Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga
berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk
kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh
kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau
atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang membentuk
memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris
tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di
Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen
yang spesifik satu dengan lainnya. Pada umumnya sendi terdiri dari air dan tersusun
atas serabut kolagen, proteoglikan, glikoprotein lain serta lubrikan asam hialuronat,
struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas
jangka panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi yang sering terjadi pada
olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena
terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan dimana tulangtulang
yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya
pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya
menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi
2.2 Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit
atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di
dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dislokasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain
sebagai berikut.
a. Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki serta
olahraga yang beresiko jatuh, misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley, basket,
dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi saat
kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga atau terjatuh saat
penghubung tulang.
d. Terjatuh.
a. Dislokasi congenital
b. Dislokasi patologik
Terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
c. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami pengerasan) terjadi
karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
dan merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada
orang dewasa.
a. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai nyeri akut dan
b. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah
tulang/ fraktur yang disebabkan berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral berada di anterior dan medial glenoid
inferior).
Mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi
sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut
akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau
punggung tangan.
f. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
g. Dislokasi Patella
Dislokasi patella paling sering terjadi ke arah lateral. Reduksi dicapai dengan memberikan
tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahanlahan.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
a. Nyeri akut.
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
g. Gangguan gerakan Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
h. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
j. Kekakuan.
2.5 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari tiga hal tersebut, menyebabkan
dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan
yang
terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
2.6 Komplikasi
a. Komplikasi dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
3. Fraktur disloksi.
b. Komplikasi lanjut.
1. Kekakuan sendi bahu:I immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral
4. Kelemahan otot.
a. Sinar-X (Rontgen)
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
b. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga
memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada
psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio
tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
(terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan
MRI
2.8 Penatalaksanaan
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau siku. Reposisi
dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang barlawanan dengan gaya trauma dan
kontraksi
atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan karena bisa mengakibatkan
patah tulang. Untuk mengendurkan kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi
setempat
a. Reposisi
2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali. Tindakan ini
3. Dislokasi sendi :
1. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anestesi. Misalnya
3. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latihan yang aktif
dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh, khususnya pada
sendi bahu.
yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah reposisi tertutup berhasil
dilakukan secara lembut. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan, khususnya kalau
pada sendi panngkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang
teregang.
dislokasi berat.
sendi.
8. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar
9. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari
2. Penatalaksanaan Medis
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang.
Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa:
2. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut
atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek
samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa;
b. Pembedahan
1. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian
medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang
mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan
meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction
and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya
a. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
b. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
yang berpenyakit.
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)
g. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
2. Non medis
dislokasi berat.
RICE
1. R : Rest (istirahat)
b. Pencegahan
c. Conditioning.
2. Trauma kecelakaan
1. Kurangi kecepatan.