You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi buruk adalah fenomena balita Indonesia yang tak terbantahkan.


Keberadaannya menampar keras setiap kali bangsa ini harus
memperingati hari gizi nasional yang ditetapkan pemerintah setiap tanggal
25 Januari. Satu persatu balita penderita gizi buruk terkuak melalui media.
Seperti yang pernah penulis jumpai ketika di Makassar ada seorang ibu hamil
dan bayinya yang meninggal dunia karena kelaparan. Sering kali kelaparan
inilah yang menyebabkan gizi buruk. Ternyata masalah ini tidak hanya
terjadi di Makassar. Kasus gizi buruk juga terjadi di NTT, Papua, bahkan
Tasikmalaya. Menurut Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Departemen Pertanian (Deptan) RI Tjuk Eko Hari Basuki, 27 persen bayi di
bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami gizi buruk. Kondisi
ini tentunya sangat memprihatinkan. Adapun upaya untuk menanggulangi
masalah ini sudah sering dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui dinas
kesehatan yang berkoordinasi dengan puskesmas atau rumah sakit setempat.
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran . Gizi buruk adalah bentuk terparah
dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun . Anak balita sehat atau
kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara
berat badan menurut umurnya, dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak
disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila
jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Gizi buruk adalah salah satu
bentuk kekurangan gizi tingkat berat. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-
tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor, di masyarakat lebih dikenal
sebagai "busung lapar".
Anak gizi kurang, berarti kekurangan gizi pada tingkat ringan atau
sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih
bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai
kurus. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait . Secara
langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu ; anak tidak cukup mendapat makanan
bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai dan anak
mungkin menderita infeksi penyakit.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa/i mampu memahami dan mengerti tentang program-


program kesehatan dalam menanggulangi masalah kesehatan utama di
Indonesia: Gizi Buruk

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1. Diketahuinya

1.2.2.2. Diketahuinya

1.2.2.3. Diketahuinya

1.2.2.4. Diketahuinya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Mengantur Promkes Gizi


Buruk

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4548);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
5. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


741/Menkes/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/Menkes/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan
Pemerintahan Bidang Kesehatan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tatalaksana Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 741);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63/2010 tentang Garam Beryodium;

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menetapkan peraturan terkait upaya


perbaikan gizi yang terdiri dari :
1. Pasal 1 : Gizi Seimbang adalah susunan hidangan makanan sehari yang terdiri
atas berbagai ragam bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai dengan aktifitas fisik, umur, jenis kelamin dan keadaan
fisiologi tubuh sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang, guna
pemeliharaan dan perbaikan sel tubuh dan proses kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
2. Pasal 2 : Pengaturan upaya perbaikan gizi ditujukan untuk menjamin:
a. setiap orang memiliki akses terhadap informasi gizi dan pendidikan gizi;
b. setiap orang terutama kelompok rawan gizi memiliki akses terhadap
pangan yang bergizi; dan
c. setiap orang memiliki akses terhadap pelayanan gizi dan kesehatan.
3. Pasal 5 : Pemerintah bertugas dan bertanggung jawab:
a. menyusun dan menetapkan kebijakan bidang gizi;
b. melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi surveilans kewaspadaan gizi
skala nasional;
c. melakukan penanggulangan gizi buruk skala nasional;
d. mengatur, membina, dan mengawasi pelaksanaan urusan wajib upaya
perbaikan gizi;
e. mengupayakan pemenuhan kecukupan dan perbaikan gizi pada
masyarakat terutama pada keluarga miskin, rawan gizi, dan dalam situasi
darurat;
4. pasal 23 : Pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan ditujukan untuk
memperbaiki status gizi, membantu penyembuhan dan pemulihan pasien.

You might also like