KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS 2018 A. Definisi Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Kusumayanti, F. dan Yudi K, 2012). Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Makhripah D & Iskandar, 2012). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat, 2001) B. Etiologi Menurut Stuart dan Sundeen (2009), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu: 1. Faktor predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah: a. Faktor perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek. b. Faktor sosial budaya Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. c. Faktor biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik. 2. Faktor presipitasi Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal meliputi: a. Stresor sosial budaya Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara. b. Stresor psikologi Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain (Makhripah D & Iskandar, 2012) C. Rentang respon Menurut Stuart (2009) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Respon adaptif Respon maladaptif
Menyendiri kesepian manipulasi
Otonomi menarik diri impulsif Bekerja sama ketergantungan narcisme Interdependen Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi: 1. Solitude (menyendiri) Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. 2. Otonomi Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial. 3. Mutualisme (bekerja sama) Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampuuntuk saling memberi dan menerima. 4. Interdependen (saling ketergantungan) Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal. Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi: 1. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari lingkungannya, merasa takut dan cemas. 2. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain. 3. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain. 4. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. 5. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan. 6. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Trimelia, 2011) D. Proses terjadinya masalah 1. Faktor predisposisi a. Faktor perkembangan Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif (Makhripah D & Iskandar, 2012). b. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif c. Faktor sosial budaya Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis. d. Faktor komunikasi dalam keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. 2. Faktor presipitasi a. Faktor sosial budaya Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit. b. Faktor psikologis Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014) E. Tanda dan gejala 1. Gejala subjektif a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain c. Klien merasa bosan d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan e. Klien merasa tidak berguna 2. Gejala objektif a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang- ulang f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan) g. Ekspresi wajah tidak berseri h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011) F. Akibat Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014). Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden, 2009) G. Mekanisme koping Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Makhripah D & Iskandar, 2012): 1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain. 2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran. 3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku. Mekanisme koping yang muncul yaitu: a. Perilaku curiga : regresi, represi b. Perilaku dependen: regresi c. Perilaku manipulatif: regresi, represi d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014) H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah: 1. Electro Convulsive Therapy (ECT) Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak. 2. Psikoterapi Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien. 3. Terapi Okupasi Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang. (Prabowo, 2014). I. Pohon Masalah J. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri. 2. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah K. Rencana asuhan keperawatan 1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah a. Tujuan umum Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain b. Tujuan khusus 1) Dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Buat kontrak interaksi yang jelas f) Jujur dan menepati janji g) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya h) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat i) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak menjawab j) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buruburu, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien k) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien 2) Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan: a) Tanyakan pada pasien tentang Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain b) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya c) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab yang muncul e) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien dalam mengungkapkan perasaannya. 3) Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain Tindakan: a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang berhubungan dengan orang lain. c) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. d) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. 4) Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Tindakan: a) Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan orang lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-perawat- perawat lain-pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien lain masyarakat c) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai d) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain e) Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam mengisi waktu luang g) Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan melalui aktivitas yang dilaksanakan 5) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan: a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain/kelompok b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan orang lain 2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri a. Tujuan umum Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. b. Tujuan khusus 1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien c) Buat kontrak yang jelas d) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e) Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya klien f) Beri perhatian kepada pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien g) Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien 2) Pasien dapat mengenal halusinasinya Tindakan: a) Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya b) Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu/halusinasi c) Jika pasien menjawab Iya, tanyakan apa yang sedang dialaminya d) Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalami apa yang dirasakan klien e) Katakan bahwa ada pasien yang lain yang mengalami hal yang sama f) Katakan bahwa perawat akan membantu pasien. 3) Pasien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan: a) Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi. b) Diskusikan cara-cara yang digunakan pasien, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, namun jika cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugian cara tersebut c) Diskusikan cara baru untuk memutuskan/me ngontrol timbulnya halusinasi: Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidak nyata (“Saya tidak mau dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada saat halusinasi terjadi) Menemui orang lain atau perawat/teman/anggota keluarga untuk menceritaka n tentang halusinasinya Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun Meminta keluarga/te man/perawat untuk menyapa jika terjadi halusinasi d) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya e) Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang sudah dipilih dan dilatih jika berhasil diberi pujian f) Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok L. Daftar Pustaka Makhripah, D. & Iskandar, 2012, Asuhan keperawatan jiwa, Bandung, PT Refika Aditama. Kusumayanti, F. dan Yudi K., 2012, Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta, Salemba Medika. Keliat, B. A., 2001, Gangguan konsep diri, Jakarta, EGC. Prabowo, M. E., 2014, Konsep & aplikasi asuhan keperawatan jiwa,Yogyakarta, Nuha Medika. Stuart, G. W., dan Sudden, S. J., 2009. Buku saku keperawatan jiwa, Jakarta, EGC. Trimeilia, 2011, Asuhan keperawatan klien isolasi sosial, Jakarta Timur, TIM.