You are on page 1of 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamu / obat tradisinal


Obat herbal telah digunakan sejak zaman kuno sebagai obat untuk
pengobatan berbagai penyakit. Herbal termasuk bahan tanaman mentah, seperti
daun, bunga, buah, biji, batang, kayu, kulit kayu, akar, rimpang atau bagian
lainnya, yang mungkin utuh, terfragmentasi atau bubuk. Sediaan herbal adalah
dasar untuk jamu jadi produk dan mungkin termasuk herbal komersil atau bubuk
bahan, atau ekstrak, tincture dan minyak lemak dari bahan herbal. Mereka
diproduksi dengan ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, konsentrasi, atau proses fisik
atau biologi lainnya. Produk herbal jadi terdiri dari sediaan herbal terbuat dari satu
atau lebih herbal. Jika lebih dari satu ramuan digunakan, istilah "campuran produk
herbal" juga bisa digunakan. Produk jamu jadi dan campuran produk herbal bisa
mengandung eksipien selain bahan aktif. Namun, produk jadi atau campuran
produk herbal yang bahan kimia yang ditentukan secara kimia telah ditambahkan,
termasuk senyawa sintetis dan / atau unsur penyusun dari bahan herbal, tidak
dianggap sebagai herbal (Nikam et al 2012).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman Obat tradisional biasanya terdiri dari bahan alami, secara
tunggal ataupun sebagai ramuan dari berbagai macam bahan. Obat tradisional
dengan formula yang sama ternyata dapat digunakan untuk pengobatan berbagai
macam penyakit yang berbeda oleh satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini
dapat disebabkan karena dalam satu tanaman terdapat berbagai senyawa kimia
yang mempunyai khasiat yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk berbagai
indikasi (Cordell et al 2012).
Bahan baku obat tradisional belum terstandarisasi dan tidak semua bahan
atau ramuan telah teruji secara klinis atau pra-klinis. Ramuan obat tradisional
bersifat higrokospis dan volumnies akibatnya mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme. Besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia sebagai
bahan baku obat tradisional (Simplisia) yang dapat diformulasikan menjadi obat
tradisional. Penggunaan obat dimasyarakat memiliki kecendrungan untuk “back to
nature” dengan memanfaatkan berbagai tanaman obat, karena obat sintetis
dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang besar (Thillaivanan et al
2014).
Obat herbal tradisional adalah alami, tumbuhan berasal zat dengan industri
minimal atau tidak pengolahan yang telah digunakan untuk mengobati penyakit
dalam penyembuhan lokal atau regional praktek. Obat-obatan herbal tradisional
mendapatkan perhatian yang signifikan secara global perdebatan kesehatan Di
Cina, tradisional Obat jamu diputar menonjol role in thestrateg to contain dan
obati respirator akut berat yg syndrome (SARS). Banyak yang berharap jamu
tradisional penelitian akan memainkan peran penting dalam kesehatan global
(Tilburta dan Ted 2008)

B. Bahan baku
Tanaman Kola Colae Semen banyak mengandung metabolit sekunder antara
lain alkaloid, saponin, tanin dan cardenolida. Tanaman ini mengandung banyak
kafein, proantosianidin dan katecin. Kandungan senyawa yang banyak terdapat
dalam biji Kola adalah metilxantin (yaitu kafein dan theobromin), flavanoid,
antosianin dan tanin. Penelitian membuktikan bahwa metabolit sekunder pada
daun Kola (Cola nitida (Vent.) Schott & Endl., Cola millenii and Cola gigantea A.
Chev.) dapat berfungsi sebagai anti mikroba (Burdock et al.,2009).
Proantosianidin Kola secara aktif dapat menghambat reactive oxygen species
(ROS), ekstrak biji Kola dapat menginduksi perubahan bifasik aktivitas lokomotor
mencit pada dosis dan durasi tertentu, meningkatkan aktivitas lokomotorik pada
dosis 5mg/kg dan berefek depresif pada dosis 10 mg/kg.
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) sinonim (Z.cassumunar), keluarga
Zingiberaceae termasuk penghasil bahan baku obat alami yang permintaannya
meningkat setiap tahun, baik untuk industri obat tradisional (OT) maupun untuk
bahan ekspor. Simplisia rimpang bangle termasuk 14 besar yang digunakan oleh
industri OT dan kosmetika tradisional. Rimpang bangle memiliki aktivitas
antioksidan dan antiinflamasi, obat sakit (perut, kepala, masuk angin, pencahar,
obat luka), susut perut setelah melahirkan, karminatif dan insektisida nabati .
Kandungan senyawa organik lainnya adalah damar, lemak, gom, gula, mineral
albuminoid dan asam-asam organik. Bagian daun juga mempunyai manfaat
sebagai obat untuk kurang nafsu makan dan perut kembung (Wonohadi, 2010).
Kandungan Kimia Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) Piperin,
kavisin (isomer piperin), piperidin, piperitin, piperanin, piperilin, asarinin,
pellitorin, isobutildeka-trans-2-trans-4-dienamida, saponin, polifenol, minyak
atsiri (piperonal, eugenol, kariofelen, bisabolen, pentadekana), asam palmitat,
asam tetrahidropiperat, 1-undesilenil-3, 4-metilendioksibenzena, dan sesamin.
Khasiat dari Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) (Depkes RI, 1985;
Mun’im, 2011) Buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) berkhasiat sebagai
penurun panas,peluruh air seni,peluruh keringat,pereda kejang, dan mengatasi
gangguan pencernaan. Efek farmakologi yaitu mempunyai banyak aktivitas antara
lain kardiovaskuler, antiamuba (Entamoeba histolytica), antimikroba (beberapa
bakteri patogen seperti S.thypi, E.coli, P.aeruginosa), antiulser, antidiabetes,
analgesik (induksi asam asetat), antiinflamasi (induksi Karagenan), efek terhadap
saluran pernafasan dan preventif terhadap hati.
Rimpangnya lengkuas sering digunakan untuk mengatasi gangguan
lambung, misalnya kolik dan untuk mengeluarkan angin dari perut
(stomachikum), menambah nafsu makan, menetralkan keracunan makanan,
menghi- langkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan buang air kecil
(diuretikum), mengatasi gangguan ginjal, dan mengobati penyakit herpes. Juga
digunakan untuk mengobati diare, disentri, demam, kejang karena demam, sakit
tenggorokan, sariawan, batuk berdahak, radang paru-paru, pembesaran limpa, dan
untuk menghilangkan bau mulut. Buah lengkuas dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa dingin, kembung dan sakit pada ulu hati, muntah, mual, diare,
kecegukan (singuitus), dan untuk menambah nafsu makan. Juga dapat digunakan
untuk menyembuhkan bisul (Erna, 2009)
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % - 30
%, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu
rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning
yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat,
kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain. Penelitian yang
lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang
dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor,
yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat,
asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida (Noro dkk., 1988). Juga
mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang di- namakan 1-(4-hidroksifenil)-
7-fenilheptan-3,5-diol.
Jahe juga dapat digunakan pada obat tradisional sebagai obat sakit kepala,
obat batuk, masuk angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan,
stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan
mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut, kolera, diare, sakit
tenggorokan, difteria, neuropati, sebagai penawar racun ular dan sebagai obat luar
untuk mengobati gatal digigt serangga, keseleo, bengkak serta memar. Produk-
produk farmasi yang berasal dari alam sudah banyak tersebar di nusantara maupun
dunia dengan bentuk sediaanya yang berfariasi diantaranya bentuk serbuk,
cair/kental, maupun padat. Salah satu produk yang diambil dari bahan alam yaitu
oleoresin jahe. Oleoresin adalah bagian dari minyak atsiri yang biasanya terdiri
dari zingeron, zingeral mempunyai wangi yang khas. Oleoresin sebagai bahan
baku flavor pada industri pengalengan daging, minuman segar, bahan baku obat,
kosmetik, parfum, industri kembang gula dan roti. Jenis oleoresin di pasaran
antara lain: oleoresin jahe, cabe, lombok, laos dan lain-lain. Pada skala penelitian
berbagai oleoresin telah diteliti seperti : oleoresin temu putih, laos merah dan lain-
lain (Farry et.al 2006 ).
C. Proses pembuatan jamu
Sortasi dibedakan menjadi 2 yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah dilakukan pada saat bahan masih segar yang bertujuan untuk memisahkan
bahan dari kotoran-kotoran yang berupa bahan-bahan yang mencemari hasil
tanaman obat, misal tanah, kerikil, gulma dan rumput. Sedangkan sortasi kering
bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang
diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering,
misal pasir, tanah, kerikil, rambut serta bahan lain yang mencemari bahan pada
saat pengeringan harus segera dihilangkan karena dapat berpengaruh pada kualitas
simplisia (Widiyastuti, 2004).
Pencucian bertujuan agar bahan bebas dari kotoran dan bahan- bahan yang
tidak dikehendaki. Pencucian dapat dilakukan dengan perendaman air (kalau perlu
menggunakan air panas), dengan penyemprotan ataupun menggunakan alat
pencuci dengan segala perlengkapannya (washing machine) dan lain-lain.
Sebelum digunakan sebagai wadah, sebaiknya diadakan pencucian agar terhindar
dari adanya kotoran-kotoran serta untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak
dikehendaki baik logam halus pelapis dan sebagainya. Biasanya yang
dipergunakan sebagai pencuci adalah air panas ataupun pencuci lainnya (Susanto,
1994).
Perajangan pada simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya, seperti pengeringan, pengemasan, penyimpanan. Perajangan biasanya
hanya dilakukan pada simplisia yang tebal dan tidak lunak seperti akar, rimpang,
batang dan lain-lain. Ukuran perajangan sangat berpengaruh pada kualitas bahan
simplisia. Jika perajangan terlalu tipis dapat menambah kemungkinan
berkurangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Sebaliknya, jika terlalu tebal
maka kandungan air dalam simplisia akan sulit dihilangkan. Tebal perajangan
yang baik pada simplisia adalah 3-5 mm sehingga diperoleh ketebalan ideal
simplisia kering yaitu 3-5 mm (Tilaar, 2002).
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari
proses pengeringan. Kelembaban udara serta suhu udara pada simplisia kering
biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang
penguapan pada simplisia akan terhenti dan jumlah molekul air yang diserap oleh
permukaan bahan. Laju pengeringan amat tergantung pada perbedaan antara kadar
air simplisia dengan kadar air keseimbangan (Widiyastuti, 2004).
Tiga tipe mesin yang biasa digunakan adalah plate mill, hammer mill, dan
roller mill. Penggunaan mesin-mesin tersebut tergantung pada tipe produk yang
akan digiling dan hasilnya seperti yang diharapkan. Penggilingan palu (hammer
mill) merupakan aplikasi dari gaya pukul (impact force). Bahan masuk akan
terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau
sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung
terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah
alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek (Aman, 1992).
D. Pengawasan mutu
Fergebuen (1992) menyatakan bahwa prosedur untuk mencapai sasaran
biaya dan produksi masing-masing diistilahkan kendali mutu, seperti halnya
prosedur untuk mencapai sasaran biaya dan produksi masing-masing
diistilahkan sebagai kendali produksi. Pada umumnya ada 4 langkah dalam
kendali tersebut :
a. Menetapkan standar, yaitu standar mutu prestasi kerja, standar
mutu keamanan dan standar mutu keandalan yang diperlukan untuk
produksi tersebut.
b. Menilai kesesuaian, yaitu membandingkan kesesuaian produk yang
dibuat terhadap standar.
c. Bertindak bila perlu, yaitu dengan mengoreksi masalah dan
penyebabnya.
d. Merencanakan perbaikan, yaitu mengembangkan suatu upaya yang
nantinya untuk memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan dan
keandalan.

You might also like