You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

STASE KEPERAWATAN JIWA


SEMESTER II

OLEH:
LITA ERLINA
I4B017028

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2018
A. Definisi
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Kusumayanti, F. dan Yudi K, 2012).
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Makhripah D &
Iskandar, 2012). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat, 2001)
B. Etiologi
Menurut Stuart dan Sundeen (2009), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik
tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang
mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan
dari lingkungan sosial.
c. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah
otak. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti perceraian,
berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di
rumah sakit atau dipenjara.
b. Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain (Makhripah D & Iskandar, 2012)
C. Rentang respon
Menurut Stuart (2009) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk
mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang
positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsif
Bekerja sama ketergantungan narcisme
Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim
dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:
1. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
3. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampuuntuk
saling memberi dan menerima.
4. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak
lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
1. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
2. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan
orang lain.
3. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa
percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain
diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain,
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang
lain.
4. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri.
5. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
6. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha untuk
mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya egosentris,
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Trimelia, 2011)
D. Proses terjadinya masalah
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif (Makhripah D & Iskandar, 2012).
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang
cacat, dan penderita penyakit kronis.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Faktor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014)
E. Tanda dan gejala
1. Gejala subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-
ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011)
F. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan.(Prabowo, 2014).
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami
penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku
masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Stuart dan Sudden, 2009)
G. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada
isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Makhripah D & Iskandar, 2012):
1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima secara
sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan
defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap
dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
a. Perilaku curiga : regresi, represi
b. Perilaku dependen: regresi
c. Perilaku manipulatif: regresi, represi
d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014)
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya,
memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang. (Prabowo, 2014).
I. Pohon Masalah
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri.
2. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
K. Rencana asuhan keperawatan
1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
a. Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan khusus
1) Dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Buat kontrak interaksi yang jelas
f) Jujur dan menepati janji
g) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
h) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
i) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak menjawab
j) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buruburu, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
k) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
2) Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Tanyakan pada pasien tentang
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
 Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
 Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
 Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain
b) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
c) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri tidak mau bergaul
d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab
yang muncul
e) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien dalam
mengungkapkan perasaannya.
3) Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain
b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
berhubungan dengan orang lain.
c) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
d) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
4) Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Tindakan:
a) Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan orang
lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-perawat-
perawat lain-pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien lain masyarakat
c) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
d) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
e) Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam mengisi
waktu luang
g) Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan melalui
aktivitas yang dilaksanakan
5) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain/kelompok
b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya
berhubungan dengan orang lain
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri
a. Tujuan umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
b. Tujuan khusus
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik:
a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
c) Buat kontrak yang jelas
d) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e) Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya klien
f) Beri perhatian kepada pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
g) Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien
2) Pasien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan:
a) Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya
b) Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu/halusinasi
c) Jika pasien menjawab Iya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
d) Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalami apa yang dirasakan klien
e) Katakan bahwa ada pasien yang lain yang mengalami hal yang sama
f) Katakan bahwa perawat akan membantu pasien.
3) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan:
a) Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
b) Diskusikan cara-cara yang digunakan pasien, jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian, namun jika cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugian
cara tersebut
c) Diskusikan cara baru untuk memutuskan/me ngontrol timbulnya halusinasi:
 Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidak nyata (“Saya tidak mau
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada saat halusinasi terjadi)
 Menemui orang lain atau perawat/teman/anggota keluarga untuk
menceritaka n tentang halusinasinya
 Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun
 Meminta keluarga/te man/perawat untuk menyapa jika terjadi halusinasi
d) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
e) Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang sudah dipilih dan dilatih jika
berhasil diberi pujian
f) Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok
L. Daftar Pustaka
Makhripah, D. & Iskandar, 2012, Asuhan keperawatan jiwa, Bandung, PT Refika Aditama.
Kusumayanti, F. dan Yudi K., 2012, Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta, Salemba Medika.
Keliat, B. A., 2001, Gangguan konsep diri, Jakarta, EGC.
Prabowo, M. E., 2014, Konsep & aplikasi asuhan keperawatan jiwa,Yogyakarta, Nuha
Medika.
Stuart, G. W., dan Sudden, S. J., 2009. Buku saku keperawatan jiwa, Jakarta, EGC.
Trimeilia, 2011, Asuhan keperawatan klien isolasi sosial, Jakarta Timur, TIM.

You might also like