Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2
kesembuhan tampaknya lebih tinggi pada pasien-pasien yang diharuskan tirah
baring dan mendapat pengobatan daripada mereka yang tidak diobati.1
2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini yaitu untuk memahami definisi,
etiologi, insidensi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan
dari Tuli Mendadak (Sudden Deafness) serta untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik bagian Ilmu Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) FK UKRIDA di
RSUD Tarakan Jakarta.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI TELINGA
4
1.1 Telinga Luar (Outer Ear)
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula) dan liang telinga
sampai membran timpani. Rangka daun telinga ini terdiri dari tulang rawan
elastik dan kulit yang berfungsi untuk mengumpulkan getaran suara menuju
saluran telinga luar. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan 1/3 bagian luar
dengan rangka tulang rawan dan 2/3 bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjang liang telinga luar ini ±2,5-3 cm. Bagian ini dipisahkan dari cavitas
tympani oleh membrana tympanica, bagian ini dilapisi oleh kulit yang
dilengkapi glandula sebasea dan glandula seruminosa (modifikasi kelenjar
apokrin dengan menghasilkan serumen), dengan mempunyai fungsi sebagai
resonator gelombang. Serumen dan rambut telinga ini dapat mencegah
masuknya benda asing ke dalam telinga.5
5
Gambar. 3. Liang Telinga 2
6
faring. Antara telinga bagian dalam dan telinga bagian tengah dibatasi oleh
tingkap oval (fenestra ovalis) dan tingkap bulat (fenestra rotundra).
7
Gambar. 5. Membran Timpani 3
Bagian dalam telinga ini terdapat organ pendengaran yang terdiri atas
koklea (rumah siput) dan organ keseimbangan (vestibuler) yang terdiri atas
kanalis semi sirkularis, sakulus dan ultrikulus.5
Koklea ini terdiri atas dua ruangan atau saluran, canal vestibular bagian
atas dan canal timpanik pada bagian bawah. Kedua ruangan tersebut berisikan
cairan perilimfe dan dibatasi oleh duktus koklea. Sedangkan duktus koklea
berisikan cairan endolimfe. Pada bagian dasar duktus koklea inilah terdapat
reseptor pendengaran yang disebut dengan organ corti.5
8
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan
kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi
oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa
yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang
mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada
endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan
membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada
reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit
yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus
terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis
semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai satu
ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut Krista.
Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe
dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan
membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang sel reseptor.6
9
Gambar. 7. Koklea 4
10
beranastomose dengan suatu cabang a.auricula posterior yaitu a.stilomastoid,
yang memasuki kanalis fasial dibagian inferior melalui foramen stilomastoid.
Satu cabang dari arteri yang terakhir ini, a.timpani posterior berjalan melalui
kanalikuli korda timpani. Satu arteri yang penting masuk dibagian inferior
cabang dari a.faringeal asenden. Arteri ini adalah perdarahan utama pada tumor
glomus jugular pada telinga tengah.5,7,8
11
2. FISIOLOGI DAN MEKANISME PENDENGARAN
12
Gambar. 8. Mekanisme Pendengaran7
3. TULI MENDADAK
Tuli mendadak adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya
adalah sensorineural, penyebabnya tidak langsung dapat diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga. Sebuah kriteria yang umum digunakan untuk memenuhi
syarat untuk diagnosis tuli mendadak ini adalah gangguan pendengaran
sensorineural yang lebih besar dari 30 dB, lebih dari 3 frekuensi yang berdekatan
dan terjadi dalam periode < 3 hari. Sebagian besar kasus kehilangan pendengaran
mendadak unilateral dan prognosis untuk pemulihan pendengaran cukup baik.
Tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat otologi, oleh karena
kerusakannya terutama di daerah koklea dan biasanya bersifat permanen
walaupun bisa kembali normal atau mendekati normal.8,9
13
3.2 EPIDEMIOLOGI DAN INSIDENSI TULI MENDADAK
Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu
telinga (unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga
(bilateral ). DiAmerika Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per 100.000
penduduk pertahun. Hadjar E melaporkan di sub bagian Neurotologi THT
FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1999 sampai dengan tahun
2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24 % dari seluruh
penderita ketulian dan10% dari tuli sensorineural dan 36% dari penderita tuli
akibat kelainan vaskuler. Penelitian di RSUD dr. Soetomo (1990-1993) oleh
Wiyadi7 mendapatkan 53 penderita tuli mendadak. Penelitian di tempat yang
sama oleh Wachid8 pada periode tahun 1997-2002 didapatkan 374 penderita tuli
mendadak dengan distribusi jumlah penderita laki-laki kurang lebih sama dengan
penderita perempuan.10
Distribusi antara pria dan wanita terlihat hampir sama. Berdasarkan data
dari beberapa penelitian, menyimpulkan bahwa sekitar 53% pria terkena tuli
mendadak dibandingkan wanita. Jenis kelamin bukan merupakan suatu
faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kasus ini.9
14
yang hampir sama dengan dewasa pertengahan-tua. Usia rata-rata sekitar 40-54
tahun.9
15
Teori lainnya terjadi tuli mendadak adalah akibat ruptur membran
intrakoklea. Membran ini memisah telinga tengan dan telinga dalam. Di
dalam koklea juga terdapat membran-membran halus memisah ruang
perilimfe dan endolimfe. Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau kedua
jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak. Kebocoran cairan
perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round window dan oval window telah
diyakini sebagai mekanisme penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea
membolehkan bercampurnya perilmfe dan endolimfe dan merubah potensi
endokoklea secara efektif.12
Teori yang terakhir yaitu penyakit autoimun pada telinga dalam. Ketulian
sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun telinga dalam masih
belum jelas, tapi aktivitas imunologik koklea menunjukkan fakta yang tinggi.
16
Pemeriksaan histopatologi tulang temporal pasien yan mengalami
ketulian mendadak menunjukkan adanya atrofi organ corti, atrofi stria vaskularis
dan membran tektorial serta hilangnya sel rambut dan sel penyokong dari koklea.
Perubahan mikrosirkulasi
Penyakit vaskular yang berhubungan dengan mitokhondriopathy
Vertebrobasilar insufisiensi
Deformabilitas sel darah merah
Penyakit sel sabit
Penyakit Cardiopulmonary
17
3.4.3 Ruptur membran labirin
Kolitis ulserativa
Kekambuhan polychondritis
Lupus eritematosus
Poliarteritis nodosa
Wegener Granulomatosis
Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh obat-obat ototoksik. Tuli ini
biasanya didahului oleh tinitus.1
18
- Antibiotik lain
Vankomisin
Eritromisin
Kloramfenikol
Ristosetin
Polimiksin B
Viomisin
Farmasetin
Kolistin
Diuretik Furosemid
Asam etakrinat
Bumetanid
Asetazolamid
Manitol
Antineoplastik Bleomisin
Nitrogen mustard
Cis-platinum
Lain-lain Pentobarbital
Heksadin
Mandelamin
Praktolol
Zat kimia Karbon monoksida
Minyak chenopodium
Nikotin
Zat warna anilin
Alkohol
Kalium bromat
19
3.4.7 Etiologi Bising
Hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpajan bising antara lain
intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama terpapar
bising, mendapat pengobatan yang bersifat racun terhadap telinga (obat
ototoksik) seperti streptomisin, kanamisin, garamisin, kina, dll.
Fraktur tranversal : sering menyebabkan cedera labirin dan saraf fasialis karena
garis frakturnya melintasi labirin.
20
3.4.9 Faktor Predisposisi
21
3.5 DIAGNOSIS BANDING
a. MENIERE
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural
terutama nada rendah. Pada serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai
muntah. Setiap kali berusaha berdiri dia merasa berputar, mual dan terus muntah
lagi. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan. Pada
Meniere vertigonya periodic yang makin mereda pada serangan berikutnya. Pada
setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam
keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan baik kembali (fluktuatif)
gejala lain yang menyertai serangan ialah tinnitus terutama nada rendah yang
biasanya menetap meskipun diluar serangan. Gejala lain yang menjadi tanda
khusus adalah perasaan penuh di dalam telinga.
Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus atau
vertigo.
22
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga,
dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda
penyakit virus seperti virus parotis, varisela, variola atau pada anamnesis baru
sembuh dari penyakit virus tersebut. Pada pemeriksaan klinis/otoskopis tidak
terdapat kelainan telinga.8
Pada iskemia koklea, tuli dapat bersifat mendadak atau menahun secara
tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan,
tetapi biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan
tidak berlangsung lama. Kemungkinan sebagai pegangan harus diingat bahwa
perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat. Tuli dapat unilateral atau
bilateral, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.8
23
3.7.1 Anamnesis
a) Kehilangan pendengaran tiba-tiba biasanya satu telinga yang tidak jelas
penyebabnya berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.13
b) Pasien biasanya mengingat dengan jelas kapan tepatnya mereka
kehilangan pendengaran, pasien seperti mendengar bunyi ”klik” atau
”pop” kemudian pasien kehilangan pendengaran.14
c) Gejala pertama adalah berupa tinitus, beberapa jam bahkan beberapahari
sebelumnya bisa didahului oleh infeksi virus, trauma kepala, obat-obat
ototoksik, dan neuroma akustik
d) Pusing mendadak (vertigo) merupakan gejala awal terbanyak dari tuli
mendadak yang disebabkan oleh iskemik koklear dan infeksi virus, dan
vertigo akan lebih hebat pada penyakit meniere, tapi vertigo
tidak ditemukan atau jarang pada tuli mendadak akibat neuroma akustik,
obat ototoksik.15
e) Mual dan muntah.16
f) Demam tinggi dan kejang.
g) Riwayat infeksi virus seperti mumps, campak, herpes zooster,
CMV,influenza B.15
h) Riwayat hipertensi.13
i) Riwayat penyakit metabolik seperti DM.
j) Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere. 1 6
k) Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam ke dasar laut. 1 5
l) Riwayat trauma kepala dan bising keras. 1 5
24
- Audiometri nada murni :
Tuli sensorineural ringan sampai berat.
Pengobatan untuk tuli mendadak sampai saat ini merupakan suatu hal
yang kontroversi, tingginya angka perbaikan secara spontan ke arah normal
maupun mendekati normal menyulitkan evaluasi pengobatan untuk tuli
mendadak. Tak ada studi terkontrol yang dilakukan yang dapat membuktikan
bahwa suatu obatsecara bermakna menyembuhkan tuli mendadak. Seperti
diketahui angka penyembuhan secara spontan tuli mendadak terjadi antara 40-
25
70% kasus. Ada pendapat ahli menyatakan bahwa sebagian besar kasus tuli
mendadak mengalami proses penyembuhan secara partial terutama selama 14
hari pertama setelah onset penyakit.
26
Gambar 12. Terapi OHB13
27
agar dapat mengendalikan volume, nada dan intonasi oleh karena
pendengarannya tidak cukup untuk mengontrol hal tersebut.8
28
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 September 2016
jam 10.30
29
mengunjungi Spesialis THT dikarenakan kendala biaya. Hasil dari spesialis
THT pasien didiagnosis tuli mendadak (sudden deafness). Pasien mendapat
terapi selama 2 minggu namun pendengarannya tidak dapat pulih dan yang
ada hanya suara dengung menyerupai suara angin menetap. Sejak saat itu
pasien tidak pernah berobat ke Spesialis THT.
Pasien juga mengatakan bahwa ia pernah mengalami stroke 10 tahun
yang lalu, dan sampai saat ini masih rutin kontrol ke Spesialis Saraf. Pasien
juga memiliki penyakit hipertensi. Pada tanggal 15 Agustus 2016 pasien
mengalami serangan pusing berputar saat berubah posisi selama 10 menit
disertai mual muntah.
Pasien menyangkal pernah menderita demam tinggi, riwayat keluar
cairan telinga, riwayat keluar cairan hidung dan riwayat nyeri tenggorokan
sebelum pendengarannya hilang. Pasien menyangkal pernah mengalami
trauma kepala dan telinga. Pasien menyangkal pernah terpapar bising atau
bekerja di area bising.
Pasien menyangkal pernah meminum obat-obatan TB atau antibiotik
lain dalam jangka waktu lama. Pasien menyangkal mendapat obat tetes pada
telinganya.
Pasien saat ini mendapatkan pengobatan dari Spesialis saraf yaitu
flunarizin, irbesartan, ranitidin, neurobion dan tromboaspilet.
30
3.8 Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Telinga
Dextra Sinistra
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Tanda-tanda Nyeri (-), massa (-), Nyeri (-), massa (-),
peradangan hiperemis (-), hipertermi (-), hiperemis (-), hipertermi (-),
functio laesa (-), edema (-) functio laesa (-), edema (-)
Nyeri tekan tragus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Penarikan daun telinga Nyeri (-) Nyeri (-)
Kelainan pre-, infra-, Fistula pre-aurikula (-), Fistula pre-aurikula (-),
retroaurikuler hematoma (-), laserasi (-), hematoma (-), laserasi (-),
abses (-), sikatriks (-), abses (-), sikatriks (-),
massa (-), hiperemis (-), massa (-), hiperemis (-),
nyeri (-), hipertermi (-), nyeri (-), hipertermi (-),
edema (-) edema (-)
Region mastoid Hiperemis (-), massa (-), Massa (-), hiperemis (-),
nyeri (-), edema (-), abses (-), edema (-), nyeri (-), abses (-)
Liang telinga Lapang, edema (-), stenosis (-), Lapang, edema (-), stenosis (-),
atresia (-), furunkel (-), jar. atresia (-), furunkel (-), jar.
granulasi (-), hiperemis (-), granulasi (-), hiperemis (-),
serumen (-), sekret (-), serumen (-), sekret (-),
laserasi (-), massa (-), laserasi (-), massa (-),
perdarahan aktif (-) perdarahan aktif (-)
Membran Timpani Utuh, refleks cahaya (+) Utuh, refleks cahaya (+)
Tes Penala
Dextra Sinistra
Rinne + +
31
Schwabach Sama dengan pemeriksa Memendek
Penala yang dipakai 512 Hz 512 Hz
Kesan : terdapat tuli sensorineural telinga kiri pasien.
Hidung
Dextra Sinistra
Bentuk Normal Normal
Tanda peradangan Hiperemis (-), Hiperemis (-),
hipertermi (-), nyeri (-), hipertermi (-), nyeri (-),
massa (-), functio laesa (-) massa (-), functio laesa (-)
Daerah sinus frontalis dan Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-),
maxillaris nyeri ketuk (-), krepitasi (-) nyeri ketuk (-), krepitasi (-)
Vestibulum Tampak bulu hidung, Tampak bulu hidung,
laserasi (-), sekret (-), laserasi (-), sekret (-),
furunkel (-), krusta (-), furunkel (-), krusta (-),
hiperemis (-), hipertermi (-), hiperemis (-), hipertermi (-),
nyeri (-), massa (-) nyeri (-), massa (-)
Cavum Nasi Lapang, sekret (-), Lapang, sekret (-),
massa (-), krusta (-), benda massa (-), krusta (-), benda
asing (-) hiperemis (-) asing (-) hiperemis (-)
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis (-),
edema (-) edema (-)
Meatus nasi inferior Terbuka, sekret (-), Terbuka, sekret (-),
massa (-), edema (-) massa (-), edema (-)
Konka Medius Edema (-), hipertrofi (-), Edema (-), hipertrofi (-),
hiperemis (-), livide (-), hiperemis (-), livide (-),
konka bulosa (-) konka bulosa (-)
Meatus nasi medius Terbuka, sekret (-), Terbuka (-), sekret (-),
massa (-), edema (-) massa (-), edema (-)
Septum nasi Deviasi (-), spina (-), Deviasi (-), spina (-),
32
hematoma (-), abses (-), hematoma (-), abses (-),
perforasi (-) perforasi (-)
Rinofaring
Koana : massa (-) sekret (-)
Septum nasi posterior : hiperemis (-)
Muara tuba eustachius: terbuka, hiperemis (-)
Torus tubarius : menonjol, hiperemis (-), massa (-)
Post nasal drip : tidak ditemukan
Pemeriksaan Transluminasi
Sinus Frontal kanan, Kiri : tidak dilakukan
Sinus Maxilla kanan, Kiri : tidak dilakukan
Tenggorokan
Faring
Dinding faring posterior : Hiperemis (-), granula (-), ulkus (-), perdarahan
aktif (-), post nasal drip (-), massa (-).
Arkus faring : Pergerakan simetris, hiperemis (-), edema (-),
ulkus (-), laserasi (-)
Tonsil : T1-T1 tenang, hiperemis (-), kripta tidak melebar,
detritus (-), pseudomembran (-), abses (-)
Uvula : Berada di tengah, hiperemis (-), bifida (-),
massa (-), memanjang (-), edema (-)
Gigi : karies (-)
Laring
Epiglotis : tidak terjangkau
Plica aryepiglotis : tidak terjangkau
Arytenoids : tidak terjangkau
Ventricular band : tidak terjangkau
33
Pita suara : tidak terjangkau
Rima glotidis : tidak terjangkau
Cincin trachea : tidak terjangkau
Sinus Piriformis : tidak terjangkau
Kelenjar limfe submandibula dan servikal: tidak adanya pembesaran pada inspeksi
dan palpasi.
Pemeriksaan Penunjang
Audiometri
Hasil Pemeriksaan Audiometri
Kesan AD : Tuli konduktif ringan dengan ambang dengar 35 dB
AS : Tuli sensorineural berat dengan ambang dengar 75 dB
RESUME
Anamnesis
Pasien datang ke RSUD Tarakan dengan keluhan aurikula sinistra tuli
secara mendadak sejak 2 tahun lalu. Penyebab tidak diketahui (+), tinitus (+).
Seminggu kemudian pasien berobat ke spesialis THT dan mendapat terapi tapi
tidak ada perubahan, tinitus (+) menetap.
Riwayat penyakit stroke (+), hipertensi (+). Tanggal 15 Agustus 2016
pasien mengalami vertigo (+) selama 10 menit disertai nausea dan vomite.
Riwayat demam tinggi (-), riwayat otorrhea (-), riwayat odinofagia (-), riwayat
rhinorrhea (-). Riwayat trauma kranial (-), riwayat trauma akustik (-), riwayat
konsumsi obat-obatan ototoksik (-). Pasien saat ini mendapatkan pengobatan
flunarizin, irbesartan, ranitidin, neurobion dan tromboaspilet.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan otoskop membran timpan aurikula dekstra utuh & refleks
cahaya (+), membran timpani aurikula sinistra utuh & refleks cahaya (+). Tes
penala kesan tuli sensorineural aurikula sinistra.
34
Pemeriksaan hidung kavum nasi dekstra & sinistra didapatkan mukosa
berwarna merah muda, (-) secret, konka nasal (-) edema, (-) hiperemis.
Pada pemeriksaan faring didapatkan dinding faring normal, (-) hiperemis,
(-) granul. Tonsil T1-T1 tenang. Arkus faring dan uvula tenang, (-) hiperemis.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan audiometri ialah tuli konduktif ringan aurikula dekstra,
tuli sensorineural berat aurikula sinistra.
Diagnosis Kerja
Sudden Deafness Aurikula Sinistra Onset Lama
Dasar diagnosis:
Anamnesis: telinga kiri tidak dapat mendengar secara mendadak sejak 2
tahun yang lalu, dengung seperti suara angin menetap, pusing berputar,
faktor prediposisi: riwayat stroke dan hipertensi.
Pemeriksaan fisik:
Otoskop telinga kiri normal, membran timpani utuh, reflex cahaya
positif
Garpu Tala: rinne (+), Weber (lateralisasi ke kanan), Scwabach
(memendek), kesan tuli sensorineural telinga kiri.
Audiometri: AD tuli konduktif ringan, AS tuli sensorineural berat
Diagnosis Banding
Meniere Disease Aurikula Sinistra
Dasar diagnosis:
Anamnesis: telinga kiri terdapat tinnitus nada rendah seperti suara angin,
vertigo dan gangguan pendengaran.
Pemeriksaan fisik:
Otoskop telinga kiri normal, membran timpani utuh, reflex cahaya
positif
Garpu Tala: rinne (+), Weber (lateralisasi ke kanan), Scwabach
(memendek), kesan tuli sensorineural telinga kiri
35
Disingkirkan bila terdapat serangan vertigo secara periodik, gangguan
pendengaran fluktuatif.
Penatalaksanaan
Medika mentosa:
Flunarizin 1 x 5 mg/hari suc
Vitamin B Kompleks, 1 x 1 tablet/hari
Vitamin B 12, 1 x 1 tablet/hari
Non-medikamentosa :
Pemasangan Alat Bantu Dengar (hearing bid)
Menghindari paparan suara bising
Diet rendah garam dan lemak
Bila ada keluhan telinga segera ke Spesialis THT, jangan ditunda terutama
telinga kanan yang masih berfungsi mendengar.
Prognosis
Sudden Deafness Aurikula Sinistra tipe lama
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : malam
Ad functionam : malam
36
KESIMPULAN
Tuli mendadak adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya
adalah sensorineural, penyebabnya tidak langsung dapat diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga. Tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat
otologi, oleh karena kerusakannya terutama di daerah koklea dan biasanya
bersifat permanen walaupun bisa kembali normal atau mendekati normal.
Penyebab pasti kadang sulit untuk diketahui, umumnya diakibatkan gangguan
pada saraf telinga (pada rumah siput/koklea) oleh berbagai hal seperti trauma
kepala, bising yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan adanya
kelainan darah., autoimun, obat ototoksik, sindroma Meniere dan neroma
akustik. Tetapi yang biasanya dianggap sebagai etiologi adalah iskemia koklea
dan infeksi virus. Gejala klinis tuli mendadak berupa tuli dapat unilateral atau
bilateral, dapat disertai dengan tinitus atau vertigo. Pada infeksi virus, timbulnya
tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai dengan tinnitus dan
vertigo. Pada iskemia koklea, tuli dapat bersifat mendadak atau menahun secara
tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan,
tetapi biasanya menetap. Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT, audiologi dan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya. Terapi untuk tuli mendadak adalah tirah baring
sempurna (total bed rest) istirahat fisik dan mental selama 2 minggu, Vasodilator
yang cukup kuat, Prednison, Vitamin C, Neurobion, Diet rendah garam dan
rendah kolesterol, Inhalasi oksigen, Obat antivirus sesuai dengan virus penyebab,
Hiperbarik oksigen terapi (OHB). Prognosis tuli mendadak tergantung pada
beberapa faktor, yaitu kecepatan pemberian obat, respon 2 minggu pengobatan
pertama, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor- faktor predisposisi.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies buku ajar penyakit THT: Penyakit
telinga dalam. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.hal.128-33.
2. Isaacson J.E. & Vora N.M. Differential diagnosis and treatment of hearing
loss. [online]. 2003. [cited 2016 September 10]. Available from URL:
http://www.aafp.org/afp/2003/0915/p1125.html
3. Dhingra PL. Anatomy of ear. In: Disease of ear, nose and throat. Fourth
edition. Elsevier. New Delhi. 2007.p.5-9.
6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies buku ajar penyakit THT: Penyakit
telinga dalam. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.hal.33-5.
http://www.deafnessresearch.org.uk/Sudden%20sensorineural%20hearing%2
0loss+1627.twl
38
13. Anias CR. 2007. Otorhinolaryngology. Sudden Deafness. University of
RioDe janeiro. Diakses dari: http://www.medstudents.com.br/otor/otor4.htm.
15. Griffith RW. 2004. Sudden Deafness On One Side Is It Diabetes. Diakses
dari: http://www.healthandage.com/public/health-center/16/article-
home/2926/Sudden-Deafness-on-One-Side-Is-It-Diabetes.html.
39