You are on page 1of 3

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris salah satunya

melekatkan sidik jari pada minuta akta sebagaimana diatur dalam Pasal 16

huruf c Perubahan UUJN membawa suatu perubahan baru untuk menjaga

validitas penghadap dalam akta otentik. Sidik Jari merupakan salah satu jenis

biometrik dalam proses identifikasi seseorang. Sehingga peluang

dimungkinkannya penerapan sistem informasi elektronik/data elektronik

melalui biometrik oleh Notaris (cybernotary) pada E-KTP (salah satunya data

sidik jari) sangat mungkin terjadi mengingat terbukanya fasilitas untuk

melakukan akses database yang diberikan oleh Departemen Administrasi

Kependudukan dan Catatan Sipil melalui Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) telah terintegrasi dengan Pemerintah dan instansi

lainnya. Sehingga dapat meminimalisir adanya benturan kepentingan antara

Penghadap dengan Notaris dalam pembuatan akta. Oleh karena itu perlu

adanya sistem keamanan yang menjamin terjaganya data identitas dalam

Database baik saat dilakukan penyimpanan data maupun akses informasi

elektronik terhadap database tersebut.

2. Sehubungan dengan adanya Produk e-KTP yang telah dibangun dan

dikembangkan oleh pemerintah. Maka Notaris diharapkan dapat

memanfaatkan sistem data yang terintegrasi tersebut, hak akses terhadap

sistem diperlukan agar Notaris sebagai user dapat mencocokkan apakah data
yang diterima oleh notaris baik fotokopi maupun asli mengenai informasi

identitas seseorang telah sesuai dengan data yang ada pada administrasi

kependudukan. Sehingga Notaris memiliki kepastian data yang diperoleh dari

penghadap adalah benar sesuai data Administrasi Kependudukan.

Konsekwensi dari diberikannya hak akses data Adminitrasi kependudukan,

Notaris harus bertanggung jawab untuk melakukan akses sesuai ijin yang

ditetapkan sesuai surat permohonan akses yang diajukan terkait verifikasi dan

validasi identitas penghadap.

B. Saran

Berdasarkan analisa dan pembahasan tersebut maka penulis menyarankan:

1. Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris salah

satunya melekatkan sidik jari pada minuta akta sebagaimana diatur dalam

Pasal 16 huruf c Perubahan UUJN apabila dikemudian hari implementasi

terhadap penggunaan akses data E-KTP oleh Notaris tersealisasikan sebagai

wujud pemanfaatan informasi elektronik, maka perlu adanya perlindungan

bagi Notaris dalam hal keamanan akses Informasi Elektronik terhadap

Database Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) oleh

Pemerintah. Sehingga prinsip kerahasiaan penghadap tetap terjaga

sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e dan Pasal 54 ayat

1 Perubahan UUJN.

2. Perlunya Nota Kesepahaman yang dibuat oleh Notaris di bawah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Kementerian lainnya (Kemeterian

Dalam Negeri melalui Dirjend Administrasi Kependudukan serta Kementerian

Komunikasi dan Informatika) sehingga Notaris mendapatkan kepastian


terhadap hak dan tanggung jawabnya terhadap akses tersebut sesuai dengan

ketentuan yang belaku apabila dikemudian hari dimungkinkan Notaris

menggunakan informasi elektronik yang berasal dari database E-KTP pada

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

You might also like