You are on page 1of 30

Hubungan Antara Metabolisme Alkohol, Lemak, Purin, Karbohidrat dan Hormon

Yang Berperan
Alda Vania Sugiarta, Andri Hernadi Salampak Dehen, Erwin Febrianto, Fransisca Angelia,
Giovani Nando Erico Diantama, Mohd Amizul Bin Zakaria, Nur Azeha binti Mohd Emran,
Shelomita Frita Seri Taresa Singarimbun, Stevani
F1
Tutor : dr. Darminto salim
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
Abstrak

Dalam kehidupan seharian, tubuh manusia memerlukan energi untuk melakukan


aktivitas harian. Energi yang diperoleh melalui pengambilan makanan akan digunakan oleh
sel-sel tubuh untuk meregulasi segala aktivitas di peringkat sel maupun sistem. Pengambilan
makanan yang terdiri dari berbagai zat kadangkala bisa berlebihan ataupun berkurangan.
Dalam keadaan normal, tubuh kita mempunyai mekanisme yang tertentu untuk mengawal
kadar gizi dalam tubuh badan. Dalam penulisan kali ini, hal yang akan dibahas merangkumi
gizi seimbang yang diperlukan oleh manusia sesuai dengan keperluan kalori serta kepentingan
indek massa tubuh (IMT) untuk menentukan kondisi kesihatan seseorang. Selain itu, turut
dibahas metabolisme alkohol, purin dan asam lemak, karbohidrat. Transpor asam lemak yang
meliputi metabolisme lipoprotein juga turut ditinjau melalui jalur kerja dan senyawa yang
terlibat.

Kata kunci: indeks massa tubuh, alkohol, lemak,

Abstracts

In our daily life, human bodies require certain amount of energy to perform daily
activities. Energy required by our body is obtained from the nutrients content of our daily food
consumption. However, our diets intake may consist excessive or lack of the nutrients needed.
Thus, under normal circumstance, our body has specific mechanisms to regulates and
maintains nutrients level at optimum state. This paper will provide an overview on balanced
diet that are required by human and body mass index (BMI). This papers also includes
metabolisms of nutrients such as alcohols, fats and purine, and the pathway of lipoprotein
metabolism.

Keywords: body mass index, alcohol, fat

1|Page
Pendahuluan

Setiap sel dalam tubuh manusia memerlukan energi untuk melaksanakan pelbagai
fungsi yang bersifat esensial demi mempertahankan kelangsungan sel dan untuk meregulasi
pelbagai homeostasis yang berlangsung di dalam tubuh. Semua energi yang dibutuhkan oleh
sel bisa diperoleh dari sumber makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Amalan pemakanan yang
tidak sesuai dengan panduan piramida makanan boleh menyebabkan pelbagai risiko.
Pengambilan makanan yang mengandungi lemak secara berlebihan dapat menyebabkan
pelbagai gangguan pada kesihatan.

Pada omnivora pemakan daging seperti manusia, kelebihan kalori diserap ke dalam fase
anabolik siklus makan, yang diikuti oleh periode keseimbangan kalori negatif ketika organisme
menggunakan simpanan karbohidrat dan lemaknya. Lipoprotein memperantarai siklus ini
dengan mengangkut lipid dari usus sebagai kilomikron dan dari hati sebagai lipoprotein
berdensitas rendah (very low density lipoproteins, VLDL) ke sebagian besar jaringan untuk
dioksidasi dan ke jaringan adiposa untuk disimpan. Kelainan metabolisme lipoprotein
menyebabkan berbagai hipo- atau hiperlipoproteinemia. Sebagian besar kondisi patologis lain
yang mengenai transpor lipid terutama disebabkan oleh kelainan bawaan yang menyebabkan
hiperlipidemia dan berbagai disfungsi endokrin.1

Gizi

Kebutuhan gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh tinggi badan, berat badan, umur, jenis
kelamin, fase pertumbuhan, kondisi tertentu seperti hamil atau menyusui dan aktivitas sehari-
hari seperti pekerjaan dan kondisi kesehatan. Kebutuhan gizi bagi seorang individu
termasuklah kalori, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.

Makanan sehari-hari seharusnya dapat memberikan nutrien yang diperlukan secara


lengkap, memenuhi cita rasa orang yang mengkonsumsi, bervariasi agar pelbagai kebutuhan
nutrient dapat dipenuhi, menarik dan bersih untuk menarik selera dan agar tidak terkena infeksi
sebarang penyakit seperti diare, tidak bertentangan dengan hukum agama serta memberikan
kepuasan tanpa mengurangi harga diri.

Tidak ada bahan makanan yang sempurna mempunyai semua zat gizi sejumlah yang
dibutuhkan. Jadi, makanan yang dikonsumsi haruslah terdiri dari berbagai bahan makanan atau
mixed diet sangat diperlukan.1

2|Page
Gambar 1 Panduan Gizi Seimbang 1
Menyusun Menu Sesuai Kebutuhan Kalori

Menu disusun berdasarkan prinsip 4 sehat 5 sempurna di mana 4 sehat terdiri dari
makanan utama yaitu nasi, lauk pauk hewani atau nabati, sayur dan buah. Manakala 5 sempurna
bermaksud, jenis makanan yang kelima adalah tambahan sumber protein bernilai tinggi seperti
susu atau telur. Bahan makanan 5 sempurna ini tidak wajib ada, namun akan lebih baik jika
dapat melengkapi makanan yang 4 sehat tadi terutama bagi golongan rentan seperti ibu hamil,
ibu menyusui, bayi, remasa dan lanjut usia.1,2

Menu juga harus disusun sesuai kebutuhan kalori atau kebutuhan energi per hari. Selain
itu faktor lain seperti jantina, umur, berat badan ideal, aktifitas, kondisi seperti hamil atau
menyusui dan kesehatan juga diambil kira.
Cara menghitung keperluan energi total = EMB + aktifitas otot – BM selama tidur + ETM
SDA

= EMB + sejumlah % EMB


EMB mengikut aktifitas sehari-hari:

3|Page
Aktifitas EMB
Ringan sekali EMB + 30%
Ringan EMB + 50%
Sedang EMB + 75%
Berat EMB + 100%
Berat sekali EMB + 125%

Rekomendasi mengikut jenis nutrisi dan energi yang diperlukan :

Nutrien Rekomendasi
Energi BMI harus dipertahankan pada nilai 22
Karbohidrat Harus mengambil karbohidrat yang menyediakan 50-55% energy
Makanan serat tinggi, 30g per hari
25g sukrosa dan fruktosa per hari
Lemak Harus mengambil makanan berlemak yang menyediakan 30-35% energy
Mengambil bahan makanan Lemak jenuh menyediakan energy melebihi
10% dan tidak jenuh sebanyak 10-15%.
Protein Mengambil makanan berprotein yang menyediakan 10-15% energy
Garam Bagi tekanan darah normal, diambil <6g per hari
Bagi hipertensi, diambil <3g per hari

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah ukuran massa tubuh
terhadap tinggi dan digunakan untuk mendefinisikan berat badan lebih dan obesitas atau berat
badan (BB) kurang dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada dewasa. Terdapat juga BMI-for-
age khusus untuk remaja dan kanak-kanak.

Cara mengira IMT:


IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi (m2)

Prinsip dan kegunaan IMT:

 Berhubungan erat dengan kegemukan tubuh


 Indikator terbaik bagi lemak tubuh total pada perempuan

4|Page
 Indikator terbaik bagi peratusan lemak tubuh pada laki-laki
 Berhubungan baik dengan ukuran lemak triceps
 BMI-for-age dianjurkan khusus untuk remaja dan kanak-kanak oleh World Health
Organization (WHO) untuk menilai massa tubuh dan risiko berat badan lebih

Klasifikasi untuk kurang energi kronik (WHO 1998)

IMT Kurang Energi Kronis (KEK)

17-18,4 KEK I

16-16,9 KEK II

< 16 KEK III

Klasifikasi untuk Asia Pasifik (WHO IOTF, 2000, 2003)

IMT Berat Badan (BB)

< 18,5 BB kurang

18,5-22,9 BB normal

23,0 BB lebih

23,0-24,9 Preobesitas

25,0-29,9 Obestitas I

 30,0 Obesitas II

5|Page
Indeks Glikemik

Indeks Glikemik adalah cara mengklasifikasi karbohidrat berdasarkan kecepatan tubuh


memecah dan mengubahnya mrnjadi glukosa untuk digunakan sebagai energi. Semaki cepat
makanan dipecah, semakin tinggi faktor indeks glikemiknya. Makanan dengan indeks glikemik
akan dicerna lebih lambat sehingga pelepasan glukosa lambat dan stabil. Sebenarnya protein
dan lemak hanya memiliki sedikit efek langsung pada gula darah, tetapi bila dimakan bersama
makanan berindeks glikemik tinggi, sebenarnya bisa melambatkan respons gula darah, dan
membuat makanan berindeks glikemik tinggi berprilaku seperti makanan berindeks glikemik
rendah.2

Bila makan banyak makanan berindeks glikemik tinggi, tubuh akan kelebihan glukosa. Untuk
melawan ini, kelebihan glukosa yang tidak dapat disimpan sebagai glikogen akan dialihkan ke
aliran darah dan disimpan sebagai lemak.1,2

Gambar 2. Indeks Glikemik1

Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu nutrien bagi makhluk hidup. Glukosa adalah karbohidrat
terpenting, kebanyakan karbohidat dalam makanan diserap ke dalam alirah darah sebagai
glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekusor untuk sintesis
semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan, ribosa dan
deoksiribosa dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai
kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan.

6|Page
Fungsi karbohidrat : 3

1. Sebagai sumber energi utama

2. Sebagai cadagan energi (glikogen) dalam hati dan otot

3. Menghasilkan senyawa intermediet amphibolik : piruvat, laktat, gliserida

4. Sebagai sumber energi utama bagi otak dan susunan saraf

5. Pengatur peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan

Metabolisme karbohidrat terdiri dari glikolisis embden meyerhof, glikogenesis, glikogenolisis,


glukoneogenesis, oksidasi piruvat dan siklus asam sitrat. Glikolisis yaitu jalur utama
metabolisme glukosa, yang terjadi di sitosol semua sel. Jalur ini dapat berfungsi baik dalam
keadaan aerob maupun anaerob, bergantung pada ketersediaan oksigen dan rantai transpor
elektron. Eritrosit yang tidak memiliki mitokondria, bergantung sepenuhnya pada glukosa
sebagai bahan bakar metabolismenya, dan memetabolisme glukosa melalui glikolisis anaerob.
Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan juga jalur utama untuk metabolisme
fruktosa, galaktosa, dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Piruvat merupakan produk
akhir utama glikolisis. Piruvat dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2¬ dan air. Jika pasokan
oksigen berkurang, reoksidasi NADH di mitokondria yang terbentuk selama glikolisis
terhambat, dan NADH direoksidasi dengan mereduksi piruvat menjadi laktat sehingga
glikolisis dapat berlanjut. Meskipun glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan anaerob,
pengorbanan diperlukan karena hal ini membatasi jumlah ATP yang dibentuk per mol glukosa
yang teroksidasi sehingga jauh lebih banyak glukosa yang harus dimetabolisme dalam kondisi
anaerob dibandingkan dalam kondisi aerob. Di sel ragi dan beberapa mikroorganisme lain,
piruvat yang dibentuk dalam glikolisis anaerob tidak direduksi menjadi laktat, tetapi
mengalami dekarboksilasi dan direduksi menjadi etanol.3,4

Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui fosforilasi
menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan menggunakan ATP sebagai
donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dapat
dianggap bersifat ireversibel. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh produknya yaitu
glukosa 6-fosfat. Heksokinase memiliki afinitas tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi
normal enzim ini mengalami saturasi sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk
menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk memenuhi kebutuhan sel, sel hati juga mengandung suatu
isoenzim heksokinase yang bernama glukokinase yang memiliki afinitas rendah daripada

7|Page
konsentrasi glukosa intrasel normal. Fungsi glukokinase di hati adalah untuk mengeluarkan
glukosa dari darah setelah makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang melebihi kebutuhan
untuk glikolisis yang digunakan untuk sintesis glikogen dan lipogenesis.3,5

Glukosa 6-fosfat adalah suatu senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa jalur
metabolik yakni glikolisis, glukoneogenesis, jalur pentosa fosfat, glikogenesis, dan
glikogenolisis. Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa
isomerase yang melibatkan suatu isomerasi aldosa ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi
lain yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat.
Fruktosa 1,6-bisfosfat dipecah oleh aldolase (fruktosa 1,6- bisfosfat aldolase) menjadi dua
triosa fosfat, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat dapat saling terkonversi oleh enzim fosfotriosa isomerase.4

Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-bisfosfogliserat.


Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase, bersifat
dependen-NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase, fosfat
dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP (fosforilasi tingkat-substrat)
dan 3-fosfogliserat. 3-Fosfogliserat kemudian mengalami isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat
oleh fosfogliserat mutase.5

Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibat¬kan suatu dehidrasi yang membentuk
fosfoenolpiruvat. Eno¬lase dihambat oleh fluorida. Enzim ini juga bergantung pada
keberadaan Mg2+ atau Mn2+. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh piruvat
kinase untuk membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang dioksidasi.

Pada kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi
oksigen. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisis oleh laktat
dehidrogenase. Reoksidasi NADH melalui pembentukan laktat memungkinkan glikolisis
berlangsung tanpa oksigen dengan menghasilkan cukup NAD+ untuk siklus berikutnya dari
reaksi yang dikatalisis oleh gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Pada keadaan aerob, piruvat
diserap ke dalam mitokondria, dan setelah menjalani dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil
KoA, dioksidasi menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat.3

Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter proton.
Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA oleh
suatu kompleks piruvat dehidrogenase. Pada kompleks enzim tersebut menjadi turunan
hidroksietil cincin tiazol tiamin difosfat yang kemudian bereaksi dengan lipoamida teroksidasi,

8|Page
yakni gugus prostetik pada dihidrolipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamida.
Asetil lipoamida bereaksi dengan koenzim A untuk membentuk asetil-KoA dan lipoamida
tereduksi. Reaksi ini tuntas jika lipoamida yang tereduksi tersebut direoksidasi oleh suatu
flavoprotein, yaitu dihidrolipoil dehidrogenase, yang mengandung FAD. Akhirnya,
flavoprotein tereduksi mengalami oksidasi oleh NAD+ yang kemudian memindahkan
ekuivalen pereduksi ke rantai respiratorik. Pada reaksi ini menghasilkan 3 ATP.4,5

Piruvat + NAD+ + KoA Asetil-KoA + NADH + H+ + CO2¬

Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi di mitokondria yang mengoksidasi gugus asetil
pada asetil-KoA dan mereduksi koenzim yang ter-reoksidasi melalui rantai transpor elektron
yang berhubungan dengan pembentukan ATP. Siklus asam sitrat adalah jalur metabolisme
terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein karena glukosa, asam lemak dan sebagian
besar asam amino dimetabolisme menjadi asetil-KoA atau zat-zat antara siklus ini. Siklus ini
juga berperan sentral dalam glukoneogenesis, lipogenesis, dan interkonversi asam-asam
amino.5

Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis oleh sitrat
sintase yang membentuk ikatan karbon-ke-karbon antara karbon metil pada asetil-KoA dan
karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang terbentuk mengalami
hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASH, suatu reaksi eksotermik. Sitrat mengalami
isomerasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase), reaksi ini terjadi dalam
dua tahap : dehidrasi menjadi ci-akonitat dan rehidrasi menjadi isositrat. Isositrat mengalami
dehidrogenasi yang dikatalis oleh isositrat dehidrogenase untuk membentu oksalosusinat pada
awalnya, yang tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi menjadi alfa
ketoglutarat. Dekarboksilasi ini memerlukan ion Mg++ atau Mn++. Terdapat tiga isoenzim
isositrat dehidrogenase. Salah satunya yang menggunakan NAD+, hanya terdapat di
mitokondria. Dua lainnya menggunakan NADP+ dan ditemukan di mitokondria dan sitosol.4

Alfa ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
suatu kompleks alfa ketoglutarat dehidrogenase yang menyebabkan terbentuknya suksinil
KoA. Suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase (suksinil-KoA
sintetase). Reaksi ini adalah satu-satunya contoh fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam
sitrat. Lalu reaksi berlanjut dari Suksinat menjadi fumarat dengan enzim suksinat
dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam mitokondria. Enzim ini
mengandung FAD dan protein FeS dan secara langsung mereduksi ubikuinon dalam rantai

9|Page
transpor elektron. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisis penambahan air pada ikatan
rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat
dehidrogenase, dimana reaksi ini memerlukan NAD.4

Pada reaksi ini maka dihasilkan 3ATP oleh NADH melalui rantai pernafasan. Dan oksaloasetat
sendiri akan berikatan dengan asetil-KoA lagi dan menjadi Sitrat sehingga membentuk sebuah
rantai siklus yang berkepanjangan. Total dari ATP yang dihasilkan oleh 1 molekul asetil KoA
adalah 11 ATP melalui rantai pernafasan dan 1 ATP melalui tingkat substrat.3

Glikogenesis

Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati pada tumbuhan;
glikogen adalah polimer bercabang a–D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di hati dan otot;
meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan glikogen otot, namun
karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen
tubuh total berada di otot.5

Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis
di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa
untuk mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan. Setelah berpuasa 12 – 18
jam, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras. Meskipun glikogen otot tidak secara langsung
menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat
mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk
glukoneogenesis di hati.4

Seperti glikolisis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang


dikatalisis oleh heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami
isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat oleh fosfoglukomutase. Kemudian glukosa 1-fosfat
bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat
glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang dikatalisis oleh UDPGlc pirofosforilase. Reaksi
berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc karena pirofosfatase mengatalisis hidrolisis
pirofosfat menjadi dua kali fosfat sehingga salah satu produk tersebut reaksi dihilangkan.3,4,5

Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1 glukosa


UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat (UDP).
Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada agar reaksi ini dapat
berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu orimer protein

10 | P a g e
yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat pada posisi 1 4 untuk
membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen sintase. Di otot
rangka, glikogenin tetap melekat pada bagian tengah molekul glikogen; di hati, jumlah molekul
glikogen lebih banyak daripada jumlah molekul glikogenin.5

Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di ujung
luar molekul sehingga cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen memanjang seiring
dengan terbentuknya ikatan 1 4 . Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11 residu glukosa,
sebagian rantai 1 4 dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh branching enzyme untuk
membentuk ikatan 1 6 sehingga terbentuk titik percabangan. Cabang tumbuh melalui
penambahan unit-unit 1 4 glukoasil dan percabangan selanjutnya.5

Glikogenolisis

Glikogenolisis merupakan proses glikogen menjadi glukosa. Glikogenolisis ini terjadi


di hati dan otot. Enzim yang berperan pada proses glikogenolisis adalah fosforilase,
transferase, debranching enzyme.

Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan mengatalisis


pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 1 4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen dikeluarkan secara sekuensial
sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi suatu cabang 1 6. Hidrolisis ikatan
1 6 memerlukan debranching enzyme; glukan transferase dan debranching enzyme mungkin
merupakan kedua bentuk aktivitas dari suatu protein tunggal. Kerja fosforilase selanjutnya
dapat berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase dan enzim-enzim lain menyebabkan terurainya
glikogen secara sempurna. Reaksi yang dikatalisis oleh fosfoglukomutase bersifat reversibel
sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati glukosa 6-fosfatase
menghidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan glukosa yang diekspor sehingga kadar
glukosa darah meningkat.3,5

Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-glikogen fosforilase


dan glikogen sintase, diatur oleh mekanisme alosterik dan modifikasi kovalen karena terjadi
fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim sebagai respons terhadap kerja hormon.5

AMP siklik (cAMP) dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan dalam membran
sel dan berfungsi sebagai second messenger intrasel sebagai respons terhadap berbagai
hormon, misalnya epinefrin, norepinefrin, dan glukagon. cAMP dihidrolisis oleh

11 | P a g e
fosfodiesterase sehingga kerja hormon-hormon tersebut terhenti; di hati insulin meningkatkan
aktivitas fosfodiesterase.3

Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk diekspor guna
mempertahankan kadar glukosa darah, di otot berperan sebagai sumber glukosa 6-fosfat untuk
glikolisis sebagai respons terhadap kebutuhan akan ATP untuk kontraksi otot. Di kedua
jaringan, enzim diaktifkan oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh fosforilase kinase (untuk
menghasilkan fosforilase a) dan diinaktifkan oleh defosforilasi yang dikatalisis oleh
fosfoprotein fosfatase (untuk menghasilkan fosforilase b), sebagai respons terhadap sinyal
hormon dan sinyal lain.5

Fosforilase aktif di kedua jaringan dihambat secara alosterik oleh ATP dan glukosa 6-
fosfat; di hati, tetapi tidak di otot, glukosa bebas juga merupakan suatu inhibitor. Fosforilase
otot berbeda dari isoenzim di hati karena memiliki tempat pengikatan untuk 5’AMP yang
berfungsi sebagai aktivator alosterik bentuk b terdefosforilasi (inaktif) enzim. 5’AMP bekerja
sebagai sinyal poten statu energi sel otot; 5’AMP terbentuk sewaktu konsentrasi ADP mulai
meningkat, akibat reaksi adenilat kinase: 2x ADP ATP + 5’AMP.4

Fosforilase kinase diaktifkan sebagai respons terhadap cAMP. Peningkatan konsentrasi


cAMP anak mengaktifkan protein kinase dependen-cAMP yang mengatalisis fosforilasi oleh
ATP fosforilase kinase b inaktif menjadi fosforilase kinase a aktif yang selanjutnya
memfosforilasi fosforilase b menjadi fosforilase a. Di hati, cAMP dibentuk sebagai respons
atas menurunnya kadar glukosa darah; otot kurang peka terhadap glukagon. Di otot, sinyal
untuk meningkatkan pembentukan cAMP dalah efek norepinefrin yang disekresikan sebagai
respons terhadap takut dan cemas, ketika kebutuhan akan glikogenolisis meningkat agar
aktivitas otot dapat ditingkatkan.3

Baik fosforilase a maupun fosforilase kinase a mengalami defosforilasi dan diinaktifkan


oleh protein fosfatase-1. Protein fosfatase-1 dihambat oleh suatu protein, yakni inhibitor-1,
yang hanya aktif setelah terfosforilasi oleh protein kinase dependen c-AMP. Oleh sebab itu,
cAMP mengontrol baik pengaktifan maupun penginaktifan fosforilase. Insulin memperkuat
efek ini dengan menghambat pengaktifan fosforilase b. Hormon ini melakukannya secara tidak
langsung dengan meningkatkan penyerapan glukosa sehingga meningkatkan pembentukan
glukosa 6-fosfat yang merupakan suatu inhibitor fosforilase kinase.3,4,5

Seperti fosforilase, glikogen sintase terdapat baik dalam keadaan terfosforilasi maupun
tidak-terfosforilasi; namun, efek fosforilasi adalah kebalikan efek yang dijumpai pada

12 | P a g e
fosforilase. Glikogen sintase a aktif mengalami defosforilasi dan glikogen sintase b inaktif
mengalami fosforilasi.3

Terdapat enam protein kinase berbeda yang bekerja pada glikogen sintase. Dia
diantaranya bersifat dependen Ca2+. Kinase lain adalah protein kinase dependen-cAMP yang
memungkinkan hormon, melalui perantaraan cAMP, menghambat sintesis glikogen secara
sinkron dengan pengaktifan glikogenolisis. Insulin juga memacu glikogenesis di otot secara
bersamaan dengan penghambatan glikogenolisis dengan meningkatkan kadar glukosa 6-fosfat
yang merangsang defosforilasi dan pengaktifan glikogen sintase. Defosforilasi glikogen sintase
b dilaksanakan oleh protein fosfatase-1 yang berada dalam kendali protein kinase dependen-
cAMP.5

Pada saat yang sama dengan terjadinya pengaktifan fosforilase oleh peningkatan
konsentrasi cAMP, glikogen sintase diubah menjadi bentuk inaktif; kedua efek diperantarai
oleh protein kinase dependen-cAMP. Jadi, inhibisi glikogenolisis meningkatkan glikogenesis
netto, dan inhibisi glikogenesis meningkatkan glikogenolisis netto. Defosforilasi fosforilase a,
fosforilase kinase, dan glikogen sintase b dikatalisis oleh satu enzim dengan spesifitas yang
luas yaitu protein fosfatase-1. Selanjutnya. Protein fosfatase-1 dihambat oleh protein kinase
dependen-cAMP melalui inhibitor-1. Jadi, glikogenolisis dapat dihentikan dan glikogenesis
dirrangsang secara sinkron atau sebaliknya karena kedua proses bergantung pada aktivitas
protein kinase dependen-cAMP. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase dapat
difosforilasi secara reversibel di lebih dari satu tempat oleh kinase dan fosfatase yang berbeda.
Fosforilasi sekunder ini memodifikasi sensivitas bagian/tempat utama terjadinya fosforilasidan
defosforilasi. Fosforilasi sekunder ini juga memungkinkan insulin menimbulkan efek yang
timbal-balik dengan efek cAMP melalui peningkatan glukosa 6-fosfat.3

Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa atau


glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan
propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.4

Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan


atau cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial

13 | P a g e
terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal.
Glukosa juga penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun
asam lemak adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu, glukoneognenesis
membersihkan laktat yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan oleh
jaringan adiposa.3

Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,


fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis untuk
membentuk glukosa.5

Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan dua
reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis karboksilasi piruvat menjadi
oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin sebagai koenzim.
Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin sebelum penambahan CO2 ke
piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengatalisis dekarboksilasi dan
fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan menggunakan GTP sebagai donor
fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase dalam siklus asam sitrat menghasilkan GTP,
dan GTP ini digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat karboksikinase sehingga terbentuk
hubungan antara aktivitas siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk mencegah
pengeluaran berlebihan oksaloasetat untuk glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas
siklus asam sitrat.3

Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan


glikolisis, dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan apakah
suatu jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari triosa fosfat.
Enzim ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak ditemukan di otot
jantung dan otot polos.4

Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase. Enzim
ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak dapat
mengekspor glukosa ke dalam aliran darah.5

Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis


glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin difosfat glukosa dan glikogen sintase.5

Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino glukogenik menghasilkan


piruvat atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi yang dijelaskan

14 | P a g e
sebelumnya dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino glukogenik menjadi
glukosa atau glikogen.3,5

Pada hewan bukan pemamah biak, termasuk manusia, propionat berasal dari oksidasi-
asam lemak rantai-ganjil yang terdapat pada lipid hewan pemamah biak, serta oksidasi
isoleusin dan rantai samping kolesterol, serta merupakan substrat bagi glukoneogenesis.4

Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol


dalam keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas
menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk
glukoneogenesis di hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis
triasilgliserol jaringan adiposa digunakan semata-mata sebata substrat untuk glukoneogenesis
di hati dan ginjal.5

Metabolisme Alkohol

Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami serangkaian proses biokimia. Alkohol
yang dikonsumsi 90%, diantaranya akan dimetabolisme oleh tubuh terutama oleh hati oleh
enzim alkoholdehirogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinokleotida (NAD)
menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah
menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat, levulosa
(fruktosa), gliseraldehida dan alanin akan mempercepat metabolism alkohol. Metabolisme
alkohol melibatkan 3 jalur, yaitu jalur sitosol, jalur peroksisom dan jalur mikrosom.3
a. Jalur Sitosol/ Lintasan Alkohol Dehidrogenase
Jalur ini adalah proses oksidasi dengan melibatkan enzim alkohol
dehidrogenase (ADH). Proses oksidasi dengan menggunakan alkohol dehidrogenase
terutama terjadi di dalam hepar. Metabolisme alkohol oleh ADH akan menghasilkan
asetaldehid yang merupakan produk yang sangat reaktif dan sangat beracun sehingga
menyebabkan kerusakan beberapa jaringan atau sel.
b. Jalur Peroxisome/ Lintasan Katalase
Melalui enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom (peroxysome) hidrogen
yang dihasilkan dari metabolism alkohol dapat mengubah keadaan redoks, dan pada
pemakaian alkohol yang lama dapat mengecil. Perubahan ini dapat menimbulkan
perubahan metabolisme lemak dan karbohidrat, yang menyebabkan bertambahnya
jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat menghambat sintesa protein.
c. Jalur Mikrosom/ Sistem Oksidasi Etanol Mikrosom (SOEM)

15 | P a g e
Jalur ini juga sering disebut dengan sistem SOEM (Sistem Oksidasi Etanol
Mikrosom) yang terletak dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan 3
komponen mikrosom (sitokrom P-450, reduktase dan lesitin) alkohol diuraikan menjadi
asetaldehid.

Gambar 3. Metabolisme Alkohol/ Etanol 3


Alkohol akan diubah menjadi asetaldehid, kemudian akan diubah menjadi asetat oleh
aldehida dehidrogenase di dalam mitokondria. Pemakaian alkohol yang lama akan
menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk
oksidasi lemak. Semua yang tersebut diatas menyebabkan terjadinya perlemakan hati.
Perubahan pada Sistem Oksidasi Etanol (MEOS) meningkatkan metabolisme obat-obatan,
meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hyperlidemia.3,4,5

Metabolisme Lipid
Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di
dalam pelarut organik. Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari
lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil
dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa
monogliserida. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal menuju hati. Asam-asam
lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam lemak dan
monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh misel (dalam bentuk besar
disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus. Di dalam sel ini asam lemak dan
monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk
gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui
pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah.
Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.4

16 | P a g e
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-
asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk kembali
menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi.
Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam
lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi.
Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut
ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak
bebas (free fatty acid/FFA).

Gambar 4. Pemprosesan dan Distribusi Lipid 4


Oksidasi Asam Lemak
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan
oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih
dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan
dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase). Asam lemak bebas pada
umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat
masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin dengan rumus (CH3CH2-
CH(OH)-CH2-COO)3N+.6,7

17 | P a g e
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria adalah asam lemak bebas
(FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase. Setelah menjadi
bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang
terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil
karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria. Pada
membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang
bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. Asil karnitin yang
masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan CoA dengan dikatalisir oleh enzim
karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa
dan karnitin dibebaskan. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya
masuk dalam proses oksidasi beta. 5,7

Gambar 5. Masuknya Asam Lemak ke Dalam Mitokondria Melalui Transpor


Carnitine 4
Reaksi ß-oksidasi, berlangsung dalam 4 tahap, yaitu dehidrogenasi I, hidratasi,
dehidrogenasi II, dan tiolasi (tahap pemotongan).
1. Dehidrogenasi I, yaitu dehidrogenasi asam lemak-CoA yang sudah berada di
dalam mitokondria oleh enzim acyl-CoA dehydrogenase, menghasilkan senyawa
enoyl-CoA. Pada reaksi ini, FAD (Flavin adenin dinukleotida) yang bertindak
sebagai koenzim direduksi menjadi FADH2. Dengan mekanisme fosforilasi bersifat
oksidasi melalui rantai pernafasan, suatu molekul FADH2 dapat menghasilkan dua
molekul ATP.
2. Hidratasi, yaitu ikatan rangkap pada enoyl-CoA dihidratasi menjadi 3-
hidroxyacyl-CoA oleh enzim enoyl-CoA hidratase.

18 | P a g e
3. Dehidrogenase II, yaitu dehidrogenasi 3-hidroxyacyl-CoA oleh enzim ß-
hidroxyacyl-CoA dehidrogenase dengan NAD+ sebagai koenzimnya menjadi ß-
ketoacyl-CoA. NADH yang terbentuk dari NAD+ dapat dioksidasi kembali melalui
mekanisme fosforilasi oksidatif yang dirangkaikan dengan rantai pernafasan
menghasilkan tiga molekul ATP.
4. Pemecahan molekul dengan enzim ß-ketoacyl-CoA thiolase. Pada reaksi ini satu
molekul ketoacyl-CoA menghasilkan satu molekul asetyl-CoA dan sisa rantai asam
lemak dalam bentuk CoA-nya, yang mempunyai rantai dua atom karbon lebih
pendek.
Proses degradasi asam lemak selanjutnya adalah pengulangan mekanisme ß-oksidasi
secaraberurutan sampai panjang rantai asam lemak tersebut habis dipecah menjadi molekul
acetyl-CoA. Dengan demikian satu molekul asam miristat (C14) menghasilkan 7 molekul
acetyl-CoA (C2) dengan melalui 6 kali ß-oksidasi.4,7,8

Gambar 6. Proses Oksidasi Beta


Metabolisme Lipoprotein

Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan jaringan adiposa harus
diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan. Kerana lipid tidak
larut didalam air, lipid perlu dipecahkan dengan cara menggabungkan lipid nonpolar
(triagliserol dan ester kolestril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolestrol) serta protein
untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air.

Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolestrol (14%) dan ester
kolestril (36%) serta sedikit asam lemak rantai panjang tak teresterifikasi atau asam lemak

19 | P a g e
bebas (4%). Terdapat empat kelompok utama lipoprotein yang penting secara fisiologis dan
penting dalam diagnosis klinis yaitu:9

a) Kilomikron, yang berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di usus
b) very-low density lipoprotein (VLDL), lipoprotein berdensitas sangat rendah atau pra-β-
lipoprotein yang berasal dari hati untuk ekspor triasilgliserol
c) low density lipoprotein (LDL), atau β-lipoprotein yang menggambarkan suatu tahap
akhir metabolisme VLDL
d) Intermediate density lipoprotein (IDL)
e) high density lipoprotein (HDL), atau α-lipoprotein yang berperan dalam transport
kolestrol dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron

Triasilgliserol merupakan lipid utama pada kilomikron dan VLDL, sedangkan kolestrol dan
fosfolipid masing-masing adalah lipid utama pada LDL dan HDL. Metabolisme lipoprotein
dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, endogen, dan jalur reverse cholesterol
transport.

Gambar 7. Jalur Metabolisme Lipoprotein 9

Jalur metabolisme eksogen


Makanan berlemak yang dimakan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain
kolesterol yang berasal dari makanan terdapat juga kolesterol yang berasal dari hati yang
diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak inilah yang disebut lemak eksogen.
Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus
dimana trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sementara kolesterol sebagai
kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, sedang

20 | P a g e
kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan
fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan
masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam
jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan
trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi
kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati.,6,9,10

Gambar 8 Metabolisme Lipoprotein Jalur Eksogen 8

Jalur metabolisme endogen


Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apolipoprotein B100.
Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi
LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati.
LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol
di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis,

21 | P a g e
dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-
LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor Scavenger-A (SR-A) di makrofag
dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma
makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah
kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL.10,11

Gambar 9. Metabolisme Lipoprotein Jalur Endogen 9

Jalur reverse cholesterol transport

22 | P a g e
Gambar 10. Jalur reversed cholesterol 9
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung
apolipoprotein (apo) A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus
halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent
akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah
mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang
berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam dari
makrofag harus dibawa ke permukaaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang
disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1 atau disingkat ABC-1.
etelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan
diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithincholesterol acyltransferase (LCAT).
Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur
pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-
B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari
VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian
fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung
ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali
ke hati.

Hubungan Laju Permbentukan Triasilgliserol dan Perlemakan Hati

23 | P a g e
Lipid dapat terakumulasi di hati dalam bentuk triasilgliserol. Jika penimbunan ini tidak
diatasi dan menjadi kronik, perubahan fibrotik dapat terjadi di sel-sel yang berkembang dan
menyebabkan berlakunya sirosis dan gangguan fungsi hati. Perlemakan hati berkaitan dengan
peningkatan kadar asam lemak bebas plasma akibat dari mobilasi lemak dari jaringan adiposa
atau dari hidrolis triasilgliserol lipoprotein oleh lipoprotein lipase di jaringan ekstrahepatik.
Pembentukan VLDL tidak dapat mengimbangi meningkatkan influx dan esterifikasi asam
lemak bebas sehingga terjadinya penumpukan triasilgliserol di hati. Hal ini terjadi selama
kelaparan dan mengonsumsi diet tinggi lemak. Kemampuan tubuh mensekresikan VLDL jugak
dapat terganggu.

Hubungan antara Metabolisme Lipoprotein dan Metabolisme Alkohol

Alkoholisme menyebabkan penimbunan lemak di hati, hiperlipidemia dan akhirnya


sirosis. Perlemakan hati disebabkan oleh kombinasi gangguan oksidasi asam lemak dan
meningkatnya lipogenesis yang diperkirakan disebabkan oleh perubahan potensial redoks
[NADH]/[NAD+] di hati dan juga karena adanya interferensi faktor-faktor transkripsi yang
mengatur ekspresi berbagai enzim yang berperan pada jalur ini. Oksidasi etanol oleh alcohol
dehydrogenase menyebabkan produksi berlebihan NADH.

NADH yang dihasilkan bersaing dengan ekuivalens pereduksi dari substrat lain
termasuk asam lemak untuk rantai pernafasan, yang menghambat oksidasi subtract tersebut
dan menyebabkan peningkatan esterifikasi asam lemak menjadi triasilgliserol sehingga
menyebabkan perlemakan hati.

Oksidasi etanol menyebabkan terbentuknya asetaldehida, yang dioksidasi oleh aldehida


dehydrogenase menjadi asetat. Meningkatnya rasio [NADH]/[NAD+] sehingga terjadi
hiperlaktasidemia yang menurunkan eskresi asam urat dan menyebabkan gout menjadi lebih
parah. Sebagian metabolisme alcohol berlangsung melalui sistem pengoksidasi etanol di
mikrosom dependan sitokrom P450 yang melibatkan NADPH dan O2. 6,7,11

Metabolisme Purin

Purin merupakan senyawa yang sangat penting untuk kelangsungan hidup sel. Purin
berperan sebagai basa nitrogen. Dalam tubuh manusia, basa purin dan pirimidin berguna
sebagai pembentuk asam nukleat atau bahan pembentuk DNA/RNA. Pada DNA mahupun

24 | P a g e
RNA, terdapat basa purin seperti Adenin dan Guanin. Purin juga merupakan komponen dari
beberapa koenzim yaitu FAD, NAD+. Dan NADP+ di dalam sel.

Proses sintesis purin diawali dengan reaksi pembentukan molekul PRPP (5-
fosforibosil-firofosfat) yang berasal dari ribose-5P yang mengkaitkan ATP dengan ion Mg+
sebagai aktivator. Selanjutnya, senyawa 5-fosforibosilamin dibentuk hasil dari reaksi PRPP
dengan glutamin. Seterusnya, senyawa GAR (glycin amid ribosil-5P) dibentuk hasil dari reaksi
ribosilamin-5P dengan glisin yang mengaktifkan ATP dan Mg2+ sebagai aktivator dan
dikatalisis oleh enzim GAR sintetase.

Kemudian GAR melakukan reaksi formilasi yang dikatalisis oleh enzin transformilase
dengan koenzim FH4 (tetrahidrofolat) dan senyawa donor gugus formil, membentuk senyawa
formil glisin amid ribosil 5P. Atom karbon gugus formil tersebut menempati posisi atom C-8
inti purin.

Senyawa formil glisin amid ribosil 5P melakukan reaksi aminasi (pada atom karbon
keempat) dengan senyawa dono amino (glutamin) dan membentuk senyawa formil-
glisinamidin-ribosil-5P. Atom N gugus amino yang baru menempati N-3 inti purin.
Selanjutnya, terjadi reaksi penutupan rantai dan terbentuknya senyawa amino-imidazole-
ribosil-5P. Senyawa-senyawa ini melakukan fiksasi CO2 dengan biotin sebagai koenzim. Atom
karbon yang difiksasi tersebut menempati atom C-6 inti purin. Dilanjutkan reaksinya dengan
aspartat membentuk senyawa 5-amino-4-amidazole-N-suksinil karboksamid-ribosil-5P.

Senyawa ini kemudian melakukan reaksi formilasi yang dikatalisis oleh enzim
transformilase dengan koenzim FH4 (tetrahidrofolat) dan senyawa donor gugus formil
membentuk senyawa 5-formamido-4-imidazole-karbosamide-ribosil-5P. Akhirnya terjadi
reaksi penutupan cincin yang ke-2 yang membentuk derivat purin yang pertama berupa IMP
(inosin monofosfat/ inosinic acid) yang merupakan derivate hipoxantin (6-oxypurine).3,6

Katabolisme Purin

Pada manusia, hasil akhir dari katabolisme purin adalah asam urat. Pada primata tingkat
tinggi, uratase (uricase) mengubah asam urat menjadi alatoin, yaitu suatu produk yang dapat
didegradasi menjadi urea dan amonia. Namun pada manusia, karena tidak mempunyai uratase,
produk akhir dari metabolisme purin adalah asam urat.

Gugus amino yang akan dilepaskan dari AMP membentuk IMP, atau dari adenosine
membentuk inosin (hiposantin). IMP dan GMP oleh enzim 5’-nukleotidase akan diubah ke

25 | P a g e
bentuk nukleosida, yaitu inosin dan guanosin. Purin nukleosida fosforilase akan mengubah
inosin dan guanosin menjadi basa purin yaitu hipoxantin dan guanin. Guanin akan mengalami
deaminasi menjadi xantin. Hipoxantin akan dioksidasi oleh enzim xantin oksidase membentuk
xantin, yang selanjutnya akan dioksidasi kembali oleh enzim yang sama menjadi asam urat.
Asam urat yang diproduksi merupakan hasil akhir degradasi purin pada manusia yang akan
dieksresi ke dalam urin.4,3,6,

Sekiranya berlaku gangguan pada metabolik katabolisme purin akan menyebabkan


pelbagai defek misalnya peningkatan afinitas terhadap ribose 5P, atau resistensi terhadap
inhibisi umpan balik yang menyebabkan hipersekresi asam urat. Apabila kadar serum asam
urat melebihi batas normal akan menyebabkan kristalisasi natrium urat yang juga disebut
sebagai gout.

Gambar 11. Jalur Utama Katabolisme Purin 6

Hormon-hormon yang Mengatur Metabolisme

Aliran nutrien organik sepanjang jalur metabolik diatur oleh berbagai hormon termasuk insulin,
glukagon, epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan.

Insulin

Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini
menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong penyerapan
dan penyimpanan bahan-bahan tersebut dalam bentuk glikogen, trigliserida, dan protein.10

26 | P a g e
Efek insulin terhadap karbohidrat :

1. Insulin mempermudah transpor glukosan ke dalam sebagian besar sel.

2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di otot rangka


dan hati.

3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan


menghambar penguraian ini maka insulin cenderung menyebabkan penyimpanan karbohidat
dan mengurangi pengeluaran glukosa oleh hati.

4. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat


glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukannya
dengan mengurangi jumlah asam amino di darah yang tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis
dan dengan menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam amino
menjadi glukosa.9

Efek insulin terhadap lemak :

1. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan lemak.

2. Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui rekrutmen
GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol,
yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida.

3. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam


lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida.

4. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan asam


lemak dari jaringan ke dalam darah.

Efek insulin terhadap protein :

1. Insulin mendorong transpor aktif asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menyediakan bahan-bahan untuk
membentuk protein di dalam sel.

2. Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein oleh perangkat
pembentuk protein yang ada di sel.

27 | P a g e
3. Insulin menghambat penguraian protein.10

Glukagon

Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang juga dipengaruhi oleh insulin, tetapi
pada kebanyakan kasus efek glukagon adalah berlawanan dengan efek insulin. Tempat utama
kerja glukagon adalah hati, tempat hormon ini menimbulkan efek pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.10

Efek glukagon pada karbohidrat :

Efek keseluruhan glukagon terhadap metabolisme karbohidrat menyebabkan peningkatan


produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon
melaksanakan efek hiperglikemiknya dengan menurukan sintesis glikogen, mendorong
glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis.

Efek glukagon pada lemak :

Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong penguraian
lemak serta inhibisi sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton hati
(ketogenesis) dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi benda keton. Karena itu,
kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh glukagon.

Efek glukagon pada protein :

Glukagon menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian protein hati.
Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada metabolisme
protein hati. Glukagon mendorong katabolisme protein di hati tetapi tidak berefek nyata pada
kadar asam amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein
utama di tubuh.9

Epinefrin, Kortisol, Hormon Pertumbuhan

Hormon-hormon stres, khususnya epinefrin dan kortisol meningkatkan kadar glukosa dan asam
lemak darah melalui berbagai efek metabolik. Selain itu, kortisol memobilisasi asam amino
dengan mendorong katabolisme protein. Kedua hormon tidak berperan penting dalam
mengatur metabolisme bahan bakar pada kondisi istirahat, namun keduanya penting untuk
respon metabolik terhadap stres. Selama kelaparan jangka panjang, kortisol juga membantu
mempertahankan konsentrasi glukosa darah.11

28 | P a g e
Hormon pertumbuhan (GH) memiliki efek anabolik di otot. Meskipun dapat meningkatkan
kadar glukosa dan asam lemak darah, namun GH dalam keadaan normal kurang penting untuk
regulasi keseluruhan metabolisme bahan bakar. Tidur lelap, stres, olahraga dan hipoglikemia
berat merangsang sekresi GH untuk menyediakan asam lemak sebagai sumber energi dan
menyisakan glukosa untuk otak pada keadaan-keadaan di atas. GH, seperti kortisol ikut
membantu mempertahankan konsentrasi glukosa darah selama kelaparan.11

Meskipun hormon tiroid meningkatkan laju metabolik keseluruhan dan memiliki efek anabolik
dan katabolik namun perubahan sekresi hormon tiroid biasanya tidak penting dalam
homeostasis bahan bakar karena kontrol sekresi hormon tiroid tidak ditunjukan untuk
mempertahankan kadar nutrien dalam darah dan mula-kerja hormon tiroid terlalu lambat untuk
menimbulkan efek pada penyesuaian cepat yang diperlukan untuk mempertahankan kadar
nutrien darah dalam batas normal.11

Kecuali efek anabolik GH pada metabolisme protein, semua efek metabolik hormon-hormon
ini berlawanan dengan efek insulin. Insulin sendiri dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
asam lemak darah, sementara glukagon, epinefrin, kortisol dan GH semuanya meningkatkan
kadar nutrien-nutrien ini di dalam darah. Karena itu, hormon lain dianggap sebagai antagonis
insluin.11

Kesimpulan

Manusia memerlukan makanan untuk memenuhi keperluan energi tubuh. Piramida


makanan merupakan suatu pedoman untuk pengambilan gizi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan kalori tubuh manusia. Karena keperluan kalori setiap manusia itu berbeda, sebarang
kelebihan atau kekurangan pengambilan suatu jenis nutrien dapat menyebabkan pelbagai
gangguan kesehatan dan kelainan metabolisme tubuh. Pada kasus, kadar trigliserida dan asam
urat pada wanita tersebut berada pada luar batas normal akibat pengambilan makanan yang
mengandungi lemak secara berlebih. Tabiat meminum alkohol turut mempengaruhi kondisi ini
sehingga menyebabkan tubuh mengalami pelbagai kelainan seperti pada metabolisme alkohol,
lipid dan purin. Salah satu langkah untuk memulihkan kesehatan wanita ke tahap normal adalah
dengan cara menyusun menu sesuai dengan keperluan kalori tubuh agar kesehatan dapat
dikekalkan pada tahap optimum.

29 | P a g e
Daftar Pustaka

1. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2006. p.18-36.
2. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th edition. Brooks/Cole: Cenggage
Learning; 2013; p.641-7
3. Puri D. Textbook of medical biochemistry. 3rd edition. India: Elsevier; 2011; p. 206-9,
236-46, 423-30
4. Rodwell V.W, Bender D.A, Betham K.M, et al. Harper’s illustrated biochemistry. 13th
edition. Singapore: Mc Graw Hill Education; 2015; p. 223-5
5. Guyton AC, Hall JE. Metabolisme lipid. In: Guyton AC, Hall JE, editors. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (Edisi 11). Jakarta: EGC, 2006; p.882-94.
6. Koolman J, Roehm K.H. Color atlas of biochemistry. 2nd edition. New York: Thieme;
2005; 163-5, 186-9, 360-2
7. Mahley RW. Biochemistry and physiology of lipid and lipoprotein metabolism. In:
Becker KL, editor. Principles and Practice of Endocrinology and Metabolism.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2001; p.1503-50.
8. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi ke 25.
Jakarta: EGC; 2008: p.342-6.
9. Arifah, Peran Lipoprotein Dalam Pengangkutan Lemak Tubuh, Kaunia, 2006; 2 (2)
10. Jonas A, Phillips, M.C., 2008, Lipoprotein structure in Biochemistry of Lipids,
Lipoproteins and Membranes. 5th edition. Elsevier B.V.
11. Edmond JL, Metabolisme Lipoprotein, Jurnal Biomedik (JBM). 2013; 5(3)

30 | P a g e

You might also like