You are on page 1of 17

MAKALAH

TRAUMA GINJAL

DISUSUNOLEH

KELOMPOK 7

EVA DAMAYANTI

MEYZALISA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA.2013/201
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul asuhan keperawatan
medikal bedah gangguan sistem perkemihan dengan trauma ginjal, yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita.
Makalah ini berisikan tentang pengertian Trauma Ginjal atau yang lebih khususnya
membahas tentang Etiologi, Patofisiologi serta Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Trauma Ginjal. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Tuhan memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi.
Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada
banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada
trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar
85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh
kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh. Trauma ini
biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika terdapat hematuria
kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam
rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis
trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin. Penanganan yang efisien
dengan tehnik resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk
menjelaskan manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang sangat
penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang besar dalam diagnosis dan
stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari radiologis menolong penanganan trauma
arterial dengan menggunakan angiografi dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang
penting dar trauma, radiologi harus menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan para
ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya
disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.

B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini agar supaya mahasiswa/i mampu
memahami tentang trauma ginjal dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan trauma ginjal.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah, agar supaya mahasiswa/i dapat :
a. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar trauma ginjal
b. Mampu menjelaskan tentang etiologi trauma ginjal
c. Mampu menjelaskan tentang anatomi fisiologi trauma ginjal
d. Mampu menjelaskan tentang Manifestasi klinik trauma ginjal
e. Mampu menjelaskan tentang patofisiologi trauma ginjal
f. Mampu menjelaskan tentang klasifikasi trauma ginjal
g. Mampu menjelaskan tentang komplikasi trauma ginjal
h. Mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan trauma ginjal
i. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan “trauma ginjal”
dengan benar dan bertanggung jawab.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem urinari. Walaupun
ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks, badan vertebra dan viscera, ginjal
mempunyai mobiliti yang besar yang bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan
kecederaan vaskular dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan kerana jatuh, kecelakaan
lalu lintas, luka tusuk, dan luka tembak.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam
rudapaksa baik tumpul maupun tajam.
Ginjal yang terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh pedikel
pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang bebas dalam bantalan lemak
yang berada dalam fascia Gerota. Fascia Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi
sejumlah kecil hematom , tidak sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini
meluas kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena
cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat sehingga perdarahan
melewati garis tengah dan mengisi rongga retroperitoneal.(Guerriero, 1984).

B. Etiologi

1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan
kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolahraga. Luka tusuk pada ginjal dapat
karena tembakan atau tikaman.
Trauma tumpul dibedakan menjadi:
a. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja
atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga
mengenai organ organ lain.
b.Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan
ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan
avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan
trombosis.

2. Trauma Iatrogenik
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi
intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy,
dan percutaneous lithotripsy

3. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda tajam misalnya
tusukan pisau.
Luka karena senjata api dan pisau merupakan luka tembus terbanyak yang mengenai ginjal
sehingga bila terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma ginjal sampai terbukti
sebaliknya. Pada luka tembus ginjal, 80% berhubungan dengan trauma viscera abdomen.

C. Anatomi dan fisiologi

Sistem Perkrmihan Terdiri Dari :


1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti kacang. Terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal
kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi kosta 12,
sedangkan kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada orang dewasa
memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120 sampai 150 gram.
Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, terbagi menjadi dua bagian yaitu:
bagian eksternal yang disebut Korteks, dan bagian internal disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan vena renalis, saraf
dan pembuluh getah bening yang keluar dan masuk melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa
darah kembali ke dalam vena kava inferior.Aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya 25%
dari curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari: Kapsula, Korteks, Piramid
medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan tubulus: proksimal, ansa Henle, distal), kaliks
(minor dan mayor), pelvis ginjal dan ureter.
Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur ginjal, yaitu adanya
perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm.
2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot
polos. Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini menghubungkan setiap
ginjal dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke
kandung kemih.

3.Vesica Urinaria (Kandung Kemih)


Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar dindingnya terdiri dari
otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis
pubis. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada saat
BAK. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin dan mendorong
kemih keluar tubuh dibantu oleh uretra.

4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih
sampai ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8 inci.

5. Meatus urinarius (Muara uretra)

Fungsi Utama Ginjal Adalah :


a) Fungsi Ekskresi
1. Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah
ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
3. 3)Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3.
4. 4)Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea, asam
urat dan kreatinin)
b) Fungsi Non Ekskresi
1. Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
2. Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang.
3. Metabolisme vitamin D.
4. Degradasi insulin.
5. Menghasilkan prostaglandin.

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala trauma ginjal antara lain :
a) Nyeri
b) Hematuria
c) Mual dan muntah
d) Distensi abdomen
e) Syok akinat trauma multisistem
f) Nyeri pada bagian punggung
g) Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
h) Massa di rongga panggul
i) Ekimosis
j) Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul

E. PATOFISIOLOGI

Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat
kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga
mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang
menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri
renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang terletak pada rongga retroperitoneal bagian
atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal
melayang bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia Gerota. Fascia Gerota
sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom , tidak sempurna dalam
perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu
pada dinding anterior aorta serta vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya
perdarahan hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga
retroperitoneal.(Guerriero, 1984). Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami
dislokasi oleh adanya akselerasi maupun deselerasi mendadak, yang bisa menyebabkan
trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan pada intima arteri renalis sehingga
terjadi oklusi parsial maupun komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat
terperangkap didalam rongga retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstrem
ini sering terjadi pada pasien yang datang di ruang gawat darurat dengan kondisi stabil
sementara terdapat perdarahan retroperitoneal. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang
cukup kuat. Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan
pada kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang tidak
menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral aorta sehingga luka
penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur. Karena letaknya yang
berdekatan antara pankreas dan pole atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal
kanan bisa menyebabkan trauma kombinasi pada pankreas, duodenum dan ginjal.. Anatomi
ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau tumor maligna lebih mudah
mengalami ruptur hanya oleh adanya trauma ringan.(McAninch,2000).
F. KLASIFIKASI

Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle :
a) Grade I/ derajat I
meliputi :
1. Kontusio ginjal
2. 2)Minorlaserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistempelviocalices
3. Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang) 75 – 80 % dari
keseluruhan trauma ginjal

b) Grade II / derajat II
meliputi :
1. Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi
extravasasi urine
2. Sering terjadi hematom perinefron
3. Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10 – 15 % dari
keseluruhan trauma ginjal

c) Grade III
meliputi :
1. Ginjal yang hancur
2. Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5 % dari keseluruhan trauma ginjal

d) Grade IV
Meliputi yang jarang terjadi yaitu
1. Avulsi pada ureteropelvic junction
2. Laserasi dari pelvis renal
G. KOMPLIKASI
Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera
1. Urinoma
2. Delayed bleeding
3. Urinary fistula
4. Abses
5. Hipertensi

Komplikasi Lanjut
1. Hidronefrosis
2. Arteriovenous fistula
3. Piolenofritis

H. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan
observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan masa
di pinggang, adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan perubahan
warna urin pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan hematuri akan berhenti
dan sembuh secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri berhenti.

2. Eksplorasi
a. Indikasi Absolut
Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh
adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah
adanya avulsi vasa renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi.

b. Indikasi Relatif
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk
dilakukan eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstravasasi
menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan
imaging untuk menilai derajat trauma ginjal. Adanya incomplete staging
memerlukan pemeriksaan imaging dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi
ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang memerlukan tindakan
laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan hanyalah one shot
IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya
perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal.
4) Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter dibutuhkan
eksplorasi segera dan revaskularisasi.
5) Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah perdarahan
arteri persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan
bedah. Perkecualian adalah trauma ginjal tanpa adanya penetrasi peluru
intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior linea aksilaris posterior relatif tidak
melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003)
BAB IV

ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian

A. Identitas pasien

Berisikan nama, jenis kelamin, umur, no.MR ,status perkawinan, pekerjaan, pendidikan
terakhir, alamat,dll.

Tekanan darah : biasanya meningkat

Pernafasan : biasanya pendek

Suhu : biasanya meningkat

Nadi : biasanya meningkat

B. Riwayat kesehatan

1.Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien pernah mengalami jatuh, kecelakaan lalu lintas, luka tusuk,
dan luka tembak.

2.Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengeluh sering mengalami nyeri

3.Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya tidak ada riwayat penyakit yang sama.

C. Pemeriksaan fisik
1. Rambut
Biasanya rambut klien terlihat bersih.

2. Wajah
Biasanya kulit wajah tidak kusam dan tidak edema

3. Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik, biasanya respon
cahaya baik (+)
4. Hidung
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan , dan biasanya tidak ada
pembesaran polip.

5. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan, dan fungsi pendengaran baik

6. Mulut
Biasanya mukosa mulut tidak pecah-pecah, dan biasanya lidah bersih.

7. Thoraks
I : biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan
P: biasanya vocal premitus kiri dan kanan
P: biasanya saat perkusi bunyi sonor
A: biasanya tidak terdapat bunyi nafas tambahan

8. Jantung
I: biasanya ictus cordis tidak terlihat
P: biasanya ictus cordis teraba
P: biasanya bunyi jantung pekak
A: biasanya bunyi jantung teratur

9. Abdomen
I: biasanya simetris kiri dan kanan
P: biasanya suara tympani
P: biasanya terdapat nyeri tekan dan nyeri ketuk
A: biasanya bunyi vaskuler

10. Genetalia urinaria


Biasanya terdapat gangguan eliminasi, nyeri ketika berkemih dgn tanda urin
pekat, dan hematuria.

11. Ekstremitas
Biasanya klien mengalami nyeri

12. Neurologis
Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap rangsangan, kecuali daerah
yang mengalami nyeri.

D. Kebiasaan sehari-hari

1. Nutrisi
Peningkatan berat badan (udema) anoreksia
2. Eliminasi
Perubahan pola perkemihan, nyeri ketika berkemih

3. Istirahat dan aktivitas


Biasanya mengalami keletihan, kelemahan dan malaise. Dengan tanda
kelemahan otot dan kehilangan tonus otot

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urine b/d kerusakan pada ginjal
3. Resiko tinggi infeksi b/d ketidak adekuatannya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun, malnutrisi, prosedur invasiv

no Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan 1. pain level Pain manajemen
dengan agen cedera fisik 2. pain kontrol 1. lakukan pengkajian
3. konfort level nyeri secara
Defenisi : pengalaman kriteria hasil: komperensif
sensori dan emosional yang 1. mampu termasuk lokasi,
tidak menyenangkan yang mengontrol karakteristik, durasi,
muncul akibat kerusakan nyeri (tahu frekuensi, kualitas
jaringan yang actual atau penyebab nyeri, dan faktor
potensial atau gambaran mampu presipitasi
dalam hal kerusakan menggunakan 2. obserfasi reaksi
sedemikian rupa ( teknik nonferbal dari
internasional asosiation for nonfarmakologi ketidak nyamanan
studi of pain ) : awitan yang untuk 3. gunakan teknik
tiba-tiba atau lambat dari mengurangi komunikasi
intensitas ringan sehingga nyeri, mencari terapetik untuk
berat dengan akhir yang bantuan) mengetahui
dapatdi antisipasi atau di 2. melaporkan pengalaman nyeri
prediksi dan berlangsung <6 bahwa nyeri pasien
bulan. berkurang 4. kaji kultur yang
dengan mempengaruhu
Batas karakteristik : menggunakan respon nyeri
1. Perubahan selera managemen 5. evaluasi
makan nyeri pengalaman nyeri
2. Perubahan tekanan 3. mampu masa lampau
darah mengenali 6. evaluasi bersama
3. Perubahan frekwensi nyeri (skala pasien dan tim
jantung intensitas, kesehatan lain
4. Perubahan frekwensi frekuensi dan tentang ketidak
pernafasan tanda nyeri) efektifan kontrol
5. Laporan isyarat nyatakan nyeri masa lampau
6. Diaphoresis rasa aman 7. bantu pasien dan
7. Prilaku distraksi setelah keluarga untuk
nyeri mencari dan
berkurang menemukan
4. nyatakan rasa dukungan
aman setelah 8. kontrol lingkungan
nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
percahayaan dan
kebeisingan.
9. Kurang faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
interfensi
12. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
13. Berikan anakgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

ANALGESIK
ADMINISTRATION
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Instruksi dokter
tentang jenis
obat, dosis,
frekuensi.
3. Cek riwayat
alergi
4. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian lebih
dari Satu
5. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri

2 Gangguan eliminasi urine Kriteria hasil: Urinary retention care:


b/d kerusakan pada ginjal 1. Kandung kemih 1. Lakukan penilaian
kosong secara kemih yang
penuh komprehensif berfokus
2. Tidak ada residu pada inkotenensia
urine 2. Memantau penggunaan
3. Intake cairan obat dengan sifat anti
dalam rentang kolinergik atau properti
normal alpha
4. Bebas dari ISK 3. Monitor dari efek obat-
obatan yang diresepkan
4. Menyediakan
penghapusan privasi
3 Resiko tinggi infeksi b/d Kriteria hasil: Infection control:
ketidak adekuatannya 1. Klien bebas dari 1. Bersihkan lingkungan
pertahanan tubuh sekunder tanda dan gejala setelah dipakai pasien
dan sistem imun, malnutrisi, infeksi lain
prosedur invasiv 2. Mendeskripsika 2. Pertahankan teknik
n proses isolasi
penularan 3. Batasi pengunjung bila
penyakit, faktor perlu
yang 4. Pertahankan lingkungan
mempengaruhi aseptik selama
penularan serta pemasangan alat
penatalaksanaan 5. Monitor tanda dan gejla
nya. infeksi
3. Menunjukkan 6. Lapor kultur positif
kemampuan 7. Ajarkan cara
untuk mencegah menghindari infeksi
timbulnya
infeksi
4. Jumlah leokosit
dalam jumlah
normal
DAFTAR PUSTAKA

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

Nanda, Nic, Noc, Aplikasi asuhan keperawatan.2013.jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI


1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.

You might also like