekuat frekuensi dengan frekuensi 3-4
minimal minimal setiap 1 jam frekuensi 2-3 kali setiap 2
setiap 2 jam setiap 1 jam sekali kali setiap jam
2 jam
Berdasarkan Tabel 2. Pola nutrisi ada neonatus dari awal sampai hari ke 28
adekuat dan frekuensi mengalami peningkatan setiap kunjungan.

c. Istirahat dan tidur


Tabel 3. Pola Istirahat dan Tidur
Pengkajian Kunjungan Kunjungan II Kunjungan III
Awal I
Hari Ke- 3 Hari Ke- 4 Hari Ke-5 Hari Ke-13 Hari Ke-28
Sebagian Sebagian Sebagian Lebih banyak Lebih banyak waktu bayi
besar waktu besar besar waktu waktu bayi untuk untuk istirahat dan tidur
bayi untuk waktu bayi bayi untuk istirahat dan tidur pada siang hari, pada dini
tidur untuk tidur tidur pada siang hari hari bayi sering terbangun.
Berdasarkan Tabel 3. Pola istirahat neonatus yaitu sebagian besar waktunya untuk
tidur dan pada hari ke 28 neonatus sering bangun pada dini hari.

d. Eleminasi
Tabel 4. Pola Eleminasi BAB dan BAK
No Item Pengkajian Kunjungan Kunjungan Kunjungan III
Yang Awal I II
Dikaji
Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke-13 Hari Ke-28
1 Frekuensi BAB 3 x BAB 3 x BAB 4 x BAB 4 x BAB 2-3 x
sehari. BAK sehari, sehari dan sehari, bayi sehari dan
10 x sehari. BAK bayi sangatsangat bayi sangat
mengganti sering BAK sering sering BAK
pampers BAK pada pada
tiap 5 jam malam hari malam hari
sekali. bayi bayi
Pampers menggunak menggunak
penuh an pampers an pampers
diganti tiap diganti tiap
4 jam. 4 jam.
2 Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
3 Konsiste lembek lembek lembek lembek lembek
nsi berampas berampas berampas berampas berampas
Berdasarkan Tabel 4. Pola eliminasi neonatus dari pengkajian awal dilihat dari
frekuensi, warna dan konsistensi dalam batas normal

e. Pemeriksaan Antropometri
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Antropometri
No Item Yang Pengkajian Kunjungan Kunjungan Kunjungan III
Dikaji Awal I II
Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke- Hari Ke-
13 28
1. Berat badan 2800 gram 2800 gram 3100 gram 3350 gram 3850 gram
2. Panjang badan 50 cm 50 cm 50 cm 51 cm 57 cm
3. Lingkar kepala 31 cm 33 cm 33 cm 34 cm 34 cm
4. Lingkar dada 32 cm 34 cm 34 cm 35 cm 36 cm

5. Lingkar lengan Tidak 10 cm 10 cm 10,5 cm 12 cm


atas dilakukan
Berdasarkan Tabel 5. Hasil pemeriksaan antripometri pada neonatus dari awal
pengkajian meliputi berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan
lingkar lengan mengalami peningkatan setiap kunjungan dan dalam batas normal.

f. Tanda-Tanda Vital
Tabel 6. Tanda-Tanda Vital

No Item Yang Pengkajian Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III


Dikaji Awal
Hari ke-5 Hari ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke- Hari Ke-
13 28
1. Suhu 36,8 C 36,5 C 36,5 C 37,1 C 36,6 C
2. Respirasi 38 x/ menit 38 x/ menit 38 x/ menit 40 x/ 38 x /
menit menit
3. Nadi 138 x/ 138 x/ menit 138 x / menit 142 145 x /
menit x/mnt menit
Berdasarkan Tabel 6. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi suhu, respirasi, dan
nadi dari kunjungan awal hingga hari ke 28 dalam batas normal.

g. Pemeriksaan fisik
Tabel 7. Pemeriksaan Fisik

No Item Yang Pengkajian Kunjungan Kunjungan Kunjungan III


Dikaji Awal I II

Hari Ke-3 Hari Ke 4 Hari Ke-5 Hari Ke-13 Hari Ke-28


1. Wajah Tampak Kuning Kuning Berwarna Berwarna
berwarna sudah tampak kemerahan kemerahan,
kuning mulai berkurang dan ruam kulit
berkurang terdapat bintik-
ruam kulit bintik
bintik kecil kecil sudah
hilang
2. Sclera Kuning Kuning Putih Putih Putih

3. Conjungtiva Merah Merah Merah Merah Merah


muda muda muda muda muda

4. Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
retraksi retraksi, retraksi retraksi retraksi
dada, kuning dada, dada , tidak dada, tidak
tampak sudah kuning ada kuning ada kuning
warna mulai sudah
kekuningan berkurang hilang

5. Tali pusat Tali pusat Tali pusat Bersih Bersih Bersih


terawat, terawat, ,terawat ,terawat ,terawat
tidak ada tidak ada sudah sudah sudah lepas
tanda- tanda- mulai kering
tanda tanda kering
infeksi infeksi

6. Torgur kulit Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis

7. Warna kulit Kuning Kuning Kuning Kemerahan Kemerahan


pada wajah pada wajah tampak
sampai sampai berkurang
dada dada mulai
berkurang

8. Ekstremitas Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris


tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kebiruan kebiruan kebiruan kebiruan kebiruan
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kuning kuning kuning kuning kuning

Berdasarkakan Tabel 7. Pmeriksaan fisik yang dilakukan yaitu wajah, sklera,


konjungtiva, dada, tali pusat, turgor kulit, warna kulit, dan ekstrimitas. Pada wajah,
sklera, dada, dan warna kulit nampak kekuningan pada awal pengkajian dan mulai
menghilang pada hari ke 13. Pemeiksaan yang lain diperoleh hasil dalam batas
normal.

h. Reflek
Tabel 8. Pemeriksaan Reflek
No Item Yang Pengkajian Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III
Dikaji Awal
Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke-13 Hari Ke-
28
1. Glabela (+) (+) (+) (+) (+)
2. Rooting (+) (+) (+) (+) (+)
3. Sucking (+) (+) (+) (+) (+)
4. Swallowing (+) (+) (+) (+) (+)
5. Tonik neck Tidak dikaji Tidak dikaji (+) (+) (+)
6. Moro Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji (+)
7. Grapsing (+) (+) (+) (+) (+)
8. Babinski (+) (+) (+) (+) (+)
9. Steping Tidak dikaji Tidak dikaji (+) (+) (+)
Berdasarkan Tabel 8. Pada pemeriksaan reflek diperoleh hasil dalam batas normal
pada pengkajian awal sampai hari ke 28

Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan teori didapatkan bahwa selama masa
neonatus sangat diperlukan asuhan yang komprehensif dengan melakukan kunjungan
neonatus minimal sebanyak 3 kali kunjungan, selama periode 0 sampai dengan 28
hari yaitu kunjungan I pada 6 - 48 jam setelah lahir bayi lahir, kunjungan II pada 2 - 7
hari setelah bayi lahir, kunjungan III pada 8 - 28 hari setelah lahir. Tujuan kunjungan
ini adalah untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin apabila terdapat kelainan atau masalah yang terjadi pada
neonatus (Depkes RI, 2014). Selama masa neontatus sering terjadi komplikasi atau
masalah salah satunya adalah ikterus nenonatorum yaitu masalah yang paling sering
ditemui dalam periode bayi baru lahir pada semua bayi yang mengalami perubahan
metabolisme bilirubin saat lahir (Janet Medforth, 2012).
Dalam penelitian ini, pada tanggal 2 Februari 2016 dirawat di Ruang Kemuning
BRSU Tabanan, Kasus berusia 3 hari mengalami ikterus pada wajah sampai dada,
dengan hasil pemeriksaan laboratorium mengalami peningkatan kadar bilirubin total
6,29 mg/dl nilai rujukan (0 0,6 mg/dl), bilirubin direk : 0,54 mg/dl nilai rujukan (0,0
0,6 mg/dl), dan bilirubin indirek 5,75 mg/dl nilai rujukan (0,6 10,5 mg/dl), serta
atas program dokter SPA mendapatkan fototerapy yaitu 2 x 12 jam. Menurut
Dompas (2012) ikterus fisiologis adalah ikterus yang tidak tampak pada 24 jam
pertama , bilirubin meningkat perlahan dan mencapai puncaknya pada hari ke-3 dan
ke-4 kehidupan, dan akan hilang pada hari ke- 10, puncaknya bilirubin total adalah <
13 mg/dl, hasil uji laboratorium menunjukan bilirubin indirek/ tak terkonjugasi lebih
banyak. Penilaian derajat ikterus menurut Kramer (dalam buku Dompas, 2012)
adalah derajat kramer I : pada bagian tubuh kepala sampai leher, rata- rata bilirubin
indirek serum 100 mg/dl. Derajat kramer II : pada bagian tubuh leher sampai pusat,
rata- rata bilirubin indirek serum 150 mg/dl. Jadi, Kasus digolongkan ikterus
fisiologis. Namun, untuk penanganan dilapangan disesuaikan dengan program dokter
SPA yang merawat. Sehingga, ada kesenjangan antara teori dengan penatalaksanaan
diruangan. Menurut Fausiah, Afron (2012), indikasi pemberian fototerapy pada bayi
cukup bulan yaitu bilirubin total 20 mg%, berat badan < 1000 mendapatkan
fototerapy dimulai dari 24 jam pertama pada kadar 7-9 mg/dl. > 2500 pada kadar 12-
15 mg/dl.
Berdasarkan hasil observasi mengenai keluhan bayi, pada kunjungan I
(hari ke-4) kuning pada bayi sudah mulai berkurang dan tidak terdapat masalah
ataupun keluhan. Pada kunjungan II (hari ke-5) kuning pada bayi sudah berkurang
dan tidak terdapat masalah, pada kunjungan III (hari ke-13) kuning sudah hilang,
namun bayi mengalami ruam bintik bintik kecil pada wajah. Sesuai dengan Dompas
(2012) ikterus fisiologis mulai hilang pada hari ke- 10. Penanganan yang diberikan
sudah sesuai teori yaitu pemberian ASI sesering mungkin, menjaga bayi agar tetap
hangat, mengajak bayi untuk mendapatkan sinar matahari pagi antara pukul 07:00
09:00 wita. Kasus mengalami milliariasis, sesuai dengan teori Vivian (2010),
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara
yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri. Pada kunjungan terakhir (hari
ke-28), milliariasis sudah hilang dan tidak ada masalah pada bayi, penatalaksaan
terhadap milliariasis sudah sesuai teori Vivian (2010) yaitu jaga kebersihan tubuh
bayi, upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta
suhu yang sejuk dan kering, gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak
terlalu sempit, segera ganti pakaian yang basah dan kotor, dapat diberikan bedak
salisil 2 % dengan menambahkan mentol 0,5 2 % yang bersifat mendinginkan ruam.
Hasil observasi mengenai pola nustrisi/ laktasi, pada kunjungan awal sampai
kunjungan III bayi dapat minum ASI secara adekuat dengan peningkatan frekuesi
setiap harinya. Sesuai dengan teori Marmi dan Rahardjo (2012) memberikan ASI
lebih sering setiap 2 jam minimal 8 12 kali sehari dengan meningkatkan frekuensi
pemberian ASI akan membantu mempercepat pemecahan bilirubin sehingga dapat
memperlancar BAB dan BAK.
Istirahat dan tidur pada kunjungan awal sampai kunjungan III, bayi menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk istirahat dan tidur pada pagi sampai siang hari, serta
bayi sering terbangun saat malam atau dini hari. Sesuai dengan teori Asmadi (2008),
bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14 18 jam sehari, pernafasan teratur,
gerak tubuh sedikit 50 % tidur NREM dan bayi tidur selama 12- 14 jam sehari.
Pola eleminasi pada kunjungan awal (hari ke-3), sampai kunjungan I (hari ke-4),
BAB bayi frekuensi 3 x sehari, meningkat pada kunjungan II sampai kunjungan III
(hari ke-13) menjadi 4 x sehari, namun mengalami penurunan pada kunjungan
terakhir (hari ke-28), menjadi 2-3 x sehari dengan warna kuning dan konsistensi
lembek berampas. BAK pada kunjungan awal (hari ke-3) sampai akhir kunjungan
( hari ke-28), bayi sangat sering BAK dan setiap malam hari mengganti pampers 4
jam sekali dengan pampers penuh. Sesuai dengan teori Deslidel, (2012). Bayi
biasanya mulai berkemih dalam 48 jam pertama kehidupannya. Keluarnya urine
sangat bervariasi bergantung pada usia gestasi, asupan cairan dan larutan,
kemampuan ginjal dalam mengonsentrasikan dan peristiwa prenatal. Pengeluaran
urine meningkat selama periode neonatal. Biasanya urine dikeluarkan secara teratur
dalam jumlah sedikit dan pada minggu kedua kehidupannya, bayi dapat membasahi
popok. Dalam sehari bayi biasanya buang air besar antara 1 - 3 kali sehari.
Pemeriksaan antopometri pada kunjungan I sampai III dalam batas normal,
mengalami peningkatan berat badan yaitu 750 gram, panjang badan mengalami
peningkatan 7 cm, lingkar dada mengalami peningkatan 2 cm, lingkar kepala
mengalami peningkatan 1 cm dan lingkar lengan atas mengalami peningkatan 2 cm.
Menurut Sugeng (2010) bayi baru lahir sampai usia 6 bulan berat badan bertambah
140-220 gram (2 x BBL), terjadi kesenjangan tinggi badan yang didapat dari hasil
penelitian dengan teori, dimana menurut Sugeng (2010) bayi baru lahir sampai usia 6
bulan, tinggi badan bertambah 2,5 cm/bulan, ambang batas pengukuran lingkar
lengan atas pada bayi usia 0 30 hari yaitu 9,5 cm. peningkatan lingkar kepala
pada bayi usia 0 30 hari yaitu 2 cm/bulan dan peningkatan lingkar dada pada bayi
usia 0 30 hari batas normal yaitu 30-38 cm.
Pemeriksaan tanda tanda vital pada kunjungan awal ( hari ke-3) sampai
kunjungan III ( hari ke-28) masih dalam batas normal. sesuai dengan teori Sondakh
(2013) Frekuensi pernapasan bayi berkisar 30 60 kali/menit, denyut nadi berkisar
120 160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur, dan suhu tubuh
normal 36,5 37,5 C
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal (hari ke-3) pada wajah sampai dada bayi
mengalami kuning, pada kunjungan I (hari ke- 4) kuning sudah mulai berkurang,
pada kunjungan III (hari ke-13) kuning sudah hilang, namun pada terjadi ruam dan
bintik bintik kecil pada wajah bayi setelah mendapatkan KIE dan perawatan sehingga
pada kunjungan III ruam bintik bintik sudah tidak ada. Penanganan yang diberikan
sudah sesuai teori yaitu pemberian ASI sesering mungkin, menjaga bayi agar tetap
hangat, mengajak bayi untuk mendapatkan sinar matahari pagi antara pukul 07:00
09:00 wita. Serta penatalaksaan terhadap milliariasis sudah sesuai teori Vivian (2010)
yaitu jaga kebersihan tubuh bayi, upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan
kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, gunakan pakaian yang
menyerap keringat dan tidak terlalu sempit, segera ganti pakaian yang basah dan
kotor, dapat diberikan bedak salisil 2 % dengan menambahkan mentol 0,5 2 % yang
bersifat mendinginkan ruam.
Pemeriksaan reflek pada pengkajian awal( hari ke-3) sampai kunjungan I
(hari ke-4), 6 reflek yang dikaji yaitu dengan hasil positif, pada kunjungan II (hari
ke- 5) dan kunjungan III (hari ke-13), 8 reflek yang dikaji dengan hasil positif dan
pada kunjugan hari ke-28, 9 reflek dikaji dengan hasil positif. namun ada beberapa
reflek yang tidak dikaji pada pengkajian awal sampai kunjungan I yaitu tonic neck,
moro, steping dan pada kunjungan III yaitu moro yaitu. Karena sesuai dengan teori
Maryuni (2008) reflek moro muncul sejak lahir tetapi lebih kuat terlihat saat usia 1-2
bulan, menghilang diusia 3-4 bulan, reflek tonic neck muncul sejak lahir namun kuat
terlihat saat usia 1-2 minggu dan menghilang diusia 6 bulan, reflek steping muncul
saat usia 4-8 minggu menghilang saat usia 3-4 bulan, reflek sucking,swallowin dan
glabela muncul sejak lahir dan menetap. Reflek babinski muncul sejak lahir dan
menghilang pada usia 2 bulan. Hasil penelitian dari pengkajian awal sampai akhir
kunjungan, perkembangan syaraf san koordinasi system motorik neonatus baik.
Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan di Ruang kemuning BRSU Tabanan
yaitu pemeriksaan darah lengkap haemoglobin 16,6 gr/dl nilai rujukan 17,0-21,0
gr/dl, hematokrit 51,5 % nilai rujukan 45,0-65,0 %, leukosit 7,65 10^3/ ul nilai
rujukan 4,0-10,0 7,65 10^3/ ul, trombosit 288 10^3/ ul nilai rujukan 150-500 10^3/ ul,
sesuai dengan teori (Sondakh,2013) rentan normal haemoglobin 15 20 g/dl,
hematokrit 43 61, sel-sel darah putih 103010^3/ ul, trombosit 100 280 10^3/ ul,
hasil pemeriksaan kadar bilirubin yaitu bilirubin total 6,29 mg/dl nilai rujukan 0-0,6
mg/dl , bilirubin direk : 0,54 mg/dl nilai rujukan 0,0-0,6 mg/dl, dan bilirubin indirek
5,75 mg/dl nilai rujukan 0,6-10,5 mg/dl, sesuai dengan teori Dompas (2012) ikterus
fisiologis yaitu dengan bilirubin total adalah < 13 mg/dl, hasil uji laboratorium
menunjukan bilirubin indirek/ tak terkonjugasi lebih banyak. Jadi, Kasus
digolongkan ikterus fisiologis. Namun, untuk penatalaksanaan program dokter SPA di
ruang kemuning BRSU Tabanan, terjadi kesenjangan tidak dengan teori, dimana
Menurut Fausiah, Afron (2012), indikasi pemberian fototerapy pada bayi cukup bulan
yaitu bilirubin total 20 mg%, berat badan < 1000 mendapatkan fototerapy dimulai
dari 24 jam pertama pada kadar 7-9 mg/dl. > 2500 pada kadar 12- 15 mg/dl.

Simpulan
Dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan oleh penulis pada kasus
komprehensif neonatus dengan ikterus fisiologis, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
Dari pengkajian awal data subjektif dan objektif ditemukan masalah kuning pada
neonatus hari ke-3. Pada kunjungan I hari ke-4 warna kuning pada bayi sudah mulai
tampak berkurang. Setelah melakukan kunjungan II hari ke-5 warna kuning sudah
berkurang, kunjungan II hari ke- 13 kuning pada bayi sudah tidak tampak namun
ditemukan masalah ruam bintik- bintik pada bagian wajah kasus. Sampai pada
kunjungan terakhir hari ke-28 ruam pada bayi sudah hilang.
Dari hasil data objektif pada hari ke-3 didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
dengan kadar bilirubin pada bayi kadar bilirubin total 6,29 mg/dl, bilirubin direk :
0,54 mg/dl, dan bilirubin indirek 5,75 mg/dl, pada kunjungan I hari ke-4 kuning pada
wajah sampai dada sudah mulai berkurang dan pada kunjungan II hari ke-5 kuning
pada wajah sampai dada sudah berkurang. Pada kunjungan III hari ke- 13 kuning
sudah tidak tampak pada wajah dan dada, hasil pemeriksaan tanda tanda vital,
namun pada wajah bayi terdapat ruam bintik bintik kecil, dan pada kunjungan III
hari ke- 28 pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak terdapat ruam pada wajah
dan hasil pemeriksaan tanda tanda vital dalam batas normal.
Analisa yang didapat pada pengkajian data awal adalah neonatus aterm lahir post
SC umur 3 hari dengan masalah ikterus fisiologis, pada kunjungan III , analisa yang
didapat adalah neonatus aterm lahir post SC cukup umur 13 hari dengan masalah
yang ditemukan adalah milliarisis (biang keringat) sampai pada akhir kunjungan
analisa yang didapat adalah neonatus aterm lahir post Sc umur 28 hari Sehat.
Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan diagnosa dan masalah yang
muncul adalah di Ruang Kemuning BRSU Tabanan atas program dokter SPA
diberikan fototerapy 2 x 12 jam, Anbacim 2 x 150 mg, diberikan KIE tentang
pemenuhan nutrisi pada neonatus dengan pemberian ASI sesering mungkin minimal 2
jam sekali, KIE tentang pencegahan hipotermi pada bayi, KIE untuk mengajak bayi
mendapatkan sinar matahari pagi, KIE cara perawatan tali pusat, KIE tentang
menjaga kebersihan bayi, KIE tentang tanda tanda bahaya pada bayi, KIE tentang
milliariasis (biang keringat) dan cara mengatasi, dan memfasilitasi cara melakukan
pijat bayi.
Evaluasi dari asuhan yang diberikan yaitu ibu dapat merawat bayi dengan baik
dengan bersedia melaksanakan informasi yang telah diberikan, mampu memberikan
ASI sesering mungkin, mau dan mampu mengajak bayi untuk mendapatkan sinar
matahari pagi, dan menjaga kebersihan bayi sehingga masalah kuning pada bayi atau
ikterus fisiologis dapat teratasi serta masalah milliarisis ( biang keringat) dapat
teratasi.

Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan yang ditujukan kepada :
Bagi BRSU Tabanan, mempertahankan konsep pelayanan komperhensif,
meningkatkan mutu pelayanan serta kualitas asuhan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pada neonatus dan disarankan untuk mendiskusikan kembali program
dokter dalam pemberian fototerapy dengan bilirubin < 10 mg/dl.
Bagi responden, ibu dan keluarga diharapkan mampu memberikan informasi
kepada keluarga atau saudara untuk mencegah terjadinya ikterus pada neonatus, dapat
memberikan asuhan terkait dengan ikterus fisiologis, serta mengenali tanda tanda
bahaya apabila ikterus fisiologis tidak tertangani.
Bagi penulis selanjutnya, khususnya tentang neonatus dengan ikterus fisiologis,
diharapkan dapat menerapkan ilmu terbaru dalam pemberian asuhan pada penelitian
selanjutnya sehingga penelitian dapat menjadi sempurna.
Bagi institusi, diharapkan dapat menambah referensi bagi mahasiswa mengenai
asuhan kebidanan komprehensif pada neonatus dengan ikterus fisiologis dan sebagai
bahan masukan dalam mengevaluasi bahan mata kuliah asuhan kebidanan III dan
studi kasus.

Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Deslidel, H. 2012. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : www.depkes.go.id.
Dompas, Robin. 2012. Buku Saku Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita.
Jakarta : EG
Fauziah, Afron dan Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
FKPKB. 2010. Petunjuk Dokumentasi Asuhan Kebidanan Untuk Mahasiswa
Kebidanan DIII Kebidanan. Bali : T.P
Janet, Medforth, dkk. 2012. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta :
EGC
Manuaba, I.B.G dan I.A.Chandranita Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Maryuni, Anik dan Nurhayati. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal ( Asuhan
Neonatal). Jakarta : CV. Trans Info Medika
Marmi dan Rohardjo. 2012. Asuhan Neonatus,Bayi,Balitadan Anak Prasekolah
Yogyakarta : Pustaka
Rochmah, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Rosyada, Fitriani Addina. 2013. PDF Ikterus Neonatorum Pathologists : p.67
Fauziah, Afron dan Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Sondakh, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga
Sugeng, Djitowiyono. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika
Usman, Ali. 2007. Ensefalopati Bilirubin. Sari Pediatri. 8 (4) : 94 104
Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Anak Balita. Jakarta : Salimba Medika.

You might also like