You are on page 1of 23

ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak di tengah thoraks, dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g (10,6 oz), meskipun
berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan dan
kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan,
menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil
metabolism. Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak di sebelah kanan dan kiri.
Keluaran jantung kanan didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri pulmonalis, dan
keluaran jantung kiri seluruhnya didistribusikan ke bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua
pompa itu menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama.
Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot.
Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan
keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi darah
sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60
sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per
detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/menit

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi dalam dan luar jantung?
2. Bagaimanakah fisiologi jantung?
3. Bagaimanakah biofisika jantung?
4. Bagaimanakah biokimia jantung?
C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi dalam dan luar jantung
2. Mengetahui fisiologi jantung
3. Mengetahui biofisika jantung
4. Mengetahui biokimia jantung

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Jantung Dalam dan Luar


1. Jantung
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada diantara kedua paru.
Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di
dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian
kanan dari garis tengah tubuh. Proyeksi jantung kanan secara visual pada permukaan anterior
adalah dibawah sternum dan tulang iga. Pada bagian permukaan inferior ( Apeks dan batas
kanan jantung) diatas diafragma. Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan
basal) bertemu dengan paru kanan. Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks)
bertemu dengan paru kiri. Bentuknya menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing disebut apeks
kordis.
a. Otot Jantung
Otot jantung bersifat lurik dan involunter sehingga dapat berkontraksi secara ritmis dan
otomatis. Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung yakni otot atrium, otot ventrikel, dan serat
otot khusus penghantar rangsangan dan pencetus rangsangan. Otot jantung mempunyai
miofibril-miofibril tertentu yang mengandung filamen aktin dan miosin, yang hampir identik
dengan filamen yang dijumpai di dalam otot rangka.
Otot jantung bersifat saling sinsisium, artinya satu otot dengan otot lainnya saling
berhubungan. Di otot jantung juga ditemukan daerah-daerah gelap yang menyilang serta-serat
otot jantung yang disebut sebagai diktus interkalatus; namun sebenarnya diktus interkalatus
sebenarnya merupakan membran sel yang memisahkan masing-masing sel otot jantung satu
sama lainnya. Otot jantung hanya terdapat pada miokard (lapisan otot jantung) dan dinding
pembuluh darah. Gambaran umumnya berupa serat-serat yang jalannya paralel dengan
banyak guratan melintang terdapat jaringan ikat halus pada endomisium, mengandung
pembuluh darah kecil dan pembuluh getah bening.
Miofilamen mengandung aktin dan miosin yang sama dengan otot rangka. Miofilamen
hanya terbatas pada sel-sel otot itu sendiri dan tidak melintasi sel otot. Jaringan ikat tidak
banyak terdapat pada otot jantung , tetapi hanya terdapat pada serat-serat berupa endomisium
yang penuh kapiler darah dari otot rangka . Kapiler limfe banyak terdapat pada otot jantung
sedangkan saraf otonom halus memberikan persarafan pada otot jantung.
b. Lapisan Jantung
Lapisan jantung terdiri dari perikardium, miokardium, dan endokardium.
1) Perikardium : lapisan ini merupakan kantong pembungkus jantung yang letaknya dalam
mediastinum minus, posterior terdapat korpus sterni dan rawan iga ke 2 sampai dengan iga ke
6.
a) Perikardium viseral (fibrosum) : bagian kantung yang membatasi pergerakan jantung terikat
dibawah sternum tendinium diagfraghma, bersatu dengan pembuluh darah besar melekat
pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
b) Perikardium pariental (serosum) : membatasi perikardium fibrosum dengan perikardium
serosum disebut epikardium, mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir yang berfungsi sebagai pelicin untuk
menjaga agar pergesakan antara perikardium tidak menimbulkan ganguan terhadap jantung.
Pada permukaan posterior jantung perikardium serosum membentuk vena besar disebut sinus
obligus dan sinus transverses.
2) Miokardium : lapisan jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria sinistra
bercabang menjadi arteri desendens anterior dan tiga arteri sirkumfleks. Arteri koronaria
dekstra memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan, dan permukaan digafragma
ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah ke sinus dan bersirkulasi langsung ke
dalam paru-paru. Susunan otot jantung (miokardium) :
a) Susunan otot atria : serabutnya sangat tipis , kurang teratur dan tersusun dalam dua lapisan.
Lapisan luar mencangkup kedua arteria sehingga terlihat paling nyata. Dibagian depan atria
beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan dalam terdiri atas serabut-
serabut berbentuk lingkaran.
b) Susunan otot ventrikel : membentuk bilik jantung yang dimulai dari cicin atrioventrikular
sampai apeks jantung.
c) Susunan otot atrioventrikular : merupakan dinding pemisah antar atrium dan vertikel.
3) Endokardium : dinding dalam atrium (endokardium) diliputi oleh membran yang mengikat
terdiri atas jaringan endotel (selaput lendir yang licin). Bagian ini memiliki kumpulan otot
paralel yang mengarah ke depan krista. Mengarah ke aurikula dari ujung bawah krista
terminal terdapat sebuah lipatan endokardium menonjol yang dikenal sebagai valvula vena
kava inferior yang terletak di depan muara vena inferior menuju ke sebelah tepi dan disebut
fossa ovalis. Di antara atrium kanan dan vebtrikel kanan terdapat hubungan melalui orifisium
artikulare.
c. Bagian-Bagian Jantung
1) Basis kordis : bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah besar
(aorta asendens, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan vena cava superior). Basis kordis
dibentuk oleh atrium kiri dan atrium kanan sedangkan posterior dibentuk oleh aorta
desendens, esofagus, vena azigos, dan duktus torasikus setinggi vertebra torakalis ke 5
sampai ke 8.
2) Apeks kordis : adalah bagian bawah jantung yang berbetuk kerucut tumpul. Bagian ini
dibentuk oleh ujung vebtrikel kiri dan dinding toraks dan ditutupi oleh paru- paru dan pleura
kiri dan dinding toraks.
d. Permukaan Jantung
Permukaan jantung (fasies kordis) terdiri atas tiga lapis yaitu
1) Fasies sternokostalis : permukaan yang menghadap ke depan berbatasan denagn dinding
depan toraks dibentuk oleh atrium kanan, ventrikel kanan dan sedikit ventrikel kiri
2) Fasies dorsalis : permukaan jantung yang menghadap kebelakang , berbentuk segi empat,
berbatasan dengan mediastinum posterior dan dibentuk oleh dinding atrium kiri sebagian
atrium kanan dan sebagian kecil ventrikel kiri.
3) Fasies diafragmatika : permukaan bagian bawah jantung berbatasan dengan sentrum tendium
diafragma yang dibentuk oleh dinding vebtrikel kiri dan sebagian kecil ventrikel kanan.
e. Ruang pada Jantung
1) Atrium Kanan (Atrium Dextra)
Atrium pada jantung berfungsi sebagai pompa primer yang lemah bagi ventrikel, yang
membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Ventrikel selanjutnya menyediakan
tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi
perifer. Atrium kanan terdiri atas rongga utama dari aurikula diluar , sedangkan bagian dalam
membentuk suatu rigi krisata terminalis. Bagian atrium yang terletak didepan rigi mengalami
trabekulasi aibat berkas serabut otot yang berjalan dari krista terminalis. Muara yang terletak
antrium kanan adalah sebagai berikut :
a) Vena kava superior : bermuara ke bagian atas atrium kanan. Muara ini tidak mempunyai
katup dan berfungsi mengembalikan darah dari setengah bagian tubuh atas
b) Vena kava inferior : lebih besar dari vena kava superior bermuara ke dalm bagian bawah
atrium kanan dan berfungsi mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian tubuh
bawah
c) Sinus koronarius : bermuara ke dalam atrium kanan dan bermuara antra vena kava inferior
dengan osteum ventrikular yang dilindungi oleh katup yang tidak berfungsi
d) Sinus atrioventrikuler kanan : bagian anterior vena kava inferior dilindungi oleh valvula
bikuspinalis, disamping itu banyak muara vena- vena kecil yang mengalirkan darah dari
jantung ke dalam atrium kanan.
2) Atrium Kiri (Atrium Sinister)
Atrium kiri terdiri atas rongga utama dan aurikula yang terletak dibelakang atrium
kanan dan membentuk sebagian besar basis (fasies posterior). Pada bagian belakang atrium
kiri terdapat sinus obligue perikardium serosum dan perikardium fibrosum. Bagian dalam
atrium kiri dan aurikula mempunyai rigi otot seperti aurikula kanan. Muara atrium kiri vena
pulmonalis dari masing- masing paru- paru bermuara pada dinding posterior dan tidak
mempunyai katup, osteum ventrikuler kiri yang dilindungi oleh valvula mitralis.
3) Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikuler dekstrum
dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum trunkus pulmonalis. Lapisan dinding ventrikel
kanan jauh lebih tebal daripada atrium kanan.
a) Valvula trikuspidalis : melindungi osteum atrioventrikuler yang dibentuk oleh lipatan
endokardium dan sebagian jaringan fibrosa yang terdiri dari tiga kuspis (trikuspidalis) atau
saringan (anterior, septalis, dan inferior). Basis kuspis melekat pada cincin fibrosa rangka
jantung. Bila ventrikel berkontraksi, muskulus papilaris berkontraksi mencegah agar kuspis
tidak terdorong ke atrium dan tidak terbalik ketika tekanan intraventrikuler meningkat.
b) Valvula pulmonalis : melindungi osteum pulmonalis yang terdiri ats dua kuspis (saringan)
semilunaris arteri pulmonalis yang dibentuk oleh lipatan endokardium disertai sedikit
jaringan fibrosa. Mulut muara kuspis arahnya ke atas dan bila arahnya ke dalam trunkus
pulmonalis dinamakan sinus. Selama fase sistolik, katup kuspis pada ventrikel tertekan pada
dinding trunkus pulmonalis oleh darah keluar. Selama diastolik, darah kembali ke jantung
masuk ke sinus , katup kuspis terisi dan menutup osteum pulmonalis.
4) Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri berhubungan dengan atrium kiri melalui osteum antrioventrikuler kiri dan aorta
melalui osteum aorta. Dinding vertikel kiri tiga kali lebih tebal dari vebtrikel kanan. Tekanan
darah intraventrikuler kiri enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan dari ventrikel
kanan.
a) Valvula mitralis (valvula bikuspidalis). Melindungi osteum antrioventrikularis yang terdiri
atas sua kuspis (anterior dan posterior). Kuspis anterior lebih besar dan terletak diantara
osteum antrioventrikular dan aorta
b) Valvula semilunaris aorta : melindungi osteum aorta dan strukturnya sama dengan valvula
semilunaris arteri pulmonalis. Salah satu kuspis terletak di dinding aorta membentuk sinus
aorta anterior yang merupakan asal dari arteri koronaria kana dan sinus posterior kiri yang
merupakan asal koronaria kiri.
2. Sel Eksitabel
a. Pengertian
Sel eksitabel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial aksi. Jaringan
eksitabel apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon berupa potensial aksi
b. Struktur dan Komposisi Sel
Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel dengan
lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya hanya dapat
dilalui molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan berbagai ion.
Berdasarkan analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir seluruh membran sel terdiri atas
lapisan protein dan lapisan lipid (lipoprotein). Membran plasma terdiri atas dua lapisan, yaitu
berupa lapisan lipid rangkap dua (lipid bilayer). Lapisan lipid disusun oleh fosfolipid.
Fosfolipid adalah lipid yang mengandung gugus fosfat dan terdiri atas bagian kepala (polar
head) dan bagian ekor (nonpolar tail). Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan
bagian ekorbersifat hidrofobik (tidak suka air). Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan
sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid, yaitu lipid yang mengandung karbohidrat
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein membentuk
dua macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan lapisan protein integral
atau intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian kepala (polar head) lipid rangkap
dua bagian luar. Lapisan protein integral membungkus bagian kepala (polar head) lipid
rangkap dua bagian dalam.
c. Komposisi Elektrolit Intrasel dan Ekstrasel
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi
tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda.
Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida adalah
elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-basa,
keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk molekul berenergi
(adenosine triphosphate-ATP), dan berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Klorida
berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan. Selain itu masih terdapat elektrolit lain
yang memiliki fungsi penting, misalnya kalsium dan magnesium. Kalsium berperan dalam
pembentukan tulang dan gigi, proses pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf.
Magnesium berperan dalam aktivitas enzim, pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel
saraf. Kekurangan elektrolit akan menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab
itu kebutuhan elektrolit harus selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang
seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur masukan dan
keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite gain) diperoleh
terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water and electrolite loss)
secara eksresi melalui buang air kecil dan buang air besar, dan secara evaporasi melalui
pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat. Masukan dan keluaran air dikendalikan oleh otak
yaitu di hipotalamus. Perubahan volume CES maupun konsentrasi elektrolit merangsang
hipotalamus untuk mengurangi atau meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara
mengatur rasa haus dan eksresi air melalui ginjal.
d. Transportasi Elektrolit Melalui Membran Sel
Membrane plasma merupakan selaput sel di sebelah luar sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat bagian-bagian yang disebut organel. Semua organel dibatasi oleh
membrane. Membrane yang membatasi organel mempunyai struktur molekul yang sama
dengan membrane plasma yang terdiri atas molekul-molekul lemak dan protein.
Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam sel
dan cairan yang membasahi semua sel. Membrane sel sangat tipis sehingga hanya dapat
diamati dengan perbesaran tinggi menggunakan mikroskop electron. S. singer dan E.
Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membrane sel yang dikenal dengan teori
membrane mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membrane sel tersusun oleh lapisan
protein. Protein tersusun mozaik atau tersebar dan masing-masing tersisip atau tenggelam di
antara lapisan ganda fosfolipid (bilayer fosfolipid).
Membrane sel terdiri atas kira-kira 50% lipid dan 50% protein, lipid terutama
merupakan fosfolipid dan tersusun dua lapis dan protein tersebar diantara bilayer fosfolipid
disebut protein instrinsik (integral) yang bersifat hidrofobik atau menolak air.Karena susunan
membrane sel yang demikian maka membrane sel bersifat semipermeable. Membrane sel
tidak simetris, protein ekstrinsik yang bergabung dengan permukaan luar membrane amat
berlainan dari protein yang ekstrinsik yang bergabung dengan membrane dalam. Membran
sel berfungsi mengatur gerakan materi atau transportasi dari atau keluar sel.
e. Potensial Membrane
P o t e n s i a l m e m b r a n adalah tegangan melintasi suatu membran sel
yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan
bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya).Semua sel
memiliki tegangan melintasi membran plasmanya, di mana tegangan ialah energi
potensial listrik-pemisahan muatan yang berlawanan.Sitoplasma sel bermuatan
negatif dibandingkan dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh distribusian ion
dan kation pada sisi membran yang berlawanan yang tidak sama.Potensial me mbran
bertindak seperti baterai, suatu sumber energi yang mempengaruhi lalulintas semua
substansi bermuatan yang melintasi membran.Karena di dalam sel itu negatif
dibandingkan dengan di luarnya, potensial membran ni mendukung transpor pasif
kation ke dalam sel dan anion ke luar sel.Dengan demikian, dua gaya menggerakkan
difusi ion melintasi suatu membran: gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya
listrik (pengaruh potensial membran pada pergerakan ion).Kombinasi kedua gaya
yang bekerja pada satu ion ini disebut gradien elektrokimiawi. Perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi potensial membran dan sel itu sendiri, sebagai
contohnya,depolarisasi dari membran plasma diduga memicu apoptosis (kematian sel
yang terprogram)
f. Potensial Aksi Tentang Sel, Jaringan, Organ, dan Sistem Organ
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara
kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila sel
yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan dengan level
yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju ke keadaan aktif.
Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan dari negatif di sisi dalam
berubah menjadi positif di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini disebut dalam keadaan
depolarisasi. Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di permukaan membran sel dan
merambat ke seluruh permukaan membran. Bila seluruh permukaan membran sudah
bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.
Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam menuju
kembali ke negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan merambat ke
seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah bermuatan negatif di sisi
dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau keadaan polarisai kembali dan siap
untuk menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran sel.
Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan kemudian
kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang
disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu
aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana proses
terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam keadaan istirahat.
3. Pembuluh Darah
Pembuluh ini berbentuk bulat, dengan ukuran berbeda-beda, dan berdiameter antara
0,01 mm hingga 10 mm. Ada tiga macam pembuluh darah, yaitu arteri, vena, dan kapiler.
Ketiga pembuluh darah tersebut selalu berhubungan satu dengan lainnya dan membentuk
suatu sistem. Arteri berhubungan langsung dengan vena pada bagian kapiler dan venula yang
dihubungkan oleh bagian endotheliumnya. Arteri dan vena terletak bersebelahan. Dinding
arteri lebih tebal dari pada dinding vena. Dinding arteri dan vena mempunyai tiga lapisan
yaitu lapisan bagian dalam yang terdiri dari endothelium, lapisan tengah yang terdiri atas otot
polos dengan serat elastis dan lapisan paling luar yang terdiri atas jaringan ikat ditambah
dengan serat elastis. Cabang terkecil dari arteri dan vena disebut kapiler. Pembuluh kapiler
memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki satu lapisan tunggal endothelium
dan sebuah membran basal.
Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a. Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dextra menuju ke
paru-paru. Mempunyai dua cabang yaitu dextra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri
yang banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b. Vena pulmonalis merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru-paru masuk ke
jantung bagian atrium sinistra. Didalamnya berisi darah yang banyak mengandung O2.
Peredaran darah kecil :
Darah dari jantung ventrikel dextra -- valvula semilunaris -- arteri pulmonalis --paru-paru kiri
dan kanan-- vena pulmonalis.
Pembuluh darah pada peredaran darah besar, terdiri atas :
a. Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung bagian ventrikel
sinistra melalui aorta accendens lalu membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis
sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma lalu menurun ke bagian
perut. Jalannya arteri terbagi atas 3 bagian yaitu :
1) Aorta Accendens, aorta yang naik ke atas dengan panjang kira-kira 5 cm, cabangnya arteri
koronaria masuk ke jantung.
2) Arkus Aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung ke bawahsampai vena torakalis IV.
Cabang-cabangnya : Arteri brakia sefalika, atau arteri anomina, arteri subklavia sinistra dan
arteri karotis komunis sinistra.
3) Aorta Decendens, bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis IV sampai
vertebra lumbalis IV .
Letaknya :
1) Aorta Torakalis , dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma.
Percabangannya sampai pada dinding toraks dan alat-alat visceral yang ada di dalam rongga
toraks.
2) Aorta Abdominalis, pada vertebra torakalis XII terbagi menjadi 2 : arteri iliaka komunis
dextra arteri iliaka komunis sinistra. Percabangannya sampai pada dinding perut dan alat
dalam rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.

Peredaran darah besar :


Darah dari jantung ventrikel sinistra --valvula semilunaris aorta-- aorta -- arteri -- arteriol --
kapiler arteri -- kapiler vena -- venolus -- vena kava -- atrium dextra
4. Pembuluh Limfe
a. Struktur pembuluh limfe
Darah yang meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui
vena dan sebagian cairan meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe yang
merembes dalam ruang-ruang jaringan. Susunan pembuluh limfe disebut juga middleman
atau susunan tengah karena merupakan susunan antara darah dan cairan jaringan dimana
terdapat zat-zat koloid, garam elektrolit tidak dapat masuk kedalam kapiler darah akan tetapi
masuk melalui kapiler-kapiler limfe atau saluran limfe.
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil tetapi memiliki lebih
banyak katup sehingga tampak seperti rangkaian merjan. Pembuluh darah limfe yang terkecil
atau kapiler, lebih besar dari kapiler darah terdiri atas selapis endothelium.
Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau
sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh
limfe khusus yang disebut lacteal yang dijumpai dalam vili usus.
Pembuluh darah afferent menembus kapiler sel dipinggiran yang cembung
dam memperdarahi kalenjar dan bercampur dengan benda kecil daripada limfe dan
selanjutnya campuran ini dikumpulkan oleh pembuluh afferent yang dikeluarkan melalui
vilum.

Saluran limfe mempunyai 2 batang saluran yang sama yaitu :


1) Duktus torasikus atau duktus limfatikus sinistra, yaitu dimulai dari pembuluh limfe yang
bentuknya disebut sinistra kili yang terdapat di depan dari vertebra lumbalis menuju ke
bagian atas akhirnya bermuara ke vena brakiosefalika kemudian ke vena kava superior,
duktus torasikus ini merupakan kumpulan dari pembuluh limfe yang berasal dari kepala kiri,
leher kiri, dada sebelah kiri bagian perut, anggota gerak bawah dan alat-alat dalam rongga
perut.
2) Duktus limfatikus dextra, merupakan pembuluh limfe yang pendek dan panjangnya kira-kira
1,20 cm, menerima limfe dari pembuluh limfe yang berasal dari kepal kanan, leher kanan,
bentuk dan susunan dari pembuluh limfe hampir sama dengan vena. Begitu juga dengan
lapisan plasmanya sepanjang salurannya terdapat katup-katup yang terbuka kea rah jantung.

Fungsi pembuluh limfe, antara lain :


1) Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2) Mengangkut limfosit dari kalenjar limfe ke sirkulasi darah.
3) Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
4) Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme.
5) Menghasilkan zat antibody untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.

B. Fisiologi Jantung
1. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab terhadap
aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel. Ketika otot
berkontraksi darah terdorong dari vebtrikel ke aorta selama periode dimana tekanan ventrikel
kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang katup aorta akan menutup
dan keluaran dari vebtrikel kiri terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan
tekanan darah pembuluh darah tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan
mendorong darah secara progresif ke arteri, kapiler, dan ke vena. Darah kemudian kembali ke
antrium kanan karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan
tekanan juga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru dan
kembali ke antrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara bermakna lebih
rendah dari tekanan sirkulasi sitemik karena aliran di pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
2. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium
dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam
sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi artinya
terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan negatif dan
bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya impuls listrik,
mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membran sel berubah dan ion bergerak
melintasinya. Dengan bergeraknya ion ke dalam sel maka bagian dalam sel akan menjadi
positif. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan
mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetangganya mengalami depolarisasi (meskipun dapat
juga terdepolarisasi akabat stimulasi listrik eksternal). Depolarisasi sebuah sel sisrem
hantaran khusus yang memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh
miokardium. Repolarisasi terjadi saat sel kembali kekeadaan dasar (menjadi lebih
negatif),dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Otot jantung,tidak seperti otot lurik atau otot polos,mempunyai periode refraktori
yang panjang,pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi.Hal tersebut
melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan (tetani),yang dapat mengakibatkan henti
jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisialsekitar otot jantung.Komposisi cairan tersebut pada gilirannya
tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium dapat mempengaruhi
kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium darah juga penting,karena
kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.
3. Mekanisme Jantung Sebagai Pompa
Pada kurva EKG, sistolik atrium dimulai setelah gelombang P dan sistolik ventrikel
dekat akhir gelombang R dan berakhir segera setelah gelombang T. Kontraksi menghasilkan
runtutan perubahan tekanan dan aliran dalam rongga jantung dan pembuluh darah. Perlu
dicatat bahwa istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh darah merujuk pada puncak
tekanan tertinggi yang dicapai selama sistolik, bukan tekanan rata-rata; demikian pula halnya,
tekanan diastolik merujuk pada tekanan terendah selama diastolik.
a. Daya Pompa Jantung
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan
memompa 70ml setiap denyut (volume denyutan adalh 70 ml). Jumlah darah yang setiap
menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 atau sekitar 5 liter.
Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit
dan volume denyut lebih dari 150ml yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter
setiap menit.
Setiap menit sejumlah volume yang sama kembali dari vena ke jantung. Akan
tetapi bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginua
dengan daya pompa jantung maka terjadi payah jantung. Vena-vena dekat jantung
membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalm vena naik. Dan bila keadaan ini tidak
sempat ditangani akan terjadi odema.
4. Sistem Konduksi
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
a. Otomatisasi,kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
b. Irama,kemampuan membentuk impuls yang teratur.
c. Daya konduksi,kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d. Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas,maka secara spontan dan teratur jantung akan
menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk merangsang
otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di mulai dari nodus SA
ke nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA memiliki
otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan kecepatan lebih
cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100 denyut/menit. Jaringan khusus ini
bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian bawah septum interatrial terdapat nodus
atrioventrikuler (AV). Jaringan ini bekerja untuk menghantarkan,memperlambat,potensial
aksi atrial sebelum ia mengirimnya ke ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada
waktu yang berbeda. Nodus AV memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua
potensial aksi telah di keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini,nodus AV melampau potensial aksi sekaligus,ke
jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel.
Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh mengejeksi
kelebihan darahnya ke dalam ventrikel,sebagai persiapan untuk sistole ventrikel.
5. Pembuluh Arteri, Vena, dan Sistem Kapiler
a. Pembuluh darah arteri atau nadi.
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang
berdinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri dinamakan
aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh. Pembuluh arteri
yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai pembuluh pulmonalis yang betugas membawa
darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
b. Pembuluh darah vena atau balik
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung yang
bersifat tipis dan elastis. Pembuluh vena kava anterior adalah pembuluh balik yang berasal
dari bagian atas tubuh. Pembuluh vena kava pulmonalis adalah pembuluh balik yang berasal
dari bagian bawah tubuh.
c. Pembuluh darah kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri.
Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili meter
dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler darah.
6. Tekanan Darah dan Sistem Regulasi
Faktor –faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tekanan
pembuluh darah perifer, dan volume atau aliran darah. Kontrol terhadap tekanan darah
bergantung pada sensor-sensor yang secara terus menerus mengukur tekana darah dan
mengirim informasinya ke otak. Otak mengintergrasikan semua informasi yang masuk dan
berespon dengan mengirim rangsangan eferen ke jantung dan sistem pembuluh melalui saraf-
saraf otonom. Berbagai hormon dan mediator kimiawi lokal berperan dalam mengontrol
tekanan darah.

C. Biofisika Jantung
1. Listrik jantung
Aliran arus listrik dari masa sinsitium otot jantung
Sebelum masa sisitium otot jantung terangsang semua bagian luar sel otot itu
bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan negatif. Begitu suatu daerah sinsitium jantung
terdepolarisasi, muatan negative akan bocor keluar dari serabut otot yang mengalami
depolarisasi sehingga daerah permukaan ini menjadi elektronegatif. Karena proses
depolarisasi menyebar kesegala arah melalui jantung, perbedaan potensial yang tampak
hanya menetap selama seperbeberapa ribu detik,dan perhitungan voltase yang sebenarnya
hanya dapat dilakukan dengan alat perekam yang berkecepatan tinggi.
Aliran arus listrik yang mengelilingi jantung pada dada (paru)
Walaupun sebagian besar paru terisi oleh udara tapi dapat juga menghantarkan arus
listrik yang cukup besar dan cairan yang terdapat dalam jaringan lain yang terletak di
sekeliling jantung juga dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Oleh karena
itu,sebenarnya jantung terendam didalam media yang konduktif. Bila satu bagian ventrikal
mengalami depolarisasi maka daerah itu akan menjadi elektronegatif di bandingkan bagian
lainnya. Aliran listrik akan mengalir dari daerah yang terdepolarisasi menuju ke daerah yang
terpolarisasi melalui jalur melingkar yang besar.
Impuls jantung mula-mula akan sampai di bagian septum ventrikal dan selanjutnya
segera menyebar ke permukaan dalam dari sisa ventrikel lainnya. Keadaan ini akan
menyebabkan kenegatifan di bagian dalam ventrikel,sedangkan di bagian luar dinding
ventrikel akan mengalami kepositifan,dengan arus listrik akan mengalir melalui cairan yang
terdapat di sekeliling ventrikel menurut jalur elips. Dengan kata lain arus listik rata-rata
dengan kenegatifan akan mengalir kebasal jantung dan arus listrik rata-rata dengan
kepositifan akan mengalir ke bagian apeks.
Selama berlangsungnya sebagian besar sisa proses depolarisasi,arus juga tetap
mengalir menurut arah penyebaran yang sama,sementara depolarisasi menyebar dari
permukaan endokardium keluar melalui masa otot ventrikel.Kemudian,sesaat sebelum proses
depolarisasi selesai melintasi ventrikel,selama kira-kira 0,01 detik,rata-rata aliran arus listrik
ini akan terbalik,yakni akan mengalir dari apeks ventrikel menuju ke bagian basal,sebab
bagian ja ntung yang paling akhir terdepolarisasi adalah dinding bagian luar ventrikel yang
dekat dengan basal jantung.
Jadi pada ventrikel jantung yang normal,selama hampir seluruh siklus
depolarisasi,arus mengalir dari negative ke positif,terutama dari arah basal jantung menuju ke
apeks kecuali pada bagian akhir dari proses depolarisasi.
2. Konduksi Jantung
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik. Jaringan
tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
a. Otomatisasi,kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
b. Irama,kemampuan membentuk impuls yang teratur.
c. Daya konduksi,kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d. Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas,maka secara spontan dan teratur jantung akan
menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk merangsang
otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di mulai dari nodus SA
ke nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA
memiliki otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan kecepatan
lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100 denyut/menit. Jaringan
khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian bawah septum interatrial
terdapat nodus atrioventrikuler(AV).Jaringan ini bekerja untuk
menghantarkan,memperlambat,potensial aksi atrial sebelum ia mengirimnya ke ventrikel.
Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang berbeda. Nodus AV memperlambat
hantaran dari potensial aksi ini sampai semua potensial aksi telah di keluarkan atrium dan
memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini,nodus AV melampau potensial aksi sekaligus,ke
jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel.
Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh mengejeksi
kelebihan darahnya ke dalam ventrikel,sebagai persiapan untuk sistole ventrikel.
Dari nodus AV ,impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke cabang
berkas kanan dan kiri,dan kemudian melalui satu dari beberapa serat purkinye ke jaringan
miokard ventrikel itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi jaringan penghantar 3-7 kali lebih
cepat dari pada melalui miokard ventrikel. Maka berkas, cabang dan serabut purkinye dapat
mendekati kontraksi simultan dari semua bagian ventrikel,sehingga memungkinkan
terjadinya penyatuan kerja pompa maksimal.
3. Viskositas pembuluh jantung
Tahanan terhadap aliran darah ditentukan tidak hanya oleh jari-jari pembuluh darah
tetapi juga oleh viskositas darah. Plasma kira-kira 1,8 kali lebih kental dibanding air,
sedangkan darah 3-4 kali lebih kental dibanding air. Jadi viskositas bergantung sebagian
besar pada hematokrit yaitu persentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah.
Efek viskositas in vivo menyimpang dari yang diperkirakan oleh rumus Poiseuille-Hagen.Di
pembuluh besar, peningkatan hematokrit mwenyebabkan peningkatan viskositas yang cukup
besar. Namun dipembuluh yang diameter lebih kecil, yaitu di arteriol, kapiler dan venula,
viskositas berubah lebih sedikit per satuan perubahan hematokrit dibandingkan perubahan
viskositas di pembuluh besar. Hal ini karena perbedaan pada sifat aliran yang melalui
pembuluh kecil. Oleh sebab itu perubahan nettoviskositas persatuan perubahan hematokrit
jauh lebih kecil ditubuh dibandingkan perubahannya secara invitro. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa perubahan hematokrit memiliki pengaruh yang relatif kecil pada
tahanan perifer kecuali pada berubahan tersebut besar. Pada polisitemia berat, peningkatan
tahannan jelas meningkatkan kerja jantung. Sebaliknyan, pada anemia, tahanan perifer
manurun, sebagai akibat penurunan viskositas. Tentu saja penurunan hemoglobin
menurunkan kemampuan darah mengangkut O2, tetapi perbaikan aliran darah viskositas
relatif.

D. Biokimia Jantung
1. Struktur dan Fungsi Enzim
Analisa enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic, yang
meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram, untuk mendiagnosa infark miokard. Enzim
dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah. Kebanyakan enzim
tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Namun berbagai
isoenzim hanya dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakan
akibat hipoksia lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim bocor ke rongga interstisial
miokardium dan kemudian di angkut ke peredaran darah umum oleh system limfa dan
peredaran koronaria, mengakibatkan peningkatan kadar dalam darah.
Karena enzim yang berbeda dilepaskan ke dalam darah pada periode yang berbeda
setelah infark miokard, maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang dihubungkan
dengan waktu awitan nyeri dada atau gejala lainnya. Kreatinin kinase (CK) dan isoenzimnya
(CK-MB) adalah enzim paling spesifik yang di analisa untuk mendiagnosa infark jantung
akut, dan merupakan enzim pertama yang meningkat. Laktat dehidrogenase (LDH) dan
isoenzimnya juga perlu diperiksa pada pasien yang datang terlambat berobat, karena
kadarnya baru meningkat dan mencapai puncaknya pada 2-3 hari, jauh lebih lambat
dibandingkan CK.
2. Struktur Enzim
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62
asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan lebih dari 2.500
residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis RNA, dengan yang
paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai RNA-enzim ataupun
ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga dimensinya (struktur kuaterner).
Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya, prediksi aktivitas enzim baru yang hanya
dilihat dari strukturnya adalah hal yang sangat sulit.
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian
kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung terlibat dalam
katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat substrat dan
kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif. Enzim juga dapat mengandung
tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis. Beberapa enzim juga memiliki
tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali merupakan produk langsung ataupun tak
langsung dari reaksi yang dikatalisasi. Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun
menurunkan aktivitas enzim. Dengan demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino yang
melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat kimiawi
yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan membentuk
kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari
lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung
pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.
a. Kespesifikan
Enzim biasanya sangat spesifik terhadap reaksi yang ia kataliskan mauapun terhadap
substrat yang terlibat dalam reaksi. Bentuk, muatan dan katakteristik hidrofilik/hidrofobik
enzim dan substrat bertanggung jawab terhadap kespesifikan ini. Enzim juga dapat
menunjukkan tingkat stereospesifisitas, regioselektivitas, dan kemoselektivitas yang sangat
tinggi.
Beberapa enzim yang menunjukkan akurasi dan kespesifikan tertinggi terlibat dalam
pengkopian dan pengekspresian genom. Enzim-enzim ini memiliki mekanisme "sistem
pengecekan ulang". Enzim seperti DNA polimerase mengatalisasi reaksi pada langkah
pertama dan mengecek apakah produk reaksinya benar pada langkah kedua. Proses dwi-
langkah ini menurunkan laju kesalahan dengan 1 kesalahan untuk setiap 100 juta reaksi pada
polimerase mamalia. Mekanisme yang sama juga dapat ditemukan pada RNA polimerase,
aminoasil tRNA sintetase dan ribosom.
Beberapa enzim yang menghasilkan metabolit sekunder dikatakan sebagai "tidak
pilih-pilih", yakni bahwa ia dapat bekerja pada berbagai jenis substrat yang berbeda-beda.
Diajukan bahwa kespesifikan substrat yang sangat luas ini sangat penting terhadap evolusi
lintasan biosintetik yang baru.
b. Model “ lock & key ”
Enzim sangatlah spesifik. Pada tahun 1894, Emil Fischer mengajukan bahwa hal ini
dikarenakan baik enzim dan substrat memiliki bentuk geometri yang saling memenuhi. Hal
ini sering dirujuk sebagai model "Kunci dan Gembok". Manakala model ini menjelaskan
kespesifikan enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi keadaan transisi yang dicapai oleh
enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat, dan model ketepatan induksilah yang
sekarang paling banyak diterima.
3. Apoptosis, Injury Sel dan adaptasi sel
Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah mekanisme
biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis berbeda dengan
nekrosis. Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan
bagi tubuh. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah pemisahan jari pada
embrio.Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari menyebabkan masing-
masing jari menjadi terpisah satu sama lain.Bila sel kehilangan kemampuan melakukan
apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.
Apoptosis memiliki ciri morfologis yang khas seperti blebbing membran plasma,
pengerutan sel, kondensasi kromatin dan fragmentasi DNA,dan dimulai dengan enzim
kaspase dari kelompok sisteina protease membentuk kompleks aktivasi protease multi sub-
unit yang disebut apoptosom. Apoptosom disintesis di dalam sitoplasma setelah terjadi
peningkatan permeabilitas membran mitokondria sisi luar dan pelepasan sitokrom c ke dalam
sitoplasma,setelah terjadi interaksi antara membran ganda sardiolipin mitokondria dengan
fosfolipid anionik yang memicu aktivitas peroksidase. Apoptosom merupakan kompleks
protein yang terdiri dari sitokrom c, Apaf-1 dan prokaspase-9.
Fungsi apoptosis :
a. Berhubungan dengan kerusakan sel atau infeksi. Dimana terjadinya apoptosis ketika sel
mengalami kerusakan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan
apoptosis berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang
berasal dari sistem imun.
b. Sebagai respon stress atau kerusakan DNA
Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan, atau kerusakan DNA
akibat racun atau paparan terhadap ultraviolet atau radiasi (misalnya radiasi gamma atau sinar
X), dapat menyebabkan sel memulai proses apoptosis
1) Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel
2) Sebagai bagian dari pertumbuhan
3) Regulasi sistem imun
Sel B dan Sel T merupakan pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing yang
dapat menginfeksi tubuh. “Sel T pembunuh” (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar
potongan-potongan protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi), atau terpapar
antigen asing karena adanya infeksi virus. Setelah sel T menjadi aktif, sel-sel tersebut
bermigrasi keluar dari lymph node, menemukan dan mengenali sel-sel yang tidak sempurna
atau terinfeksi, dan membuat sel-sel tersebut melakukan kematian sel terprogram
Proses apoptosis secara morfologi :
Sel yang mengalami apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat dilihat menggunakan
mikroskop
1) Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang menyusun cytoskeleton
mengalami pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai caspase. Caspase diaktivasi oleh
mekanisme sel itu sendiri.
2) Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.
3) Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-potongan padat pada
membran inti.
4) Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-potong.
5) Lapisan dalam dari membran sel, yaitu lapisan lipid fosfatidilserina akan mencuat keluar dan
dikenali oleh fagosit, dan kemudian sel mengalami fagositosis, atau
6) Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang kemudian
difagositosis.

4. Nekrosis Sel
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis),
di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah
kesehatan yang serius.
Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel
akan menyebabkan kematian sel di mana sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan
perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-
enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan
membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan
secara morfologis.
Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena
stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang
sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.
Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh
diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.
Macam – Macam Nekrosis
a. Nekrosis koagulatif
b. Nekrosis likuefaktif
c. Nekrosis kaseosa
d. Nekrosis lemak
e. Nekrosis fibrinoid
f. Nekrosis gangrenosa

Definisi Nekrosis Liquefaktif


Nekrosis liquefaktif merupakan salah satu tipe nekrosis yang termasuk bakteri fokal
atau infeksi jamur. Sebagai akibat autolisis atau heterolisis terutama khas pada infeksi fokal
kuman, karena kuman memiliki rangsangan kuat pengumpulan sel darah putih. Salah satu
contoh nekrosis liquefaktif ditunjukkan dengan kematian sel hipoksia pada sistem saraf pusat.
Apapun patogenesisnya, liquefaktif pada hakikatnya mencerna bangkai kematian sel dan
sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi leukosit imidran dan menimbulkan abses.
Materialnya berwarna kuning krem. Biasanya terdapat pada abses pada otak.

Mekanisme Nekrosis Liquefaktif.


Dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah pencernaan sel oleh enzim
dan denaturasi protein.

Proses nekrosis:
Pencernaan enzym katalitik dari lisosom yang mati (autolisis) atau dari lisosom
leukosit imigran (heterolisis) menyebabkan terbentuknya nekrosis liquefaktif dilanjutkan
dengan terjadinya denaturasi protein yang menyebabkan nekrosis koagulatif. Perubahan
morfologis dari nekrosis liquefaktif sampai nekrosis koagulatif memerlukan waktu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem kardiovaskular merupakan system yang menjelaskan proses siskulasi yang
terjadi di dalam tubuh manusia. Berdasarkan lintasan sirkulasi,ada 3 macam sirkulasi dalam
tubuh manusia,sirkulasi sistemik,sirkulasi paru,dan sirkulasi khusus (sirkulasi pada
janin,sirkulasi koroner jantung). Sirkulasi tidak hanya menjelaskan tentang sirkulasi darah
saja tetapi juga ada sirkulasi cairan limfe yang berperan dalam system kekebalan tubuh dan
pengaturan keseimbangan cairan di ruang interstisial. Pembuluh darah adalah komponen
dalam system transpor kardiovaskuler yang terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula dan
vena. Sistem limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir dari ruang
interstisial ke dalam darah.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .Jakarta : EGC


Ganong William F,MD. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed.22.Jakarta:
EGC

Setiawan,Ronny, Sari Fatimah. 2009.Fisiologi Kardiovaskular.Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika

You might also like