You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk melakukan perencanaan dan pengendalian diperlukan suatu alat
yang baik, yang dapat memberikan informasi yang diperlukan manajemen
dalam menjalankan fungsinya. Alat tersebut adalah anggaran. Anggaran
berperan sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Sebagai sebuah rencana
tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan
kegiatan organisasi atau unit organisasi dengan cara membandingkan antara
hasil sesungguhnya yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan
(Abdul Halim, 2000:172).
Penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting sekaligus
kompleks, karena anggaran mempunyai dampak fungsional maupun
disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Siegel dan
Markoni (1989) dalam Rahman dan Supomo (2003), berpendapat bahwa
partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan inisiatif
bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan
kebersamaan, dan merasa memiliki, sehingga kerja sama di antara anggota
dalam mencapai tujuan juga meningkat.
Aspek perilaku yang terkait dengan anggaran merujuk pada perilaku
manusia yang terlibat pada saat anggaran tersebut disusun dan
diimplemetasikan. Anggaran dapat mempengaruhi perilaku manusia. Adanya
anggaran mengakibatkan manusia membatasi tindakannya. Anggaran pula
yang menyebabkan kinerja manajer selalu dan secara kontinyu dipantau serta
dibandingkan. Hal ini pula yang mengakibatkan timbulnya tekanan. Manajer
seringkali menghadapi permasalahan akibat adanya anggaran seperti misalnya
timbulnya over atau under budget, penyimpangan dari anggaran yang
diharapkan, dan sebagainya. Akibatnya anggaran kemudian dianggap sebagai
sesuatu yang dapat menghambat atau mengancam karir.
Manajemen harus selalu menyadari bahwa dimensi manusia dalam
penganggaran merupakan faktor kunci. Mudah bagi manajer untuk menguasai

(1)
aspek teknis dari program anggaran, tetapi tidak mudah dalam memasukkan
aspek manusia. Manajemen harus ingat bahwa maksud penyusunan anggaran
adalah untuk memotivasi karyawan dan mengkoordinasikan aktivitas. Untuk
mendorong orang supaya bertanggungjawab terhadap penyusunan anggaran
dan terhadap implementasi anggaran untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien, perusahaan perlu mempertimbangkan aspek etika dan
perilaku dalam penganggaran.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan Anggaran ?
2) Apa yang dimaksud dengan Budgetary Slack ?
3) Apa yang dimaksud dengan Konsekuensi Disfungsional ?
4) Bagaiamana Konsep-konsep Perilaku Berkaitan Dalam Perencanaan ?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui dan memahami Anggaran.
2) Mengetahui dan memahami Budgetary Slack.
3) Mengetahui dan memahami Konsekuensi Disfungsional.
4) Mengetahui dan memahami Konsep-konsep Perilaku Berkaitan Dalam
Perencanaan.

(2)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anggaran
1. Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang
mencakup jangka waktu satu tahun (Mulyadi, 1993).
Unsur-unsur utama dalam anggaran:
 Keseluruhan Rencana, merupakan penentuan kegiatan yang dilakukan
pada waktu yang akan datang.
 Kegiatan Perusahaan, meliputi seluruh kegiatan yang akan dilakukan
oleh semua bagian-bagian dalam perusahaan.
 Dinyatakan dalam angka, adalah unit yang dapat digunakan pada semua
kegiatan perusahaan yang bermacam-macam.
 Periode tertentu, adalah keseluruhan mengenai apa-apa saja yang akan
terjadi pada masa yang akan datang.

2. Fungsi Anggaran
Terdapat beberapa fungsi anggaran, yaitu sebagai berikut:
 Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
 Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang
mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya
organisasi.
 Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang
menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi yang satu
dengan lainnya.
 Anggaran berfungsi sebagai standar terhadap hasil operasi aktual yang
dapat dibandingkan.
 Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan
atau kelemahan perusahaan.
 Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer
maupun karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten
dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan
organisasi.

(3)
Anggaran telah menjadi alat manajemen yang diterima untuk
meencanakan dan mengendalikan aktivitas organisasi.

3. Tahapan utama dalam proses perencanaan Anggaran


Ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran, yaitu :
a) Tahap Penetapan Tujuan.
Tujuan petrusahaan yang telah ditetapkan, selanjutnya dirinci lebih
lanjut ke dalam sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada
manajer tertentu dalam proses penyusunan anggaran

b) Tahap Implementasi
Pada tahap ini rencana formal digunakan untuk mengkomunikasikan
tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara
positif dalam organisasi.

c) Tahap pengendalian dan evaluasi kinerja


Setelah diimplementasikan, anggaran berfungsi sebagai elemen kunci
dalam sistem pengendalian dan menjadi tolok ukur terhadap kinerja
aktual

2.2 Budgetary Slack


1. Definisi Budgetary Slack.
Budgetary Slack(Senjangan Anggaran) adalah suatu kesenjangan
yang dilakukan oleh manajer bawahan ketika ia turut berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran, dengan memberikan usulan dan estimasi anggaran
yang tidak sesuai dengan kapasitas sesungguhnya yang dimiliki, atau tidak
sesuai dengan sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan, dengan maksud
agar anggaran tersebut mudah direalisasikan. Manajer melakukan senjangan
ini dengan cara meninggikan jumlah biaya yang dibutuhkan atau
merendahkan pendapatan yang sesunguhnya bisa dicapai.

Motif manajer bawahan melakukan senjangan ini adalah memuat


margin of safety dalam mewujudkan target yang telah ditetapkan. Dengan
cara tersebut, manajer bawahan berharap dapat menghilangkan tekanan dan

(4)
rasa frustasi dalam upaya mewujudkan target anggaran akibat anggaran
yang terlalu ketat (tight budget). Tekanan dan rasa frustasi itu muncul
karena bersarnya ketidakpastian yang harus mereka hadapi guna mencapai
tujuan organisasi.

2. Alasan terjadinya Budgetary Slack(Senjangan Anggaran)


Ada tiga alasan manajer melakukan senjangan anggaran , yaitu :
 Senjangan anggaran akan membuat kinerja seolah terlihat lebih baik di
mata pimpinan jika mereka dapat mencapai target anggaran.
 Senjangan anggaran sering digunakan untuk mengatasi ketidakpastian
memprediksi masa yang akan datang.

 Pengalokasian sumberdaya akan dilakukan berdasarkan proyeksi


anggaran biaya, sehingga senjangan membuatnya fleksibel.

Dari beberapa alasan tersebut dapat dirumuskan bahwa penyebab terjadinya


senjangan anggaran adalah karena fungsi anggaran sebagai indikator
mengukur kinerja, ketidakpastian yang tinggi dan kesulitan
memproyeksikan apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Dalam konteks penyusunan anggaran, manajer bawahan (sub


ordinat) mempunyai informasi yang lebih lengkap dan relevan dibandingkan
dengan atasannya (ordinat). Hal ini karena bawahan telah terbiasa terlibat
langsung dalam kegiatan operasional sehari-hari sehingga merekalah yang
lebih mengetahui apa yang sesungguhnya dibutuhkan dan dihadapi di
lingkup tanggung jawabnya.

Adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh atasan


(ordinat) dan bawahan (sub ordinat) atau yang lazim disebut asimetri
informasi akan mempengaruhi perilaku bawahan dalam proses
penganggaran. Sub ordinat akan menyimpan informasi aktual yang

(5)
dimilikinya dan mencoba mengarahkan kinerja pada ukuran yang lebih
rendah dengan maksud kinerjanya dipandang baik oleh atasan dan
mengurangi perasaan frustasi dalam menghadapi ketidakpastian dan
kesulitan mencapai target anggaran.

Pada dasarnya belum ada indikator yang objektif untuk mengukur


senjangan anggaran. Secara kuantitatif indikasi adanya senjangan baru dapat
dinilai pada saat anggaran tersebut direalisasikan. Organisasi yang
manajernya melakukan senjangan, pencapaian pendapatannya cenderung
melebihi target yang telah ditetapkan dari anggaran. Sebaliknya pencapaian
biaya cenderung di bawah target yang telah ditetapkan dari anggaran.
Oleh karena senjangan anggaran berkaitan dengan sikap dan perilaku
manusia, maka Dunk (1993:401) mengungkapkan beberapa ciri terjadinya
senjangan anggaran, yaitu :
a) Standar dalam anggaran tidak mendorong peningkatan produktivitas.
b) Anggaran secara mudah untuk diwujudkan.
c) Tidak terdapatnya batasan-batasan yang harus di perhatikan terutama
batasan yang ditetapkan untuk biaya.
d) Anggaran tidak menuntut hal khusus.
e) Anggaran tidak mendorong terjadinya efisiensi.
f) Target umum yang ditetapkan dalam anggaran mudah untuk dicapai.

2.3 Konsekuensi Disfungsional


Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan tujuan, pengendalian, dan
mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi
disfungsional, seperti rasa tidak percaya, resistensi, konflik internal, dan efek
samping lainnya yang tidak diinginkan.
a) Rasa tidak percaya
Anggaran merupakan suatu sumber tekanan yang dapat menimbulkan
rasa tidak percaya, rasa permusuhan, dan mengarah pada kinerja yang
menurun.
b) Resistensi

(6)
Pada proses anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang besar.
Manajer atau penyelia mungkin merasa terlalu terbebani dengan
permintaan yang ekstensif atas waktu dan tanggung jawab rutin mereka.
Oleh karena itu, mereka tidak ingin terlibat dalam proses penyusunan
anggaran.
c) Konflik Internal
Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi ini, atau
sebagai akibat dari laporan kinerja yang membandingkan satu
departemen dengan departemen lain. Gejala-gejala umum dari konflik
adalah ketidakmampuan mencapai kerja sama antar-pribadi dan antar-
kelompok selama prosesn penyusunan anggaran.
d) Efek Samping lainnya yang tidak diinginkan.
Anggaran akan menghasilkan pengaruh lain yang tidak diinginkan. Salah
satu pengaruh lainnya adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal
kecil yang menentang tujuan anggaran. Kelompok-kelompok ini
biasanya dibentuk untuk melawan konflik internal dan tekanan yang
diciptakan oleh anggaran tersebut

2.4 Konsep-Konsep Perilaku yang Berkaitan Dalam Perencanaan


Lingkungan perencanaan merujuk pada struktur, proses, dan pola-pola
interaksi. Ukuran dan struktur suatu organisasi, gaya kepemimpinan, tipe
system pengendalian, dan stabilitas lingkungan adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja dimana perencanaan tersebut dibuat.
Perilaku manusia dapat menyesuaikan diri dan berbeda dari satu lingkungan
kerja dengan lingkungan kerja lainnya. Sehingga, dalam satu lingkungan,
tindakan spesifik dari top manajemen dapat menyebabkan perilaku yang
disukai sebaliknya dalam lingkungan lain tindakan tersebut dapat
mengakibatkan perilaku yang tidak menyimpang atau tidak disukai.

1. Organizational Size and Structure

(7)
Ukuran dan struktur organisasi mempengaruhi perilaku manusia dan
pola-pola interaksi dalam tahap penyusunan sasaran, implementasi, serta
pengendalian dan evaluasi dari proses perencanaan. Ukuran organisasi
dapat digambarkan sebagai jumlah tenaga kerja, nilai bangunan fisik
dalam unit moneter, volume penjualan, jumlah cabang perusahaan, atau
ukuran-ukuran kuantitatif lainnya yang membedakan organisasi.
Ukuran organisasi mempengaruhi struktur organisasi. Dalam
perusahaan kecil, struktur perencanaan dan pengendalian relatif sederhana
karena kegiatan organisasi dilakukan hanya oleh beberapa orang.
Perusahaan besar harus mengembangkan struktur birokrasi yang kompleks
untuk mengatasi administrasi berbagai fungsi oganisasi yang ada. Otoritas
didelegasi dan disebarluaskan dari tingkat yang lebih tinggi.
Lingkungan perencanaan juga dipengaruhi oleh tingkat otonomi,
atau prerogatif pembuatan keputusan. Aspek dari struktur organisasi ini
biasanya ditekankan pada kondisi sentralisasi vs desentralisasi.
Karakteristik organisasi yang tersentralisasi adalah pada konsentrasi
pengambilan keputusan oleh tingkat manajer yang lebih tinggi. Sedangkan
karakteristik organisasi yang desentralisasi prerogatif memberikan hak
pembuatan keputusan lebih besar pada tingkat manajerial yang lebih
rendah Perusahaan yang desentralisasi akan membutuhkan suatu system
yang mempengaruhi partisipasi, kerjasama dan koordinasi perusahaan
secara luas. Sementara sentralisasi perusahaan membutuhkan suatu system
yang menghasilkan pengawasan yang sangat ketat terhadap seluruh
kegiatan organisasi.

2. Leadership Styles
Gaya kepemimpinan juga mempengaruhi suatu lingkungan
perencanaan organisasi. Teori X Mc Gregor menjelaskan suatu
pengendalian yang sangat ketat, gaya kepemimpinan otoritas dibutuhkan
dalam rangka pengendalian untuk mencapai efisiensi, merupakan

(8)
pendekatan manajerial untuk bekerjasama dengan bawahan. Filosofi yang
dianut untuk mempengaruhi perilaku bawahan adalah beri mereka gaji
yang pantas dan awasi mereka secara ketat.
Teori X mengindikasikan bahwa dibawah gaya kepemimpinan yang
otoriter, anggaran dipandang sebagai kendali manajerial terhadap
penyimpangan yang dilakukan karyawan. Sebagai tindak lanjut,
penyimpangan anggaran akan diinvestigasi oleh kontroler atau direktur
perencanaan dan kemudian akan diambil tindakan. Hal ini memungkinkan
top manajemen untuk mempertahankan pertanggungjawaban pengendalian
biaya. Gaya kepemimpinan seperti ini tidak menimbulkan partisipasi dan
dapat mengakibatkan penekanan yang berlebihan terhadap anggaran.
Sebaliknya, teori Y McGregor’s dan gaya kepemimpinan demokrasi
Likert’s memperkaya keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam
penetapan tujuan dan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan
demokrasi memungkinkan fleksibilitas dalam proses pembuatan anggaran
dan memberikan karyawan kesempatan untuk lebih terlibat dalam
pemetaan organisasi perusahaan, memberi kesempatan menyatakan ide-ide
mereka mengenai bagaimana perusahaan beroperasi, dan menggunakan
talenta mereka secara efektif. Dengan pendekatan partisipasif lebih banyak
waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi anggaran karena diperlukan
komunikasi ke depan dan ke belakang, dan negosiasi antar departemen.
Bagaimanapun, penelitian menunjukkan bahwa akan lebih banyak usaha
yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika
karyawan dilibatkan dalam penetapan tujuan-tujuan tersebut.
Hopwood membedakan antara gaya kepemimpinan dengan kendala
anggaran dan yang berorientasi laba. Pemimpin-pemimpin dengan kendala
anggaran mengevaluasi bawahannya berdasarkan seberapa baik sasaran
jangka pendek yang telah mereka peroleh. Sebaliknya, pemimpin yang
berorientasi laba menekankan pada keberhasilan jangka panjang.

3. Stability of Organizational Environments

(9)
Faktor lainnya yang mempengaruhi perencanaan adalah lingkungan
eksternal. Faktor ini meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan
supplies, struktur industri yang melayani organisasi, kompetisi, dan lain-
lain. Lingkungan yang stabil mengurangi resiko dan memungkinkan
proses penetapan tujuan menjadi demokrasi dan partisipasif. Perubahan
lingkungan yang sangat cepat menghasilkan situasi dengan resiko yang
tinggi. Perubahan secara dramatis dalam tingkat bunga, perubahan tingkat
fluktuasi pertukaran mata uang, dan peningkatan persaingan luar negeri
merupakan poin permasalahan. Untuk menahan/mengatasi perubahan ini,
harus dibuat keputusan yang cepat dan meyakinkan. Penyesuaian sasaran
dan atau strategi secara teratur akan sangat diperlukan untuk gaya
kepemimpinan yang demokratis partisipatif.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(10)
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang
mencakup jangka waktu satu tahun.

Budgetary Slack(Senjangan Anggaran) adalah suatu kesenjangan


yang dilakukan oleh manajer bawahan ketika ia turut berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran, dengan memberikan usulan dan estimasi anggaran
yang tidak sesuai dengan kapasitas sesungguhnya yang dimiliki, atau tidak
sesuai dengan sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan, dengan maksud
agar anggaran tersebut mudah direalisasikan. Manajer melakukan senjangan
ini dengan cara meninggikan jumlah biaya yang dibutuhkan atau
merendahkan pendapatan yang sesunguhnya bisa dicapai.

Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan tujuan, pengendalian, dan


mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi
disfungsional, seperti rasa tidak percaya, resistensi, konflik internal, dan efek
samping lainnya yang tidak diinginkan.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

(11)
http://harternelwan.blogspot.co.id/2013/02/senjangan-anggaran-budgetary-
slack.html
dipost oleh Halter Nelwan. Diakses tanggal 19 november 2017

www.artikelekonomi.com
Arifin Johan (2007), “Pengaruh Karakteristik Gaya Penyusunan Anggaran
terhadap Efisiensi Biaya”,Kajian Bisnis dan Manajemen,Vol.9, No.1

(12)

You might also like