You are on page 1of 3

PATOFISIOLOGI

Mekanisme penyebab body dysmorphic disorder (BDD) masih sedikit yang diketahui.
Terdapat bukti yang menyebutkan adanya hubungan dengan keluarga yang tinggal satu rumah
dan hubungan genetic dari penderita yang obsessive – compulsive disorder (castle et al., 2006).

Beberapa studi lainnya telah meneliti peran kausal untuk gangguan dalam transmisi
serotonergic. Hal ini didasarkan pada bukti yang menggambarkan efektivitas SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor) dalam pengobatan BDD (Castle et al., 2006). Dan penelitian dari
Grant dan Phillips (2006), pemberian escitalopram dengan dosis 30 mg / hari pada pasien BDD
menunjukkan perbaikan gejala, kemudian setelah pemberian obat tersebut dihentikan, gejala dari
BDD muncul kembali. Dengan ini menunjukkan bahwa terjadi disregulasi serotonin terkait
dengan munculnya BDD (Grant dan Phillips, 2006). Sebuah studi menunjukkan bahwa SSRI
mengurangi gejala halusinasi, dan bahwa halusinasi tersebut kembali setelah pemberian dosis
SSRI dikurangi. System visual otak dimodulasi oleh serotonin dan terjadinya suatu deficit
sehingga menyebabkan halusinasi visual dan somatic (Yaryura et al., 2002).

GEJALA KLINIK

Manifestasi atau gejala yang muncul tergantung dari persepsi tiap penderita Body
Dysmorphic Disorder (BDD). Penderita BDD beranggapan bahwa mereka dapat mengubah atau
memperbaiki beberapa aspek dari penampilan fisik mereka meskipun pada umumnya mungkin
telah bernampilan normal atau bahkan sangat menarik. Penderita BDD menyebabkan mereka
percaya bahwa mereka tidak dapat berinteraksi dengan orang lain krena takut ejekan dan hinaan
tentang penampilan mereka. Hal ini yang dapat menyebabkan orang dengan gangguan ini untuk
mulai mengasingkan diri atau mengalami kesulitan dalam situasi social. Mereka bisa menjadi
introvert dan enggan untuk mencari bantuan karena mereka takut bahwa mencari bantuan akan
memaksa mereka untuk menghadapi ketidakamanan dan ketidaknyamanan diri mereka.
Penderita BDD percaya bahwa memperbaiki cacat merupakan satu – satunya tujuan hidup
mereka (Phillips, 2005 dan veale, 2001).
Bentuk-bentuk perilaku yang mengindikasikan Body Dysmorphic Disorder (BDD)
(menurut Phillips, 2005 ; Castle et al., 2006 ; Veale 2001) adalah sebagai berikut :

a. Pikiran obsesif tentang cacat penampilan yang dirasakan


b. Perilaku obsesif dan kompulsif terkait dengan cacat penampilan yang dirasakan
c. Gejala gangguan depresi mayor
d. Delusi pikiran dan keyakinan terkait dengan cacat penampilan yang dirasakan.
e. Penarikan social dan keluarga, fobia social, kesepian dan isolasi social
f. Keinginan bunuh diri
g. Kecemasan, mungkin serangan panic
h. Perasaan malu yang kuat
i. Kepribadian avoidant : ketergantungan pada orang lain, seperti teman, pasangan ataupun
keluarga
j. Ketidakmampuan untuk bekerja atau ketidakmampuan untuk fokus karena keasyikan dengan
penampilan
k. Perfeksionisme (menjalani operasi kosmetik dan berperilaku seperti menggunakan pelembab
yang berlebihan)
l. Mempunyai sikap obsesi terhadap selebritis atau model yang mempengaruhi idealitas
penampilan fisiknya
Catatan : setiap jenis modifikasi tubuh dapat mengubah penampilan seseorang. Ada
banyak jenis modifikasi tubuh yang tidak termasuk operasi / bedah kosmetik. Modifikasi tubuh
(perilaku) mungkin akan tampak kompulsif, berulang, atau terfokus pada satu atau lebih pada
area yang dipandang individu sebagai cacat.

DAFTAR PUSTAKA

Castle, D. J.,Rossell S., Kyrios M. 2006. Body Dysmorphic Disorder. Psychiatr Clin N Am 29
(2006), 52 –538

Grant, J. E., Phillips, K. A. 2006. Recognizing and Treating Body Dysmorphic Disorder. Ann
Clin Psychiatry. 2005; 17(4): 205-210
Veale, D. 2001. Cognitive-behavioral Therapy for Body Dysmorphic Disorder. Advances in
Psychiatric Treathment. 2001. Vol. 7, pp. 125-132

Yaryura, JA, Tobias JA, Neziroglu F, Torres M, Gallegos M. 2002. Neuroanatomical Correlates
and Somatosensorial Disturbances in Body Dysmorphic Disorder. CNS Spectr.
2002;7(6):432-434

You might also like