Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Riwayat penyakit terdahulu: Tn. S menderita hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu, kontrol tidak teratur, minum obat Valsartan 1x80 mg.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: compos mentis
Vital sign: TD: 150/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Temp: 37,6 C, HR: 92
x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retrasksi tidak ada, batas jantung kiri 3 jari mid clavicula
sinistra ICS V dan terdengar ronki basah kasar di basal paru kanan, slem (+)
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Genital: terpasang kateter
Ekstremitas: kekuatan motorik ekstremitas kiri lemah (4)
Pemeriksaan laboratorium:
Hb : 11 gr%
Leukosit : 14.000/mm3
Diff count : 1/0/2/75/20/2
Urin rutin : leukosit 10, eritrosit (-)
Kimia darah : GDS 150 mg/dl, ureum 20 mg/dl, creatinin 0,8 mg/dl
asam urat 4 mg/dl
3
4. BAK keluar sendiri : Ketidakmampuan untuk mengendalikan
(inkontinensia urin) pengeluaran urin
5. Stroke : Serangan berat yang mendadak
6. Tidak mampu : Terhambatnya gerakan yang mengakibatkan
melakukan aktivitas ADL terganggu
sehari-hari
7. Valsartan : Antagonis angiotensin II yang digunakan
sebagai anti hipertensi
8. Hipertensi : Peningkatan tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan peningkatan tekanan diastolik lebih
dari 90 mmHg
9. Slem :
10. BAK yang tidak : Buang air kecil yang tidak selesai
lampias
11. Ronki basah kasar : Seperti suara gelembung udara besar yang
pecah terdengar pada saluran napas bila terisi
banyak sekret
4
4. Sejak 3 bulan lalu, Tn. S menderita stroke sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari. Tn. S terkadang lupa dengan nama
cucunya dan sering lupa bahwa Tn. S sudah diberi makan oleh
keluarganya.
5. Riwayat penyakit terdahulu: Tn. S menderita hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu, kontrol tidak teratur, minum obat Valsartan 1x80 mg.
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: compos mentis
Vital sign: TD: 150/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Temp: 37,6 C, HR: 92
x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retrasksi tidak ada, batas jantung kiri 3 jari mid
clavicula sinistra ICS V dan terdengar ronki basah kasar di basal paru
kanan, slem (+)
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Genital: terpasang kateter
Ekstremitas: kekuatan motorik ekstremitas kiri lemah (4)
7. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11 gr%
Leukosit : 14.000/mm3
Diff count : 1/0/2/75/20/2
Urin rutin : leukosit 10, eritrosit (-)
Kimia darah : GDS 150 mg/dl, ureum 20 mg/dl, creatinin 0,8 mg/dl
asam urat 4 mg/dl
5
a. Apa sistem yang terlibat pada kasus?
Jawab :
Sistem tractus urinarius bagian bawah :
Vesica Urinaria
Sfingter uretra interna dan eksterna
otot-otot dasar panggul
musculus detrusor.
2. Uretra
saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
Fungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Dinding uretra terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan paling luar adalah otot lurik spinkter urogenital
yang juga dikenal dengan sebutan otot lurik sirkuler,
atau muskulus sfingter uretra eksterna atau
rhabdosphincter.
Otot lurik ini melingkari selapis tipis otot polos sirkuler
yang juga melingkari otot-otot polos longitudinal.
6
Diantara otot polos dan mukosa terdapat submukosa
yang sangat kaya suplai vaskuler. Musculus
rhabdosphincter ini juga merupakan sebagian dari otot-
otot dasar panggul.
Pada laki-laki
1. panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
2. Urethra pars Prostatica
3. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra
externa)
4. Urethra pars spongiosa.
Pada wanita
panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara
clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran
ekskresi (Purnomo, Basuki, 2012).
7
b. Apa makna keluhan Tn. S sejak 3 hari yang lalu?
c. Apa etiologi keluhan Tn. S?
d. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?
Jawab:
Usia
Usia 71 tahun merupakan usia lanjut. Dimana pada usia
tersebut telah terjadi berbagai proses degeneratif. Prevalensi
inkontinensia urin meningkat seiring dengan peningkatan
usia.
Jenis kelamin
Diketahui prevalensi inkontinensia urin lebih banyak pada
wanita. Wanita lebih sering mengalami inkontinensia urin
daripada laki-laki dengan perbandingan 1,5:1.
(Sudoyo, 2009).
8
2. Satu tahun terakhir, Tn. S sering mengeluh BAK tidak lampias dan
didiagnosis dokter mengalami pembesaran prostat. Dokter menyarankan
untuk dilakukan operasi, namun Tn. S menolak.
a. Bagaimana fisiologi berkemih?
Jawab:
Darah masuk ke ginjal (a. renalis) → masuk ke arteriol aferen
dan mengalirkan darah ke glomerulus → darah di filtrasi di
glomerulus, komponen yang bermolekul besar seperti protein dan
eritrosit tertahan dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat
(urin primer) → darah yang terfiltrasi di kumpulkan di kapsula
bowman → dialirkan ke tubulus proksimal untuk direabsorbsi
kembali, zat-zat yang berguna untuk tubuh seperti gula, asam
amino dan zat lain diserap kembali (urin sekunder) → dibawa ke
lengkung henle (U) → melewati aparatus jukstaglomerulus →
masuk ke tubulus distal, disini terjadi proses augmentasi yaitu
penambahan urea → masuk ke tubulus kolingentes/kolektivus →
ke ginjal pelvis → ureter (peristaltik dan gravitasi) → masuk ke
vesica urinaria → setelah vesica urinaria penuh, menyebabkan
reseptor teregang → impuls dibawa ke medulla spinalis oleh saraf
aferen → merangsang saraf parasimpatis → sfingter internus
terbuka dan disusul oleh sfingter eksternus → kedua sfingter
terbuka → urin terdorong akibat kontraksi vesica urinaria → urin
disalurkan melalui uretra → urin keluar (berkemih)
Miksi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih,
diatur oleh 2 mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunteer.
Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam dinding
kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa
dapat menampung hingga 250 sampai 400 ml urin sebelum
tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk
mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi
ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat
9
aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medulla spinalis
dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis
untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter
eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih
menyebabkan organ ini berkontraksi. Perubahan bentuk kandung
kemih selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbukanya
sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas
karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kedua sfingter
terbuka dan urin terdorong melalui uretra.
(Sheerwood, 2011)
3 Enam bulan terakhir, Tn. S sering mengeluh tidak bisa BAK dan dibawa
ke UGD untuk dilakukan pemasangan kateter. Tn. S merasa lega setelah
pemasangan kateter. Tn. S juga mengeluh BAK keluar sendiri sehingga
celana Tn. S sering basah.
a. Apa indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter?
b. Apa penyebab BAK keluar sendiri?
Jawab:
Penyebab inkotinensia berasal dari :
1) Kelainan uroloik: misalnya radang, batu, tumor, divertikel.
2) Kelainan neurologic: misalnya stroke, trauma pada medulla
spinalis, demensia, dan lain-lain.
3) Lain-lain, misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat
berkemih yang tidak memadai/jauh dan sebagainya.
10
(Martono dan Pranarka, 2014)
2) Inkontinensia menetap/persisten
11
Inkontinensia tidak erkaitan dengan penyakit-penyakit
akut ataupun obat-obatan, dan inkontinensia ini berlangsung
lama. Secara umum penyebab inkontinensia ini adalah:
a. Aktifitas detrusor berlebihan (Over Active Bladder,
inkontinensia tipe urgensi)
Aktifitas otot detrusor yang berlebihan
menyebabkan kontraksi yang tidak terkendali dari
kandung kemih dan berakibat keluarnya urin.
b. Aktifitas detrusor yang menurun (inkontinensia tipe
overflow/luapan)
Jarang ditemui, dapat idiopatik atau akiat gangguan
persarafan sacrum (neurogenic bladder). Bila
mengakibatkan inkontinensia, ditandai dengan sering
berkemih malam hari lebih sering, dengan jumlah urin
sedikit-sedikit. Sisa urin residu setelah berkemih
(biasanya sekitar 450 cc) membedakannya dari
inkontinensia tipe urgensi dan stress.
c. Kegagalan urethra (inkontinensia tipe stress)
Ditandai dengan kebocoran urin saat aktifitas. Urin
dapat keluar saat tertawa, bersin, batuk atau mengangkat
benda berat. Keluarnya urin lebih mencolok pada siang
hari, kecuali terdapat bersama-sama inkontinensia
urgensi yang sering ada bersamaan.
d. Obstruksi urethra
Pembesaran kelenjar prostat, striktura urethra,
kanker prostat adalah penyebab yang biasa didapatkan
dari inkontinensia pada pria usia lanjut.
(Martono dan Pranarka, 2014)
12
cucunya dan sering lupa bahwa Tn. S sudah diberi makan oleh
keluarganya.
a. Apa makna keluhan 3 bulan yang lalu?
b. Apa hubungan keluhan 3 bulan yang lalu dengan keluhan BAK?
c. Apa penyebab Tn. S sering mengalami lupa?
Jawab:
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi
berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual,
berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak (menyebabkan proses
informasi melambat dan banyak informasi hilang selama
transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi
baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan
mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan
mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat
dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan
kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi. Penurunan
terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka
pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini
telah dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak.
garis besar dari berbagai perubahan post mortem pada otak lanjut
usia, meliputi volume dan berat otak yang berkurang, pembesaran
ventrikel dan pelebaran sulkus, hilangnya sel-sel saraf di
neokorteks, hipokampus dan serebelum, penciutan saraf dan
dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, kerusakan mitokondria
dan penurunan kemampuan perbaikan DNA.
(Setiati, dkk, 2006)
13
Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi
penurunan kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan
tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada
struktur otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu-abu
di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan
hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis. Angina
pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan
penyakit vaskular lainnya juga dikaitkan dengan
memburuknya fungsi kognitif.
2) Usia
Meningkatnya usia dapat terjadi perubahan fungsi
kognitif yang sesuai dengan perubahan neurokimiawi dan
morfologi (proses degeneratif).
3) Jenis kelamin
Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan
kognitif. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon
seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor
estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan
dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus.
Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal.
Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat
membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat
sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien
Alzheimer.
4) Tingkat pendidikan
14
Tingkat intelektual dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
hal ini mengakibatkan semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin lambat kemunduran kognitif yang dialami.
(Setiati, dkk, 2006)
15
8. Simultagnosia
Ketidakmampuan untuk memahami lebih dari satu elemen
pemandangan visual pada suatu waktu atau untuk
mengintegrasi bagian tersebut sebagai suatu kesatuan.
9. Adiadokhokinesia
Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan cepat bergantian.
10. Aura
Sensasi peringatan berupa otomatisme, rasa penuh pada
perut, pipi merah, perubahan napas, sensasi kognitif, dan
keadaan afektif yang biasanya dialami sebelum serangan
kejang.
(Sadock, 2014)
16
berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata
WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali
3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2
benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami
suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah),
dan kontruksi visual (menyalin gambar).
Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar
sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan performance
yang buruk dan gangguan kognitif yang makin parah.
Interpretasi MMSE :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif.
18-23 : Gangguan kognitif ringan
0-17 : Gangguan kogntif berat
(Setiati, dkk, 2006)
6 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: compos mentis
Vital sign: TD: 150/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Temp: 37,6 C, HR: 92
x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
17
Thoraks: simetris, retrasksi tidak ada, batas jantung kiri 3 jari mid
clavicula sinistra ICS V dan terdengar ronki basah kasar di basal paru
kanan, slem (+)
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Genital: terpasang kateter
Ekstremitas: kekuatan motorik ekstremitas kiri lemah (4)
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?
7 Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11 gr%
Leukosit : 14.000/mm3
Diff count : 1/0/2/75/20/2
Urin rutin : leukosit 10, eritrosit (-)
Kimia darah : GDS 150 mg/dl, ureum 20 mg/dl, creatinin 0,8 mg/dl
asam urat 4 mg/dl
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium?
2.5 Hipotesis
18
Tn. S 71 tahun mengeluh batuk dengan dahak, nafsu makan menurun,
demam tidak terlalu tinggi, BAK tidak keluar sendiri karena mengalami
inkontinensia urin tipe fungsional + BPH e.c gangguan kognitif
Usia
Usia Riwayat penyakit terdahulu BPH Obat
(Hipertensi dan stroke)
Demam tidak
terlalu tinggi dan
nafsu makan
meningkat
19