Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Akuntansi memiliki tujuan memberikan informasi kepada pihak – pihak
yang berkepentingan. Akuntansi merupakan media komunikasi, dalam pelaporan
hal tertentu seperti sumber daya alam biasanya dilaporkan secara sukarela kecuali
pembuat laporan keuangan menyakini bahwa si penerima informasi akan
berperilaku sebagaimana yang idinginkan sebagai tujuan pelaporan.
Dalam organisasi manajer biasanya memiliki hak untuk mengharuskan
bawahannya melaporkan aspek – aspek yang harus dilaporkan dalam kinerja
mereka. Setiap orang yang terlibat dalam penyusunan laporan akuntansi perlu
memahami dampak yang mungkin ditimbulkan dari persyaratan pelaporan
terhadap perusahaan.
Pembuat laporan akuntansi dapat dengan sengaja melaporkan informasi
palsu , informasi yang tidak akurat. Guna memastikan keandalan dari informasi
akuntansi yang dilaporkan adalah fungsi penting dari audit keuangan, persyaratan
pelaporan dapat mempengaruhi perilaku pelapor dalam beberapa cara.
Antisipasi penggunaan informasi dilakukan oleh pembuat informasi untuk
mencari tahu reaksi yang akan terjadi dari penerima informasi atas informasi
tersebut, sehingga dampak negative dari informasi dapat diminimalisir.
Kadangkala penerima informasi atau user informasi menyatakan dengan jelas
keinginannya atau mereka kepada si pembuat informasi. Hal ini dapat dijadikan
masukan untuk pembuat informasi sebelum membuat laporan, misalnya mengenai
laba, pertumbuhan jangka panjang, citra perusahaan, dan sebagainya. Jika
pengguna informasi tidak memperhatikan atau mengevaluasi informasi yang
diterima, sehingga dapat terjadi bias informasi tersebut dimana menjadi tidak
relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Feodal
Pada akhir abad ke-15 aturan politik, sosial dan ekonomi di Eropa telah
menjadi sangat tertutup. Dikenal sebagai feodalisme, aturan sosial-ekonomi
tersebut ditetapkan sebagai seperangkat hubungan sosial berdasarkan status yang
diperoleh dari lahir (berdasarkan keturunan). Di pertengahan Eropa, seorang laki-
laki adalah budak atau a lord, pedagang atau anggota dari serikat pekerja.
Posisinya dalam struktur sosial bergantung pada keluarga dimana ia dilahirkan,
daripada pernikahan.
Tanah dan pekerja bukan obyek yang diperdagangkan, keduanya were
communized di Eropa pertengahan. Kepemilikan tanah diberikan oleh a lord
kepada ahli warisnya dan perdagangan real-estate sangat jarang dilakukan. Budak
adalah bagian dari tanah, mereka memiliki hak untuk hidup di tanah tersebut dan
bekerja disana.
Serikat pekerja adalah kumpulan dari pekerja yang mempunyai keahlian.
The Guild system—pusat dari produksi industrial—juga steeped in tradition.
Seorang laki-laki menjadi tukang kayu atau glassblower karena itu adalah
pekerjaan yang dilakukan ayahnya.
Pemilik memilih guild government mereka sendiri dan menentukan aturan kerja
mereka sendiri. Mereka menentukan tarif sewa, standar output, dan lingkungan
kerja. Mereka mengatur social conduct dan diharapkan anggota serikat pekerja
dapat melaksanakannya dengan cara yang tepat dan terlibat dalam civic affairs.
The Guild of The Middle Ages ingin menjaga keteraturan dalam hidup, sehingga
mereka mengatur perilaku saat bekerja dan pada komunitas. Untuk menjaga status
quo, serikat pekerja menghindari inovasi dan perubahan teknologi. Mereka
bekerja untuk mencegah terbentuknya monopoli dengan saling berbagi teknik dan
teknologi. Mereka menghindari persaingan dengan membatasi keanggotaan
serikat pekerja dan kenaikan pangkat dari apprentice menjadi journeyman
kemudian menjadi pemilik. Serikat pekerja mengatur syarat penjualan dan
menginginkan anggota mereka untuk mengikuti syarat tersebut. Advertising
adalah sesuatu yang dilarang. Anggota serikat pekerja, yang memiliki factor-
faktor produksi, berharap untuk mendapatkan kebanggaan dari pekerjaan mereka.
Gagasannya adalah lebih untuk menjaga posisi yang telah dimiliki daripada
meningkatkannya. Disana tidak ada batasan yang jelas antara kehidupan sosial
dan ekonomi. People did not "make a living"—the work was an end in itself.
Mesin uap, yang ditemukan oleh James Watt pada tahun 1776, dapat
dijadikan tanda dimulainya revolusi industri dan kemunduran dari the guilds. Pada
masa ini muncul sistem pabrik, sebagai perlawanan terhadap industri rumah
tangga dimana orang-orang bekerja dirumah. Mesin uap dimanfaatkan sebagai
sumber energi, yang memungkinkan sumber energi dapat dibangun dimanapun
karena menggunakan inanimate energy dan dapat dipindahkan. Sebelum mesin
uap; angin, air dan hewan digunakan sebagai sumber tenaga.
Pabrik menggunakan banyak pekerja untuk mengoperasikan mesin yang
dijalankan dengan inanimate power. Setiap pekerja mempunyai peranan masing-
masing dalam proses produksi. Pebrik mengandalkan pada ketersediaan wage
labors—a free labor class tidak dikenal pada Eropa pertengahan. Ketersediaan
tenaga kerja ini berkembang sepanjang waktu sebagai hasil dari kejadian ekonomi
lainnya. Salah satu kejadian paling penting adalah enclosure movement di Inggris.
Permintaan wol menyebabkan perkembangan peternakan domba, yang
menghasilkan pemagaran tanah untuk kebutuhan merumput bagi hewan tersebut.
Pemagaran tersebut menyebabkan banyak budak, yang sebelumnya mengerjakan
tanah itu, meninggalkan tanah menuju kota. Perpindahan ini menimbulkan
impoverished working class yang tidak mempunyai apa-apa hanya tenaga mereka.
Migrasi sangat besar menuju kota juga menyebabkan keruntuhan sistem serikat
pekerja karena banyaknya pekerja yang bersaing dengan guilds.
Jadi, the enclosure movement mengubah budak yang bertahan di tanah
menjadi petani dan budak yang meninggalkan tanah menjadi pekerja yang bebas,
mobile, dan propertyless yang merampas kekuatan yang telah dibentuk oleh
pemilik melalui serikat pekerja. Lebih lanjut, terhadap enclosure movement
mengubah pandangan tentang penggunaan tanah—dengan adanya industrial
society tanah diterima menjadi obyek yang dapat diperdagangkan. Sampai waktu
terjadi Revlosi Prancis tahun 1789, landed estate (tanah, bangunan, peralatan dan
budak) menjadi sumber kehormatan sosial. Proses dimana landed estate berubah
dari common land menjadi prvate land membutuhkan waktu yang lama. Hal itu
menimbulkan ide baru: "that land, as property, could be owned; In medieval
Europe, land was held but never owned".
Perubahan utama lain adalah munculnya masyarakat kelas menengah yang
baru. Merchants now stood between producers and consumers. Munculnya kelas
entrepreneurial ini juga dibutuhkan dalam perkembangan kapitalisme.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara sistem kapitalis dan feodal, antara lain:
Feodalisme Kapitalisme
Factory life dan disiplin yang ketat merupakan hal yang baru bagi karyawan, yang
menjunjung tradisi dimana mereka tidak lebih dari seorang budak. Pekerja sangat
tidak menyukai sistem yang baru tersebut, karena gaji yang rendah dan kondisi
pekerjaan yang tidak ramah.
Pandangan keperilakuan mengingatkan pada munculnya capitalist spirit.
Ini adalah gagasan dimana seseorang pada akhirnya harus mendapat keuntungan
dari apa yang dimilikinya dan harus rasional sesuai dengan kapitalisme. Sistem
nilai menjawab pertanyaan yang tidak mempunyai penjelasan yang rasional: Why
do people work so hard when they have so much? Max Weber menganalisa
tendensi tersebut dan menyimpulkan bahwa ideologi dan nilai kapitalis bersumber
pada Protestantism. Nilai yang dibawa pada awal Calvinism membentuk
pandangan dunia bahwa entrepreneurial middle class mengawali kapitalisme.
Semua aturan ekonomi dan sosial bergantung pada hubungan sosial yang
sesuai dan pada shared set of beliefs and sentiments. Penghematan, disiplin dan
rasionalitas merupakan kumpulan nilai yang "virtuous" dan disebut Weber sebagai
etos kapitalisme. Perkembangan kapitalisme membutuhkan enterprisers yang
termotivasi untuk bekerja keras, hemat, menghimpun modal, dan
mengembangkan bisnisnya. Disiplin diri sangat penting. Disiplin diri
membutuhkan dukungan budaya yang general dan sangat penting untuk diberikan
pada kelas pekerja. Pada akhirnya, sekolah dibangun dalam rangka menyiapkan
orang untuk bekerja. Nilai-nilai sekolah ditekankan pada respek terhadap
tanggung jawab, disiplin, ketepatan waktu, patriotisme, dan lain sebagainya. Nilai
ini adalah bagian dari Protestant Ethic.
Dengan Protestant Ethic Weber mengartikan bahwa driving force yang
mendorong manusia, dengan dasar pelayanan kepada Tuhan, untuk bekerja keras
dan rajin, menjadi sederhana, hemat dan suka berinvestasi. Itu adalah penjelasan
Weber untuk kondisi psikologis (seperti ideologi, nilai, rasional, dan lain-lain)
yang memungkinkan perkembangan kapitalisme. Itu meliputi nilai-nilai,
berdasarkan pada teologi John Calvin dan Martin Luther, yang telah diadaptasi
berdasarkan kondisi ekonomi yang ada. Aplikasi ide dan kepercayaan ini
membawa manusia untuk berperilaku dengan cara yang bisa menyebabkan
perkembangan kapitalisme.
Protestant Ethic menyumbang perkembangan kapitalisme dengan
memberikan motivasi untuk bekerja dan berwirausaha. Ia juga menyediakan tipe
orang yang dibutuhkan dalam kapitalisme; jujur, sederhana, impersonal dan
rasional.
METODE RISET
1. Menggambarkan fenomena,
2. Menemukan hubungan,
3. Menjelaskan fenomena,
4. Memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang, dan
5. Melihat pengaruh satu atau lebih faktor terhadap satu atau lebih kejadian.
PENGEMBANGAN DESAIN
Langkah pertama dan paling penting dalam riset perilaku adalah masalah
definisi. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan metode yang dipilih, data
serta jenis gambaran sampel pada dasarnya tergantung pada bagaimana
sebenarnya masalah dipersepsikan, kerangka pertanyaan riset, dan desain
informasi studi yang dikumpulkan.
1. Validitas
Ada beberapa jenis validitas. Validitas isi (content validity) mengacu pada
bagaimana sebaiknya peneliti menggambarkan dimensi-dimensi dan konsep atau
masalah-masalah yang ingin diukur, khususnya yang berkaitan dengan tingkat
ukuran yang diberikan untuk menutupi rentang terhadap arti maupun terhadap
suatu konsep. Validitas isi merupakan pokok pertimbangan untuk setiap
pertanyaan yang diajukan dan diukur dalam istilah-istilah yang berhubungan
dengan relevansi terhadap konsep yang diukur.
Kriteria yang berkaitan dengan validitas ditentukan dengan
membandingkan antara konsep yang diukur dan suatu kriteria eksternal atau
asumsi yang diketahui untuk mengukur konsep yang akan diteliti. Ada dua jenis
kriteria yang berhubungan dengan validitas, yaitu validitas prediktif (predictive
validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).
Validitas prediktif adalah validitas yang berkaitan dengan apakah suatu
pengujian atau pengukuran dapat secara akurat memprediksi perilaku. Validitas
prediktif mengharuskan adanya suatu kriteria atau indikator eksternal terhadap apa
yang harus diprediksi.
Validitas konkuren adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan
antara alat ukur dan kriteria sekarang atau masa lalu. Oleh karena itu, berbeda
dengan validitas prediktif yang merupakan ukuran untuk memprediksi perilaku
yang dihasilkan pada waktu yang sama sebagai ukuran eksternal terhadap
perilaku, pengujian validitas konkuren membantu seorang peneliti untuk
membedakan individu-individu berdasarkan beberapa kriteria.
Validitas konstruksi (construct validity) adalah validitas yang
berdasarkan pada suatu pertimbangan apakah hasil dari pengukuran tersebut
sesuai dengan teori. Validitas konstruksi sangat bermanfaat untuk mengukur
fenomena yang tidak memiliki kriteria eksternal.
2. Reliabilitas
Suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang
stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen
pengukuran.
1. Survei
2. Observasi
MEMILIH RESPONDEN
Langkah pertama dalam memilih responden adalah dengan cara
menentukan populasi. Setelah populasi ditentukan, peneliti menentukan sensus
atau suatu sampel. Sensus adalah kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang
dikumpulkan dari setiap elemen dalam populasi. Sampel merupakan kumpulan
informasi dan merupakan bagian dari populasi. Suatu sensus akan tepat ketika: 1)
populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya pengambilan
sampel secara signifikan, 2) penting untuk mengetahui setiap unsur dalam
populasi, dan 3) risiko dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar.
(http://web.bisnis.com/kasus-hp-laporan-keuangan-autonomy-corp-dinilai-aneh)
(http://finance.detik.com/read/2011/11/08/153440/1763010/4/skandal-penipuan-
korporasi-terbesar-jepang-oleh-olympus)
Tokyo - Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah
menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan
tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan
menyelewengkan dana akuisisi. Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan
mantan CEO Olympus Michael Woodford yang dipecat pada 14 Oktober silam.
Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi
mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun.
Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi
Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada 26
Oktober lalu, sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal
Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Keduanya
menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana.
"Saya benar-benar tidak mengetahui kebenaran tentang semua ini," kata
Takayama, yang mengaku tidak mengetahui kasus ini sejak jabatan Presiden
Direktur diserahkan oleh Kikukawa kepadanya, dalam jumpa pers bersama sekitar
200 wartawan, dikutip dari Reuters, Selasa (8/11/2011).
Pihak Olympus menemukan sejumlah dana mencurigakan terkait akuisisi
produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus, pada tahun 2008 lalu senilai US$
2,2 miliar (Rp 18,7 triliun), yang juga melibatkan biaya penasihat US 687 juta (Rp
5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal US$ 773 juta
(Rp 6,57 triliun).
Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian investasi
di masa lalu tersebut. Hal itu terlihat sangat gamblang ketika dalam beberapa
bulan kemudian, pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal itu dihapus
dari buku. Kasus ini dipastikan akan menyeret Olympus, beserta para direksi dan
akuntannya kena tuntutan pidana untuk pasal manipulasi laporan keuangan dari
para pemegang sahamnya. Banyak analis yang kini mempertanyakan masa depan
perusahaan yang dibentuk pada 1919 sebagai produsen mikroskop itu.
"Ini sangat serius. Olympus sudah mengaku mengisi data palsu (di laporan
keuangan) untuk menutupi kerugian selama 20 tahun. Semua pihak yang terlibat
selama 20 tahun harus ikut bertanggung jawab," kata Ryosuke Okazaki, Kepala
Investasi ITC Investment Partners. "Ada kemungkinan terburuk saham Olympus
bisa dikeluarkan dari bursa. Masa depan perusahaan ini menjadi sangat suram,"
jelas Okazaki.
Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh
29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini sudah
kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun, sejak ditinggal Woodford,
yang terus mempertanyakan investasi bodong tersebut. Pihak Olympus mengaku
masih akan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut sebelum menyatakan apakah
ada pihak lain yang ikut terlibat. Mori sudah dipecat pada hari yang sama,
sementara auditor internal sudah meminta pengunduran diri. Kasus yang menimpa
Olympus ini langsung menjadi perhatian media lokal karena merupakan skandal
penipuan perusahaan terbesar di Jepang sejak serangkaian skandal broker di era
1990-an, salah satunya adalah broker terbesar keempat di Jepang, Yamaichi
Securities pada 1997. Olympus mengaku menyelewengkan sejumlah dana akuisisi
tersebut dengan disalurkan ke banyak perusahaan investasi supaya tidak mudah
terdekteksi. Praktik yang lazim dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang setelah
krisis ekonomi Jepang tahun 1990 lalu. Nippon Life Insurance, salah satu
pemegang saham terbesar di Olympus, mendesak produsen kamera itu lebih
transparan dalam membeberkan kasus tersebut.
Tahun 2011 baru saja berlalu dan kita menyongsong tahun 2012 dengan
harapan baru. Selama 2011, selain krisis Eropa, pasar keuangan dunia juga
diwarnai dengan perbuatan tidak terpuji atau skandal (fraud) oleh para pelaku
pasar. Bursa New York diguncang oleh skandal keuangan yang dilakukan oleh MF
Global, sebuah perusahaan perantara perdagangan efek atau security brokerage.
MF Global dilaporkan mempergunakan US$ 700 juta uang nasabah tanpa izin
untuk menutup kewajibannya sendiri.
Sementara itu, di Bursa Tokyo terjadi skandal manipulasi laporan
keuangan yang melibatkan Olympus, produsen kamera elektronik terkemuka di
dunia. Eksekutif Olympus dituduh selama bertahun-tahun telah menyembunyikan
kerugian transaksi derivatif senilai US$ 1,5 miliar melalui rekayasa laporan
keuangan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagaimana dipahami bersama, masalah pokok dari proses akuntansi
adalah implikasi komunikasi informasi mengenai keuangan dan menajemen.
Namum bukan hanya pihak pelapor informasi saja yang memiliki harapan, pihak
penerima informasi juga memiliki harapannya sendiri lewat perilaku ditunjukkan
pada informasi tersebut. Kedua belah pihak masing – masing memiliki perilaku
berbeda terhadap informasi yang sama. Dengan demikian, untuk mencapai
efektivitas komuniikasi pihak penerima informasi harus menyadari perilaku dari
pihak pengirim informasi karena pihak pengirim informasi dapat bertindak
disfungsional terhadap informasi, oleh karena itu bentuk laporan yang menjadi
bagia dari rangkaian komunikasi perlu ditinjau mana kala membawa dampak
negative bagi proses komunikasi informasi.
DAFTAR PUSTAKA